running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Senin, 31 Juli 2017

Pemberdayaan Parhalado HKBP Distrik VIII DKI Jakarta




"HIDUP UNTUK KEBENARAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

HIDUP UNTUK KEBENARAN

1 Petrus 2:24a, "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran"

Prinsip hidup tokoh-tokoh pejuang keadilan dan kebenaran akan membuat kita takjub: seperti Marthin Luther, Dietrich Bonhoeffer, Marthin Luther King Jr. dll.  Mereka berdiri di atas prinsip yang kokoh dan tak mundur sedikit pun. Pertanyaannya, apa yang membuat mereka memiliki prinsip yang begitu kokoh? Kesungguhan mereka hidup di dalam kebenaran telah mengubah dunia. Kesungguhan mereka hidup dalam kebenaran adalah pengahayatan atas pengorbanan Yesus Kristus yang rela mati agar kita hidup. Hidup yang diinginkan oleh Yesus Kristus adalah hidup di dalam kebenaran.

Lihatlah misalnya Marthin Luther tokoh reformasi, dijuluki "Musa Jerman". Luther menentang surat aflat atau surat penghapusan dosa yang dijual oleh J Tetzel demi mengumpulkan dana pembangunan gereja. Luther menempelkan 95 dalil di pintu gerbang gereja Wittenberg Jerman untuk melawan praktek gereja yang telah menyimpang dari ajaran Alkitab. Keberanian M Luther ini dianggap sebagai kecongkakan dan telah melanggar ajaran insiblitas Paus (Paus tak akan pernah salah). Reaksi Romawi terhadap Luther sangat keras, menyidang dan mendesak Luther agar mencabut dalilnya. Namun sekalipun ditekan habis-habisan bahkan telah diputuskan untuk dihukum mati melalui surat enklisik dari Romawi. Namun Luther berkata: "Hier steh'ich, ich kann nicht anders. Gott helfe mir" (disini saya berdiri, saya tidak dapat berbuat yang lain. Tuhan menolong aku).

Hidup dalam kebenaran sebagaimana prinsip M.Luther telah melahirkan reformasi bagi geraja. Salah satu dalil Marthin Luther menyangkut pembenaran oleh iman akhirnya telah diakui dan diterima dengan penandatanganan dokumen JDIC: Joint Declaration Justification by Faith oleh LWF (Lurheran World Federation) dan pihak Vatikan di Roma.

Demikian juga dengan prinsip Dietrich Bonhoeffer menyusun Dokumen Barmen (Barmen theses) melawan dan menentang kebijakan Nazi. Sekalipun dipenjara bahkan dihukum mati oleh pemerintahan Nazi, Bonhoffer tak pernah mundur dari prinsipnya yang melawan Nazi. Kegigihan Bonhoeffer adalah atas dasar pemahaman kebenaran. Perjuangan Bonhoeffer sangat dihormati dan dikagumi.

Demikian juga dengan Martin Luther King Jr di Amerika, melawan rasisme dan diskriminasi terhadap kulit hitam. Dia terus berkotbah berapi-api dan penuh semangat melawan diskriminasi. Pidato yang sangat terkenal dari Martin Luther King Jr: "I Have A Dream". Sekalipun blokade militer menghempang mereka, mereka berdemo dengan tertib menuntut keadilan. Sekalipun dalam setiap aksi mereka berhadapan dengan anjing-anjing ganas dari polisi Amerika, namun mereka tidak surut.  Mimpinya mengenai masa depan kulit hitam akhirnya terwujud dengan ditetapkannya  hak politik warga kulit hitam, penghapusan diskriminasi dan penegakan kesetaraan di Amerika. Dan bukan hanya di Amerika, pergerakan Marthin Luther King Jr menginspirasi banyak aktifis di benua lainnya untuk perjuangan menghapuskan rasisme dan diskriminasi.

Renungan di pagi ini mengajak kita menghayati hidup di dalam kebenaran. Yesus Kristus telah menebus kita dari dosa agar kita hidup untuk kebenaran! PengorbananNya adalah anugerah yang mahal, dan menuntut komitment dari orang percaya agar hidup dalam kebenaran. Tidak terbilang lagi tokoh-tokoh yang lahir di sepanjang masa sebagai pejuang kebenaran dan pembebasan, semuanya bermuara pada penghayatan iman dan pengorbanan Yesus Kristus. Amin.

Minggu, 30 Juli 2017

Pendidikan dan Pemberdayaan: Sektor UKI Melayani dalam Ibadah Pkl. 10.00 wib



Acara paborhathon pensiun amanta St .Ir. AD Panjaitan MBA / br Siringoringo


 Kebaktian Pkl. 10.00 Wib, dilayani oleh amang Pdt. Lucius TB. Pasaribu, S.Th.






Acara ramah tamah di lantai ll, HKBP Sutoyo bersama Keluarga amang Sintua Pensiun St. AD. Panjaitan / br. Siringoringo serta para Pendeta / Parhalado / utusan ruas.


Sabtu, 29 Juli 2017

Remaja HKBP Sutoyo mengikuti pertandingan Manortor se Distrik Vlll Jakarta


Recorded by Pdt. Lucius TB. Pasaribu, S.Th

St. Lumban Tobing, Pdt. B. Napitupulu bersama Remaja HKBP Sutoyo

Jumat, 28 Juli 2017

Partangiangan Sektor Penas di rumah Kel. K. Manurung / br. Sitorus

Partangiangan Sektor Penas di rumah Kel. K. Manurung / br. Sitorus.

Dilayani oleh Pdt. Nasib P. Nainggolan, S.Si. (Teol).



"SATU DI DALAM TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SATU DI DALAM TUHAN

Roma 10:12, "Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya".

Salah satu sifat manusia adalah menganggap diri lebih tinggi dari orang lain. Sikap ini berlaku dalam segala hal: hal materi, hal kebaikan, estetika dan bahkan dalam hal religiositas atau  keagamaan. Agamaku lebih benar ketimbang yang lain, kerohanianku lebih saleh dari orang lain. Dalam suatu masyarakat sifat seperti ini bisa meningkatkan sentimen agama dan mendatangkan konflik agama. Di dalam satu agama hal semacam itu akan menimbulkan kesombongan rohani yang berdampak pada perpecahan.  Hal ini pula yang dilihat oleh Paulus di jemaat mula-mula. Di Korintus misalnya ada kelompok-kelompok atas nama rasul dan kelompok ini masing-masing merasa lebih murni. Demikian di jemaat Galatia ada perbedaan antara Yahudi atau Yunani, bersunat dan tak bersunat, namun diingatkan bahwa kita telah di dalam Yesus Kristus (Gal. 3:28).

Dalam renungan pagi ini Paulus menjelaskan bagaimana orang percaya yang berbeda ini saling menerima di dalam Tuhan Yesus Kristus. Perbedaan antara Yahudi dan non Yahudi, status sosial kaya dan miskin, budak atau orang merdeka tidak menjadi penghalang bagi kita untuk hidup bersama dan bersekutu dengan rukun. Inilah kelebihan dan kekayaan komunitas orang percaya dibandingkan dengan komunitas dunia di jaman itu. Inilah kekayaan orang beriman sekalipun berbeda-beda dalam segala hal, namun bisa saling menerima, bisa duduk satu meja jamuan makan bersama (perjamuan kudus); semua sama kedudukannya di hadapan Tuhan: tiada yang lebih tinggi atau rendah, tiada yang lebih terhormat, setengah terhormat dan rendah, namun semuanya satu. Tetapi ada saja yang merasa lebih baik, lebih saleh dan lebih kudus di tengah-tengah jemaat.  Itu bisa saja karena memang ada orang yang tidak memperdulikan kehidupan rohaninya. Paulus dengan sabar dan terus memberikan penjelasan bagi jemaat Rom agar saling menerima yang satu dengan yang lain, karena kita satu di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

Saling menerima yang satu dengan yang lain adalah bukti keberimanan kita. Hal ini harus kita sadari: demi menerima kita manusia yang hina ini, Yesus telah mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba. Dia tidak mempertahankan kemuliaanNya, namun turun menjadi manusia sepenuhnya untuk dapat menjangkau manusia. Dia turun dari sorga untuk dapat merangkul manusia, duduk dalam jamuan Allah Bapa. Jika Allah dapat menerima kita manusia berdosa di hadapanNya, lebih-lebih kita sesama manusia harus saling menerima yang satu dengan yang lain.

Mungkin benar, salah satu dari 6 ciri manusia Indonesia menurut Mukhtar Lubis (seorang sosiolog ternama), adalah budaya feodalisme. Feodal adalah struktur masyarakat yang membedakan bangsawan dengan jelata.  Feodalisme adalah faham yang menganggap diri bangsawan, yang lain adalah rakyat jelata: menempatkan diri lebih terhormat dibanding lainnya. Hal itu pula yang dipahami dalam diri orang Batak yang telah berhasil menghapuskan perbudakan. Konon raja ditandai dengan rumah bertangga genap dan kaum budak membangun rumah dengan tangga ganjil. Namun syukur kepada Tuhan Yesus Kristus di dalam Injil tanah Batak telah menghapuskan perbedaan status rumah bertangga ganjil atau genap karena kita semua satu di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

Semoga kita semakin erat bersatu; menghargai sesama seperti diri sendiri. Merakit kebersamaan dan bergandeng tangan memuliakan Tuhan melalui aktifitas dan pelayanan kita, baik dalam persekutuan gereja maupun pengabdian kita di tengah-tengah masyarakat. Amin.

Kamis, 27 Juli 2017

Partangiangan Sektor Gg 45 maringanan di Lt 2 Gereja HKBP Sutoyo; Kel. Ny. Doloksaribu, St. PM. br. Manullang

Partangiangan Sektor Gg 45 maringanan di Lt 2 Gereja HKBP Sutoyo; Kel. Ny. Doloksaribu, St. PM. br. Manullang.
Dilayani oleh Pdt. Lucius TB. Pasaribu, S.Th.



Partangiangan Sektor Warung Gudeg di rumah Kel. Ny. HW. Marbun br. Tambunan

Partangiangan Sektor Warung Gudeg di rumah Kel. Ny. HW. Marbun br. Tambunan.
Dilayani oleh Pdt. Halim P. Simbolon, S.Th.


"TAAT MENDENGAR SUARA TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TAAT MENDENGAR SUARA TUHAN

1 Samuel 15:22, "Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan".

Samuel tokoh yang sangat penting bagi Israel pada masa peralihan dari kepemimpinan imam kepada sistem kerajaan. Sebelumnya Israel hanya dipimpin oleh Hakim yang sekaligus juga menjadi imam bagi umat Israel. Padahal tantangan semakin banyak dari bangsa-bangsa sekitar yang menindas, merampok dan merompak mereka. Bangsa sekitar telah memiliki struktur masyarakat yang lebih maju dibanding Israel dengan memiliki raja yang menetap sebagai pemimpin mereka. Apalagi raja mereka adalah orang yang memiliki kharisma. Hal inilah yang mendorong bangsa Israel meminta kepada Samuel agar Tuhan memberikan seorang raja bagi mereka agar mereka sama dengan bangsa asing (1 Sam 8). Semula permintaan ini ditolak Samuel karena dianggap penolakan Israel terhadap Allah (Theokrasi). Pada akhirnya Tuhan pun memenuhinya dengan menyuruh Samuel mengurapi Saul sebagai raja  pertama bangi Israel.

Semula Saul memiliki harapan akan ada kemajuan, namun sangat disayangkan karena Saul sangat mengecewakan Tuhan. Saul adalah tipe yang tidak setia menjalankan perintah Tuhan. Dia lebih takut pada suara massa dari pada perintah Tuhan.  Jika kita baca 1 Samuel 13,  Samuel telah meminta Saul untuk menunggu waktu sebagaimana ditetapkan Samuel, yaitu sebelum menyerang Filistin harus menyampaikan korban bakaran kepada Allah. Namun karena sudah tidak sabaran dan atas desakan massa, akhirnya Saul memimpin sendiri pembakaran korban yang semestinya dilakukan oleh Samuel sebagai imam. Samuel sangat kecewa atas sikap Saul yang tidak setia melakukan firman Tuhan.

Demikian dengan teks renungan di pagi ini bacalah keseluruhan pasal 15: Saul disuruh untuk menumpas orang Amalek dan memusnahkan semuanya jangan ada yang disisakan. Namun apa yang terjadi? Saul memang berhasil menaklukkan Amalek, tapi sangat disayangkan Saul mengijinkan rakyat itu membawa lembu dan ternak tambun dengan alasan sayang dimusnahkan, lebih baik dikumpulkan dan dijadikan kurban bakaran bagi Tuhan.  Ini membuat Samuel marah besar:  Apakah Tuhan mau menerima korban bakaran demikian? Bagi Samuel mendengarkan suara Tuhan dan melakukannya jauh lebih penting dari korban bakaran lembu atau sapi yang paling tambun sekalipun.

Inilah kemarahan Samuel kepada Saul, kurban bakaran tidak lebih penting dari ketaatan untuk mendengar dan melakukan suara Tuhan. Seharusnya Saul menjadi pemimpin yang membawa umat Israel takut dan mendengarkan suara Tuhan. Ini justru membiarkan umat itu menjarah kambing dan lembu dari kaum Amalek untuk dijadikan korban bakaran bagi Tuhan. Mendengarkan, memperhatikan dan melakukan firman dengan setia itulah yang dikehendaki Tuhan.

Renungan di pagi hari ini menjadi refleksi yang sangat penting bagi kita. Memberikan persembahan adalah kewajiban kita mensyukuru karunia Tuhan.  Memberikan persembahan adalah kewajiban religius, baik berupa perpuluhan persembahan syukur dll. Namun apa yang disampaikan firman Tuhan di pagi ini menjadi sangat penting. Jangan sampai demi menyampaikan kurban persembahan, kita mengabaikan perintah Tuhan.   Mendengarkan dan melakukan firman Tuhan jauh lebih penting dari membawa korban yang tidak seturut dengan perintah Tuhan.
Firman Tuhan harus mendasari semua perbuatan dan perilaku kita. Firman harus menerangi dan menggarami semua perbuatan kita sehari-hari. Tuhan Yesus memberkati.
Amin.

Rabu, 26 Juli 2017

"TURUTLAH MENDATANGKAN KERUKUNAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"TURUTLAH MENDATANGKAN KERUKUNAN"

Roma 15:5-6, "Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus,
sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus".

Kerukunan adalah wujud kemampuan manusia mengelola konflik. Menerima yang lain apa adanya. Manusia yang hidup berbagai perbedaan: suku, ras, agama, paham, kepentingan dan berbagai pemisahan lainnya disatukan oleh satu kata yaitu rukun. Indonesia adalah salah satu masyarakat yang sangat mendambakan hidup rukun, itu sebabnys struktur terbawah dalam masyarakat adalah rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW). Cita-cita ideal ini dirakit dalam satu semboyan: Bhineka Tunggal Ika. Kita berbeda-beda namun kita satu dan hidup rukun dalam satu bangsa yaitu Indonesia.

Kekristenan sangat mendukung hidup rukun, bahkan rukun adalah karya keselamatan yang dilakukan Yesus di dunia ini. Hal itu dilihat dari kata "syalom". Arti kata ini dalam teks Ibrani adalah damai sejahtera, rukun, berarti tiada perang, tiada perseteruan, tiada kekacauan dan semua  masyarakat hidup sejahtera lahir dan bathin. Selain itu Yesus Kristus telah meninggalkan damai sejahtera bagi kita dan telah menetapkan kita menjadi anak-anakNya. Hakekat seorang anak-anak Tuhan menghadirkan damai ( Mat 5:9, "Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka disebut anak-anak Allah").

Renungan di pagi hari ini menjelaskan bahwa menghadirkan hidup rukun tidaklah mudah, namun membutuhkan keseriusan, ketekunan dan kerja keras.  Karena tak semua orang menghendaki damai sejahtera. Manusia umumnya ingin dihormati namun tak menghormati orang lain. Manusia ingin mencapai kepentingannya sekalipun dalam mencapai itu melanggar hak dan kepentingan orang lain. Dengan kata rukun kita membutukan kepekaan terhadap orang lain. Hidup rukun adalah hidup menerima yang satu dengan yang lainnya. Manusia rentan konflik karena egoisme.  Sikap egois yang demikian tentu akan membuat konflik, perselisihan dan perbantahan.  Hal ini penting, ada banyak tantangan, butuh kesabaran dan kelemah-lembutan dan tidak mudah patah arang dalam menghadirkan kerukunan.  Itulah sebabnya Paulus menjelaskan bahwa Yesuslah sumber ketekunan dan penghiburan bagi setiap orang yang menghadirkan damai sejahtera dan hidup rukun. Yesus adalah sumber energi atau sumber kekuatan bagi orang percaya menghadirkan damai sejahtera.

Hidup rukun dalam suatu masyarakat tentu memiliki banyak manfaat, selain rasa aman kita tidak menghabiskan energi untuk membentengi diri dari pikiran negatif. Cobalah kita lihat di sekitar kita, mengapa masyarakat kita harus membuat tembok yang tinggi memagari rumahnya, membuat cctv untuk pengamanan dan membayar security untuk menjamin gangguan keamanan. Itulah mahalnya hidup rasa aman dan tenteram. Paulus dalam renungan di pagi hari ini menekankan, dengan hidup rukun banyak hal positip yang kita lakukan: melakukan missi yang mendatangkan kesejahteraan masyarakat, menolong sesama, mendatangkan suka cita dan bentuk-bentuk pelayanan kemanusiaan yang menghadirkan kemuliaan bagi Allah.

Renungan di pagi ini menyapa dan memanggil kita sebagai anak-anak Allah: turutlah menjadi orang yang mendatangkan damai sejahtera dan kerukunan  di tengah keluarga, ruang lingkup pekerjaan, masyarakat dan bangsa kita. Tuhan Yesus memberkati! Amin.

Senin, 24 Juli 2017

"PENDOA SYAFAAT" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

PENDOA SYAFAAT

1 Timotius 2:1-2, "Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang,
untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan".

Doa sering didefinisikan menyampaikan permohonan kepada Tuhan tentang apa yang kita butuhkan: seolah aku dan kebutuhanku yang penting dipenuhi Tuhan. Defenisi itu tidak salah namun makna doa menjadi sempit. Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa kita diwajibkan untuk berdoa bagi orang lain:  mendoakan pemerintah, mendoakan pemimpin-pemimpin, mendoakan bangsa dan negara serta masyarakat sekitar kita. Itulah yang kita sebut dengan doa syafaat. Di dalam doa syafaat kita ikut memohon agar kebaikan diberikan Tuhan bagi orang lain. Dengan doa syafaat kita membuka diri untuk melihat begitu besarnya tanggung jawab orang percaya untuk kedamaian dan kesejahteraan di sekitar kita.

Lihatlah Abraham, diberkati untuk menjadi berkat bagi dunia (Kej 12). Abraham juga berdoa syafaat untuk Sodom dan Gomora. Demikian juga dengan spiritualitas orang percaya bahwa hidup ini bukan memohon untuk dirinya sendiri, tetapi menjadi berkat bagi dunia. Inilah yang diajarkan oleh Paulus kepada Timoteus, agar kita menjadi pendoa syafaat bagi pemimpin kita, bangsa dan negara kita serta masyarakat.  Menjadi pendoa syafaat tentu pertama-tama harus membenahi diri dengan membina relasional yang baik dengan Tuhan. Menjadi pendoa syafaat harus kita mulai dari diri sendiri.

Ada hal yang menarik dari renungan ini:  mengajarkan jemaat untuk berdoa syafaat bagi orang banyak, pemerintah, raja dan pembesar-pembesar dunia. Bukankah jaman itu kekristenan mendapat tekanan dari penguasa, mereka mengejar dan menganiaya dan tidak sedikit yang mati martyr? Sekalipun demikian firman Tuhan di pagi ini mengajarkan untuk mendoakan mereka dalam menjalankan tugas masing-masing. Inilah bukti kasih itu. Alkitab mengajarkan, kita bukan membalaskan kejahan melawan kejahatan tetapi berdoa dan memberkati mereka yang memusuhi dan menyakiti kita agar mereka diberkati Tuhan.  Kita berdoa agar mereka diberi hikmat dan kekuatan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Pemimpin publik bertanggung jawab untuk mendatangkan kesejahteraan bagi rakyat. Raja dan aparatnya diberi mandat mendatangkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Inilah sebabnya orang Kristen harus selalu berdoa syafaat bagi pemerintah.
Berdoa syafaat mencerminkan hakekat gereja dengan semboyan: "church for other". Gereja bukanlah untuk dirinya sendiri tetapi menjadi berkat bagi orang lain.

Marilah menjadi pendoa syafaat yang mendoakan kemakmuran bersama dan kesejahteraan bersama. Mari berdoa untuk pemerintah, bangsa dan negara kita agar mereka diberi hikmat mendatangkan kemakmuran da  masyarakat yang adil sejahtera. Amin.

Minggu, 23 Juli 2017

"ORANG BENAR BERCAHAYA SEPERTI MATAHARI" (Matius 13:24-30;36-43) Khotbah Minggu Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"ORANG BENAR BERCAHAYA SEPERTI MATAHARI" (Matius 13:24-30;36-43)

Kotbah minggu ini merupakan dua perikop: perumpamaan Tuhan Yesus tentang lalang diantara gandum (24-30) dan penjelasannya (36-43). Marilah kita ambil beberapa pelajaran yang sangat menarik dari khotbah minggu ini:

(1). Perumpamaan Yesus tentang lalang diantara gandum menyadarkan kita bahwa dunia ini adalah ladang yang subur untuk benih kebaikan dan kejahatan. Ketika orang menaburkan kebaikan dan berbuat baik saat yang sama, si Iblis pun bekerja menaburkan benih kejahatan. Ini suatu realitas; tidak ada kepastian dunia ini tanpa kejahatan. Tugas anak-anak terang adalah menaburkan kebaikan (gandum). Sebagaimana Yesus menaburkan benih kebaikan melalui pengajaran, khotbah, pelayanan yang dilakukanNya, demikianlah kita anak-anakNya tetap menaburkan benih kebaikan dalam hidup. Kita semua terpanggil untuk ikut pada missi Allah menaburkan kebaikan.  Kalaupun "lalang" (baca kejahatan) bertumbuh subur di sekitar kita, jangan surut,  tetaplah menaburkan kebaikan. Banyak orang tidak berbuat karena takut sana, takut sini: ketika ada ide baik untuk mengembangkan missi dan pelayanan, saat yang sama akan muncul pula ide-ide yang melemahkan sehingga tak menabur apa-apa.  Dengan perumpamaan ini Yesus hendak mengajar kita,  fokuslah pada gandum. Jangan karena peluang ilalang ada tak menabur gandum.

(2). Dengan perumpamaan lalang diantara gandum dan penjelasannya: kita menemukan bahwa selama dalam pertumbuhannya sang penabur tidak mencabut lalang dari antara gandum. Perumpamaan ini hendak menegaskan bahwa tidak ada wewenang manusia untuk mencabut lalang dari antara gandum. Hal ini hendak mengingatkan kita akan dua hal :
a) Penghakiman adalah milik Allah (Ibrani 10:30). Tugas anak-anak terang adalah menaburkan kebaikan; menasihati dan mengingatkan orang pada jalannya yang sesat agar berbalik. Waktunya akan tiba Tuhan akan menghakimi orang menurut perbuatannya(1 Kor 4:5). Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.

b) Dalam hal ini Yesus sangat hati-hati agar tidak seorang pun yang merasa berhak atas nama Tuhan menghakimi sesamanya. Manusia memiliki keterbatasan untuk menjangkau akar kejahatan, itulah sebabnya  Yesus menjelaskan perumpamaan ini bahwa tidak ada wewenang untuk mencabut lalang karena dapat berdampak: maksud hati mencabut lalang namun gandum ikut tercabut.  Tugas kita adalah menaburkan kebaikan: kalahkanlah kejahatan dengan perbuatan baik (Rom 12:21)

(3). Serahkan pada Tuhan, waktu akan menjawab. Biarlah kebaikan berbuah dari orang-orang benar. Kalau pun kejahatan bertumbuh subur, lihai melakukan provokasi dan propaganda serta pandai menyamar dengan berbagai motif, pada akhirnya waktu akan menjawab menuju akhir masing-masing. Gandum akan dikumpulkan ke lumbung yang dipersiapkan oleh sang penabur tetapi lalang akan dipisahkan dari biji-biji gandum. Lalang  akan hangus terbakar dan menjadi debu yang diterbangkan angin.

Demikianlah akhir kejahatan. Jalan orang fasik akan menuju kebinasaan, namun orang-orang benar akan bersinar seperti matahari. Bersinar merayakan kemenangan akhir dalam kerajaan Allah.

Khotbah minggu ini mengajak kita, biarlah benih kebaikan yang bertumbuh dan berbuah dalam kehidupan kita masing-masing. Amin.

Sabtu, 22 Juli 2017

"MESKI TAK LAYAK" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MESKI TAK LAYAK

Yesaya 64:6, "Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin".

Mungkin kita sudah mendengar bahkan menyanyikan lagu KJ No 27
"Meski tak layak hidupku, tetapi karena darahMu dan Kau memanggil diriku, ku datang Yesus padamu." ( Just as I am, without one plea, But that Thy blood was shed for me, And that Thou bid'st me come to Thee, O Lamb of God, I come!)
Lagu ini merupakan karya Charlotte Elliott, dia lahir tahun 1789 di Inggris. Diusianya 30 tahun kondisi kesehatannya semakin menurun, dia menerima kunjungan seorang pendeta bernama Cesar Malan dari Swiss. Pertanyaannya adalah bagaimana seharusnya datang menghadap Tuhan? Singkat cerita dalam keadaan yang lemah, pendeta menyampaikan pesan kepada Elliott: datanglah ke hadapan Tuhan sekalipun tidak layak. Seperti seorang yang menghadap kematian kita harus datang kehadapanNya. Hal ini diingatnya dan menginspirasi menciptakan lagu yang sangat indah "Just as I am" (Meski tak layak hidupku). Namun sekalipun tak layak kita datang kepada Yesus.

Renungan di pagi hari ini mengingatkan kita akan ketidak-layakan kita dihadapan Allah. Yesaya menjelaskan bahwa kesalehan kita dihadapan Allah seperti kain kotor. Sekalipun kita berusaha hidup saleh, mencoba dan berusaha agar berkenan di hadapan Allah, namun tak seorang pun sanggup oleh kesalehannya layak di hadapan Allah. Kita ibarat kain kotor, ternoda dan penuh bercak-bercak kotoran hitam. Kain kotor sekalipun dicuci dan dibilas oleh detergen pembersih apapun pasti tak akan bisa menjadi putih  bersih seperti sedia kala. Demikianlah kita dihadapan Allah, kita adalah orang yang tak layak di hadapanNya, namun oleh Yesus Kristus kita dilayakkan. Dan oleh darah Yesus Kristus yang tercurah di Golgata, kita disucikan dari dosa dan noda. Sebagaimana syair lagu indah dari KJ 35: Tercurah darah Tuhanku, di bukit Golgatha, yang mau bertobat ditebus terhapus dosanya. Terhapus dosanya...dst.

Istilah kedua dari Yesaya dalam renungan pagi ini adalah bahwa hidup ini akan berlalu. Seperti  daun yang mekar, hijau dan berkembang di saat musim semi namun akan segera tiba waktunya musim gugur, semuanya akan layu dan gugur. Daun yang gugur akan tertiup oleh angin. Itulah relatifnya hidup kita ini di hadapan Allah, semuanya akan berlalu tak ada yang abadi. Yesus berkata: Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu (Markus 13:31). Syukur kepada Tuhan kita Yesus Kristus yang memberikan jaminan bagi kita akan kehidupan yang kekal.

Marilah syukuri kasih karunia Tuhan yang melayakkan kita dihadapanNya melalui penebusan Yesus Kristus. Datanglah padaNya, Tuhan akan mengampuni kita dari segala kejahatan dan pelanggaran. Amin.

Jumat, 21 Juli 2017

Partangiangan Sektor Kalibata di rumah Kel. Daniel Hutahaean / br. Sihombing

Partangiangan Sektor Kalibata di rumah Kel. Daniel Hutahaean / br. Sihombing.

Dilayani oleh Pdt. Halim P. Simbolon, S.Th.



Partangiangan Sektor Kampung Makasar di rumah Kel. Ny. Manullang br. Sihombing

Partangiangan Sektor Kampung Makasar di rumah Kel. Ny. Manullang br. Sihombing.
Dilayani oleh Pdt. Sonny L. br. Sinaga, S.Th., MM.



"YESUS KRISTUS: KASIH YANG NYATA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

YESUS KRISTUS: KASIH YANG NYATA

1 Yohanes 4:9, "Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya".

SAS (Special Air Service) adalah pasukan elit Inggris Raya untuk tugas-tugas khusus, seperti penyelamatan sandera dari tawanan teroris atau pembebasan perompak kapal atau pembajakan pesawat atau missi khusus lainnya. Dalam berbagai missi yang dijalankan SAS memiliki tingkat keberhasilan hampir tidak pernah gagal dan risiko korban yang sangat minim. Salah satu missi pemyelamatan SAS yang paling terkenal adalah tgl 30 April 1980 tim ini hanya membutuhkan waktu 11 menit melepaskan sandera dari kawanan extrimis di kedutaan Iran di Inggris. Sebelumnya kaum esktrimis meminta agar saudara mereka yang ditahan pemerintah Iran dilepaskan, jika tidak sandera akan ditembak satu persatu. Tim SAS berhasil melumpuhkan seluruh teroris dan membebaskan sandera 19 orang. Sampai saat ini tercatat sebagai top missi penyelamatan terbaik dan tercepat.

Apa hubungannya tim SAS dengan renungan ini? Saya mau mengajak kita untuk melihat bagaimana perasaan orang yang tersandera: khawatir, cemas, takut, tegang dan dibawah bayang-bayang ketidak-pastian. Mereka merindukan kepastian keselamatan jiwa mereka dengan adanya regu penyelamat.  Lebih dari perasaan seorang sandera, manusia berdosa membutuhkan keselamatan agar kita bebas dari perhambaan dosa. Sejak jatuhnya manusia ke dalam dosa manusia diperhamba dosa, tersandera oleh dosa, diperdaya oleh dosa dan manusia tidak berdaya melepaskan diri dari dosa. Manusia hidup saling menyalahkan, manusia diasingkan dari Taman Eden, harus hidup berjerih melanjutkan hidupnya. Bukan hanya itu, Alkitab menceritakan dampak dosa adalah tragedi kemanusiaan dimana manusia yang belum seberapa itu telah melakukan pembunuhan. Kain membunuh Habel. Kisah ini merupakan awal cerita dalam Alkitab yang hendak menunjukkan, bahwa karena dosa manusia tersandera oleh dosa dan segala akibatnya. Puncak dari dampak dosa adalah maut, sebagaimana dijelaskan oleh Paulus dalam Roma 6:23, "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita"

Inilah kasih Allah, Allah telah mengutus anakNya yang tunggal untuk menyelamatkan manusia dari kuasa dosa dan maut. Sekalipun Tuhan telah menyampaikan peringatan dan nubuatan melalui nabi-nabi agar manusia melakukan kehendak Allah, namun manusia gagal memenuhi perintah Allah. Allah tidak mau manusia yang dikasihiNya binasa oleh dosa dan pelanggarannya. Dia mengutus Yesus Kristus untuk menyelamatkan kita dari dosa dan maut (Band Yoh 3:16). Penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus telah membebaskan kita dari perhambaan dosa dan mematikan musuh terbesar manusia yaitu kuasa maut. (Band 1 Kor 15:54-55). Semua itu dilakukan karena kasih Allah yang nyata agar manusia memperoleh kehidupan yang kekal.

Inilah yang harus kita syukuri dalam hidup ini. Allah sungguh mengasihi kita, hingga mengutus anakNya yang tunggal untuk menyelamatkan kita dari dosa. Tuhan Yesus telah memberikan jaminan keselamatan bagi kita melalui penebusanNya di kayu salib. Dia telah menyelamatkan kita dari kuasa dosa dan maut agar kita hidup di dalam kasih karunia Allah. Renungan ini mengajak kita supaya tinggal di dalam kasih Allah. Mari teladani kasih Allah dengan hidup saling mengasihi. Amin.

Kamis, 20 Juli 2017

"AMPUNILAH KESALAHAN KAMI" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

AMPUNILAH KESALAHAN KAMI

Hosea 14:2, "Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada TUHAN! katakanlah kepada-Nya: "Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami".

Dalam murka masih ada kasih sayang! Itulah ciri khas dari kehadiran kitab Hosea. Jika kita baca mulai pasal 1, ada kemarahan Tuhan atas umatNya Israel. Allah sampai menyebutkan: "Lo Ruhama", artinya 'engkau tidak akan kukasihani lagi' dan "Lo Amy", artinya 'engkau bukan lagi umat-Ku' (Hos 1:6-9). Suatu keputusan yang final dari Tuhan tak akan membuka kesempatan lagi bagi umat yang tegar tengkuk ini. Namun oleh kasih setia Tuhan, pengampunan selalu terbuka. Mengingat perjanjianNya, Tuhan berkenan menerima dan mendamaikan diriNya dengan umatNya karena kasih setia-Nya. Tuhan memberikan kesempatan dengan suatu syarat mau bertobat.  Itulah kasih Allah, yang setia dan terikat dengan kasih setia sejak Abraham, Ishak dan Yakub, para leluhur Israel. Dari sikap dan perbuatan umat Israel sesungguhnya mereka akan binasa. Tuhan masih memberikan kesempatan bagi mereka untuk menerima kasih karunia, asalkan mereka mau dan bersedia untuk bertobat: berbalik dari jalannya yang sesat kepada kehendak Allah.

Inilah ajakan nabi Hosea: dia meyakinkan umat Israel bahwa pintu pengampunan terbuka di hadapan Allah. Allah itu baik, pemurah dan penyayang. Tuhan tidak mengingat-ingat kesalahan yang mereka lakukan asalkan mau mengakui dan memohon pengampunan dosa.  Tidak ada kesalahan terbesar apapun yang tidak dapat diampuniNya. Sebagaimana firman Tuhan dalam Yesaya 1:18, "Marilah, baiklah kita beperkara! — firman TUHAN — Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba".

Sejalan dengan nabi lainnya Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel bahwa pembuangan adalah hukuman Tuhan atas ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan, demikian juga dengan nabi Hosea, bahwa Israel (Utara) jatuh ke tangan Assyur karena ketidak-setiaan  mereka. Bahkan istilah yang dipakai Hosea adalah "persundalan". Suatu istilah yang menggambarkan begitu parahnya dosa dan ketidak-setiaan umat Israel. Keadaan mereka semakin terpuruk, hukuman demi hukuman akan semakin meyengsarakan mereka. Jika tetap tidak berubah, masa depan akan semakin sulit dan suram. Jalan satu-satunya untuk memperbaiki hidup umat Israel adalah pertobatan. Tuhan membuka pintu pengampunan, maka hal yang harus segera dilakukan adalah menyesali seluruh kesalahan/kejahatan yang diperbuat. Orang yang tdak pernah menyesali kesalahannya akan terus merasa benar; bahkan akan terus melakukan kebohongan demi menutupi kebohongan dan  melakukan kejahatan demi menutupi kejahatannya.  Tipe orang seperti ini akan terus-menerus terikat dengan kesalahan masa lalunya sehingga sulit untuk bangkit dan akan terus dihantui oleh rasa bersalah yang akut.

Tuhan itu baik dan membuka jalan untuk suatu kehidupan yang lebih baik. Itulah seruan nabi Hosea di pagi hari ini: menyesali diri atas kesalahan dan memohon pengampunàn untuk kehidupan yang lebih baik. Dan ini adalah jalan hidup orang beriman. Masa depan adalah milik mereka yang mau berubah dan bertobat. Amin.

Rabu, 19 Juli 2017

"PENGORBANAN KRISTUS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

PENGORBANAN KRISTUS

1 Petrus 2:24, "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh".

Tentu kita telah pernah membaca atau mendengar kisah haru yang menggetarkan jiwa. Misalnya tindakan pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya: nekad menerobos api yang menyala demi menyelamatkan anaknya yang terjebak dalam suatu peristiwa  kebakaran. Seorang ibu rela mati ditabrak kereta api ketika kereta dorong bayinya tersangkut di rel. Mungkin juga kisah cinta yang mengharukan, seorang kekasih yang nekad melakukan tindakan konyol hingga bunuh diri demi membuktikan cinta kasihnya pada orang yang dicintainya. Mungkin banyak lagi kita temukan kisah-kisah yang mengharukan di dunia ini. Jika kita telisik tentu kisah haru atau pengorbanannya umumnya karena ada ikatan spesial atau hubungan yang khusus.  Namun adakah orang yang mau mengorbankan dirinya bagi seorang pendosa, yang semestinya layak di hukum mati. Adakah orang yang mau berkorban dan mempertaruhkan nyawa bagi seorang yang tidak dia kenal?

Inilah pengorbanan Yesus Kristus yang tiada tara, yang melebihi kisah haru dan pengorbanan manapun di dunia ini. Yesus Kristus rela berkorban demi kita orang berdosa. Dia rela menempuh jalan salib, yang penuh dengan penderitaan, hinaan, cacian dan siksaan demi menyelamatkan kita orang berdosa  Dia memikul dosa kita di kayu salib. Oleh bilur-bilurNya kita disembuhkan.

Pertanyaannya adalah: Apakah respon kita terhadap pengorbanan Kristus? Rasul Petrus hendak menggugah hati kita untuk semakin merasakan begitu berharganya hidup kita. Kalau kita berharga di mata Tuhan apakah yang bisa kita lakukan? Yesus tidak menuntut apapun dari kita, karena kasihNya tulus. Hanya satu yang Dia inginkan: Peliharalah keselamatan yang telah diberikan dengan mengikuti jejak Yesus dalam hidup ini. Teladan sudah ditinggalkan bagi kita yaitu hidup mengasihi. Amin.

Selasa, 18 Juli 2017

"KASIH SETIA TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KASIH SETIA TUHAN

Mazmur 25:10, "Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya".

Mazmur 10 ini adalah bahagian dari doa permohonan pengampunan dosa dari Daud kepada Tuhan. Satu doa yang sangat menyentuh setiap membacanya: "Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN" (Mzm 25:7).

Doa ini banyak ditafsirkan ketika Daud telah menyadari kesalahannya setelah nabi Natan mengingatkan Daud yang mengambil Batsyeba menjadi isterinya dengan cara menempatkan Uria pada pertempuran yang sulit dimenangkan. Uria pun mati dalam pertempuran, maka Daud tampil sebagai orang baik mengambil istrinya. Jaman itu sikap seperti ini adalah suatu sikap perlindungan raja atas keluarga panglimanya. Namun sehebat apapun manusia menyembunyikan rencana di dalam hati, tidak ada yang tersembunyi bagi Tuhan.

Siapa di antara kita yang tidak memiliki masalah dengan masa lalu? Tentu selalu ada kesalahan masa lalu, kecil atau besar, berat atau ringan, pasti akan ada bukan? Tugas kita adalah bagaimana agar kesalahan masa lalu tidak menjadi warisan dan aral yang menghambat kasih karunia di masa depan. Inilah makna yang sangat berguna dari renungan di pagi ini. Mengingat kesalahan terus menerus bisa mengganggu kreatifitas dan sulit mengembangkan diri untuk berinovasi ke depan. Daud berdoa, memohon pengampunan atas segala kelemahan dan kekurangannya. Daud menyampaikan agar Tuhan tidak mengingat kesalahan-kesalahan masa mudanya. Daud memohon biarlah kasih setia Tuhan menyertai hidupnya dan melupakan seluruh kesalahannya. Tuhan itu baik, Dia berkenan memaafkan dan melupakan masa lalu asalkan mau memasuki gerbang pengampunanNya. Itulah sebabnya Daud mengakui bahwa segala jalan Tuhan adalah kasih setia.

Permohonan Daud ini penting, ibarat seseorang mengadakan perjanjian, jika satu pihak batal memelihara perjanjian tentu perjanjian itu dengan sendirinya batal. Jika analogi ini kita pakai tentu tak seorang pun diantara kita yang menikmati kasih karunia Tuhan karena kita sudah harus binasa akibat pelanggaran kita.  Namun lihatlah, Tuhan itu baik dan tetap mengasihi kita. Sesungguhnya kita adalah manusia yang gagal memelihara perintah Tuhan. Tetapi kegagalan kita tidak membatalkan kasih karunia-Nya. Tuhan tetap setia dalam kasih-Nya dan perjanjian-Nya. Dia melupakan kesalahan kita, memelihara dan melindungi hidup kita. Inilah yang harus kita syukuri dalam hidup ini dan mendorong kita semakin takut akan Tuhan.

Hal ini harus kita sadari selalu; kalau sampai saat ini kita masih bisa menikmati karunia Tuhan, itu bukan karena hebat atau kemampuan kita melakukan  perintahNya, tetapi karena Tuhan tetap setia pada janjiNya yang mengasihi kita selamanya. Amin.

Senin, 17 Juli 2017

"KESELAMATAN TERBUKA BAGI SEMUA ORANG" Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"KESELAMATAN TERBUKA BAGI SEMUA ORANG"

Kisah Para Rasul 10:35-36, "Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.
Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang".

Injil adalah universal: terbuka bagi setiap orang, dari segala suku bangsa manapun, dari kelompok sosial manapun. Tidak ada yang diutamakan, tidak ada yang dipinggirkan, semuanya sama dan di dalam Yesus Kristus. Itulah sebabnya Paulus dalam Galatia 3:28 mengatakan,  "Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus". Keselamatan di dalam diri Yesus Kristus terbuka bagi semua orang.

Nats renungan di pagi hari ini merupakan pengakuan dari Petrus kepada Kornelius bahwa sesungguhnya tidak ada perbedaan manusia di hadapan Allah (Kis 10:34). Kesimpulan ini sekaligus sikap Petrus menerima Kornelius untuk dibaptis. Sekalipun dia orang Italia (bukan Yahudi) dan dia adalah seorang perwira dari Kerajaan Romawi, namun di telah menerima Yesus sebagai Juruselamat. Petrus sangat kagum atas kesaksian Kornelius dan kesungguhannya menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Orang Yahudi tentu sudah memiliki penilaian tersendiri bagi perwira tentara Romawi; selain dianggap penjajah, juga dianggap sebagai musuh Allah yang menghambat keselamatan Israel.

Ada hal menarik dari diri Kornelius, sekalipun dia seorang perwira namun dia tetap rendah hati. Hidup saleh dan memiliki spiritualitas yang tinggi, rajin bersedekah dan berusaha mencari kebenaran dan mengisi hidupnya dalam hal religius. Dalam rumah tangga Kornelius mendidik seisi rumahnya menjadi orang-orang yang takut akan Tuhan. Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah (Kis. 10:2).

Bacalah keseluruhan Kis.10 yang menceritakan tentang hidup Kornelius dan apa yang dialaminya telah mengubah cara pandang Petrus. Petrus tergolong dari kaum ekslusifisme Yahudi: keselamatan hanya untuk orang Yahudi. Melalui suatu penglihatan Petrus memahami maksud Allah bahwa keselamatan itu untuk semua orang: apa yang dikatakan halal oleh Allah, tidak boleh disebut haram oleh manusia (Kis 10:15).  Petrus pun akhirnya membaptis Kornelius dan seisi rumahnya.

Mungkin juga banyak reaksi terhadap Petrus dari kalangan Yahudi karena telah membaptis Kornelius dan keluarganya. Inilah suatu sikap egois dari manusia, seolah kita sendiri yang lebih layak menerima keselamatan, kita sendiri lebih saleh dan lebih layak di hadapan Allah. Renungan di pagi ini menyadarkan kita bahwa  Tuhan Yesus itu milik semua orang: yang mencari kebenaran dan damai sejahtera.  Marilah ikut ambil bagian dalam pemberitaan Injil Yesus Kristus agar semakin banyak orang yang menerima keselamatan. Jadilah ambil bagian dalam pemberitaan Injil, yang memberitakan damai sejahtera bagi semua orang. Biarlah melalui cara hidup kita orang semakin tertarik tentang cerita Tuhan Yesus, bukan sebaliknya cara hidup kita telah membuat orang menilai negatif akan agama yang kita percayai.

Perlu juga kita renungkan apa yang disampaikan oleh Mahatma Gandhi kepada orang Inggris di India, E. Stanley Jones. Ketika Jones bertemu dengan Gandhi dia bertanya, "Sekalipun Anda sering mengutip kata-kata Kristus, mengapa Anda kelihatannya keras menolak untuk menjadi pengikutNya?
Jawab Gandhi, "Saya tidak pernah menolak Kristus. Saya suka Kristus Anda. Tapi saya tidak suka dengan orang Kristen Anda."

Marilah kita ikut ambil bagian dalam pewartaan Injil melalui cara hidup kita yang menjadi kesaksian bagi orang lain. Amin.

Jumat, 14 Juli 2017

"MENANTIKAN LANGIT DAN BUMI YANG BARU" Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"MENANTIKAN LANGIT DAN BUMI YANG BARU"

2 Petrus 3:13, "Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran".

Perjalanan orang percaya diibaratkan sebagai musafir. Berjalan dari waktu ke waktu, dari suatu persinggahan ke persinggahan lainnya dan dari suatu aktifitas ke aktifitas lainnya. Perjalanan ini akan berakhir pada satu titik akhir keabadian, yaitu dalam langit dan dunia yang baru. Di sanalah kita akan berhenti, menerima mahkota kehidupan yang dianugerahkan bagi orang percaya.

John Bunyan lahir tahun 1826 di Inggris. Saat pecah revolusi Inggris ketidak pastikan mewarnai negara monarkhi itu. John Bunyan ditangkap dan dipenjarakan karena berkhotbah tanpa ijin pemerintah. Di penjara dia menulis buku yang sangat terkenal: Perjalanan Sang Musafir (judul asli Pilgrim Progress). Dalam buku itu dituliskan begitu beratnya tantangan perjalanan orang beriman, berjalan di dunia ini penuh ketidak kepastian dan menuju kehancurannya. Namun orang percaya harus berjalan menuju suatu keselamatan yaitu hidup kekal.

Perjalanan kita di dunia ini diingatkan dengan tulisan batu nisan bertuliskan lahir sebagai tanggal mulainya kita berjalan, dan tanggal kematian berarti telah berakhir. Ada yang menarik dalam batu nisan orang meninggal dalam bahasa Batak. Dituliskan: "Dison Maradian" (disini berhenti). Dua kata ini sangat berarti bahwa telah selesai perjalanannya di dunia ini, dia akan memasuki suatu dunia yang baru sebagaimana yang diimaninya. Dalam iman Kristen yang bersangkutan telah memasuki langit dan dunia yang baru bersama Tuhan.

Jika semuanya berlalu, Alkitab selalu mengingatkan dalam perjalanan di dunia ini,  jangan sampai kehilangan harta yang paling berharga yang akan kita warisi kelak. Yesus berkata: Apa artinya kita memiliki seluruh bumi namun kehilangan nyawanya? (Mat 16:26) Selanjutnya Yesus bersabda: langit dan bumi akan berlalu tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu (Mrk 13:31). Sejalan dengan itu juga penulis Ibrani mengatakan, "Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang" (Ibr 13:14).

Dalam segala kesibukan mencari kebutuhan untuk menopang kita dalam perjalanan hidup ini, renungan di pagi hari ini mengingatkan kita bahwa tujuan perjalanan kita adalah memasuki langit dan dunia yang baru yang diwarisi oleh orang percaya. Pastikan perjalanan kita ini adalah perjalanan menuju langit dan dunia yang baru; penuh damai, kebahagiaan dan hidup yang kekal. Lelah, pergumulan dan tantangan akan selalu ada, namun tetaplah berjalan menuju kota perhentian yang ditetapkan Tuhan bagi kita di langit dan dunia yang baru. Amin.

Kamis, 13 Juli 2017

Partangiangan Sektor Cipinang Asam di rumah Kel. St. Drs. D. Sihombing, MM / br. Purba

Partangiangan Sektor Cipinang Asam di rumah Kel. St. Drs. D. Sihombing, MM / br. Purba
Dilayani oleh Pdt. Lucius TB. Pasaribu, S.Th.


Partangiangan Sektor Cipinang Bali di rumah Kel. Ny. Hutagalung / Sondang br. Tobing

Partangiangan Sektor Cipinang Bali di rumah Kel. Ny. Hutagalung / Sondang br. Tobing.
Dilayani oleh Pdt. Bonar Napitupulu, S.Th.



Partangiangan Sektor Kampung Baru di rumah Kel. B. Simanjuntak / br. Silitonga

Partangiangan Sektor Kampung Baru di rumah Kel. B. Simanjuntak / br. Silitonga
Dilayani oleh Pdt. Nasib P. Nainggolan, S.Si. (Teol)

"ALLAH HADIR DI TENGAH KITA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

ALLAH HADIR DI TENGAH KITA

1 Raja-raja 8:27, "Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini".

Salah satu kerinduan Daud setelah menjadi raja bagi Israel adalah membangun Bait Suci bagi Allah. Namun Tuhan berpesan bukan dia yang membangun Bait Allah, tetapi keturunannya; itu pun jika keturunannya hidup setia dan melakukan yang berkenan di hadapan Tuhan. Sekalipun tidak dijinkan Tuhan, namun Daud diijinkan membawa  Tabut Perjanjian ke Sion (2 Sam 6:12-15). Tabut Perjanjian sangat penting bagi Isrsel: simbol kehadiran Allah dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Setiap mereka berperang Tabut Perjanjian selalu diusung di bagian depan. Ini memiliki makna penting: Allah berperang untuk umatNya. Tabut Perjanjian pertanda Allah hadir dan ada di tengah-tengah umatNya.

Kerinduan Daud inilah yang diwujudkan oleh Salomo setelah menjadi raja menggantikan Daud. Salomo megarahkan seluruh umat Israel untuk membangun Bait Suci. Setelah pembangunan rampung, maka Salomo meminta para imam untuk memindahkan Tabut Perjanjian dan ditempatkan di ruang Maha Kudus di Bait Allah. Setelah itulah Salomo berdoa kepada Tuhan agar memberkati umatNya setiap orang yang datang memohon dan berdoa di Bait Suci yang dibangun.

Pembangunan Bait Suci bukan hanya memenuhi kerinduan Daud semata, namun dengan ditempatkannya Tabut Perjanjian di ruang Maha Kudus di Bait Suci, ini juga adalah suatu pertanda bahwa Tuhan mau dan berkenan hadir di tengah-tengah umatNya. Allah yang Maha Tinggi, takhtaNya adalah langit dan pijakan kakiNya adalah bumi mau berkenan hadir dan diam di tengah-tengah umatNya. Tuhan yang Mahakuasa dan Maha-dahsyat mau tinggal di rumah buatan tangan manusia. Inilah ketakjuban Salomo atas rampungnya pembangunan Bait Suci dan ditempatkannya Tabut Perjanjian di ruang Maha Kudus.

Tuhan itu maha hadir (omni present) dan maha kuasa (omni potentia). Menjadi dasar bagi kita dimana pun kita berada, beraktifitas dan berbagai kegiatan yang kita lakukan yaitu Allah hadir. KehadiranNya bukan untuk mengawasi saja apa yang kita lakukan, namun Dia hendak memelihara, melindungi dan memberikan apa yang kita butuhkan. Inilah kemahakuasaan dan kemaha- hadiran Allah dalam hidup kita. Doa Salomo ketika penahbisan Bait Suci: agar Tuhan mendengar setiap doa yang disampaikan di baitNya dan memberkati setiap orang yang hadir di BaitNya. Amin.

Rabu, 12 Juli 2017

"KEPASTIAN KESELAMATAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KEPASTIAN KESELAMATAN

Efesus 1:13, "Di dalam Dia kamu juga — karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu — di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu".

Pernah pertanyaan ini dilontarkan oleh pengkotbah: Jika Anda mati sekarang apakah Anda pasti masuk sorga? Banyak yang diam dan tak menjawab. Mungkin mereka diam bukan masalah kepastian keselamatan namun soal ketidak-siapan hati. Alkitab mengajarkan, barang siapa yang percaya dan dibaptis dia telah diselamatkan (Mark 16:16). Demikian juga dalam renungan ini, di dalam Yesus Kristus kita telah dimateraikan pewaris keselamatan. Barang siapa yang percaya dia telah diselamatkan merupakan suatu kepastian dan telah dimateraikan di dalam Sakramen. Roh Kudus menuntun dan membimbing sampai kepenuhan keselamatan.

Dalam zaman sekarang kita sudah sering mendengarkan istilah "MoU" (Memorandum of Understanding). Hal ini biasanya dilakukan dua pihak atau lebih yang bekerja sama, dan masing-masing pihak paham akan tugas dan tanggung jawabnya demi mencapai tujuan bersama. Sebagai keabsahan MoU dibubuhkan tanda tangan dan diatas materai. Tanda tangan dan materai sebagai bukti hukum ada jaminan dan kepastian bagi kedua pihak melaksanakannya, dan jika tidak dilaksanakan dapat dituntut secara hukum. Artinya materai adalah salah satu contoh bentuk keseriusan dan kepastian dalam kerjasama dan kontrak kerja.

Demikian juga dalam renungan pagi ini, Paulus menjelaskan kepada jemaat Efesus bahwa keselamatan yang dimiliki oleh orang percaya adalah suatu kepastian. Kita telah diselamatkaan dan menerima berkat sorgawi melelui pengorbanan dan penebusan Yesus Kristus. Bagi Paulus jaminan kepastian keselamatan itu dimateraikan oleh Roh Kudus dan Roh Kudus  memelihara dan menuntun kita di dalam iman hingga kepenuhan keselamatan kelak pada kedatangan Kristus.

Kepastian keselamatan  mendorong kita hidup lebih bersemangat dibandingkan dengan orang yang masih mencari-cari keselamatan. Sosiolog Max Weber menjelaskan dalam buku yang sangat terkenal, Protestan Ethich and Spirit Kapitalism: Dalam penelitiannya membuktikan kaum Protestan  yang mengimani keselamatan yang pasti (khususnya ajaran predestinasi) mendorong mereka hidup lebih displin, bekerja keras, hemat dan jujur telah melahirkan modernisasi dan kemajuan besar di Eropa.  Modernisasi di Eropa lahir di negara-negara berbasis ajaran Protestan yang mengajarkan kepastian keselamatan.

Kita telah pasti diselamatkan dan telah dimateraikan di dalam baptisan dan Roh Kudus. Mari tunjukkan kwalitas hidup beriman dalam kehidupan sehari-hari melalui etos kerja yang lebih semangat dan penuh pengharapan. Amin.

Selasa, 11 Juli 2017

"ENGKAULAH GUNUNG BATU-KU" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

ENGKAULAH GUNUNG BATU-KU

Mazmur 71:3, "Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku".

ALLAH adalah gunung batu, suatu istilah yang sering disebutkan dalam Alkitab yang memiliki makna bahwa Allah adalah benteng pertahanan, tempat perlindungan paling aman dan tempat berdiri kokoh.  Mengapa Allah disebut sebagai gunung batu? Tentu dalam dunia Perjanjian Lama (PL) gunung batu menjadi tempat perlindungan yang nyaman. Hal itu berkaitan dengan peradaban jaman PL, dimana kota-kota biasanya di- kelilingi oleh tembok. Bangsa-bangsa berlomba jaya dengan merebut dan menahlukkan kota lainnya, jaman yang penuh peperangan. Maka kotapun dibangun dengan tembok yang disebut juga kubu pertahanan. Kuatnya kota  sering diukur dari bagaimana kekuatan tembok dan benteng pertahanan yang dibangun untuk melindungi kota dari musuh. Gerbang pintu masuk kota dijaga ketat dan tembok yang kokoh yang terbuat dari bahan-bahan batu padas. Di balik tembok mereka aman berlindung dan posisi aman untuk menyerang musuh yang datang. Dengan gambaran konstruksi kota di jaman itu kita semakin memahami arti/makna Allah gunung batu. Selain menggambarkan kekokohan juga sebagai perlindungan paling aman.

Inilah nyanyian pemazmur, baginya tidak ada benteng pertahanan dan tempat perlindungan yang paling aman di dunia ini. Bagi pemazmur hanya Tuhan Allah sebagai gunung batu. Pengakuan pemazmur ini menyadarkan kita bahwa sehebat apapun tembok kota yang dibangun terbatas  kekuatannya. Sehebat apapun penjaga mengawal kota, mereka memiliki keterbatasan. Bagi pemazmur Tuhan adalah gunung batu paling aman dan Dia pelindung dari segala rencana jahat musuh-musuhnya.

Jika saat ini ditanyakan, dimanakah tempat Anda merasa paling nyaman dan tenang? Mungkin sebagian menjawab rumah adalah tempat paling nyaman, ada mungkin tempat kerja, ada mungkin tempat usaha atau ada mungkin tempat wisata yang paling indah yang pernah  dikunjungi. Ketenangan, rasa aman dan perlindungan sejati tidak ditentukan oleh tempat, namun penyertaan Tuhan di setiap tempat yang kita tempati. Seperti pengakuan pemazmur demikian kita percaya bahwa Tuhan adalah gunung batu, tempat perlindungan dan kubu pertahanan bagi kita.  Kita semakin menyadari bahwa  tidak bisa melindungi diri kita dengan kekuatan diri sendiri. Security sistem yang dibangun oleh IT (Information Technology) harus kita akui sangat terbatas. Namun di dalam Tuhan ada perlindungan dan keamanan yang tanpa batas. Amin.

Senin, 10 Juli 2017

"OLEH IMAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

OLEH IMAN

Ibrani 11:3, "Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat".

Ibrani pasal 11 merupakan uraian tentang arti iman dalam hidup orang percaya. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (11:1).  Iman adalah kepastian dalam ketidak-pastian, kemungkinan di dalam ketidak- mungkinan. Oleh iman kita melihat apa yang tidak kelihatan dan menjangkau apa yang tidak dapat kita jangkau. Rumusan-rumusan itu nyata dalam pengalaman bapak-bapak leluhur orang percaya sebagaimana kesaksian Alkitab.

Iman memungkinkan kita memahami apa yang tidak kita pahami. Tanpa mengabaikan teori-teori sains, iman membimbing kita untuk memahami apa yang di luar perkiraan manusia. Memang betul, dalam berbagai misteri dalam kehidupan ini, sains telah membantu kita memahami apa yang terjadi di jagad raya ini. Namun harus kita akui bahwa tidak semua misteri di alam semesta ini dapat diungkapkan oleh sains.  Sains perlu membangun pikiran logis, menolong kita menemukan rahasia kebenaran cara kerja Allah. Namun iman semakin membawa kita memahami dan mengerti rahasia jagad raya ini dalam terang firman Allah.

Iman mengajar kita bahwa segala sesuatu terjadi karena firman. Allah mencipta dari yang tidak ada menjadi ada. Allah berfirman jadilah, maka jadilah demikian (Baca kisah Penciptaan dalam Kej 1:1-2:4a). Inilah kemahakuasaan Allah yang tak terjangkau oleh akal.

Tahukah Anda apa yang dilakukan Neil Amstrong, astronot USA pertama  yang berhasil mendarat di bulan? Dia sujud dan takjub atas kemahakuasaan Tuhan melalui segala ciptaanNya. Orang di jamannya mendarat di bulan adalah sesuatu yang imposible.  Keberhasilan mendarat di bulan bukan meninggikan diri dan pemuja tehnologi meniadakan iman, namun membuatnya semakin sujud dan takjub atas kemahakuasaan Tuhan, dan begitu banyak misteri alam yang tersembunyi di balik segala ciptaanNya.

Banyak pandangan yang keliru seolah iman tidak membutuhkan pengetahuan, dan sebaliknya ada banyak ilmuwan yang hendak menjauhkan pengetahuan dari iman. Renungan di pagi ini mengajarkan, iman justru membuat orang semakin mengerti dan memahami apa yang di- firmankan oleh Allah.  Pengetahuan membutuhkan iman agar semakin mengetahui rahasia sains yang luar biasa. Seperti astronot Neil Amstrong yang mencapai puncak pengetahuan pada jaman itu, dia sujud atas kemahakuasaan dan rahasia Allah lewat ciptaanNya.  Maka bagi orang percaya: iman dan sains bukanlah duel yang saling meniadakan, namun duet yang saling menguatkan.


Banyak hal yang tak terprediksi oleh akal terjadi dalam hidup kita dan kita lihat sendiri. Analisis logis kita juga terbatas untuk memprediksi akan apa yang terjadi esok. Namun oleh iman kita berani melangkah seperti bapak-bapak orang percaya sebagaimana didaftar oleh penulis Ibrani mulai dari Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Hakim-hakim, dll. Mereka menjalani hidupnya dengan iman dan melihat sendiri apa yang tak mungkin nyata di dalam hidup mereka. Rahasianya ada pada iman.  Maka jalanilah segala sesuatu di dalam iman. Amin.

Remaja HKBP Sutoyo: SHORT MOVIE HKBP JATIWARINGIN CUP 2, THE WINNER !

Selamat kepada Remaja HKBP Sutoyo, yang telah menang sebagai (Juara terfavorit) dalam lomba short movie di acara HKBP JATIWARINGIN CUP 2, Semoga dapat terus berkarya dengan Memuji nama Tuhan Yesus.

Minggu, 09 Juli 2017

Test Calon Pemusik dan Guru Sekolah Minggu HKBP Sutoyo

Test Calon Pemusik dan Guru Sekolah Minggu HKBP Sutoyo; yang telah melayani lebih dari 6 (enam) bulan di Sekolah Minggu HKBP Sutoyo, dihadiri oleh Wali kelas, Koordinator Seksi, BPH Inti, CSt. P. Sitorus (Pendamping Sekolah Minggu) St. S. Sijabat (Ketua Koinonia) dan Pdt. Lucius TB. Pasaribu, S.Th. (Pendeta Resort HKBP Sutoyo).





Sabtu, 08 Juli 2017

"MENJAGA DIRI" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MENJAGA DIRI Mazmur 18:23, "Aku berlaku tidak bercela di hadapan-Nya, dan menjaga diri terhadap kesalahan". Kita pasti setuju bahwa manusia tidak ada yang sempurna; semua punya kelemahan masing-masing dan pernah salah. Namun ungkapan ini harus dicermati karena sering menjadi dalih untuk memaklumi keadaan dan membenarkan kesalahan. Ungkapan di atas sesungguhnya agar kita membuka ruang memahami orang lain yang jauh dari harapan, bukan untuk membenarkan kesalahan. Setiap orang harus dimotivasi agar memiliki semangat untuk melakukan yang terbaik. Jika salah segera perbaiki dan berusaha untuk lebih baik. Demikialah di pagi hari ini, pemazmur memiliki komitment berusaha untuk tidak bercela di hadapan Tuhan dan menjaga diri agar tidak jatuh dalam berbagai kesalahan. Mengapa pemazmur berusaha tidak bercela di hadapan Tuhan dan menjaga diri terhadap kesalahan? Jawabannya adalah rasa takjub dan takut akan Tuhan. Jika kita baca Mazmur 18 ini keseluruhan, ada suatu benang merah: pada ayat 1-6 masalah yang dihadapi pemazmur hingga dia hampir mati: tali maut telah melilitnya, terjebak dalam perangkap maut. Ibarat orang yang hamir mati karena tenggelam. Namun ayat 7-13 Tuhan menolong dan melindunginya. Tuhan adalah penyelamat, pelindung dan perisainya. Atas pertolongan yang dirasakannya, pemazmur semakin setia dan mengikuti jalan Tuhan. Pemazmur bertekad untuk berlaku tidak bercela dan menjaga diri dari kesalahan bukan karena tekanan, namun karena panggilan hati dan hormat kepada Tuhan. Untuk mendalami renungan ini dapat kita buat contoh sederhana. Jika seorang pemuda mencintai seorang gadis pujaan hatinya, pasti dia berusaha melakukan apa yang terbaik sesuai dengan yg diharapkan kekasihnya. Dia berusaha agar tidak mengecewakan namun tampil menjadi orang terbaik yang dikenalnya. Demikian juga kita dalam hidup keluarga, berbagai hal kita lakukan yang terbaik untuk keluarga agar istri/suami dan anak-anak. Kita adalah kebanggaan mereka, karena itu tak akan mengecewakan mereka. Demikianlah pemazmur dalam renungan ini; bertekad dan berkomitmet akan hidup tidak bercela dihadapan Tuhan dan berusaha agar tidak jatuh dalam berbagai kesalahan yang mendukakan hati Tuhan. Marilah ikut seperti komitmen pemazmur ini; berusaha melakukan yang terbaik, jauhkan dari diri kita perbuatan yang bercela dan merendahkan kita sebagai anak-anak terang. Kita mahal dan berharga di mata Tuhan. Amin.

Jumat, 07 Juli 2017

"MENCARI DAN MENYELAMATKAN YANG HILANG" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"MENCARI DAN MENYELAMATKAN YANG HILANG"

 Lukas 19:10, "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang".

Ada satu kisah menarik dari Bhiksu Ajahn Brahm dalam buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya (Kumpulan cerita motivasi dan inspirasi) yang mungkin sangat menarik dan inspiratif bagi kita:

Seorang ibu muda datang ke tabib untuk meminta saran bagaimana dia bisa cerai dan melepaskan diri dari beban keluarga yang ditanggungnya selama ini. Dia sudah mencoba melayani suaminya dengan baik dan mertuanya karena maklum mereka masih tinggal di rumah mertua. Namun setiap apa yang dilakukannya tidak pernah dihargai, bahkan mendapat omelan yang macam-macam. Hari-harinya pun murung, boring dan suasana rumah bagaikan neraka. Itulah  alasannya bagaimana memutuskan semua ini dan meminta saran dari tabib. Sang tabib memaklumi perasaan sang ibu muda, begitu dalamnya pergumulan yang dihadapinya. Maka sang tabib  pùn akhirnya memberi saran: kalau cerai tidak boleh karena dilarang oleh agama,  dibarengi adat juga membuat malu keluarga.  Maka lebih baik diberikan racikan yang akan diberi setiap menyajikan masakan bagi suami dan mertuanya agar mereka mati perlahan. Namun agar mereka tak curiga:  berusahalah ramah, gembira dan hadapilah semunya dengan senyum tanpa beban, anggap saja tidak ada masalah. Hilangkan wajah murung dan menggerutu. Sang ibu muda pun menyanggupinya dan tepat di hatinya. Dia pun melakukannya dengan gembira, senyum setiap hari dan penuh perhatian terhadap suami dan mertuanya tanpa beban dan tak lupa meneteskan racikan tabib. Demikianlah hari-harinya berlalu dan berharap semuanya akan berakhir. Namun apa yang terjadi? Keluarga ini penuh bahagia, senyum dan tawa mulai mewarnai mereka sepanjang hari, mereka liburan bersama dan merasakan bahagia. Kebahagiaan itu bukan lah pura-pura namun benar-benar merasakan kehangatan, perhatian dan kasih sayang dalam keluarga.

Hari, minggu dan tiga bulan purnama pun berlalu. Dia pergi ke tabib menyesali keadaan kalau-kalau suami dan mertuanya mati sebagaimana rencana tabib. Dia memohon dan menangis agar ada obat penawar yang dapat diberikan tabib. Tabib pun menjawab tidak ada obatnya semuanya sudah terlanjur. Sang ibu muda pun menangis menyesali keadaan karena dia sudah merasakan kebahagiaan dan tak mau itu berakhir. Namun tabib tersenyum dan berkata: pulanglah engkau telah menemukan kebahagiaanmu. Racikan yang diberikan hanyalah bumbu vitamin. Yang mengubah keadaan adalah sikapnya yang baik pada suami dan mertuanya. Sang ibu muda pun bahagia dan menikmati kebahagiaannya.

Kisah di atas satu dari sekian contoh agar jangan cepat mengambil keputusan jika ada masalah. Berusahalah dulu memperbaikinya dengan mengubah sikap dari diri kita dan juga orang yang kita harapkan berubah.

Yesus dalam renungan pagi ini bersabda : Anak manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Kita telah diampuni dan dimaafkan oleh kasihNya yang begitu besar. Dia tidak mengingat-ingat kesalahan kita, tidak membalaskan seturut dengan perbuatan kita. Oleh dosa kita telah tersesat dan jauh dari kasih karunia dan kebahagiaan. Namun oleh kasihNya seperti seorang gembala yang mencari domba yang tersesat, demikian Tuhan Yesus datang menjemput kita agar dirangkul dalam kasih sayangNya. Dia tidak bahagia, jika ada dari antara dombaNya yang tidak berkumpul dalam kawanan domba.

Demikian pula kita dalam kehidupan keluarga dan pekerjaan. Jika ada yang kurang tepat di hati, jangan terlalu cepat mengambil keputusan apalagi dengan angkara murka yang membuat keadaan lebih buruk. Namun mari dengan pikiran yang tenang dan berusaha memperbaikinya agar kebahagiaan tidak direnggut oleh masalah. Jangan biarkan kebahagiaanmu hilang oleh masalah. Cari dan temukan, Tuhan Yesus menolong kita. Amin.

Kamis, 06 Juli 2017

"JANJINYA TEPAT" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

JANJINYA TEPAT

Yesaya 43:13, "Juga seterusnya Aku tetap Dia, dan tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku; Aku melakukannya, siapakah yang dapat mencegahnya?"

Ada dialektika dalam diri bangsa Israel ketika menjalani pembuangan. Di satu sisi mereka percaya kepada kemahakuasaan Tuhan, namun di sisi lain mereka sulit menerima kenyataan dalam pembuangan dan ketidak-berdayaan mereka atas kekuasaan Babilonia. Banyak yang semakin ragu, di manakah kemahakuasaan Allah dan di manakah janjiNya? Bukankah mereka adalah umat pilihan dan Tuhan berjanji akan melindungi mereka dari bangsa asing, memberkati mereka panjang umur di tanah yang diberikan Tuhan Allah kepada mereka? Sulit menerima kenyataan hidup dalam pembuangan.

Nabi Yesaya menyuarakan  pengharapan Mesianis bersama nabi-nabi lainnya, bahwa Allah akan menepati janjiNya membebaskan mereka dari pembuangan Babel dan memulihkan keadaan Yerusalem.  Tidak ada kekuatan lain yang dapat membebaskan mereka. Keselamatan hanya ada di tangan Tuhan. Sekali Tuhan berjanji tidak ada yang dapat melepaskan Israel kecuali tanganNya sendiri.

Yesaya menantang umat dalam pembuangan bahwa mereka akan menjadi saksi dari pemenuhan janji Tuhan, yaitu membebaskan mereka dari pembuangan Babilonia. Karena itu jangan berpengharapan kepada ilah lain atau kekuatan apapun itu untuk menawarkan pembebasan alternatif atau nubuatan-nubuatan palsu yang memberitakan damai dan pembebasan umatNya atas nama Tuhan. Jangan percaya pada nubuatan yang enak di dengar namun jauh dari kebenaran. Mereka hanya nabi palsu yang menyesatkan. Tuhan sendiri akan membebaskan umatNya, namun mereka harus menjalani pembuangan untuk memurnikan mereka. Seperti pandai besi yang memurnikan besi setelah memasukkannya dalam tuangan peleburan atau seperti tukang periuk yang membentuk seturut dengan kehendaknya.

Tuhan akan menepati janjiNya. FirmanNya tidak pernah kembali sia-sia. Sekali Ia berfirman, 'jadilah', maka jadilah demikian. "Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya" (Yes 55:11).

Inilah firman Tuhan yang meneguhkan kita kepada pengharapan. Tuhan itu Mahakuasa, apa yang difirmankanNya akan digenapi seturut dengan kehendakNya. Inilah harapan bagi kita, Tuhan akan mendengar dan menjawab doa kita. Janjinya tepat waktu dan baik bagi kita. Amin.

Rabu, 05 Juli 2017

"BERTEKUNLAH DALAM DOA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BERTEKUNLAH DALAM DOA

Kolose 4:2, "Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur".

Agnes Monica hidup tahun 325-387 M, tinggal di Tagaste Afrika Utara. Dia dan suaminya sangat mengeluh atas sikap anaknya bernama Agustinus. Namun Agnes Monica seorang yang saleh dan tekun dalam doa. Dia terus mendoakan anaknya setiap hari: seolah dia tak membiarkan matahari terbit sebelum mendoakan anaknya, dan tidak membiarkan malam berlalu sebelum mendoakan anaknya. Demikianlah hari-hari yang dijalani penuh dengan doa untuk anaknya. Tuhan pun mendengarkan doanya. Pada umur 17 tahun Agustinus berubah setelah menemukan secarik kertas bertuliskan Roma 13:13, "Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati"
Kata-kata ini membuat Agustinus penasaran dan bertanya kepada ibunya apa arti tulisan tersebut. Akhirnya ibunya membawa Agustinus ke Seminare untuk belajar teologi. Dia sangat tekun belajar dan menjadi hamba Tuhan dan Uskup yang sangat terkenal bahkan menjadi Bapa Gereja yang sangat dihormati.

Pengalaman Agnes Monica ini adalah salah satu contoh dalam hidup orang percaya bahwa doa itu sangat kuat kuasanya untuk mengubah kehidupann yang mungkin sangat sulit sekali diubah. Doa membuka ruang dari ketidak mungkinan menjadi mungkin karena di dalam doa memberikan ruang bagi Tuhan menentukan apa yang akan terjadi dalam hidup kita. Mungkin masih banyak pengalaman rohani orang percaya atau pengalaman pribadi kita masing-masing yang membuktikan bahwa doa itu sangat besar kuasanya.

Hari ini firman Tuhan menyapa kita untuk bertekun di dalam doa. Doa adalah nafas kehidupan orang beriman (M.Luther). Istilah ini sangat penting agar hidup oramg percaya tidak terlepas dari doa. Berhenti bernafas berarti kita telah mati. Mungkin istilah ini amat keras dari Luther, namun sangat tepat karena  orang percaya hidup dalam pertumbuhan iman yang baik. Jika berdoa banyak manfaatnya, mengapa malas berdoa? Bertekun dalam doa, melanjutkan hidup dan semakin banyak bermanfaat dalam hidup ini.

Doa mengingatkan kita akan keterbatasan kita dan ketidak- terbatasan Allah, karena itu doa selalu membuka harapan. Di dalam doa kita mengingat Tuhan atas segala kasih dan karuniaNya. Setiap kita berdoa, kita akan bersyukur karena di dalam doa kita mengingat Tuhan yang selalu mengangkat tangganNya memberkati kita. Inilah kebaikan Tuhan yang selalu kita syukuri.


Oleh karena itu, marilah bertekun di dalam doa, bersyukur selalu dalam hidup dan penuh ceria menyongsong hidup yang penuh harapan. Di dalam doa ada kepastian sebagaimana Yesus bersabda: "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya" (Mat. 21:22).