running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Selasa, 28 Februari 2017

"KEPASTIAN FIRMAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KEPASTIAN FIRMAN

Mazmur 33:4, "Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan".

Apa yang membuat Nuh mengerjakan perahu di tengah perbukitan? Apa yang membuat Abraham tetap setia menunggu anak dari Sarah yang sudah mandul? Inilah kekuatan orang beriman, yaitu percaya kepada kepastian firman. Firman Tuhan adalah suatu kepastian, yang melekat pada diri Allah yang setia. Segala sesuatu dijadikan melalui firmanNya. Jika Nuh tidak percaya firman tidak mungkin dia membuat perahu, sekalipun diolok-olok oleh masyarakat sekitarnya, namun Nuh percaya firman dan melakukannya dan dia pun selamat. Demikian juga Abraham dengan setia meyakini janji dan di usia seratus tahun dia memperoleh janji. Firman adalah kepastian.

Jika kita baca keseluruhan Mazmur 33 ini berupa mazmur puji-pujian kepada Allah Israel. Allah yang sumber segala sesuatu, Dia menciptakan langit dan bumi serta seluruh isinya melalui firmanNya. Tidak ada sesuatu yang ada tanpa firmanNya. Allah itu setia, layak dipercaya dan segala firman yang disampaikan akan menjadi. Pengalaman firman dalam kehidupan orang beriman sungguh nyata. Hal itu terlihat dari sejarah pengalaman bangsa Israel. Firman tidak akan pernah sia-sia, tetapi firman itu akan terjadi seperti yang diperintahkanNya.

Dalam dunia modern banyak usaha atau pikiran mempertentangkan kebenaran firman dengan ilmu pengetahuan atau sains. Ketika muncul teori Darwin seolah sains telah menjadi panglima dan mengalahkan kebenaran Kitab Suci. Namun pertanyaan, apakah teori Darwin kebenaran? Siapa yang mau menelurusi sejarahnya dan mundur ke belakang? Teori Darwin bisa diterima akal logis, namun harus diingat bahwa banyak hal pikiran logis tidak semuanya merupakan kebenaran. Jika pun sains benar bukan berarti meniadakan kebenaran Alkitab, justru Alkitab telah membantu pikiran manusia (sains) menemukan berbagai kebenaran Alkitab sehingga semakin takut dan setia kepada Allah. Kita harus menyadari bahwa banyak sains yang tidak agamis, namun apakah sains segala-galanya? Filsuf nihilisme membuktikan sains dan modernitas adalah kekosongan. Sains telah gagal membantu manusia. Sains tidak segalanya, sains ada manfaatnya dan firman ada kebenaran dan kepastiannya. Sebaiknya saling melengkapi.

Tidak ada alasan ragu akan kebenaran firman. Firman itu sesuatu kepastian. Mzm 33:9, "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada".
Firman adalah kehidupan orang beriman, oleh firman kita percaya kepada Allah. Firman itu adalah pelita dalam hidup dan terang dijalan. Fieman itu mendidik dan mengajar dan memperlengkapi orang kudus. Firman adalah kepastian yang menuntun kita kepada pengharapan kepada kehidupan yang kekal.

Senin, 27 Februari 2017

"ORANG YANG DIURAPI" Renungan Minggu Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

ORANG YANG DIURAPI
Nas Evangelium: Mazmur 2:1-12
Minggu Estomihi, 26 Februai 2017

Mazmur pasal dua adalah “Raja yang diurapi Tuhan” dengan empat poin:
1)  Karakter Dunia: Bangsa-bangsa rusuh dan mereka-reka perkara yang sia-sia. Raja-raja dunia dan para pembesar bermufakat melawan Tuhan dan yang diurapiNya. Manusia berdosa dan memberontak kepada Tuhan.

2)  Sikap Allah: Tuhan berkata: “Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka! Tuhan yang bersemanyam di sorga, tertawa mengolok-olok mereka. Dalam kehangatan murkaNya menyatakan otoritasNya: Akulah telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!

3) Anak yang DiurapiNya. Setelah pengumuman itu, orang yang dilantik di Sion mengatakan: Aku mau menceritakan tentang ketetapan Tuhan, yang menyatakan: “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.” Lalu kuasa dan hak di balik pengurapan itu, Tuhan memberi jaminan kemenangan. “Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, ujung bumi menjadi kepunyaanmu. Engkau meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk” Injil disampaikan ke segala makhluk, segala bangsa dari Yerusalem sampai ke ujung bumi.

4) Nasihat Akhir: Kepada raja-raja dunia pemazmur mengimbau: Hai raja-raja, bertindaklah bijaksana, terimalah pengajaran, hai para hakim dunia! Beribadahlah kepada Tuhan dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar, supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murka-Nya menyala. Beribadah dengan takut akan Tuhan.

Firman ini berbicara tentang raja yang diurupi. Saat orang percaya bergaul dengan Allah dalam kesetiaan, ketaatan dan takut, di situlah Allah bertahta atasnya: melihat dan mengurapinya menjadi raja. Pemilihan dan pengurapan itu sangat perlu, sebab dunia dan orang-orang fasik membenci Allah dan orang-orang percaya. Maka Tuhan merontokkan rancangan kejahatan dan tidak bertoleransi atas dosa. Tuhan mengolok-olok mereka yang menghinakan Tuhan dan raja yang diurapiNya. Allah menyatakan: “Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!” Yerusalem pusat pemerintahanNya.

Dipastikan, orang yang sudah diurapi Tuhan akan berdaulat. Tuhan memberinya kekuatan dan kuasa mengalahkan segala kuasa dan tipu daya iblis. Dia yang diurapi dinamai anak Tuhan yang dengan keberanian penuh menyakini kuasa pengurapan Tuhan atas dirinya. Walau tidak sempurna, tapi pengurapan membuatnya mampu dan layak menegakkan kedaulatan Allah dari ujung ke ujung bumi. Ia melayani Tuhan dan Tuhan menjadi pembelanya. Ia hanya perlu kesetiaan menunaikan penugasan Tuhan.

Firman ini berbicara kepada gereja sebagai persekutuan orang percaya. Kita sudah dipanggil, diurapi, diperlengkapi dan ditetapkan Allah dengan Roh Kudus menjadi pemenang, berhasil dan terberkati. Kita hanya  perlu hidup dalam kesetiaan mengandalkan dan menyatakan kuasa  Tuhan dalam segenap kehidupan ini. Mari dengan sungguh: (1) Bertindak bijaksana (2) Terima pengajaran (3) Beribadah kepada Tuhan dengan takut. Itulah sikap ibadah yang benar: rendah hati, takut dan tulus. Estomihi. Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! Amin.

Minggu, 26 Februari 2017

"SUKACITA YANG MULIA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SUKACITA YANG MULIA

1 Petrus 1:8 “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan.”

Iman percaya kita kepada Yesus Kristus sangat misterius. Secara fisik, kita belum pernah melihat Dia. Kita hanya membaca Alkitab, mendengarkan khotbah dan mendapat pengajaran akan pengorbananNya, namun kita mengasihiNya dengan sungguh. Iman sangat aneh dan luar biasa.

Allah menilai iman percaya kita kini lebih besar daripada iman mereka yang dahulu melihat, mendengar dan hidup bersama Yesus sendiri, juga setelah Dia bangkit dari kubur. Kita yang percaya sekarang, walau belum pernah melihat-Nya, tapi sudah mengasihi dan percaya kepada-Nya. Itulah hidup yang beriman. Menurut Yesus, ada berkat khusus bagi "mereka yang tidak melihat, namun percaya" (Yohanes 20:29). dan Allah akan mengaruniakan sukacita, dan pengharapan. “Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.” (Roma 15:13).

Iman percaya kepada Yesus adalah hasil pekerjaan Roh Kudus. Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. (Galatia 5:22-23). Itulah kualitas iman percaya kita. Mata iman kita lebih hebat dari mata fisik kita melihat akhir segala zaman. Hati nurani kita lebih tajam dari logika berfikir untuk memastikan apa yang kita harapkan. Marilah hidup dengan iman, agar sukacita kita melimpah dan hidup kit visioner, surgawi. Amin.

Sabtu, 25 Februari 2017

"TUHAN MENGGENDONG UMATNYA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TUHAN MENGGENDONG UMATNYA

Yesaya 63:9,  "Dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala".

Menggendong sangat akrab dengan aktifitas seorang ibu untuk mengasuh dan mengasihi anak. Seorang ibu tidak akan membiarkan anaknya menangis karena haus dan lapar atau sakit namun segera menggendongnya, dan sang bayi pun akan aman dalam pangkuan ibunya. Seorang ibu akan menggendong bayinya kemana pun  ia pergi sebagai wujud kasih sayang yang tidak terpisahkan antara ibu dan anak. Gambaran seperti inilah yang dipakai oleh nabi Yesaya terhadap kasih Allah atas umatNya sejak dahulu kala. Allah telah mengangkat dan menggendong umatNya yang tidak mungkin terlupakan dalam sejarah keselamatan umat Israel; dari bapak leluhur Abraham, Ishak, Yakub, zaman Musa, hingga pembuangan dan paska pembuangan. Sungguh Allah peduli:  mengangkat dan menggendong umatNya. Jika umat Israel melupakan itu, sesungguhnya merekalah yang tidak tahu budi baik.

Dalam segala kesusahan umatNya, Allah hadir secara langsung dan turut menderita dan bangkit untuk menggendong mereka. Allah tidak hanya mengutus utusanNya, namun Ia sendiri ikut dalam pengalaman sejarah yang mereka alami. Allah hadir di tengah-tengah penderitaan dan kesusahan mereka secara langsung. Jika dalam politik seorang tokoh hanya melakukan blusukan: kunjungan empati untuk melihat dan merasakan apa yang dirasakan warga. Maka lebih dari sekedar blusukan, Allah sendiri datang dan tinggal bersama mereka dalam segala keadaan yang mereka alami dan Ia sendiri yang mengangkat dan menggendong mereka agar mereka selamat.

Tuhan mengangkat dan menggendong umatNya, menjadi jaminan bagi kita dalam hidup ini. Kita percaya saat ini Tuhan bekerja dan berkarya atas hidup kita dalam segala keadaan, pergumulan dan jalan  yang kita tempuh. Sesungguhnya Tuhan mengangkat dan menggendong kita.

Mungkin sudah sering kita dengan kisah jejak kaki. Seorang pejalan kaki di pantai ketika jalan bagus dia masih melihat ada empat jejak kaki: dua jejak kakinya dan dua lagi jejak kaki Tuhan.  Namun dijalan berlumpur dan berduri pejalan kaki hanya melihat dua jejak kaki, maka dia pun bertanya kepada Tuhan: "Tuhan dimanakah Engkau, bukankah Engkau telah berjanji  akan setia mendampingi aku?". Maka Tuhan pun menjawab: "Lihat dan perhatikanlah jejak kaki itu hanya dua di jalan yang berlumpur dan berduri, itu adalah jejak kakiKu karena ketika itu Aku menggendong engkau agar kakimu tidak kena lumpur dan luka akibat duri".

Tuhan menggangkat dan menggendong: suatu hal yang meyakinkan kita akan kasih Allah yang selalu berkenan menolong dan menyelamatkan kita. Kasih Allah melebihi seorang ibu yang memangku dan menggendong bayinya. Inilah yang harus kita syukuri dan menyakinkan kita agar percaya kepada jaminan keselamatan dari Tuhan.

Kamis, 23 Februari 2017

"MENGAKU DOSA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MENGAKU DOSA
Lukas 15:18 “Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa.”
Menteri Sosial Kabinet Kerja, Khofifah Indar Parawansa,  mengatakan hingga kini jumlah anak terlantar di Indonesia masih tinggi. Ia berharap, Program Keluarga Harapan (PKH) yang hingga kini masih berjalan bisa menekan angka itu, minimal mengembalikan mereka ke sekolah. "Hari ini masih ada sekitar 4,1 juta anak terlantar di indonesia, itu program PKH yang kita harapkan, semoga dapat menyisir setiap anak kembali ke sekolah," kata Khofifah, di DPR, Senayan, Juli tahun lalu.
Selain anak jalanan, masih banyak keluarga bermasalah, di mana terjadi perseteruan atau perpisahan hubungan orangtua dengan anak, sehingga keutuhan keluarga inti terancam, mulai dari generasi kedua hingga ketiga dan seterusnya. Penyebab permasalahan itu biasa dipicu lima hal:
(1) uang dan harta, baik sebagai pendapatan, penggunaaan, penyimpanan dan warisan;
(2) seks atau kemesraan dan keakraban hubungan;
(3) perselingkuhan karena ingin suasana baru, atau karena kurang dihargai;
(4) anak dan orangtua serta tanggung jawab yang dianggap beban;
(5) perselisihan keluarga yang menawarkan keakraban keluarga.
Pemicu pertama: uang atau harta telah terjadi dalam diri si Anak yang hilang. Setelah ia menghambur-hamburkan seluruh harta bagiannya, ia jatuh miskin dan menjadi buruh pemelihara babi, di mana makanan babi itu pun tidak boleh ia nikmati walau sudah lapar sekali.
Setelah terpuruk dalam duka yang nista, terjadilah penyesalan diri dan tobat. Tahapan pertobatan itu sebagai berikut:
(1) Ada kesadaran diri bahwa ia kini sudah sangat malang;
(2) Muncul keinginan dalam dirinya menikmati kebersamaan dengan ayahnya;
(3) Ada pengakuan salah dan keputusan untuk bertobat “Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa" (Lukas 15:18); (4) Dia merencanakan kembali ke rumah bapaknya;
(5) Ada keberanian melakukan pengakuan dosanya.
MENGAKU DOSA adalah anugerah dan peluang menuntun kita kembali ke pelukan Tuhan. Kalau kita berdosa, itu dosa kepada sesama dan Tuhan di surga. Oleh karena dosa itu kita kehilangan sukacita tanpa kemesraan, sebab kita jauh dan “musuhan” dengan Allah. Maka dengan berani mengaku dosa dan beranjak datang ke hadiran Tuhan itu akan membuka pintu pengampunan terbuka lebar, dan kemudian kita menerima pelukan kasih Tuhan yang maha damai. Mari mengakui dosa kita. Amin.
Selamat pagi Amang-Inang, dan selamat berkarya bersama Tuhan Yesus.

Rabu, 22 Februari 2017

"KEAJAIBAN YANG MENAKJUBKAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KEAJAIBAN YANG MENAKJUBKAN

Yesaya 29:14 “Maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi.”

Sekelompok sarjana yang terbilang ilmuan pintar dan cemerlang dari berbagai disiplin ilmu dimasukkan ke camp pelatihan khusus. Dipelatihan itu mereka diperlakukan sangat keras dan tidak manusiawi, seolah mengembalikan mereka ke titik nol peradaban, bodoh, tidak tahu apa-apa dan tanpa kecerdasan dan cara berpikir sebelumnya. Setelah merasa tidak tahu apa-apa, mereka diberikan peluang menerima pengajaran, pengetahuan dan pelatihan yang membuat mereka sangat berbeda. Hasilnya mereka menjadi orang berhikmat yang amat menakjubkan.

Menjelang masa pembuangan mulai, kekecewaan Allah atas umatNya sangat nyata. “Hati umatKu sudah menjauh dari padaKu”. Umat itu menghampiri Allah dalam doa, ibadah, nyanyian dan pujian, tapi hati mereka tidak mengabdi kepada Dia atau titah-titah-Nya. Mereka bertindak seakan penyataan Allah dan standar kebenaran-Nya tidak ditaati. Lalu mereka hidup dengan keagamaan dan tradisi yang diajarkan pemimpin mereka, dan merasa damai palsu, mereka hidup egois (Yeremia 4:3-4).

Keadaan rohani yang rusak itu terjadi di gereja dewasa ini, dan dalam keberagamaan pada umumnya. Orang memuliakan Allah dengan bibirnya, tapi hati dan perbuatannya tidak sungguh mengasihi Allah. Setelah usai kebaktian mereka larut dalam kesenangan dosa dan memuaskan nafsu duniawi mereka. Begitu juga perilaku agama tertentu. Mereka merancang demo damai membela agama dan pemimpinnya dengan tema membenci dan melakukan kekerasan kepada sesamanya. Sangat mengerikan, sebab saudara kita itu berpikir sudah berbuat benar di jalan yang sesat. Khotbah yang menyejukkan hati penuh ujaran-ujaran kebencian yang propokatif.

Itu adalah kebutaan rohani dan penipuan diri. Ibadah kosong dan seremoninya palsu, dan doa hanya dihafalkan (Yes.29:13). Maka hikmat dan kearifan mereka akan Kucabut" (Yes.29:14). Lalu Tuhan melakukan hal-hal yang ajaib dan menakjubkan. Umat Allah akan tergiring jadi bangsa buangan, mulai dari orang berhikmat, bangsawan, orang kaya pemuka bangsa, hingga masyarakat biasa. Semua diangkut ke Babilonia. Hikmat dan kearifan mereka lumpuh total dan terhinakan. Mereka kembali ke titik nol yang membuat umat itu mulai menggali hikmat dan kemurnian Taurat Tuhan. Di masa pembuangan itu ternyata Tuhan menjadikan keajaiban yang menakjubkan bagi umat yang dikasihiNya. Amin.

Selasa, 21 Februari 2017

"TANDA PERJANJIAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TANDA PERJANJIAN

Kejadian 9:13 “Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi.”

Menurut pengetahuan umum, pelangi adalah fenomena alam yang berupa optik dan meteorologi yang memiliki warna-warni yang sejajar terlihat ada di langit. Pelangi terjadi bila cahaya mengalami pembiasan saat cahaya matahari terkena air hujan. Itu sebabnya pelangi terlihat pada saat hujan dan disertai cahaya matahari bahkan di antara hujan dan sinar matahari lalu sinar matahari ada di belakang pengamat sehingga akan terjadi garis lurus antara matahari, pengamat, dan busur pelangi dan akan terbentuk.

Namun, dalam nas ini kita tidak membahas pelangi atau busur dari Allah menurut ilmu alam itu. Sesudah bencana air bah berakhir dan tanah menjadi kering, Allah mengadakan perjanjian dengan Nuh, keturunannya dan segala makhluk hidup yang bersama-sama dengan mereka. Allah berfirman: Tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi. "Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi. Allah mencetak busurNya di langit menjadi tanda perjanjian hidup bagi manusia dan segala makhluk hidup. Pelangi menjadi "tanda perjanjian-Nya".

Busur bisanya merupakan alat perang dan lambang balas dendam, oleh Allah telah dibaharui menjadi lambang perdamaian dan kemurahan hatiNya. Untuk melawan badai awan-awan hitam, busur Allah diubah menjadi "pelangi" (rainbow) oleh sinar kemurahan hati dan berkat Allah. Di sana Allah menyatakan diriNya berada dalam perdamaian abadi.

Pelangi tidak hanya disebut di peristiwa air bah, tapi juga dalam kisah Yehezkiel (Yehezkiel 1: 28), di kisah Yohanes di Patmos saat menerima Wahyu akan kesukaran di masa  akhir (Wahyu 4: 3). Dari sana kita peroleh tiga makna pelangi: (1) Sebagai simbol perjanjian Ilahi, bahwa Injil seperti pelangi menjangkau semua makhluk dari ujung sampai ke ujung bumi. (2) Sebagai simbol kemuliaan Allah, dalam pelangi nyata (Yehezkiel 1:28). Tujuh warna pelangi: merah (cinta, kuasa), jingga (sehat dan kuat), kuning (sempurna, ceria), hijau (hidup,subur), biru (setia, damai), nila (rajani, agung) dan ungu (mewah, mulia), tersusun harmoni jadi tanda keagungan Tuhan. (3) Sebagai warna di sekitar tahta Kerajaan Surga, seperti penglihatan Yohanes: pelangi di sekitar tahta Kerajaan Surga.

Tuhan sudah memberi kita tanda akan kemuliaanNya. Dia setia dan kasih karuniaNya mencakupi segala ciptaan. Kemuliaan yang indah hadir dalam kekudusan dan kekekalanNya di kehidupan kita. Mari yakini Tuhan yang setia mengasihi-memeliharakan. Dia tidak pernah melupakan kita. Amin.

Senin, 20 Februari 2017

"KASIHILAH MUSUHMU" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KASIHILAH MUSUHMU
Nas Evangelium: Matius 5:38-48

1. Khotbah ini dimulai dengan konsep MORAL SEIMBANG standar umum yang kita namai HUKUM BERBALASAN “Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.” Kita sudah lama menikmati dan menyikapinya sebagai kebenaran. Orang Batak menerapkan “Si solisoli uhum, sialap ari gogo”, Anda bekerja tiga hari di sawahku, aku bekerja tiga hari di sawahmu – Kamu datang ke pestaku, aku datang ke pestamu – kamu memakiku, aku pun memakimu. Balas-membalas. Dosa ini tidak akan pernah berakhir.

2. Kemudian Yesus memberi empat perilaku hidup, yakni:
a. "Melawan orang yang berbuat jahat,.. menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” Untuk menampar pipi kanan, seseorang melakukannya dengan punggung tangannya dan itu penghinaan, tapi dengan memberi pipi kiri ditamparnya, kita mengubah makna penghinaan menjadi pengajaran, sehingga kita tidak terhina melainkan mendapat pelajaran yang baik.
b. "Orang hendak mengadukan dan mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.” Jika ia mengingini baju kita berarti ia menelanjangi (mempermalukan) kita. Tapi dengan menyerahkan juga jubah, kita memberi dia peluang menyadari kehormatan diri kita.
c. "Memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.” Pemaksaan adalah kejahatan, tapi dengan berjalan bersamanya sejauh dua mil, mengubah pemaksanaan menjadi jalan-jalan bersama.
d. "Memberi kepada yang meminta, memuluskan peminjaman kepadaya.” Meminta dan meminjam membuat orang itu terhutang pada kita, di bawah kendali kita dan menjadi “budak” kita, tapi dengan “memberi”, kita menempatkannya jadi sahabat, mitra dan terhormat.

 Untuk mengatasi sikap negatif itu, Yesus memerintahkan kita meninggalkan Hukum Moral biasa “Kasihi sesamamu manusia dan benci musuhmu” naik menerapkan Hukum Moral Positip “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Inilah standar Bapa Surgawi: mencintai semua, orang baik maupun jahat. Itulah nilai sempurna acuan kesempurnaan bagi kita. “..haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

3. Apakah Hukum Moral Proaktif ini dapat kita lakukan? Harus kita upayakan. Cara melakukannya kita dituntun Matius 7:12 yang mengatakan: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka..” Taruhlah kita sudah bermusuhan dan saling membenci. Apa yang kuinginkan agar musuhku berbuat sesuatu kepadaku, maka itulah yang terlebih dahulu kulakukan kepadanya. Contoh: Jika saya ingin musuhku minta maaf kepadaku, maka itulah kulakukan kepadanya lebih dahulu. Sangat mudah melakukannya kalau kita mau meneladani Yesus yang datang kepada manusia yang sudah menjadi musuhNya karena dosa, tetapi inisiatif Allah mengasihi manusia menjadi keselamatan bagi kita. Amin.

Selamat Hari Minggu dan Selamat Beribadah.

Sabtu, 18 Februari 2017

"UMAT KEPUNYAAN ALLAH" Renungan harian oleh Pdt.Lucius .T.B.Pasaribu, S.Th

UMAT KEPUNYAAN ALLAH

1 Petrus 2:9-10 “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.”

Pada mulanya “umat milik kepuyaan Allah” dikenakan kepada Israel, tapi setelah karya Yesus di salib, orang yang percaya kepadaNya sebagai Tuhan dan Juruslamat, juga dikenakan titel “umat kepuyaan Allah”. Definisi dalam Konfesi mengatakan: Gereja adalah persekutun orang percaya, yang dipanggil, yang dipilih, yang dikuduskan dan yang ditetapkan Allah melalui Roh Kudus. Otomatis, gereja menjadi bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri yang menerima Amanat: memberitakan pekejaan-perkerjan Allah yang besar. Dengan optimal kita mengerjakan amanat ini, maka Kristen di mana saja, juga di Indonesia menjadi milik Allah yang berharga.

Cara agar menjadi orang yang berharga di mata Tuhan sudah dijelaskan. Ada empat syaratnya.
(1) Kita harus memiliki mentalitas ORANG PILIHAN DAN TERPILIH. Kita dipilih karena dijamin tidak akan mempermalukan Tuhan sang pemilih, sebaliknya memberi kebanggaan kepadaNya.
(2) Kita harus bermoral RAJANI, yang terhormat, sopan, santun dan agung.
(3) Kita harus memelihara KEKUDUSAN, yakni hidup yang khusus bagi kemuliaan Tuhan. Kudus tidak hanya suci, bersih dan tahir, tapi spesial (Batak: dipapulik) untuk memuliakan Tuhan.
(4) Kita harus menunjukkan harga sebagai MILIK kepunyaan Allah yang berharga, patut dibanggakan dan dsaksikan dengan sukacita.

Dengan keempat hal itulah kita berharga. Akan tetapi rahasia kepemilikan Allah akan semakin nyata, tatkala kita menjawab panggilan itu dengan iman. Laksana seorang anggota pasukan khusus, jika panggilan komando sudah kita terima maka kita harus bersiap tanpa menundanya. Dan setelah dipanggil, kita patut berkemas, membulatkan tekad, janji dan komitment, dan langsung melangkah untuk melakukannya.

Pernyataan dalam nas ini adalah penghargaan dan sokongan moral bagi umat gereja mula-mula yang sedang teraniaya. Mereka akan tahan dan setia menahan semua sengsara itu, dengan diberi status yang terhormat, lebih mulia sebagai milik kepunyaan Allah. Nilai bukan pada kualitas diri kita, tetapi pada Allah pemilik yang menjamin kehidupan itu. Mari, hidup setia sebagai umat kepunyaan Allah. Amin.

Selamat pagi Amang-Inang, selamat beraktivitas, dan selamat berakhir pekan.

Jumat, 17 Februari 2017

Acara Partangiangan Bona Taon Punguan Parompuan HKBP Sutoyo - tahun 2017, di Taman Mini Indonesia Indah

Acara Partangiangan Bona Taon Punguan Parompuan HKBP Sutoyo tgl. 16 Februari 2017 di Taman Mini Indonesia Indah, didampingi oleh inang Pdt. Sonny L. br. Sinaga, S.Th., MM. dan amang Pdt. Halim P. Simbolon, S.Th.

Latar Belakang acara ini untuk:
  • Ucapan syukur Punguan Parompuan HKBP Sutoyo kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kebaikan dan kesehatan yang telah diberikan hingga dapat memasuki tahun 2017
  • Mempererat persatuan dan kebersamaan Punguan Parompuan HKBP Sutoyo
Dimana Pesertanya:
Semua Punguan Parompuan HKBP Sutoyo sebanyak 90 orang
Dengan Tujuan dilaksanakan acara ini:
  • Menumbuhkan rasa kepedulian, kebersamaan dan saling mengenal dekat antar Punguan Parompuan HKBP Sutoyo
  • Punguan Parompuan yang sehati dan sepikir dalam pelayanan di Gereja HKBP Sutoyo
Harapan kami selesai mengikuti acara ini:
Semoga Punguan Parompuan HKBP Sutoyo terpanggil menjadi pelopor pembaharuan, perdamaian ditengah-tengah keluarga, gereja dan masyarakat. (narasi: S. br. Nadeak), (photo: H. Sipayung)



Minggu, 05 Februari 2017

Pensiun Sintua: St. Dumoli Siahaan, SH / br. Simanjuntak

Hari minggu, 05 Februari 2017, pada kebaktian pkl. 10.00 wib, dilaksanakan acara Pensiun Sintua kepada Amang St. Dumoli Siahaan, SH / br. Simanjuntak yang telah mengabdi di HKBP Sutoyo hingga usia 65 tahun dari Sektor Pondok Bambu / Pondok Kelapa. Dilayani oleh Pdt. SP. Nababan, S.Th. (pic: St.ETP Sirait)
   







Babtisan Kudus, Dilayanani oleh Pdt. B. Napitupulu, S.Th.

Hari Minggu, 05 Februari 2017, pada kebaktian pkl. 07.00 wib dilaksanakan Baptisan Kudus, jumlah anak yang menerima baptisan kudus sebayak 6 orang dan dilayani oleh Pdt. B. Napitupulu, S.Th. (pic:cst.p.sitorus)



Acara pensiun St. Dumoli Siahaan / br. Simanjuntak; Minggu 05 Pebruari 2017