running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Selasa, 13 Februari 2018

"TIDAK BERCACAT DI HADAPAN ALLAH" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TIDAK BERCACAT DI HADAPAN ALLAH

1 Tesalonika 3:13, "Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya".

Badan Pemeriksa Keuangan biasanya menerbitkan hasil pemeriksaan penggunaan anggaran keuangan negara dengan suatu penilaian. Penilaian tertinggi adalah sertifikat wajar tanpa pengecualiaan atau disingkat dengan WTP.  Penilaian ini adalah kategori terbaik dimana tidak ada cacat dalam pemakian anggaran. Namun dengan istilah wajar, ini sebenarnya sudah memiliki arti memaklumi suatu kesalahan tapi pada tingkat kewajaran. Dengan adanya kontrol yang demikian setiap pimpinan daerah dan pengguna wewenang memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebaik mungkin tanpa cacat dan kesalahan. Jika pun ada kekeliruan kita bersedia dikoreksi dan diperbaiki demi kesempurnaan

Tidak bercacat di hadapan Allah, merupakan suatu tugas dan tanggung jawab orang percaya. Kita telah menerima anugerah yaitu keselamatan di dalam Yesus Kristus, maka keselamatan itu harus kita kerjakan sampai kedatangan Yesus Kristus keduakalinya. Jika Tuhan datang, bagaimana hidup kita? Inilah yang diajarkan oleh renungan di pagi ini, jangan tergoda tetapi tetaplah terjaga memelihara iman yang tak bercela. Jika Tuhan datang kita ditemukan hidup kudus dan tak bercacat di hadapan Allah.

Dalam pemahaman Yahudi, istilah tak bercacat dihadapan Allah adalah suatu istilah peribadahan dalam mempersembahkan kurban. Imam telah menentukan jenis-jenis hewan korban (Bil 7:87-88). Jika seseorang menyampaikan kurban bakaran maka imam akan memeriksa ternak yang akan dikurbankan dan dipastikan tidak bercacat atau bercela (Im 22:20-21). Demikian dengan pribadi yang mempersembahkan korban harus benar-benar kudus dan tidak najis. Peratuan ibadah yang sangat ketat demikian menekankan Allah menghendaki pribadi yang menyerahkan korban harus benar-benar kudus dan kurban yang dipersembahakan juga tak bercatat. Itulah yang diingatkan Paulus kepada jemaat Tessalonika bahwa Tuhan menghendaki kita kudus dan tidak bercela. Dalam hidup dan aktifitas keseharian kita janganlah bercela dan bercacat, karena itu yang dikehendaki Allah.

Bagaimana kita tidak bercacat di hadapan Allah? Bukankah kita manusia adalah orang berdosa, tercela dan bercacat di hadapan Allah? Sesungguhnya kita tak layak di hadapan Allah. Namun Tuhan telah menerima kita dengan suatu korban pendamaian dan penghapusan dosa di dalam Yesus Kristus. Kita datang ke hadapaan Allah bukan karena kita layak, tetapi dilayakkan oleh Yesus Kristus. Cela dan dosa kita telah dihapuskanNya melalui kerelaanNya menjadi kurban perdamaian di hadapan Allah dengan kematianNya di kayu salib. Maka di dalam Yesus Kristus, Allah menerima kita. Dengan demikian kita yang telah menerima pengampunan dan penghapusan dosa harus memelihara pengampunan itu sampai kedatangan Kristus kelak. Dosa kita telah diampuniNya, maka dengan segala kekuatan yang ada pada diri kita harus memelihara keselamatan itu dengan tidak berbuat dosa lagi. Tuhan menghendaki kita sempurna sebagaimana pesan Yesus di Matius 5:48, "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Karena itu marilah kita pelihara keselamatan yang telah dianugerahkan kepada kita dengan bersedia melakukan pekerjaan yang terbaik dan berusaha tak bercacat dalam segala tugas dan tanggungjawab yang kita emban. Amin.

Senin, 12 Februari 2018

"BERTAHAN SAMPAI GARIS AKHIR" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BERTAHAN SAMPAI GARIS AKHIR

Yakobus 1:12, "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia"

"No pain, no gain" dapat diartikan tidak ada rasa pahit, tak ada kemenangan atau kemenangan diraih melewati pengorbanan.  Ungkapan ini megingatkan bahwa tak mungkin ada piala tanpa kerja keras. Ungkapan yang sangat tepat dalam menggambarkan kehidupan orang percaya. Dalam menantikan kehidupan kekal, orang percaya akan mengahadapi berbagai penderitaan dan pergumulan. Oleh karena itu seorang pengikut Yesus harus memiliki dua hal ini, yaitu: daya tahan dan daya juang. 

Daya tahan dan daya juang ini adalah potensi manusia yang tidak dapat diukur.  Daya tahan adalah kualitas pribadi seseorang dalam menghadapi pergumulan dan daya juang adalah energi yang dimiliki seseorang dalam meraih cita-cita. Kedua hal ini berbeda namun memiliki spirit yang sama. Seorang yang memiliki daya tahan terhadap pergumulan tentu memiliki hati yang sangat elastis dan tidak mudah putus asa. Energinya terus bertambah-tambah menghadapi persoalan yang satu dengan yang lain. Paulus menyebutkan daya tahan mengahadapi masalah memiliki tingkatan: "Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita" (Roma 5:3-5).

Sedangkan daya juang orang  beriman dijelaskan oleh Paulus ibarat seorang prajurit, atlet dan petani. Terus berjuang hingga sesuatu yang dikerjakannya sampai ke tujuan akhir atau hasil akhir: "Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga. Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya" (2 Tim 2:4-6).

Prajurit, atlet dan petani semuanya berjuang menuju akhir. Ketiganya tidak akan mendapatkan apa-apa kalau tidak bertahan sampai akhir. Seorang prajurit akan bersukacita ketika menang mengakhiri peperangan. Seorang atlet akan bersuka cita mengangkat piala di akhir fisnished dan seorang petani akan berbahagia ketika dapat menikmati hasil panen.

Orang percaya dalam meraih kebahagiaan harus memiliki daya tahan terhadap berbagai pencobaan dan penderitaan yang dihadapi dan sekaligus memiliki daya juang yang tinggi sampai memperoleh mahkota kehidupan. Dengan memiliki kedua hal inilah orang percaya meraih kebahagiaan kekal. Sejak awal Yesus mengingatkan bahwa mengikut Dia harus memikul salib. Mengikut Yesus bukanlah seperti orang menenteng rantang nasi, ringan dan dapat melenggak-lenggok, atau seperti orang kantoran menenteng tas kerjanya. Namun mengikut Yesus harus memikul salib yang dibebankan. Rasul Yakobus dalam renungan di pagi hari ini mengingatkan hal yang sama, bahwa kebahagiaan dicapai dengan bertahan pada pergumulan. Seberat apapun sessi-sessi sulit kehidupan yang kita hadapi bertahanlah, karena hanya orang yang bertahan hingga kesudahannya meraih kebahagiaan abadi, yaitu mahkota kehidupan.
Karena itu bertahanlah dalam menahan segala penderitaan dan berjuanglah dalam meraih impian. Roh Kudus menolong dan memberikan kekuatan bagi kita. Amin.

Kamis, 08 Februari 2018

"DIPERSIAPKAN UNTUK PEKERJAAN BAIK" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"DIPERSIAPKAN UNTUK PEKERJAAN BAIK"

Efesus 2:10, "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya"

Ada hal yang harus kita sadari bahwa manusia memiliki mandat ilahi. Allah mengamanatkan tugas mulia yang harus kita kerjakan dalam hidup ini untuk membangun kehidupan terhadap sesama manusia dan kemuliaan bagi Allah. Mandat ilahi ini dikembangkan oleh teolog bernama Boenhoffer yang menekankan bahwa manusia menerima mandat ilahi melalui penetapan Allah sejak penciptaan (Baca Kej 1:27-31).  Sebagaimana kita tahu bahwa setelah Allah menciptakan langit, bumi dan segala isinya, Ia menciptakan manusia dan memberikan tugas untuk melestarikan alam dan memelihara lingkungan hidup ini seturut dengan harmoni ciptaan.  Allah telah mecipta semuanya baik adanya;  dalam memelihara kebaikan inilah, Allah memberikan mandat ilahi bagi manusia. 

Namun manusia telah gagal memenuhi perintah Allah dangan kejatuhannya ke dalam dosa. Lewat dosa manusia kehilangan kemuliaan Allah, dan konsekwensi dosa adalah maut. Namun kasih karunia Kristus telah menebus manusia dari dosa dan maut. Penebusan Kristus ini sekaligus pemulihan manusia kembali kepada makna segambar dengan rupa Allah. Jika oleh dosa manusia telah tercemar dan kehilangan kemuliaan Allah, maka melalui penebusan Kristus kita diselamatakan dan dipulihkan menjadi manusia baru. Manusia baru adalah rencana Allah sejak semula. Karena Allah tidak menghendaki kematian orang-orang pilihanNya, tetapi setia dalam iman. Dari penebusan Yesus Kristus ini Paulus menjelaskan kita diciptakan di dalam Yesus Kristus sebagai manusia baru.

Di sinilah kekayaan Paulus dalam melihat karya Allah lewat penciptaan dan penebusan.  Tuhan telah mempersiapkan manusia untuk melakukan pekerjaan baik dalam hidupnya sejak semula sebelum segala sesuatu dijadikan. Pekerjaan baik itu adalah amanat Allah kepada setiap manusia untuk memelihara ciptaanNya dengan baik. Melalui mandat ilahi ini manusia adalah pekerja-pekerja Allah melakukan kehendakNya. 

Mandat ilahi inilah yang harus kita pelihara dalam hidup kita. Kita dipakai Allah untuk melakukan kehendakNya. Dunia ini hendak dipenuhi kehendak Allah melalui orang percaya yang diciptakan di dalam Yesus Kristus. Pekejaan baik itu bukan ditentukan oleh posisi yang dimiliki, namun mempersembahkan hidup ini apa adanya bagi Tuhan. 

Saya sungguh tersentuh suatu dokumentasi yang dishare dalam WA. Suatu ketika satu gereja di China mengadakan pengumpulan dana, untuk bhakti kasih, seorang difable (kaki mengecil dan kering), dia bergerak hanya dibantu tangannya menggeser badannya dan hidupnya hanya menunggu belas kasihan di pinggir jalan. Dia datang ke even pengumpulan dana itu dan berusaha dengan sekuat tenaganya mendekati kotak amal. Semuanya sudah berpikir bahwa difable ini akan datang untuk meminta belas kasihan. Namun sungguh mengejutkan sang difable berusaha berdiri untuk memasukkan uang yang dimilikinya ke kotak amal. Semua panitia sangat terharu. Melakukan pekerjaan baik bukan saat ketika keadaan ekonomi kita baik, dalam keadaan apapun mari berikan yang terbaik bagi kemuliaan Tuhan. Inilah yang harus kota imani, karena Tuhan telah merencanakan kita yang percaya kepada Yesus Kristus untuk melakukan pekerjaan baik. Amin.

Rabu, 07 Februari 2018

"IMAN MENGALAHKAN DUNIA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

IMAN MENGALAHKAN DUNIA

1 Yohanes 5:5, "Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?"

Lawan terbesar dalam diri manusia bukanlah musuh tetapi sikap pesimis di dalam diri sendiri. Tak jarang seorang olahragawan konsultasi ke psikolog atau konselor untuk membangun percaya diri.  Percaya diri dan sikap optimis sangat membantu orang memiliki semangat dalam memenangkan lomba atau pertandingan.   Hal ini dilakukan agar jangan terjadi seperti ungkapan: "belum berjuang sudah kalah". Hal seperti inilah tantangan terbesar dalam meraih kemenangan. 

Meraih krmenangan memang harus realistis, realisme yang berpengharapan. Tidak mungkin kita melakukan sesuatu tanpa perhitungan.  Tak semua bisa seperti Daud dapat mengalahkan Goliat sang raksasa itu. Tidak mungkin kita maju ke medan pertandingan dengan lawan yang tak seimbang atau melakukan pekerjaan yang "impossible" (tidak mungkin) dengan dalih iman dan pengharapan. Tuhan Yesus sendiri mengajarkan realistis (baca Lukas 14:28-31), seorang membangun harus mengukur kemampuannya dan seorang pemimpin perang harus memperhitungkan kekuatan lawan. 

Rasul Yohanes memperhadapkan kepada jemaat mula-mula bahwa musuh-musuh terbesar orang Kristen adalan 'pengajar-pengajar sesat dan guru-guru palsu' (1 Yoh 4:1-3); mereka adalah 'anti Kristus' yang terus melakukan provokasi dan propoganda menghambat penyebaran Injil. Mereka terus menyebarkan roh kesesatan karena mereka adalah alat iblis yang telah sejak semula terus melakukan dosa (1 Yoh 3:8). Tujuan hidup mereka adalah kenikmatan sesaat di dunia ini. 

Jangan takut dan kuatir menghadapi dunia dan segala kuasanya. Orang yang percaya kepada Yesus Kristus memiliki kuasa untuk mengalahkan dunia ini. Hal ini cukup beralasan bagi rasul Yohanes karena: 

(1). Kristus telah mengalahkan kuasa dosa dan maut. Segala kuasa iblis telah ditahlukkan oleh Yesus Kristus melalui kematian dan kebangkitanNya. Kita telah ditebus dari kuasa dosa dan kematian maka kematian dan dosa tidak dapat menahan kita karena kita telah hidup dalam kuasa pemerintahan Kristus. Karena itu jangan lagi mau dikenakan kuk perhambaan (Band Gal 5:1)

(2). Orang percaya dapat mengalahkan dunia dan ini karena kita memiliki iman. Iman yang kita miliki adalah kekuatan tak terbatas, bukan hanya kuat dalam arti keras, tetapi kuat dalam arti kuasa (kata Yunani disebut 'dunamis'. Bisa juga kita bandingkan kata dinamit yang memiliki kekuatan daya ledak). Yesus berkata: "Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, — maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu." (Mat 17:20). Iman adalah kekuatan terbesar orang percaya yang dapat mengalahkan dunia.
(3). Penyertaan Tuhan Yesus.Yesus tidak pernah meninggalkan orang percaya. Dia hadir dan mendampingi kita dalam menjalani hidup ini. Dia menyertai sampai akhir perjalanan hidup kita di dunia ini.  Yesus berkata: "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat 28:20).

Inilah kekuatan besar pada diri orang percaya yaitu iman. Mari pelihara iman yang ada pada kita agar terus bertumbuh karena itu adalah sumber kekuatan dalam hidup orang percaya. Iman menguatkan kita melewati rintangan dan mengalahkan tantangan dalam hidup ini. Amin.

Senin, 05 Februari 2018

"PELAJARI DAN LAKUKANLAH" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

PELAJARI DAN LAKUKANLAH

Filipi 4:9, "Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu".

Dalam ilmu pengetahuan, istilah teori dan praktek merupakan dua istilah yang tidak terpisahkan. Jika teori terpisah dari praktek maka itu hanya sebatas wacana: tataran ide dan konsumsi otak saja. Kata orang, ini namanya NATO: No Action Talking Only. Makanya harus ada praktek atau terapan dari teori yang aplikatif dan berdaya guna. Teori tanpa praktek sama saja tak berguna, sebaliknya praktek tanpa teori manusia tidak akan dapat mengevaluasi apa yang dikerjakan.

Jika dalam ilmu teori dan praktek tidak dapat dipisahkan, maka lebih dari itu hal iman. Hal kni dijelaskan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat Filipi. Pada pasal 4:8 dia menganjurkan agar jemaat belajar dan memikirkan segala hal kebaikan, maka pada ayat 9 ia mendorong mereka melakukannya.  

Di dalam iman kita mengetahui apa yang baik dan apa yang dikehendaki oleh Allah, namun tugas kita bukan hanya mengetahui kehendak Allah, tetapi menghayati, menghidupi dan melakukan serta mempraktekkan firman itu dalam hidup kita sehari hari. Hal inilah yang dijelaskan oleh Paulus di jemaat Filipi. Filipi sedikit banyak telah dipengaruhi oleh filsafat Hellenisme yang menekenkan pentingnya pengetahuan. Mereka orang-orang sangat berminat belajar tentang hal-hal filsafat, suka berteori tentang kebaikan dan hal terbaik. Namun Paulus mendorong mereka tidak berhenti pada sebatas mengetahui kebaikan tetapi harus melakukan dan menerapkan kebaikan itu dalam hidup sehari-hari. 

Itulah sebabnya Paulus dalam renungan di pagi ini mengatakan, lakukanlah apa yang engkau pelajari. Jemaat Filipi sudah menerima pengajaran dari rasul tentang Yesus Kristus, mereka juga sudah mengetahui pokok-pokok iman kekristen dan mengetahui etika Kristen. Jika hanya memikirkan tak ada gunanya, tetapi harus dilakukan dan diterapkan dalam hidup sehari-hari. Apa jadinya jika seorang pelajar memiliki pengetahuan tentang agama nilai A namun perilakunya buruk dan tak bermoral. Itu namanya nilai yang didapatkan tidak sesuai dengan perbuatannya.

Ada ungkapan mengatakan: satu teladan lebih berguna dibanding seribu nasihat. Itu betul, memberi nasihat sangat gampang, namun apakah nasihatnya telah diterapkan dalam hidup? Paulus sendiri berani mengatakan: "apa yang telah kamu lihat kepadaku", lakukanlah. Paulus telah memberikan teladan bagi jemaat. Di depan mata jemaat Filipi, Paulus telah memberikan contoh bagi jemaat, baik dalam hal iman; teladan dalam perkataan, perbuatan dan kasih.

Segala yang baik yang mereka terima, pelajari dan lihat sendiri dalam diri para rasul harus diteladani dan diikuti oleh jemaat dalam hidupnya. Bagi Paulus, tidak ada alasan untuk tidak menerapkan ajaran yang baik karena Allah sendiri yang memberikan kekuatan bagi kita. Allah sendiri memerintah hati kita dan memberikan untuk melakukannya. Amin.

Filipi 4:9, "Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu".

Dalam ilmu pengetahuan, istilah teori dan praktek merupakan dua istilah yang tidak terpisahkan. Jika teori terpisah dari praktek maka itu hanya sebatas wacana: tataran ide dan konsumsi otak saja. Kata orang, ini namanya NATO: No Action Talking Only. Makanya harus ada praktek atau terapan dari teori yang aplikatif dan berdaya guna. Teori tanpa praktek sama saja tak berguna, sebaliknya praktek tanpa teori manusia tidak akan dapat mengevaluasi apa yang dikerjakan.

Jika dalam ilmu teori dan praktek tidak dapat dipisahkan, maka lebih dari itu hal iman. Hal kni dijelaskan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat Filipi. Pada pasal 4:8 dia menganjurkan agar jemaat belajar dan memikirkan segala hal kebaikan, maka pada ayat 9 ia mendorong mereka melakukannya.  

Di dalam iman kita mengetahui apa yang baik dan apa yang dikehendaki oleh Allah, namun tugas kita bukan hanya mengetahui kehendak Allah, tetapi menghayati, menghidupi dan melakukan serta mempraktekkan firman itu dalam hidup kita sehari hari. Hal inilah yang dijelaskan oleh Paulus di jemaat Filipi. Filipi sedikit banyak telah dipengaruhi oleh filsafat Hellenisme yang menekenkan pentingnya pengetahuan. Mereka orang-orang sangat berminat belajar tentang hal-hal filsafat, suka berteori tentang kebaikan dan hal terbaik. Namun Paulus mendorong mereka tidak berhenti pada sebatas mengetahui kebaikan tetapi harus melakukan dan menerapkan kebaikan itu dalam hidup sehari-hari. 

Itulah sebabnya Paulus dalam renungan di pagi ini mengatakan, lakukanlah apa yang engkau pelajari. Jemaat Filipi sudah menerima pengajaran dari rasul tentang Yesus Kristus, mereka juga sudah mengetahui pokok-pokok iman kekristen dan mengetahui etika Kristen. Jika hanya memikirkan tak ada gunanya, tetapi harus dilakukan dan diterapkan dalam hidup sehari-hari. Apa jadinya jika seorang pelajar memiliki pengetahuan tentang agama nilai A namun perilakunya buruk dan tak bermoral. Itu namanya nilai yang didapatkan tidak sesuai dengan perbuatannya.

Ada ungkapan mengatakan: satu teladan lebih berguna dibanding seribu nasihat. Itu betul, memberi nasihat sangat gampang, namun apakah nasihatnya telah diterapkan dalam hidup? Paulus sendiri berani mengatakan: "apa yang telah kamu lihat kepadaku", lakukanlah. Paulus telah memberikan teladan bagi jemaat. Di depan mata jemaat Filipi, Paulus telah memberikan contoh bagi jemaat, baik dalam hal iman; teladan dalam perkataan, perbuatan dan kasih.

Segala yang baik yang mereka terima, pelajari dan lihat sendiri dalam diri para rasul harus diteladani dan diikuti oleh jemaat dalam hidupnya. Bagi Paulus, tidak ada alasan untuk tidak menerapkan ajaran yang baik karena Allah sendiri yang memberikan kekuatan bagi kita. Allah sendiri memerintah hati kita dan memberikan untuk melakukannya. Amin.

Sabtu, 03 Februari 2018

"BERLIMPAH-LIMPAH DALAM PENGHARAPAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"BERLIMPAH-LIMPAH DALAM PENGHARAPAN"

Roma 15:13, "Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan".

Tiga hal yang harus tetap ada pada diri seorang Kristen adalah: iman, pengharapan dan kasih (1 Kor 13:13). Sejalan dengan itulah Paulus dalam Roma15 ini menekankan agar setiap orang percaya "berlimpah dalam pengharapan". Suatu motivasi bagi kita dalam menjalani hidup ini bahwa dalam segala keadaan dan dalam segala ketidak mungkinan pun kita harus tetap percaya bahwa kita tetap berpengharapan. 

Apa yang dimaksud dengan berlimpah dalam pengharapan? Jangan beri ruang berputus asa. Dalam keadaan sulit dan tak ada kemungkinan bagi kita keluar dari beban yang kita alami, tetaplah berpengharapan, akan ada jalan keluar.  Benar ungkapan ini "nothing imposible";  suatu ungkapan yang sangat menarik bahwa ketidakmungkinan itu adalah mungkin. Itulah pengharapan. 

Mungkin Anda pernah baca kisah cerita bermakna tentang kerang mengubah pasir menjadi mutiara. Seekor anak kerang mengeluh sakit karena pasir masuk dalam tubuhnya. Setiap bergerak akan terasa sakit yang tak tertahankan. Ibunya sangat mengerti keluhan anaknya, namun apa daya dia tak dapat mengambil pasir dari tubuh anaknya. "Anakku sayang, saya tak punya solusi untukmu mencabut pasir dari tubuhmu, namun agar mengurangi rasa sakit  buatlah air liurmu setiap kau bergerak sekeliling pasir agar sedikit licin dan itu dapat mengurangi rasa sakit". Demikianlah anak kerang melakukan pesan ibunya hari demi hari bahkan bertahun. Apa yang terjadi? Proses yang lama demikian telah mengubah pasir menjadi mutiara yang sangat berharga sebagaimana kita kenal.

Demikianlah kita tetap berpengharapan, bukan hanya menanti hal baik akan terjadi di balik hal buruk, namun mengubah hal buruk menjadi sesuatu yang bermakna seperti anak kerang tadi.  Banyak contoh dalam Alkitab bahwa segala ketidak mungkinan itu adalah mungkin. Marilah kita contoh hidup Abraham, dalam keadaan mandul di usia senja bagaimana mungkin hal itu terjadi? Bagaimana rencana Tuhan atas hidup Abraham? Di atas usia 100 tahun dia memperoleh anak dari Sarah. Ayub dalam segala penderitaan yang paling pahit, kehilangan segala harta benda dan ana-anaknya, tetapi dia terus setia dan berpengharapan. Mengakhiri segala pergumulannnya Ayub memiliki dua kali lipat dari apa yang dia miliki sebelumnya. Demikian kisah Maria dan Yusuf dalam narasi kelahiran Yesus Kristus. Sekalipun sungguh banyak penderitaan yang mereka alami, tapi orang Majus yang tak disangka dan tak diduga memberi persembahan bagi Yesus yang lahir itu. Seorang janda di Sarfat, stok terakhir bekalnya dan satu orang anak hanya tinggal segenggam tepung dan sedilit minyak. Elia hamba Tuhan datang atas suruhan Tuhan. Elia meminta tepung agar diolah baginya. Sepintas ini koyol dan tak habis pikir bagaimana mungkin menyerahkan stok terakhir bagi orang namun dalam keadaan kritis itulah terjadi mujizat. Sang janda menuruti apa yang diperintahkan Elia. Setelah tepung diolah untuk Elia apa yang terjadi? Tepung dan minyak itu tidak pernah habis dan itulah bekal janda itu dan anaknya hingga musim kelaparan selesai.

Berlimpah dalam pengharapan ada pada orang beriman (Baca Ibrani 11:1). Jangan pernah beri ruang untuk berputus asa, tetapi jalani hidup ini dan serahkan kepada Tuhan dan biarkan Dia mengatur jalan hidup ini.  Percaya kepada Tuhan, Dia akan memberikan jalan keluar dalam hidup ini. Amin.

Jumat, 02 Februari 2018

"UPAHMU BESAR DI SORGA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

UPAHMU BESAR DI SORGA

Matius 5:12, "Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."

Salah satu motivasi seorang pekerja adalah upah. Tidak sedikit orang membatalkan pekerjaannya atau 'resign' dari pekerjaannya karena upah tidak sesuai baginya. Itulah cerminan aktifitas kita sehari-hari,  pekerjaan pasti berkaitan dengan upah. 

Mengikut Yesus juga berkaitan dengan upah. Upah kita tidak tanggung-tanggung, selain hidup kita dipelihara dalam menjalankan tugas, juga dianugerahi upah yang sangat besar. Upah terbesar seorang murid Yesus adalah pewaris Kerajaan Sorga. Namun tunggu dulu, mengikut Yesus memiliki tantangan yaitu memikul salib, dikejar, dianiaya hingga martyr. Di balik semua penderitaan yang dijalani Tuhan mempersiapkan upah yang besar. Penderitaan yang dialami tak sebanding dengan upah yang akan diwarisi kelak, sebagaimana disebut Paulus dalam Roma 8:18, "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita".

Itulah sukacita dan kegembiraan paling terbesar dari apapun. Ada jaminan dan kepastian, orang yang memikul salib memperoleh keselamatan. Visi Yesus sangat jauh ke depan, upah yang dijanjikan bagi murid-murid yang mengikutinya bukan keuntungan kini  atau upah sesaat tetapi keuntungan yang abadi yaitu kehidupan yang kekal. 

Upah yang besar ini akan menjadi motivasi yang kuat bagi seorang murid menghadapi segala tantangan dan hambatan. Seorang murid akan bertahan dalam pengejaran dan penganiayaan, penderitaan dan kesengsaraan. Kesengsaraan sesaat tidak berarti baginya dibandingkan dengan kebahagiaan kekal. 

Renungan di pagi ini merupakan bagian dari khotbah Tuhan Yesus di bukit, mengenai ucapan bahagia. Khotbah Yesus ini sangat berbeda dengan ahli Taurat dan Farisi. Sebelumnya mereka mendengar khotbah berisi tentang tuntutan ini itu dan mendakwa orang bersalah di hadapan Allah. Manusia berdosa karena gagal melakukan kehendak Allah dalam hidupnya. Maka mendengarkan khotbah bukanlah sukacita namun menjadi beban. Yesus tampil berbeda; khotbah adalah berita sukacita, kabar baik dan kabar gembira. Khotbah adalah kabar keselamatan dan bahagia karena Tuhan berkenan mengampuni dosa. Khotbah memberitahukan tahun rahmat Tuhan dan pembebasan bagi setiap orang. Khotbah bukan mendakwa dan memvonis orang dalam kesalahannya, namun mewartakan keselamatan yang diberikan Tuhan pada umat manusia. Kabar sukacita ini menjadi pegangan yang berharga bagi setiap orang yang mendengarkan firman untuk memiliki pengharapan yang kekal.

Berbahagialah dan bersukacitalah sebab upahmu besar di Sorga. Suatu kepastian akan upah yang dimiliki oleh pengikut Yesus Kristus yang setia sampai kedatanganNya. Apa yang disampaikan oleh Yesus menjadi kegembiraan dan menjadi energi bagi mereka bertahan dalam penderitaan. Sekalipun dikejar dan dianiaya mereka tetap bertahan, tak takut mati martyr karena upah orang yang setia telah di garansi dalam Kerajaan Sorga. 

Kita adalah pewaris janji Allah yang memperoleh upah besar dalam Kerajaan Sorga. Tetaplah berpengharapan dan setia dalam iman. Seberat apapun tantangan dan godaan setialah sebab upah kita beaar di sorga. Amin.

Kamis, 01 Februari 2018

"TUHAN PAHLAWAN YANG MEMBERI KEMENANGAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"TUHAN PAHLAWAN YANG MEMBERI KEMENANGAN"

Zefanya 3:17, "TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai".

Dalam zaman kerajaan kuno, pahlawan dalam peperangan adalah kunci utama memenangkan pertempuran. Pahlawan ini adalah seseorang yang dianggap memiliki kemampuan luar biasa di atas rata-rata kemampuan manusia biasa.  Seorang pahlawan akan maju ke medan pertempuran dengan segala kekuatan dan kesaktiannya mengalahkan musuh. Pasukan perang akan bersemangat jika pahlawan mereka berada bersama mereka menghadapi musuh. Keberanian dan percaya diri akan bertambah jika mereka bersama dengan pahlawan perangnya.

Hal seperti ini juga yang dijelaskan oleh nabi Zepanya untuk meyakinkan umat Allah menghadapi musuh-musuhnya. Allah adalah pahlawan mereka yang hadir di tengah-tengah mereka menghadapi musuh. Jika Allah di pihak kita siapakah musuh yang menentang kita? (Band Roma 8:31). Allah itu gagah dan perkasa, Dia adalah pahlawan gemilang dalam peperangan, seperti disebut dalam Mzm 24:8, "Siapakah itu Raja Kemuliaan?". TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!" 

Zepanya melayani zaman Raja Yosia dan raja-raja terakhir di Yehuda. Mungkin sejajar dengan jaman Yeremia dan nabi-nabi kecil lainnya pada masa menjelang Yehuda ke pembuangan. Tema hari Tuhan sangat penting bagi Zepanya: penghukuman Tuhan atas bangsa-bangsa dan umatNya. Zepanya dalam pasal 2 juga menyampaikan nubuatan hukuman kepada beberapa negara: Filistin, Moab dan Amon, Assyur dan Mesir. Hal ini meyakinkan umat Allah bahwa Allah berperang demi umatNya dan akan memberikan hukuman bagi bangsa asing yang mengancam dan menekan umat Israel. 

Tuhan pahlawan bagi umatNya bukan saja pembawa kemenangan dalam perang tetapi memberikan sukacita, membaharui umatNya dengan penuh sorak-sorai. Peristiwa yang membawa kemenangan harus memperbaharui mereka, berubah untuk kebih taat memelihara perintah Allah. 

Siapakah pahlawan kita dalam perjalanan hidup kita? Pernah seorang ibu memposting anak kebanggaannya yang ulang tahun dan menyebutkan: "selamat ulang tahun ya pahlawanku!" Pahlawan disini adalah harapan yang besar dan kebanggaan. Pembawa nama yang harum dan kejayaan keluarga. Mungkin setiap orang memiliki perbedaan hal siapa pahlawannya dalam hidupnya, yang memotivasi dan membuat hidupnya bersemangat dan bergembira. Saat ini firman Tuhan hadir dan memberitahukan bahwa Allah sendirilah pahlawan kita yang memberikan kemenangan dalam perjuangan hidup kita masing-masing. Jangan kecut dan tawar hati, Tuhan pahlawan bagi kita orang yang dikasihiNya. Amin.