running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Kamis, 30 November 2017

"SALAM BAGIMU YANG DIKARUNIA TUHAN...!" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SALAM BAGIMU YANG DIKARUNIA TUHAN...!

Lukas 1:28, "Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."

Minggu ini, kita akan memasuki minggu Adven. Adven artinya menyongsong dan menantikan Tuhan. Dalam tradisi gereja, Adven berturut-turut empat minggu: Adven I tema tentang menantikan Yesus Juruselamat menebus dosa manusia, Adven II tema tentang menantikan langit dan bumi yang baru, Adven III tema persiapan pribadi menyambut Tuhan, persiapkan jalan bagi Tuhan dan Adven IV tema tentang kedatangan Tuhan Yesus melalui kelahiranNya di Betlehem. Dalam keempat minggu Adven ini kita semua diharapkan dapat merampungkan persiapan diri melalui doa, puasa dan ibadah menyongsong Tuhan.

Dalam renungan hari ini, Maria disapa oleh malaikat Gabriel, menyampaikan pesan Tuhan yang cukup menarik untuk kita dalami. Sapaan malaikat itu berupa penguatan dan sekaligus jaminan penyertaanNya menyongsong Tuhan.

(1). Salam, bagimu yang dikaruniai.
Karunia berasal dari kata xaris (kasih karunia). Maria adalah seorang gadis yang memiliki suatu anugerah yang besar, dia mendapat kasih karunia Allah. Dia dipilih dan ditetapkan Tuhan menjadi saluran berkat bagi dunia ini. Dia akan melahirkan bayi Yesus yang dikandung Roh Kudus dan menamaiNya: Yesus Kristus. Lewat peristiwa besar ini Maria dipakai Tuhan  menjadi saluran anugerah bagi umat manusia. 

Jika kita telursuri tidak ada keterangan mengenai Maria dalam catatan Alkitab sebelum disapa malaikat (Band kisah Injil Matius tercatat Yusuflah sebagai orang yang tulus hati, Mat 1:19). Mungkin Maria adalah gadis biasa, namun dekat dengan keluarga Imam Zakaria (Luk 1:39) yang saleh dan tulus sebagaimana anak gadis Yahudi di jamannya. Namun karena kasih karunia Allah dia menjadi perempuan yang luar biasa. Hal yang luar biasa  dari Maria setelah berdialog dengan malaikat perihal pergumulannya: ketaatannya dan kekuatannya untuk mengaminkan kehendak Allah di dalam diriNya, seperti yang dikatakan di Lukas 1:38, "Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."

Pelajaran ini penting bagi kita semua. Jangan menganggap hal luar biasa itu lahir dari manusia luar biasa. Manusia biasa bisa dipakai Allah menghasilkan sesuatu yang luar biasa, asalkan benar-benar bersedia dan mau memelihara serta mengaminkan kasih karunia yang diberikan Tuhan bagi kita masing-masing.

(2). Tuhan menyertai engkau.
Sapaan kedua dari renungan pagi ini adalah penguatan bagi Maria bahwa Tuhan menyertainya. Malaikat mendahului apa yang hendak dipergumulkan Maria. Tentu sebelum menyampaian rencana Allah yang besar atas diri Maria, akan banyak pertanyaan dan kegelisaan yang sulit dia pecahkan, tetapi sapaan ini memberi jaminan, Tuhan menyertainya.

Sapaan ini penting bagi kita semua bahwa Tuhan mendahuli segala rencana perjalanan hidup kita. Apapun keadaan yang akan terjadi di depan kita Tuhan telah mendahului kita dan berjanji untuk menyertai kita sampai akhir jaman (Band Mat 28:20). Dia berjalan di depan menuntun dan menyertai kita, memberi kekuatan dan menopang kita ketika berhadapan dengan berbagai pergumulan.

Salam bagimu yang dikarunia Tuhan, sapaan yang sama bagi kita semua yang mempersiapkan diri memasuki Adven. Kita diingatkan bahwa kita semua adalah orang-orang yang mendapat kasih karunia Tuhan. Apapun pekerjaan kita dan professi yang kita geluti masing-masing,  itu adalah kasih karunia Tuhan bagi kita. Dalam menjalani semua aktifitas dan pekerjaan kita, jangan takut! Tuhan menyertai! Dia berjalan mendahului kita dan dia penopang yang sejati di setiap pergumulan yang kita hadapi.

Dalam kasih karunia dan penyertaan Tuhan, mari kita songsong dan sambut Tuhan. Selamat mempersiapkan diri memasuki Advent! Amin.





Rabu, 29 November 2017

"PERBAIKILAH TINGKAHLAKUMU" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

PERBAIKILAH TINGKAHLAKUMU

Yeremia 7:3, "Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini"

Melalui nas renungan di pagi hari ini, Allah menghendaki ada perubahan dari umatNya Israel. Merasa sudah benar jika datang ke Bait Allah: berdoa, memberikan kurban dan segala kewajiban agama sebagaimana ditetapkan hukum Taurat. Namun perilaku kehidupan sehari-hari mereka melakukan penindasan, mereka merampas hak-hak janda dan yatim serta menumpahkan darah. Di Bait Allah mereka berdoa secara kusuk namun di luar mereka menjadi pelaku-pelaku kekerasan dan penuh penindasan. Apakah ibadah seperti itu berkenan bagi Tuhan? Bagaimana Tuhan mendengar doa mereka dan menerima kurban persembahan mereka? Tuhan tidak menghendaki sikap keagamaan seperti ini.

Selengkapnya marilah kita lihat ayat sebelum renungan di pagi ini, Yeremia 7:4-6, "Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN, melainkan jika kamu sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu, jika kamu sungguh-sungguh melaksanakan keadilan di antara kamu masing-masing, tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain, yang menjadi kemalanganmu sendiri"

Tuhan tidak berkenan dengan sikap keagamaan seperti itu. Yeremia dalam renungan di pagi ini menyerukan: jika Tuhan mau berkenan atas seluruh ibadah kita, perbaikilah tingkahlakumu dan perbuatanmu. Perubahan sikap itu yang perlu dilakukan agar Tuhan berkenan atas doa, persembahan dan pujian yang disampaikan dalam Bait Allah. Jika mereka hendak berjumpa dengan Tuhan dan Tuhan menyertai mereka dalam segala aktifitas kehidupannya, mereka harus memperbaiki diri.  Tuhan tidak berkenan atas sikap keagamaan bermoral ganda. Di Bait Allah mereka soleh, namun di luar mereka pelaku-pelaku ketidakadilan.  Tuhan hanya mau tinggal dengan orang yang memperbaiki diri, mencari wajahNya dengan sungguh dan memelihara kehendakNya di dalam hidupnya.

Tuhan itu baik hati, Dia mengetahui apa yang ada di dalam hati kita yang terdalam. Apapun sikap dan perbuatan kita diketahuiNya dan dengan sabar menunggu kita untuk memperbaiki diri. Tuhan rindu bersama kita.Tinggal beberapa hari lagi kita akan memasuki minggu Advent. Mari songsong Tuhan dengan berbenah dan memperbaiki diri agar Dia berkenan hadir bersama-sama kita. Amin.


Selasa, 28 November 2017

"HAMBA KEBENARAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

HAMBA KEBENARAN

 Roma 6:18, "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran".

Hamba adalah manusia yang terikat pada tuannya atau yang lazim disebut budak. Hamba adalah milik tuannya, dia tidak pernah menjadi manusia merdeka dari dirinya sendiri. Jika dia ditebus oleh tuannya yang lain maka dia bebas dari tuannya yang satu namun tetap menjadi hamba tuan yang menebusnya. Demikianlah status budak di jaman Alkitab, bahkan hingga abad ke 19 sistem perbudakan di dunia masih ada. Syukur kepada Tuhan segala perbudakan, diskriminasi dihapuskan karena membedakan derajat manusia; ada manusia merdeka dan ada budak, padahal kita semua adalah sama di hadapan Tuhan, umat ciptaanNya yang segambar dengan rupaNya. Perjuangan penghapusan perbudakan merupakan perjuangan teologi pembebasan di berbagai negara. Marthin Luther King Jr di Amerika, Desmon Tutu dkk termasuk Nelson Mandela di Afrika. Semua pergerakan pembebasan perbudakan, diskriminasi dan pembedaan warna kulit merupakan produk kajian teologi berdasarkan Alkitab dan didorong oleh rasa kemanusiaan yang tinggi. Manusia sama di hadapan Allah, manusia harus saling menghargai dan menerima yang lain sama dengan diri sendiri.

Renungan di pagi hari ini merupakan penjelasan Paulus akan status orang percaya, yaitu manusia merdeka. Paulus memakai istilah perbudakan agar lebih mudah dipahami oleh jemaat Rom. Ketika manusia jatuh kedalam dosa, kita diperhamba oleh dosa. Kita di bawah kuasa dosa dan budak dosa. Dosa itu masuk melalui pelanggaran satu orang yaitu Adam, sehingga manusia menjadi hamba dosa. Manusia tidak dapat melepaskan diri dari dosa melalui dirinya sendiri. Manusia berdosa akan tetap dalam hidupnya bergelimang dosa. Konsekwensi dosa itu adalah maut.

Allah mengasihi kita, tak membiarkan manusia dikuasai oleh maut. Allah menebus kita dari hamba dosa melalui suatu tindakan penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Sama seperti oleh satu pelanggaran satu orang manusia diperhamba dosa,  maka anugerah itu masuk melalui satu orang yaitu di dalam diri Yesus Kristus. Kita diselamatkan dari kematian melalui penebusan Kristus, sebagaimana disebut dalam Roma 3:24, "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus". Selanjutnya dalam Efesus 1:7, "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya".

Pengorbanan Kristus di kayu salib menebus kita dari hamba dosa menjadi hamba Kristus dan kita yang ditebusNya menjadi milik Kristus.  Dengan demikian sebagai hamba Kristus harus menjadi hamba kebenaran. Kita telah bebas dan merdeka dari hamba dosa, sekarang menjadi hamba Kristus. Maka bagaimana mungkin kita menyerahkan anggota tubuh kita melakukan dosa? Sama sekali tidak! Sebagai hamba Kristus kita harus menyerahkan anggota tubuh kita untuk menghasilkan buah-buah iman yang baik dan  sebagai korban yang harum di hadapan Allah. 
Renungan di pagi ini mengingatkan kita tentang status orang percaya bahwa kita adalah hamba kebenaran, yang harus menghasilkan buah-buah kebenaran di dunia ini. Setiap orang dipanggil untuk menaburkan benih kebenaran, merawatnya dan menghasilkan buah yang lebat yang berguna pada kebaikan sesama. Sebagai hamba kebenaran jadilah manusia produktif untuk buah-buah kebenaran. Amin.



Senin, 27 November 2017

"TIADA SEPERTI ALLAH KITA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TIADA SEPERTI ALLAH KITA

1 Samuel 2:2, "Tidak ada yang kudus seperti TUHAN, sebab tidak ada yang lain kecuali Engkau dan tidak ada gunung batu seperti Allah kita"

Nats renungan di pagi ini merupakan salah satu doa syukur Hana atas berkat Tuhan padanya. Tuhan menganugerahkan anak padanya bernama Samuel setelah lama bergumul tak punya anak. Samuel lahir berkat permohonannya yang tiada henti kepada Tuhan. Sampai imam Eli mengusirnya dari rumah Tuhan di Silo, karena dia terus berdoa komat kamit seperti orang yang tidak sadarkan diri. Doa Hanna ini adalah permohonannya untuk mengakhiri seluruh pergumulan dalam keluarganya. Suaminya Elkana telah memperoleh anak dari istri kedua yaitu Penina, dan Penina nampaknya menyombongkan diri karena bisa memberikan kebahagiaan bagi Elkana. Sementara Hana tidak dapat memberi kebahagiaan karena tidak dianugerahi anak. Malah mendapatkan tekanan dan beban psikologis yang mendalam setiap hari. Atas kesesakan yang dialaminya Hana memohon di hadapan Tuhan agar berkenan memberkati rahimnya dan jika Tuhan memberikan anak baginya akan dipersembahkan menjadi hambaNya. Doa Hanna dikabulkan, Tuhan membuka rahimnya dan melahirkan Samuel.  Hal inilah yang membuat Hana bersyukur kepada Tuhan dan menyerahkan Samuel  menjadi hamba Tuhan agar dibimbimbing imam Eli menjadi  imam.

Apa yang disampaikan oleh Hana adalah kesaksian bahwa Tuhan memberikan kekuatan bagi yang dilecehkan. Tuhan itu ada, penolong bagi orang yang tersesak, pemberi apa yang kita minta dan jauh dari apa yang kita pikirkan diberikan Tuhan bagi kita. Sekalipun Hana diperlakukan tidak adil, dilecehkan oleh Penina dan dianggap tidak berharga, namun Tuhan Mahabaik, Tuhan tak membiarkan Hana tetap tertekan. Jika kita baca keseluruhan doa dari Hana pada pasal 2 ini intinya adalah tiada Tuhan seperti Allah kita, Tuhan itu Mahabaik dan penolong bagi orang yang tersesak. Tidak ada gunanya menyombongkan diri karena perempuan yang mandul bisa dijadikan beranak cucu yang banyak, sementara yang beranak banyak bisa menjadi layu.

Dari ayat renungan ini ada dua kesaksian Hana yang perlu kita dalami:

(1). Tiada yang kudus seperti Tuhan kita. Mengingatkan kita akan kemahakudusan Tuhan. Tidak ada yang sanggup berjumpa muka dengan muka, karena Tuhan itu Maha kudus. Penggalan doa ini mengingatkan kita agar tetap rendah hati, kita adalah manusia berdosa dan hina di hadapan Tuhan. Hanya karena kasihNya kita memperoleh anugerah.

(2). Tiada gunung batu seperti Allah kita. Gunung batu adalah kubu pertahanan dan tempat perlindungan dalam suatu kota. Semakin kuat benteng pertahanan suatu kota, semakin megah dan amanlah kota itu. Gunung batu adalah kiasan bahwa Allah adalah tempat perlindungan yang paling aman. Tidak ada yang bisa merebut kenyamanan kita jika berlindung pada Allah. Selemah dan sekecil apapun  kita dan sehebat apapun musuh yang hendak mengancam dan melenyapkan kita, jika Allah gunung batu kita, kita aman dalam perlindunganNya.
Kesaksian Hana menjadi pelajaran berharga bagi kita. Mari jadikan Allah gunung batu dalam hidup ini.  Biarkan Allah memelihara, melindungi dan menolong kita. Jangan sombong, tetaplah rendah hati. Kita diberi anugerah bukan karena kekudusan kita, kita adalah manusia berdosa dan bernoda dihadapanNya. Kita hidup karena kasihNya. Amin.





Kamis, 23 November 2017

"HUKUM TUHAN PENGHIBUR ORANG BERIMAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"HUKUM TUHAN PENGHIBUR ORANG BERIMAN"

Mazmur 119:52, "Aku ingat kepada hukum-hukum-Mu yang dari dahulu kala, ya TUHAN, maka terhiburlah aku".

Setiap orang pasti memiliki perbedaan dalam mencari hiburan. Ada orang yang pergi traveling, ada yang memilih bersama keluarga (quality time), nonton ke bioskop, ada juga berbakti melalui aktifitas pekerja sosial dll. Hal yang pasti semua orang dalam hidupnya ingin terhibur. Karya-karya seni produk masyarakat dapat juga kita pandang sebagai hiburan bagi masyarakat: seperti lomba dan pertandingan tradisional. Namun kebutuhan manusia akan hiburan merupakan salah satu produk dari modernisasi. Hiburan menjadi produk kapital yang melihat kebutuhan manusia. Sejak munculnya modernisasi terciptalah suatu masyarakat industri, manusia bekerja meninggalkan kerja manual memasuki suatu era baru menuruti pola mesin dengan teratur. Coba Anda bayangkan seorang pekerja industri bekerja selama 8 jam, lebih satu hari hanya melaksanakan satu aktifitas saja yakni memasukkan mur atau baut. Ini model yang sangat membosankan, monoton dan  melelahkan setiap hari. Manusia melayani mesin-mesin. Maka muncullah kebutuhan baru yaitu hiburan. Weekend menjadi benar-benar kebutuhan untuk mencari hiburan. Di negara-negara industri tempat hiburan dikemas sedemikian rupa dan menjadi gaya hidup masyarakat. Weekend menjadi moment penting mengisi hidupnya dengan mencari hiburan. Ledakan masyarakat modern ini menjadi salah satu faktor utama orang meninggalkan gereja. Weekend bukan lagi pergi beribadah tetapi mencari hiburan. Liburan identik dengan hiburan untuk mencari kesenangan dan energi baru dalam melakukan aktifitas.

Apakah penghibur bagi orang beriman? Renungan di pagi ini menjawab bahwa hukum Tuhan adalah penghibur bagi orang percaya.  Alkitab mengajarkan, sejak penciptaan, Tuhan telah mempersiapkan kebutuhan manusia, yaitu hari perhentian. Pada hari perhentian orang beristirahat dari segala pekerjaannya untuk beribadah.  Ibadah  menjadi sumber energi untuk melaksanakan pekerjaan.

Pengalaman dan kesaksian pemazmur bahwa hukum Tuhan adalah penghiburan baginya.  Di dalam hukum Tuhan ada jaminan keadilan dan kepastian. Berkat bagi orang yang melakukannya dan hukuman bagi yang mengabaikan perintahNya.  Hukum Tuhan adalah segala perintah dan larangan yang disampaikan oleh Allah kepada umatNya untuk dituruti dan di pelihara. Melalui hukum Tuhan manusia dipagari dengan rasa aman, jaminan perlindungan dan kepastian hidup. Sebagaimana Musa mengajak seluruh umat Allah untuk mengaminkan perintah Allah. Perintah Allah adalah mengatur hubungan manusia dengan Allah dan mengatur hubungan manusia dengan sesamanya.

Marilah seperti pemazmur terhibur dengan mengingat Hukum Tuhan. Alangkah indahnya hidup manusia  jika semua melakukan sepuluh perintah Tuhan: tiada berhala yang mengajarkan kecurigaan dan kebencian. Lihatlah betapa berharganya semua orang karena menghormati orangtua, tiada pembunuhan dan kekerasan, tiada kebohongan, tiada perzinahan, semua keluarga merasakan kesetiaan dalam rumah tangga. Tidak ada lagi rasa takut meninggalkan rumah karena pencuri, semuanya dijamin dan dipelihara oleh perintah Tuhan.  Inilah yang menghibur pemazmur, sungguh indah perintah Tuhan bagi manusia. 

Mari cintai perintah dan hukum Tuhan karena perintahNya adalah jaminan pemeliharaanNya dalam hidup ini. Marilah kita pikirkan ulang, bagaimana kita mencari huburan? Berlibur dan berwisata sangat baik, mengisi hidup ini agar memiliki energi. Namun energi yang paling kuat dan hiburan yang paling menggembirakan adalah mengingat dan melakukan hukum Tuhan dalam hidup ini. Amin.

Rabu, 22 November 2017

"SATU KAWANAN DENGAN SATU GEMBALA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"SATU KAWANAN DENGAN SATU GEMBALA"

Yohanes 10:16, "Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala".

Pengajaran Yesus tentang gembala yang baik memiliki arti yang sangat luas. Selain jaminan pemeliharaan dan perlindungan, juga tentang kesatuan jemaat,  kita semuanya adalah satu di dalam gembalaan Yesus Kristus. Yesus Kristus telah menyerahkan nyawaNya hingga mati di kayu salib untuk menebus kita dari dosa dan menjadikan kita satu kawanan domba Sang Gembala yang baik. Semuanya dikasihiNya, tidak ada yang dinomorduakan dan tidak ada yang diutamakan. Semuanya hidup dalam rangkulanNya yang penuh kasih.

Sebagai gembala yang baik, Yesus memperhatikan semua kebutuhan dan kesejahteraan gembalaanNya. Dia tidak membiarkan ada yang tersesat. Yesus akan segera mencari dan menggendongnya kembali bersama kawanan. Yesus sendiri yang menuntun, memelihara dan memberikan apa yang dibutuhkannya. Yesus menuntun kita ke air yang tenang, ke rumput yang hijau dan menjaga kita dari sergapan serigala dan pencuri.

Pelayanan Sang Gembala yang baik, membuat kawanan domba menaati apa yang diperintahkan Sang Gembala. Gembala berjalan di depan dan kawanan domba mengikutinya. Ketika sang gembala bersuara mengarahkan semua kawanan domba, suara gembala dikenal domba dan mengikutinya. Gembala yang baik akan didengarkan dan ditaati kawanan domba.

Hubungan gembala dan domba ini adalah analogi hubungan Yesus dengan orang percaya. Kita semua umat tebusanNya, kita semua wajib mendengar suara Yesus dan menurutiNya dengan taat. SeruanNya dan arahanNya adalah untuk kesejahteraan kita semua. Yesus mengasihi kita semua, kita semua dirawatnya dan tak ada satu pun yang diabaikan. Dia membalut luka dan menyembuhkannya serta mencari yang tersesat.

Dalam renungan di pagi ini ada pernyataan Yesus tentang siapa umat gembalaanNya. Yahudi umumnya memahami bahwa hanya merekalah yang tergolong umat gembalaan Tuhan. Namun Yesus menyebutkan bahwa Dia adalah gembala atas semuanya. Yesus tidak membatasi diri suku bangsa tertentu, tetapi Dia gembala untuk semua, bahkan termasuk kawanan domba lain yang belum masuk dalam penggembalaan Sang Gembala yang baik. "Kawanan domba-domba lain" adalah sebutan bagi non Yahudi dan segala suku bangsa yang mau menerima Yesus Kristus dalam hidupnya. Dengan renungan ini kita semua adalah bahagian yang digembalakan Yesus Kristus. Sehingga tidak ada pembatasan baik Yahudi maupun non Yahudi, kita semua kawanan dombaNya yang dipersatukan di dalam Yesus Kristus. 

Yesus juga berdoa agar kawanan domba yang percaya kepada Yesus Kristus atas pemberitaan orang percaya masuk dalam satu kawanan Sang Gembala yang baik, sebagaimana disebut dalam Yoh 17:20-21, "Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku".

Inilah yang harus kita syukuri, bahwa kita semua di bawah pemeliharaan dan penggembalaan Yesus sang Gembala yang baik.  Sebagaimana ungkapan pemazmur 23:1 Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Mari ikut ajakan suara sang Gembala yang baik. Amin.

Selasa, 21 November 2017

"MUJUR ORANG BENAR" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MUJUR ORANG BENAR

Mazmur 112:5, "Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya".

Mungkin Anda pernah mendengar ungkapan ini: jika dapat dipermudah, mengapa harus dipersulit? Ungkapan ini muncul sebagai kritik terhadap birokrasi yang berbelit-belit dan terkesan seolah-olah segala sesuatu dipersulit untuk alasan ini dan itu. SOP yang berlaku dibuat sedemikian rumit dan mumet. Melakukan pelayanan birokrasi di atas prinsip "jika bisa dipersulit kenapa harus dipermudah?"  Syukurlah di jaman yang semakin maju,  mumetnya birokrasi semakin dipangkas dan menuju pelayanan yang lebih cepat, efektif dan efisien. Alkitab sangat mendukung pelayanan yang cepat, efektif dan efisien bahkan menjadi bahagian dari pelayanan yang melakukan urusan dengan sewajarnya. 

Mazmur 112 semuanya berbicara tentang bahagia orang benar. Orang benar diberkati Tuhan, anak cucunya perkasa di bumi (112:2) dan mendapatkan kemujuran (112:5). Dalam renungan di pagi hari ini, sikap orang benar di sini ditunjukkan dengan sikap berbelas kasihan bagi orang yang miskin, dan memberi pinjaman bagi oang yang membutuhkan. 

Setiap kita pergi melangkah dari luar rumah pemandangan kita diperhadapkan dengan berbagai hal: ada orang yang bekerja keras mendorong gerobak sampah. Jika kita berhenti di prapatan akan ada sejumlah orang yang mengulurkan tangan untuk ditolong,  pak ogah, pedagang dan peminta-minta, mencerminkan kerasnya kehidupan. Itu semua realitas sosial bahwa di tengah-tengah kita akan selalu ada kemiskinan. Yesus pernah berkata: orang miskin akan selalu ada padamu (Mat 26:11). Yesus menyampaikan bahwa apa saja yang kita lakukan kepada salah seorang yang hina adalah berbuat bagi Tuhan (Mat 25:40). Di sini ada tugas dan tanggungjawab bahwa orang percaya, orang benar akan peduli kepada orang miskin.

Hal berikut yang diperhatikan pemazmur di sini adalah memberi pinjaman bagi yang membutuhkan. Mungkin ini adalah pekerjaan yang selalu dihindari orang. Meminjamkan karena bunga mungkin menjadi bisnis empuk (sharing profit), namun meminjamkan karena kebutuhan mendesak yang menolong ini sungguh berat bagi sebagian orang. Mungkin karena pengalaman memberi pinjaman dan sulitnya menagih hutang atau pinjaman yang tak kembali seolah sia-sia menolong orang. Namun cobalah pikir ulang kalau ada orang yang benar-benar membutuhkan sekali dan sangat menentukan bagi hidupnya padahal apa yang dimintanya ada pada kita dan tidak membuat kita susah dan kekurangan. Jika bisa kenapa harus menunda, dan jika ada kenapa harus menolaknya. Ada orang yang benar-benar membutuhkan uluran tangan untuk menolong beban hidupnya. Bantuan semacam itu akan menjadi perbuatan baik yang sangat mulia. Yesus berkata: Matius 5:42, "Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu" (Mat 542).

Kemujuran dan segala berkat akan mengikuti hidup orang benar, yang memberikan bantuan dan pertolongan bagi orang lain. Amin.

Senin, 20 November 2017

"KELUARGA YESUS KRISTUS" Renungan Harian Pdt..Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KELUARGA YESUS KRISTUS

Lukas 8:21, "Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya."

Hubungan darah sangat berpengaruh dalam diri seseorang. Apalagi dalam suatu masyarakat yang masih kuat tradisi dan kultur. Hubungan kekeluargaan sangat dipelihara bahkan menjadi satu perasaan dalam suka dan duka, bergotong royong dan saling menolong. Yahudi tergolong satu bangsa yang memiliki hubungan darah yang kental, silsilah dan sejarah keluarga dipelihara sangat ketat. Lihatlah misalnya informasi seluruh keturunan Yakub tercatat di Mesir. Demikian dengan silsilah Tuhan Yesus dalam Matius 1 semuanya terdokumentasi dengan baik. Terpeliharanya silsilah keturunan di dalam Yahudi menjadi hal penting bahwa mereka memiliki ikatan keluarga yang sangat tinggi.

Demikian juga halnya orang Batak, ikatan keluarga melalui marga dan adat dalihan na tolu sangat kuat. Hidup dalam masyarakat ditopang oleh filosopi dalihan na tolu (tungku nan tiga) di atas prinsip: somba marhulahula (hormat kepada keluarga dari pihak isteri), elek marboru (peduli dan penuh kasih sayang kepada pihak keluarga mantu) dan manat mardongan tubu (memelihara hubungan yang baik dengan satu marga). Fondasi ini membuat orang Batak memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi, sehingga dimana pun berada pertalian dari hubungan darah ini selalu ada. Hubungan dalam keluarga juga menjadi perekat yang sangat baik dalam saling menolong dan menopang, bergotong royong dan peduli.

Tentu setiap kelompok sosial masyarakat memiliki makna tersendiri dalam hubungan darah. Di sinilah peran iman, dalam tradisi kentalnya hubungan darah dalam keluarga, Yesus memberikan warna baru. Ketika Yesus mengajar ada banyak orang berbondong-bondong dan mendengarkan pengajaranNya. Pada saat itulah ibu dan saudara-saudaraNya datang hendak menyampaikan pesan kepada Yesus. Mungkin karena terlalu penuh,  ibu dan saudaranya berada di luar. Namun Yesus tetap melanjutkan pengajaranNya seolah mengabaikannya, sampai ada orang yang menyela dan menyampaikan kepada Yesus bahwa ibu dan saudaraNya datang dan berada di luar. 

Yesus tetap melanjutkan pengajaranNya bahkan memberikan pernyataan penting: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya." 

Dengan pernyataan ini Yesus bukan mau mengabaikan atau meniadakan hubungan darah diriNya dengan ibu dan saudaraNya. Bagi Yesus hubungan keluarga sangat penting. Ketika di Golgata Yesus berpesan "inilah ibumu, inilah anakmu" (Yoh 19:26). Yesus sangat menghormati keluarga dan taat pada tradisi Yahudi, namun di dalam hubungan kekeluargaan ada satu hal yang harus mendasarinya yaitu iman. Yesus mau memperkenalkan suatu keluarga rohani bagi para pendengar yaitu kita telah dipersatukan dalam satu keluarga besar di dalam penebusan Yesus Kristus. Di dalam Yesus Kristus kita adalah saudara dan keluarga Allah untuk melakukan firman dan kehendakNya. Kita semua hidup dalam satu keluarga besar Allah (Family of God).  Hubungan keluarga Allah mengutamakan kebenaran dan seturut dengan kehendakNya.

Jadi segala relasional manusia: baik itu hubungan darah, hubungan pekerjaan, bisnis dan kedekatan lainnya (nepostis) semuanya harus didasari dan diterangi oleh firman dan kehendak Allah. Berbeda dengan jika seseorang terikat oleh hubungan darah, apapun kekurangan dan kelemahan pasti berupaya menutupinya. Maka di sinilah renungan pagi ini menyapa kita bahwa hubungan keluarga adalah penting dan harus diterangi oleh sinar kasih dan pengorbanan Yesus Kristus. Kekeluargaan kita di dalam Yesus Kristus menerangi kita untuk lebih kasih, lebih peduli dan lebih baik karena diterangi dan digarami oleh kasih dan kehendak Allah. Amin.

Sabtu, 18 November 2017

"SUKACITA DAN SORAK-SORAI" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SUKACITA DAN SORAK-SORAI

Yesaya 9:3, "Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan".

Sukacita dan sorak-sorai selalu ada pada orang yang berpengharapan. Sekalipun ada beban dan harus berpeluh menjalani masa sulit, tetapi akan optimis dapat menggapai bahagia lewat perjuangan. Berbeda dengan orang yang selalu pesimis, hidupnya akan selalu mengeluh, sukacita pun bisa berubah menjadi kemurungan, keuntungan menjadi kerugian. Maka tetaplah berpengharapan agar sukacita menyertai hidup kita.

Inilah yang dinubuatkan Yesaya kepada umat Allah di Yehuda. Krisis yang berkepanjangan yang dialami mereka pada masa raja-raja terakhir di Yehuda, sesungguhnya tidak akan membawa mereka kepada kehancuran asalkan berbalik dari kejahatan kepada pertobatan. Mungkin benar sudah ada di kalangan umat itu yang apatis, tak akan ada lagi pemimpin yang membawa kejayaan umat Allah. Jaman proto Yesaya melayani ketika Yehuda dipimpin: Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia. Para pemimpin ini mengalami kesulitan di mana bangsa-bangsa semakin gaduh, menunjukkan kekuatan dan hasrat yang besar dari beberapa negara adikuasa seperti Assyur, Mesir dan Babelonia untuk menaklukkan bangsa sekitarnya. Perang berkecamuk, "power abuse" dari raja-raja seakan haus darah bangsa asing. Perang demi perang, bangga akan kemampuan untuk melenyapkan lawan demi kemegahan diri.

Yesaya menggambarkan bagaimana tekanan yang dialami oleh Yehuda dalam pasal 8:23, bahwa tidak selamanya kesuraman dan kekelaman menghimpit umatNya. Sekalipun mereka berjalan di dalam kegelapan dan seolah sudah memasuki dunia orang mati, terang Tuhan akan terbit atas mereka.

Dalam situasi demikian ada raja Yehuda memiliki kegamangan, ada ide untuk berkoalisi dengan satu negara kuat untuk melawan kekuatan lain. Ide seperti itu dilawan oleh nabi Yesaya, karena umat Allah hanya berpengharapan kepada Tuhan. 

Di balik krisis yang dialami oleh umat Allah, dan di bawah tekanan dan ancaman peperangan yang menakutkan, Tuhan akan hadir di tengah-tengah umatNya. Raja damai yang membawa kedamaian dan kesejahteraan akan datang. Raja damai akan memberikan sukacita dan sorak-sorai menggantikan krisis, ancaman dan ketakutan.

Renungan di pagi hari ini merupakan jaminan dan kepastian perlindungan Tuhan atas umatNya. Tuhan tidak meninggalkan kita terus dilingkupi kegelapan, beban dan penderitaan. Tuhan akan datang untuk membebaskan dan memberikan sinar terangNya sehingga  kita dapat berjalan sesuai dengan kehendakNya. Dia akan memberikan banyak sukacita dan sorak-sorai. Amin.

Jumat, 17 November 2017

"KEMATIAN BERMARTABAT" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KEMATIAN BERMARTABAT

Wahyu 14:13, "Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka." 

Pada umumnya orang menganggap kematian adalah kesuraman, kesedihan, hitam dan gelap. Kematian ibarat orang memasuki lorong gelap dimana tidak tahu apa-apa karena tak satupun yang memberitakan fakta di balik kematian. Itulah sebabnya kematian sangat ditakuti dan menakutkan. Pandangan lain,  kematian meninggalkan masalah bagi orang disekitarnya: dapat kita bayangkan selama ini bercakap-cakap dan bersandau gurau dengabn keluarga namun oleh kematian semua itu diputus. Dapat juga kita bayangkan dalam suatu keluarga muda, sang ayah pencari nafkah utama, oleh kematian telah meninggalkan masalah akan beban hidup yang memberatkan bagi anggota keluarga. Itulah ngerinya kematian.

Namun di samping kengerian tentang kematian, ada juga hal menarik yaitu konsep keadilan. Khususnya pemahaman bahwa di balik kematian ada kehidupan setelah kematian. Sehingga setiap orang hidup harus mempersiapkan kematiannya. Sekalipun hidup yang kita jalani ini tidak adil namun kematian akan memperbaikinya.  Ini yang digali dan diajarkan oleh agama-agama bahwa setiap orang akan mendapatkan upahnya pada kehidupan setelah kematian.  Setiap orang akan mempertanggungjawabkan hidupnya dalam penghakiman kelak. Bagi mereka yang setia di dalam imannya akan memperoleh keselamatan dalam kehidupan sorgawi, namun sebaliknya bagi orang yang melakukan kejahatan akan mendapat murka dalam hukuman kekal. 

Dalam renungan di pagi hari ini kitab Wahyu memberikan suatu kepastian bahwa orang yang mati di dalam Tuhan akan memperoleh kebahagiaan karena akan menerima upah memasuki hidup kekal bersama Allah.  Sebagaimana konteks Alkitab, gereja mendapat penghambatan, penganiayaan yang luar biasa. Namun mereka tetap setiap kepada Yesus Kristus. Iman mereka tak luntur, mereka tetap hidup di dalam Tuhan. Mereka yang tetap setia hidup di dalam Tuhan akan memasuki kehidupan kekal. Mereka akan beristirahat dalam kehidupan abadi setelah menjalani kehidupan yang penuh penderitaan oleh iman. Mereka yang hidup di dalam Tuhan sepanjang hidupanya, kehidupan setelah kematiannya memperoleh kebahagiaan yang abadi. 

Kitab Wahyu sebagaimana dalam renungan di pagi ini menyatakan bahwa kematian adalah sebagai tujuan hidup. Namun, bukan sembarang kematian, melainkan kematian yang bermartabat. Maka hidup ini harus mempersiapkan diri memasuki kematian yang bermartabat. Kematian bermartabat adalah mati di dalam Tuhan. Amin.

Kamis, 16 November 2017

"BANGKITLAH...!" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BANGKITLAH...! BANGSA-BANGSA BERDUNYUN-DUYUN DATANG KEPADAMU

Yesaya 60:3, "Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu".

Dalam memasuki bulan Nopember 2017 Indonesia mendapat pujian dan apresiasi dari berbagai pemimpin dunia. Donald Trump misalnya dalam KTT APEC 10/11/2017 memuji Indonesia sebagai negara yang kuat membangun  demokrasi, sekalipun wilayah luas dan terdiri dari 13.000 lebih pulau namun telah berhasil membangun  demokrasi. Beberapa hari kemudian Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memuji kemajuan ekonomi Indonesia. Kemudian Pimpinan World Bank (Bank Dunia) Rodrigo Chaves menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara tujuan Investasi yang sangat menjanjikan karena telah berhasil membangun berbagai sektor. (Lih bisnis.com, 14/11/2017).
Ini ada berita baik untuk masyarakat Indonesia, memberikan suatu harapan besar bahwa bangsa Indonesia akan bangkit menjadi negara kuat dalam berbagai sektor. Indonesia akan bangkit menjadi negara maju dan bukan itu saja bangsa-bangsa akan berduyun-duyun untuk berinvestasi. 

Berita di atas sengaja saya angkat suatu contoh kabar baik di tengah-tengah harapan yang sebentar lagi akan nyata. Seperti pengalaman umat Allah setelah menjalani pembuangan selama 70 tahun, terpuruk dan menjadi bangsa yang tertindas dan terjajah dalam pembuangan Babel akan bangkit menjadi bangsa yang besar. Bukan hanya besar tetapi menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Dinyatakan bahwa bangsa-bangsa akan datang berduyun-duyun karena terang Tuhan telah terbit atas umatNya (Yes 60:1).  Allah sendiri yang memerintahkan agar umatNya bangkit dan menjadi terang. Menurut visi Yesaya dalam nats ini kebangkitan umat Allah bukan hanya kebangkitan pada dirinya sendiri tetapi akan menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Pelopor dan menjadi motivator bagi bangsa sekitarnya. Bangsa-bangsa akan berduyun-duyun, raja-raja dunia akan datang ke pusat ibadah umat Allah yakni Sion.

Bangkitlah, angkatkah mukamu karena terang Tuhan telah terbit atasmu! Suatu pernyataan pemberi seangat dan motivasi. Dalam keadaan meraba-raba akan ke mana perjalanan umat Allah setelah pembuangan, Yesaya tampil membawa suatu visi ke depan bahwa Allah telah menetapkan umatNya menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Jangan malu (menutup muka) atau terdiam karena pesimis meratapi diri sebagai bangsa yang terjajah dan terbuang. Pembuangan telah berakhir, biarlah mental pembuangan tinggal di Babel, tetapi mereka akan memasuki Sion, naik ke puncak menghadap kemuliaan Tuhan yang memancarkan sinar terang dan sinar kemuliaan.

Renungan di pagi ini menyapa kita semua agar memiliki semangat dan pengharapan baru karena Tuhan telah bertindak. Tinggalkan sikap pesimis dan ragu-ragu yang mengungkung kita tak berani berbuat apa-apa. Bangkitlah, terang Tuhan telah bersinar menyinari jalan yang hendak kita tempuh. Dengan renungan ini kita semakin menyadari bahwa Tuhan memanggil kita menjadi saluran berkat. Tuhan akan melimpahkan kemuliaan dalam diri umat pilihanNya agar orang-orang di sekitar kita turut bersyukur dan memuliakan Tuhan. Amin.

Rabu, 15 November 2017

"SATU ROH" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SATU ROH

1 Korintus 6:17, "Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia".

Satu kata dengan perbuatan, itulah manusia yang berintegritas. Siapapun orangnya pasti tak akan suka melihat orang yang memiliki standar ganda: kata-katanya sayang tapi hatinya jauh? Nasehatnya penuh hikmat namun hidupnya tak karuan. Mungkin ini alasan munculnya lagu: "memang lidah tak bertulang"; seribu janji bisa terucap namun lain di birbir lain di hati. Jika Anda menemukan seperti ini pasti Anda sudah melupakannya atau mungkin dalam dunia medsos sekarang Anda sudah melakukan tindakan dengan klick: unfriend, unfollow atau leave.

Ini yang meresahkan Paulus melihat praktek kehidupan jemaat Korintus. Namun dia tidak langsung meninggalkannya tetapi terus berjuang untuk memenangkan jiwa mereka sesuai dengan kebenaran firman. Memang tak habis akal apa yang terjadi di jemaat Korintus: mereka mengaku Kristus yang satu dan dipersatukan oleh Kristus namun realitasnya terpecah belah dan membuat tembok-tembok pemisah dengan berbagai pembeda dan pembatas diantara mereka.  Mengaku hidup baru namun pola hidup mereka masih seperti hidup lama, sama seperti sebelum menerima Kristus. Mereka mengaku anak-anak terang, namun hidup seperti anak-anak kegelapan. Bagaimana mungkin mereka mengaku menjadi gereja yang kudus dan am, padahal sebahagian dari mereka menaziskan dan mecemarkan dirinya dengan perbuatan tak terpuji, yakni praktek prostitusi yang dilakukan agama pagan? 

Di sinilah kehadiran Paulus hendak membina dan memenangkan mereka dari roh perpecahan dan praktek hidup yang tidak benar. Paulus mengingatkan jemaat Korintus bahwa mereka telah dipersatukan di dalam Kristus maka harus bersatu dan saling menerima perbedaan. Barang siapa yang dipersatukan di dalam Kristus harus hidup dalam satu Roh. Roh Kudus yang mengajar, membimbing dan mempersatukan mereka. Satu analogi Paulus bahwa gereja adalah tubuh Kristus: Kristus adalah kepala dan jemaat adalah anggota tubuh. Orang percaya yang mengambil keputusan untuk menjadi bagian dari anggota tubuh Kristus berarti mengikatkan diri  kepada anggota tubuh Kristus. Dengan demikian sama seperti satu tubuh maka semuanya harus digerakkan oleh kepala. Demikianlah praktek hidup warga jemaat, hidup di dalam kasih karunia Kristus, mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang harum bagi Kristus. Dalam persekutuan gereja, satu roh yang dimaksudkan adalah dipimpin dan digerakkan oleh Kristus, sebagaimana pesan Paulus dalam Efesus 4:3-6, "Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,
satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, 
satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua".

Renungan di pagi ini mengajak kita kepada satu tujuan di dalam persekutuan gereja. Hendaknya masing-masing jemaat ikut dan berkontribusi akan apa yang berkenan kepada Kristus: saling mendukung dan saling menopang, saling bertolong-tolongan agar kita dapat melakukan kehendak Allah. Amin.

Selasa, 14 November 2017

"SEPERTI JERAMI YANG TERBAKAR" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SEPERTI JERAMI YANG TERBAKAR

Yesaya 47:13-14, "Engkau telah payah karena banyaknya nasihat! Biarlah tampil dan menyelamatkan engkau orang-orang yang meneliti segala penjuru langit, yang menilik bintang-bintang dan yang pada setiap bulan baru memberitahukan apa yang akan terjadi atasmu!    Sesungguhnya, mereka sebagai jerami yang dibakar api; mereka tidak dapat melepaskan nyawanya dari kuasa nyala api; api itu bukan bara api untuk memanaskan diri, bukan api untuk berdiang!"

Dalam keadaan kalut, orang sering tidak tenang dan memohon petunjuk kesana kemari. Demikian keadaan umat Israel di dalam pembuangan: banyak pertanyaan yang mereka sampaikan, kenapa semua ini terjadi? Bukankah mereka bangsa yang besar dan umat pilihan Allah? Apakah Tuhan telah lupa akan janjiNya? Berapa lama penderitaan ini akan berlangsung? Umat dalam pembuangan memiliki berbagai opsional; ada yang tidak tahan maka mereka meminta petunjuk dari petenung, tukang ramal dan dewa-dewa baal. Hanya sedikit yang tetap setia dan bertahan di pembuangan. Itulah yang disebut sisa-sisa Israel.

Yesaya tampil memberikan firman Tuhan bahwa barang siapa yang meminta nasihat dari baal, petenung dan peramal-peramal itu adalah ketidak setiaan kepada Tuhan. Tuhan sendiri akan murka dan hidup mereka akan terbakar seperti jerami yang terbakar. Jerami yang terbakar adalah suatu contoh akan mudah hangus dalam sekejab. Demikianlah para penasihat, petenung dan peramal-peramal di hadapan Allah. Gundukan jerami kering yang menggunung dalam hitungan cepat akan berubah menjadi debu.

Apa yang disampaikam oleh Yesaya disini? Dalam keadaan bagaimanapun, susah senang, untung dan rugi, bergumul dan berbeban tetaplah setia dan percaya kepada Tuhan. Berpikir logis dan melakukan nasihat yang sesuai dengan firman Tuhan. Jangan beri ruang pada nasihat-nasihat yang mendatangkan murka Allah seperti kepada petenung dan peramal-peramal. Itu tidak akan menolong, tetapi akan membawa kita hangus terbakar oleh murka Allah. 

Renungan di pagi ini mengajak kita agar takut kepada murka Tuhan. Jika ada beban yang memberatkan hidup kita,  mintalah petunjuk dari Tuhan melalui doa agar Dia menuntun kita kepada kebebasan dan keselamatan. Amin.

Senin, 13 November 2017

"DAMAI SEJAHTERA ALLAH MENYERTAI KAMU" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"DAMAI SEJAHTERA ALLAH MENYERTAI KAMU"

Filipi 4:7, "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus".

Jika Anda seorang yang sering mengikuti kebaktian minggu tentu Anda akan ingat nats ini, bukan? Nats ini adalah salam dan berkat yang disampaikan oleh Pendeta sebelum memulai khotbah. Hamba-hamba Tuhan yang diurapi dipakai untuk menyampaikan firman. Mereka adalah saluran berkat bagi jemaat untuk memberitakan firman Tuhan sebagai sumber kehidupan dan sumber kekuatan. Jemaat yang mendengarkan firman Tuhan dari hambaNya memperoleh berkat dan seharusnya pula menjadi saluran berkat bagi sesama dengan berbagi apa yang dia dapatkan dari firman. Inilah yang disebut dengan diberkati guna menjadi berkat. Sama seperti Abraham diberkati oleh Tuhan agar menjadi saluran berkat bagi dunia (Kej 12:1-3)

Hidup dalam damai sejahtera Allah merupakan  kehidupan yang selalu dicita-citakan oleh umat Allah. Damai sejahtera diterjemahkan dari kata Syalom (Ibrani) damai tanpa perang, sejahtera dan penuh kemakmuran. Syalom meliputi sejahtera batin, sejahtera fisik dan sejahtera spiritualitas. Damai sempurna adalah damai masa mesianik sebagaimana digambarkan dalam Yes. 9:6. Dalam Perjanjian Baru damai itu disebut  'eirene' (Yunani), tidak hanya berarti hubungan rukun antara bangsa-bangsa (Luk. 14:32), tetapi juga keadaan yang harus ada dalam jemaat-jemaat Kristen yang saling membangun (Rm. 14:19) dan dalam berhubungan dengan orang di luar jemaat (Ibr. 12:14). Kematian Kristus menciptakan damai antara Allah dan umat manusia (Kol. 1:20) dan di antara orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi (Ef. 2:14). 

Dari penjelasan arti damai sejahtera di atas, maka cukup tepat pemilihan kata "melampaui segala akal dan pikiran." Hidup di dalam damai sejahtera Allah merupakan suasana bahagia dan sukacita dengan segala kemujuran yang di luar jangkauan akal. Tak terselami dan tak terpikirkan perbuatan Allah dalam hidup ini. Sekalipun dosa telah menjadi kacau hingga diasingkan dari Eden, namun melalui Yesus Kristus telah ditebus dari kuasa dosa agar kita memperoleh syalom dan damai sejahtera. Biarlah damai sejahtera Allah di dalam diri Yesus Kristus memelihara, memerintah dan menggerakkan segala aktifitas kita.

Yesus memanggil dan mengutus murid-murid untuk menghadirkan damai sejahtera Allah, sebagaimana disebut dalam Luk10:5, "Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini". Demikian dengan para rasul memberitakan Injil untuk mendatangkan damai sejahtera Allah (Baca Kis 10:36) agar seluruh dunia dipenuhi syalom Allah. 

Inilah tugas kita orang percaya yang telah menerima damai sejahtera Allah yaitu: menghadirkan syalom atau damai sejahtera Allah dalam ruang lingkup kita masing-masing: lingkungan keluarga, lingkungan kerja, lingkungan masyarakat sekitar kita. Sebagai anak-anak Allah kita semua menjadi pembawa dan pembuat damai sejahtera di manapun dan kapan pun. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Minggu, 12 November 2017

"BERIMAN DAN BIJAKSANA" Khotbah Minggu XXII Trinitatis Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BERIMAN DAN BIJAKSANA
(Matius 25:1-13)
Khotbah Mg 12 Nop 2017

Beriman harus bijaksana. Itulah suatu kesimpulan yang dapat kita ambil dari pengajaran Tuhan Yesus tentang gadis-gadis bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh dalam Mat 25:1-13. Gadis-gadis bijak selain membawa pelita juga persediaan minyak dalam buli-bulinya. Berbeda dengan gadis-gadis bodoh hanya membawa pelita menyongsong mempelai, namun karena pengantinnya datang larut malam, selain tertidur, pelitanya sudah mati. Mereka meminta agar gadis lain memberi minyak namun gadis bijak tak memberi dengan alasan yang sangat bijak pula; untuk apa dibagi nanti tidak cukup pada keduanya. Gadis-gadis bodoh hendak membeli minyak, namun apa dikata toko sudah tertutup, sekalipun mereka menggedor sang pemilik toko tak akan membukanya karena mereka tak dikenalnya.

Beriman juga harus bijak, inilah pesan khotbah minggu ini. Kita harus berjaga-jaga hingga Tuhan datang. Persiapkan diri dan tetap terjaga, jangan sampai tertidur atau lalai akan kenikmatan dunia. Panggilan bertobat dan memperbaiki diri selalu datang. Jangan katakan "saya masih muda besok lusa saya bertobat" atau waktu masih terlalu sibuk untuk urusan kantor dan bisnis. Apakah Anda akan melakukan panggilan Tuhan setelah non job? Mungkin juga kita beralasan; masih banyak waktu, "saya masih sibuk dengan pekerjaan dan bisnis yang sedang berkembang". Bukankah banyak orang Kristen demikian? Seolah Tuhan itu masih lama datangnya sehingga lalai memperbaiki kehidupan rohaninya. Ingatlah, ketika Tuhan memanggil apa persiapan Anda? Jangan sampai seperti gadis-gadis yang bodoh, tanpa ada persiapan iman sehingga mereka tidak ikut bersukacita dan bahagia.  Kita dipanggil dan ditetapkan bukan untuk dihukum atau ditimpa murka, tetapi untuk memperoleh keselamatan melalui Yesus Kristus (Baca 1 Tes 5:9)

Beriman harus bijak, kita menantikan kedatangan Tuhan sampai maranatha. Bagi saya sangat sederhana apa yang dikatakan oleb Paulus dalam 1 Kor 13:13; iman, pengharapan dan kasih. Iman adalah pelita kita yang harus selalu menyala. Beriman berarti percaya kepada Yesus Kristus sang Juruselamat. Sedangkan pengharapan dan kasih adalah persediaan minyak kita yang selalu kita persiapkan dalam hidup ini sampai kedatangan Tuhan.


Dua sikap yang berbeda ditunjukkan  pada kita: (1) sikap beriman yang bijaksana; (2) sikap beriman tak bijaksana. Mereka beriman hanya dimulut tanpa merenungkan secara mendalam akan persiapan apa yang harus dimiliki seorang Kristen. Ini adalah orang yang hendak mengambil keuntungan dan kesusksesan dari buah beriman. Iman seperti itu adalah hanya menuntut hak-hak, cengeng dan tak ada hati untuk mau melayani. Yesus menghendaki agar kita tetap di dalam pengharapan seperti gadis berhikmat. Pelita yang mereka miliki adalah simbol terang hidup dan persediaan minyak tersebut memiliki arti sebagai persiapan diri orang percaya agar siap siaga menghadapi segala bentuk tantangan, rela dan setia memikul salib dan tetap terjaga. Amin.

Jumat, 10 November 2017

"BUKAN ORANG SEHAT MEMBUTUHKAN TABIB" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"BUKAN ORANG SEHAT MEMBUTUHKAN TABIB"

Lukas 5:31-32, "Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit;
Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat."

Ada sikap protes kaum Farisi dan ahli Taurat terhadap rekrutmen pemuridan Yesus. Jika kaum awam seperti  nelayan atau penjala ikan direkrut menjadi penjala manusia menurut mereka oke-oke saja. Namun tak habis pikir bagi logika kaum Farisi dan ahli Taurat jika  Yesus memanggil Lewi seorang pemungut cukai menjadi muridNya. Selain menjadikan murid, Yesus makan dan minum di rumah pemungut cukai itu. Keberatan ini karena Farisi menilai pemungut cukai orang yang bekerja sama dengan penjajah Romawi.

Inilah sikap Farisi dan ahli Taurat yang menggagap kehidupan agamanya lebih suci, lebih murni dan lebih dekat kepada Tuhan. Mereka menganggap diri lebih dekat kepada Tuhan karena mencintai TauratNya, tanpa pernah berpikir menyadari dirinya orang berdosa dan tidak layak di hadapan Tuhan. Sikap mereka selalu sinis terhadap Yesus termasuk yang bersahabat dan memanggil Lewi pemungut cukai menjadi muridNya. Mengapa harus sirik dan sinis? Yesus menghentakkan mereka dengan berkata: Bukan orang sehat membutuhkan tabib. Jika Farisi dan ahli Taurat merasa pemungut cukai orang berdosa dan bersahabat dengan kaum Romawi menagih pajak, namun lihatlah tak semuanya tuduhan negatip pemungut cukai menagih pajak lebih dari yang ditentukan. Zakeus berani terbuka di hadapan Tuhan Yesus. Selain itu spiritualitas pemungut cukai menjadi teladan yang diangkat Yesus dengan doa yang sangat tulus: kasihanilah aku orang berdosa ini. Doa singkat ini menunjukkan kebutuhan pertolongan dari Tuhan. Berbeda dengan kaum Farisi dan ahli Taurat berdoa dengan sombognnya membeberkan perbuatannya dan seolah berjasa di hadapan Allah. Keselamatan bukanlah jasa manusia terhadap Allah tetapi karena anugerah.

Inilah hal mendasar sekali alasan Yesus: bukan orang sehat membutuhkan tabib. Ini cukup logis dan mendasar, orang sakitlah yang membutuhkan tabib agar dapat disembuhkan. Yesus datang untuk mencari yang hilang, Dia datang untuk membalut yang terluka dan menyembuhkannya. Keselamatan terbuka bagi  orang yang bertobat.

Bukan orang sehat menbutuhkan tabib, suatu jawaban Tuhan Yeus menunjukkan bahwa di dalam Kerajaan Sorga semua terbuka bagi orang yang mau menerima keselamatan. Keselamatan itu bukan karena kemampuan melakukan kehendak Allah, atau karena kesucian dan kemurnian hidup kita. Tetapi karena kesediaan untuk menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, sebagaimana dikatakan oleh Paulus dalam Roma 3:24, "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus".

Inilah kabar baik itu, Yesus datang untuk menyelamatkan orang berdosa. Yesus datang menerobos segala hal yang memisahkan kita dari kasih karunia Allah. Yesus menerobos segala kuk perhambaan dosa agar kita dilepaskan dan diselamatkan. Keselamatan itu bukan karena perbuatan baik manusia sebab tak seorang pun benar di hadapan Allah karena kebaikannya (Rom 3:13). Keselamatan itu adalah anugerah Allah (Efesus 2:8).

Inilah anugerah terbesar bagi kita, meskipun kita tak layak, namun karena kasihNya kita memperoleh keselamatan. Dalam mengakhiri renungan ini sangat baik kita menyanyikan KJ No 27:1-2 "Meski Tak Layak Hidupku"
Meski tak layak hidupku, tetapi karena darahMu dan karena Kau memanggilku, ku datang Yesus padaMu.

Sebagaimana aku adanya, jiwaku sungguh bercela. DarahMulah pembasuhnya, ku datang Tuhan, padaMu. Amin.

Kamis, 09 November 2017

"MEWARTAKAN PEMBEBASAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MEWARTAKAN PEMBEBASAN

Yesaya 61:1-2, "Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara,  untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung".

Nats renungan ini merupakan nubuatan nabi Yesaya tentang Mesias yang digenapi di dalam diri Yesus Kristus. Injil Lukas sangat menarik memberitahukan penggenapan nats ini.  Ketika Yesus mengajar di Bait Suci dihadiri para rabbi dan pengunjung, Yesus membuka salah satu kitab para nabi dan membacakan teks renungan pagi hari ini. Seluruh orang yang hadir tercengang dan seluruh mata tertuju kepada Yesus. (Baca Lukas 4:18-19). Bukan hanya itu Yesus mendeklarasikan bahwa nubuatan Yesaya tersebut digenapi pada saat itu.  Lukas 4:21 berkata, "Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."

Yesus adalah penggenapan Mesias yang dijanjikan dan akan melaksanakan pembebasan bagi umatNya atas kuasa Roh Tuhan. Marilah kita lihat beberapa tugas mesianis:

(a) menyampaikan kabar baik bagi orang yang sengsara
(b) merawat orang-orang yang remuk hati
(c) pembebasan bagi tawanan dan terkurung dan terpenjara
(d) tahun rahmat Tuhan telah datang
(e) menghibur orang yang berkabung.

Jika kita lihat missi pembebasan Mesias di atas, itu merupakan bahagian dari sukacita orang tertindas, terpinggirkan dan tak berdaya. Orang sengsara tentu karena diperdaya oleh rupa-rupa kekuatan di luar dirinya. Orang mengalami remuk hati karena ketidak berdayaan mengahadapi beban dan pergumulan. Tuhan tidak membiarkannya, namun hadir untuk memberikan pembebasan dan kelegaan bagi setiap orang yang sengsara dan remuk hati.

Orang tertawan belum tentu merupakan kesalahan atau perbuatannya sendiri, namun bisa menjadi tawanan karena kalah berperang dan membuat mereka menjadi tawanan. Jaman Perjanjian Lama, tawanan sepenuhnya menjadi hak orang yang menawan. Biasanya tawanan diperlakukan tak manusiawi dan penuh sengsara serta tak ada jaminan kepastian hidup. Inilah missi yang disentuh oleh pembebasan Mesianis:  orang tawanan, terkurung dan terpenjara untuk memperoleh pembebasan. Melalui pembebasan ini manusia dipulihkan untuk memperoleh harkat dan martabatnya sebagai manusia. Inilah yang dipulihkan melalui pembebasan Mesianis di dalam diri Yesus Kristus.

Tahun rahmat Tuhan berkaitan dengan tahun Yobel. Tahun Yobel adalah tujuh kali tahun Sabath, dirayakan sebagai tahun pembebasan bagi orang Israel. Setiap orang merayakan sukacita: orang berhutang akan lepas dari hutangnya, perhatian bagi orang orang miskin dan tahun perdamaian. Seluruh hak-hak warga dan kewajiban kaum Ibrani di Tahun Yobel dituliskan pada Imamat 25:1-28. 

Tahun rahmat Tuhan telah diwartakan melalui Injil Yesus Kristus. Yesus sendiri telah membebaskan kita dari segala dosa dan perhambaan. Yesua datang untuk memulihkan kemanusiaan kita yang segambar dengan rupa Allah. Oleh dosa telah merusaknya, namun di dalam Yesus Kristus kita ditebus dan dipulihkannya. Mari rayakan setiap hari tahun pembebasan Tuhan dalam hidup kita. Amin

Rabu, 08 November 2017

"TANDUK KESELAMATAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TANDUK KESELAMATAN

Lukas 1:69,72, "Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus"

Cobalah Anda perhatikan bagaimana binatang-binatang bertanduk bertarung?  Binatang bertanduk ini mengandalkan kekuatan tanduknya. Tanduk mana yang paling kuat, biasanya itulah yang menang. Dari pengalaman ini pula yang dipakai Alkitab tentang ungkapan "tanduk keselamatan", suatu kekuatan baru yang akan membawa kemenangan bagi umat Allah, seperti disebut di Bilangan 23:22, "Allah, yang membawa mereka keluar dari Mesir, adalah bagi mereka seperti tanduk kekuatan lembu hutan" (baca juga Ul 33:17, 1 Raj 22:11 dan Dan 7:8) serta Mzm18:2). Alkitab sangat banyak mengutip tentang makna kiasan dari tanduk keselamatan, antara lain:  

(1). Gambaran kekuatan dan kehormatan. Kadang-kadang digunakan dalam arti negatif untuk mengacu pada kesombongan (Ul 33:17; 1 Sam 2:1; 2 Sam 22:3; 1 Taw 25:5; Ayb 16:15; Mzm 18:3; 75:5, 6, 11; 89:18, 25; 112:9; 132:17; 148:14; Yer 48:25; Rat 2:3, 17; Mi 4:13).

(2). Gambaran otoritas atau yang menjalankan otoritas itu, misalnya raja (Yeh 29:21; Dan 7:8-24; 8:3-20; Za 1:18-21; Why 5:6; 12:3; 13:1, 11; 17:3-16).

Tanduk keselamatan akan datang ke Israel. Penantian selama ini akan nyata. Inilah yang disampaikan oleh imam Zakaria dalam teks renungan pagi ini. Zakaria menyampaikan syukur kepada Tuhan atas kuasa dan mujizat yang dialaminya. Pada kisah sebelumnya malaikat Gabariel telah menjumpainya dan menubuatkan akan kelahiran Yohanes Pembaptis, namun Zakaria tidak percaya karena dia dan isterinya Elisabeth sudah tua. Ketidak-percayaan Zakaria itu sebagai tanda malaikat memberitahukan bahwa dia bisu sampai kelahiran Yohanes Pembaptis. Ketika Yohanes Pembaptis lahir dan hendak menamai siapa nama anak itu, pada saat itulah Zakaria menuliskan: "Namanya adalah Yohanes" dan pada saat itu ia dapat bicara. Yohanes Pembaptis adalah pendahulu yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan, menyuarakan pertobatan karena Mesias segera datang. Banyak orang yang mendengarkan Yohanes Pembaptis dan bersedia dibaptis sebagai tanda pertobatan. 

Kembali kepada nyanyian Zakaria ini suatu penekanan bahwa Tuhan akan menumbuhkan tanduk keselamatan bagi kita dari keturunan Daud sebagaimana nubuatan nabi tentang janji keselamatan (Yes 11:1). Tanduk keselamatan di sini adalah akan muncul pemimpin yang membawa keselamatan dan kemenangan bagi umatNya Israel. Sebagaimana kita tahu paska pembuangan, bangsa asing silih berganti menjajah umat Allah, dari Persia ke Mesir, hingga terakhir Romawi. Namun Tuhan tidak membiarkan umatNya. Tuhan mengingat perjanjianNya yang kudus sejak leluhur umat Israel: Abraham, Ishak dan Yakub. Janji keselamatan itu kekal dan digenapi di dalam diri Yesus. Jika kita baca keseluruhan nyanyian Zakaria semuanya menunjukkan pemenuhan janji keselamatan, yaitu: Pembebasan bagi umatNya.

Tanduk keselamatan itu adalah pemenuhan janji Allah di dalam diri Yesus Kristus. Yesus melalui kematian dan kebangkitanNya telah mengalahkan maut dan dosa. Inilah yang harus kita nyanyikan dan syukuri setiap saat dalam hidup ini. Kemenangan Yesus Kristus 
telah menebus kita dari kuasa maut kepada kehidupan yang kekal. Amin.

Selasa, 07 November 2017

Rapat Persiapan HKBP Sutoyo Bermazmur, Pesta Gotilon dan Parheheon Ama 2017




"MELAWAN KEANGKUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MELAWAN KEANGKUHAN

1 Raja-raja 20:11, "Tetapi raja Israel menjawab, katanya: "Katakanlah! Orang yang baru menyandangkan pedang janganlah memegahkan diri seperti orang yang sudah menanggalkannya."

Ada baiknya kita membaca keseluruhan perikop ini sehingga kita mengetahui kisah berikut. Suatu cerita yang menarik yakni perlawanan Raja Ahab terhadap keangkuhan Benhadad raja orang Aram. Benhadad seorang raja yang angkuh, mungkin sebelumnya sudah menaklukkan beberapa negara-negara di sekitarnya. Untuk memperluas kekuasaannya Benhadad menekan Ahab raja Israel Utara agar tunduk padanya serta menyerahkan seluruh harta, emas, dan seluruh miliknya termasuk isterinya menjadi milik Benhadad. Biasanya raja-raja yang ditaklukkan akan memberi upeti. Demikianlah rencana Benhadad raja Aram itu kepada Ahab.

Ahab sendiri memang tidak disukai oleh Tuhan karena perilakunya, apalagi tindakan isterinya Isebel yang serakah, percaya Baal, mengejar dan memburu para abdi Allah dan mendatangkan malapetaka besar bagi Israel. Namun ketika menghadapi raja Aram masih ada pertolongan Tuhan bagi Ahab untuk membebaskan Samaria (ibu kota negara Israel Utara) dari usaha penaklukan Benhadad.

Kembali kepada Benhadad: dia orang yang angkuh dan sombong. Benhadad berkeinginan untuk menaklukkan Samaria dan berkata kepada Ahab dengan pesan: "Beginilah pesan Benhadad: Emasmu dan perakmu adalah milikku, dan juga isteri-isteri dan anak-anakmu yang cantik-cantik adalah milikku" (1 Raja 20:3).

Pernyataan perang dari Benhadad ini direspon Ahab bahwa dia tidak mau tunduk dan tetap mempertahankan miliknya dan bangsanya. Benhadad mendesaknya lagi bahkan bersumpah demi allahnya menyuruh utusannya kepada Ahab jika tidak mau menyerah dan tunduk maka akan menghancurkan Samaria seperti menggemgam debu, sebagaimana disebut dalam 1 Raja 20:10, "Benhadad menyuruh orang kepada Ahab dengan pesan: "Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika rakyat yang mengikut aku masih dapat menjemput segenggam penuh debu puing Samaria!" 

Jawaban Ahab atas hal kedua merupakan ayat harian ini: "Orang yang baru menyandang pedang janganlah memegahkan diri seperti orang yang sudah menanggalkannya." Pernyataan ini sudah menyatakan perlawanan terhadap keangkuhan Benhadad. Belum berperang seolah sudah menyatakan menang atas perang. Ahab akhirnya mengumpulkan seluruh tua-tua Israel, dan mengumpulkan seluruh pasukan Israel dari kalangan muda dan pemimpin-pemimpin setiap daerah (baca ayat 13). Ahab diijinkan melawan Benhadad. Atas petunjuk Abdi Allah, Ahab dan pasukannya menggempur Benhadad yang tidak bersiap mengahadapi perang. Benhadad dan pasukannya akhirnya dapat dikalahkan Ahab, namun Benhadad raja orang Aram itu dapat melarikan diri tetapi pasukannya  dibunuh.

Inilah pelajaran penting: keangkuhan, rasa percaya diri yang berlebihan dan menganggap remeh orang lain adalah awal kehancuran. Dan peristiwa semacam ini banyak terjadi, yang boleh dijadikan sebagai pelajaran. Misalnya Goliad, manusia raksasa dan perkasa mengganggap Daud sebagai lawan yang tak sebanding, tapi justru tumbang di tangan Daud. Dalam berbagai pertandingan misalnya tim underdog dapat mengalahkan tim raksasa atau unggulkan. Kenapa bisa demikian? Karena kesombongan dan anggap remeh.

Mari, lawan kesombongon! Jika ada talenta atau kelebihan kita tetaplah rendah hati. Persembahkan apa yang dapat kita lakukan untuk menopang dan membangun sesama, bukan malah menyombongkan diri dan meremehkan orang lain. Ingatlah, kesombongan dan keangkuhan adalah awal dari keruntuhan. Amin.

Senin, 06 November 2017

"DALAM KUASA DAN OTORITAS KRISTUS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

DALAM KUASA DAN OTORITAS KRISTUS

Kolose 2:9-10, "Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan,  dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa".

Ada satu ajaran yang disiasati oleh Paulus di Kolose, yakni filsafat kosong, suatu paham yang mengajarkan bahwa setiap unsur-unsur dunia (kosmos) diperintah atau tunduk pada kuasa roh tertentu. Manusia tidak dapat bebas dari kuasa penguasa itu, harus tunduk dan mengikuti ritus dan yang dikehendaki penguasa-penguasa kosmis. Manusia secara alamiah sering memahami semacam itu apalagi dekat dengan pemahaman kepada supra natural. Sangat gampang ditakut-takuti dan mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran. Ini sering kita lihat dalam praktek agama pagan: misalnya takut penguasa gunung berapi marah maka mereka memberikan korban pada gunung. Orang takut kena bala atau bencana, mereka harus melakukan ritus tertentu dan mengorbankan sesuatu bahkan ada juga yang mengorbankan manusia. Hal inilah yang ditentang oleh renungan kita di pagi ini karena semua element-element atau unsur-unsur dunia ini ada di bawah kuasa dan otoritas Kristus.

Bagi Paulus, jika masih ada orang mengajarkan filsafat kosong seperti itu adalah suatu kekonyolon dan kebodohan karena dunia ini dan segala unsur-unsur dunia telah ditaklukkan oleh kuasa Kristus melalui kematian dan kebangkitanNya. Jika ada ajaran-ajaran yang menganjurkan dan mengharuskan orang yang telah percaya kepada Yesus Kristus untuk melakukan ritus-ritus tertentu untuk mencapai kebebasan jiwa dan keselamatan itu adalah silsafat kosong yang menyesatkan, sebagaimana ia katakan di ay 8, "Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus".

Paulus sangat tegas, bahwa di dalam Kristus segala kuasa telah takluk dan semuanya di bawah penguasaan dan otoritas Kristus. Karena itu kuasa Kristus yang memenuhi segala unsur-unsur dunia. Yesus Kristus telah mengalahkan dan melucuti semua itu melalui kemenangannya di kayu salib dan kebangkitannya dari kematian, "Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka" (ay 15).

Barangsiapa yang percaya kepada Yesus Kristus bukan lagi tunduk pada kuasa-kuasa dunia. Setiap orang percaya yang telah dibaptis telah ikut di dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Karena itu kita bukan hamba dosa atau diperbudak oleh kuasa lain tetapi sepenuhnya diperintah dan tunduk di dalam kuasa Yesus Kristus.

Apa yang kita baca dari renungan di pagi hari ini menguatkan kita untuk percaya kepada Yesus Kristus. Mari kritis dan cermat terhadap rupa-rupa pengajaran yang menyesatkan di sekitar kita. Setiap hari kita disuguhi promosi dan berita yang menggiurkan lewat iklan-iklan. Para "orang pintar" memberikan tawaran kesuksesan usaha dan berbagai kemujuran lainnya dengan bersedia mengikuti ritus tertentu. Sungguh mengagetkan ketika kasus Kanjeng Dimas terbongkar; praktek penggandaan uang dan kekayaan hanya tipu dan memakan korban jiwa; anehnya bukan hanya kalangan masyarakat biasa menjadi korban penipuan ajaran semacam itu, tetapi ada dari kalangan cendikiawan dan para pejabat.


Renungan di pagi ini mengajak kita agar hidup dalam penguasaan dan otoritas Kristus.  Hidup di dalam penguasaan Kristus adalah membiarkan hidup kita diterangi dan didasari oleh iman kepada Yesus Kristus. Amin.

Minggu, 05 November 2017

"TUHAN GEMBALA UMATNYA DAN MENEGAKKAN KEADILAN" Khotbah Minggu XXI Trinitatis Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th
(Mikha 3:5-12)

Dalam Perjanjian Lama ada tiga abdi Allah yang diangkat dan ditetapkan sebagai gembala yang melayani umatNya, yaitu Imam, Raja dan Nabi. Namun ketiga Abdi Allah ini mendapat sorotan keras dari Mikha karena tidak memaknai jabatan sebagai abdi Allah karena telah menjadi abdi uang: 

(1).  Kealpaan abdi Allah.
Nabi Mikha dengan tajam mengkritik kealpaan ketiga abdi Allah (imam, raja dan nabi) sebab tak satupun berjalan sesuai dengan peran dan fungsinya (bahasa Batak "lia", tak satupun). Nabi tidak menyuarakan lagi kehendak Allah, namun bernubuat karena ada keuntungan, ada yang dimakan. Suara kenabiannya adalah karena makanan yang dikunyahnya. Mulut nabi tidak lagi sebagai mulut Allah, tetapi mulut yang memberinya makanan (ay 5). Inilah nabi-nabi istana yang menyuarakan damai, padahal sudah dalam keadaan kritis. Aman dan tidak ada masalah, padahal kebijakan-kebijakan raja sudah sangat jauh menyimpang dan penuh ketidak- adilan. Nabi bernubuat karena bayaran (ay 11)

Raja dan para pemimpin tidak berjalan lagi dalam kebenaran dan hukum. Keputusan pengadilan hanya berdasarkan order dan titipan suap (ay 9). Para pemimpin telah membengkokkan segala yang lurus dan tangan mereka penuh dengan darah. 

Bangsa ini semakin parah, imam yang seharusnya menjadi pendoa, dan imam yang seharusnya menjadi pengajar moral dan panutan di tengah umat telah berubah menjadi mengajar karena upah atau banyaran (ay 11). Imam yang seharusnya berdoa membawa kurban persembahan bagi Allah dan memberikan hak-hak Allah atas setiap kurban yang dipersembahankan telah mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri. Kurban persembahan untuk Tuhan dan perbendaharaan Bait Allah telah dirampas dan dikeruk habis.

(2).  Apakah dampaknya kealpaan pemimpin? Umat Allah tercecer, tersesat dan tercerai berai. Mereka tidak lagi menemukan kebenaran dan sinar terang menunutun kehidupan. Namun mereka tersesat dalam kegelapan. Bagaimana bisa berjalan di tengah malam gelap tanpa penglihatan (ayat 6-7), demikianlah bangsa itu tersesat, sengsara tak bergembala. Jika pemimpin tidak bijak dan tidak ada lagi wahyu maka liarlah bangsa (Amsal 29:18).

Dampak semua itu, Tuhan sendiri akan mendatangkan hukuman. Sion kota Daud dan pusat pemerintahan kebanggaan bangsa Israel akan dibajak seperti ladang. Yerusalem sebagai pusat peribadahan dan kota kudus  akan menjadi timbunan puing. Bait Suci simbol kehadiran Allah akan menjadi bukit berhutan. Inilah keadaan yang akan dialami oleh umat Allah karena ketidak adilan dosa dan pelanggaran mereka. 

(3). Tuhan Gembala umatNya; menegakkan keadilan. 
Dalam kealpaan para nabi masih ada nabi Mikha yang menyuarakan kebenaran dan kehendak Allah. Dia bersuara dengan keras untuk kebenaran dan kehendak Allah. Nabi Mikha berani membongkar segala kebobrokan dan kemerosotan moral para pemimpin dan perilaku umatNya: "Tetapi Aku ini, dengan kekuatan, dengan Roh Tuhan, dengan keadilan dan keperkasaan untuk memberitakan kepada Yakub pelanggara nnya dan kepada Israel akan dosanya" (ayat 8)

Tuhan tidak akan tinggal diam, Dia akan menggembalakan umatNya dan menegakkan keadilan. Memberikan hukuman bagi orang yang membengkokkan hukum dan pelaku penindasan.

Suara Mikha pada Minggu hari ini membuka perenungan kita yang mendalam tentang peran kita sebagai umat pilihan Allah. Jika dunia ini telah gelap mata, ditelan roh kerakusan dan materialisme, yaitu memberi dan menerima SUAP untuk kebenaran semu, maka kita harus bersuara: NO SUAP. Kita harus tetap berdiri kokoh di dalam prinsip demi Tuhan dan demi kebenaran. Bebas dari korupsi dan suap. Amin.

SM HKBP Sutoyo, PSA Kids For Christ Kunjungan ke HKBP Warakas

Jumat, 03 November 2017

"SESUNGGUHNYA TUHAN TIDAK MENJAUH" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SESUNGGUHNYA TUHAN TIDAK MENJAUH

Mazmur 10:1, "Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya TUHAN, dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan?"

Mazmur ini adalah karangan Daud yang berisi tentang doa pengharapan ketika menghadapi tekanan. Jika dalam mazmur sebelumnya Daud mengalami optimisme dan menceritakan kegemilangan Tuhan atas bangsa-bangsa, tetapi pada pasal 10 ini Daud kehilangan percaya diri, seolah ditinggalkan Tuhan, berjuang sendirian di tengah-tengah kuatnya musuh.  Tuhan seolah tidak berdiri dipihaknya. Dalam keadaan terdesak di hadapan musuh, demikianlah kondisi pemazmur. Seperti dalam suatu pertandingan pemazmur kehilangan rasa percaya diri karena lawan-lawannya terlalu kuat. Semangat untuk menantang musuh sirna sudah, tetapi terpojok dan tertunduk di hadapan musuh-musuhnya. Musuh-musuhnnya membusungkan dada, dan dengan berani menantang seolah tiada lawan yang sebanding untuknya. Keterangan-keterangan ayat berikutnya menunjukkan musuh-musuhnya begitu menekan pemazmur. 

Jika kita baca renungan di pagi ini sepertinya tidak adil rasanya, Tuhan seolah-olah membiarkan orang baik dikelilingi dan ditekan ketidakadilan. Orang baik tak berdaya mengahadapi orang fasik. Orang-orang fasik leluasa dengan kekuatannya. Pemazmur berpeluh menghadapi pergumulannya. Namun tidak berputus asa, tetap berpengharapan kepada Tuhan dan memohon dengan sangat akan pertolonganNya.  

Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya Tuhan dan mengapa Engkau menyembunyikan diriMu waktu-waktu kesesakan? Ini suatu pergumulan berat. Dimanakah Tuhan ketika orang benar membutuhkanNya? Padahal Dia berjanji dalam Mzm 50:15, "Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." Sela 

Tuhan itu mengetahui keadaan kita, Dia tidak membiarkan kita sendirian. Tuhan itu penolong bagi orang yang tersesak dan pertolongannya tidak pernah datang terlambat. Sekalipun tak berdaya, pengharapan pemazmur hanya kepada Tuhan dan hanya Dia yang dapat menolongnya. Inilah doanya: "Bangkitlah, TUHAN! Ya Allah, ulurkanlah tangan-Mu, janganlah lupakan orang-orang yang tertindas" (Mzm 10:12). Amin.

Kamis, 02 November 2017

"TUJUAN NASIHAT" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TUJUAN NASIHAT

1 Timotius 1:5, "Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas".

Apakah Anda pernah dinasihati? Pasti pernah bukan? Setiap orang pasti pernah mendapat nasihat diminta atau tidak.  Pada umumnya orang memberikan nasihat karena ada "kekeliruan" yang kita lakukan yang harua diluruskan. Misalnya seorang anak yang bolos sekolah lalu guru menasihatinya agar tidak bolos dan pentingnya arti belajar dalam meraih cita-cita.  Namun ada juga orang meminta nasihat dari orang yang berpengalaman atau yang dianggap piawai dalam tugas tertentu, sehingga sebelum menjalankan tugasnya dia meminta nasihat . Itulah fungsi nasihat agar dapat membimbing orang mengerjakan tugas dan pelayannnya dengan baik. 

Dalam pelayanan gereja nasihat sangat penting, apalagi Timoteus seorang yang masih muda namun telah dipercayakan untuk memimpin suatu jemaat. Jemaat yang dia pimpin juga ada masalah; munculnya pengajaran-pengajaran sesat. Bagaimana Timoteus menghadapi ini? Paulus membekali Timoteus agar dapat menasihati jemaat dari pengarauh orang-orang yang mengajarkan pengajaran sesat. Paulus memberikan beberapa saran bagaimana agar Timoteus dapat memenangkan jiwa mereka. Dalam memberikan nasihat ada tiga tujuannya:

(1). Kasih timbul dari hati yang suci; nasihat itu harus didasari kasih. Seperti seorang yang mengasihi maka dia terdorong untuk memberi nasihat. Nasihat bukan untuk menyatakan atau menunjukkan kesalahan dengan maksud mempermalukan. Bagi Paulus nasihat harus terdorong oleh kasih dari hati yang suci agar seseorang dapat memperbaiki kesalahan. Jadi memberikan nasihat dengan tujuan yang mulia yang didorong oleh kasih. 

(2). Nurani yang murni: nurani sering digunakan Paulus sebagai sumber kebenaran yang berada di dalam hati manusia. Manusia pasti tidak dapat membohongi nurani. Seseorang pasti mengetahui mana yang benar dan salah menurut nurani. Jika ada orang melakukan sesuatu berlawanan dengan nurani maka akan mengalami kegelisaan dan terus dikejar rasa bersalah.  Jadi nasihat harus berdasarkan kebenaran yang bersumber dari hati nurani. Bukankah banyak konsultan atau advokat memberikan nasihat atas dasar kepentingan ini dan itu? Nats renungan di pagi ni mengedepankan nasihat itu harus didasarkan pada kebenaran hati nurani.

(3). Dari iman yang tulus: bagi orang beriman dasar dari segala tindakan kita harus berdasarkan iman. Segala sesuatu yang lahir di luar dari iman adalah dosa. Namun sebaliknya segala sesuatu yang didasari oleh iman seseorang akan bekerja tulus, setia dan tekun.  Nasihat yang berdasarkan iman yang tulus akan terwujud dengan baik.

Renungan di pagi ini hendak memberikan pedoman bagi kita dalam memberikan nasihat. Saat ini orang sudah susah menasihati orang lain, takut tersinggung atau dianggap kurang kerjaan padahal sesungguhnya adalah tugas kita bersama. Mari semakin celik mencermati sekitar kita, jangan biarkan orang lain tersesat di jalannya yang salah tanpa ada nasihat. Menasihati orang dengan tujuan kasih, hati nurani yang murni dan tujuan yang tulus pasti akan diterima oleh siapapun. Tuhan memberkati. Amin.

Rabu, 01 November 2017

"MENJALANI PENDERITAAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MENJALANI PENDERITAAN

Ayub 13:9, "Apakah baik, kalau Ia memeriksa kamu? Dapatkah kamu menipu Dia seperti menipu manusia?"

Kitab Ayub memiliki kekayaan yang luar biasa menginspirasi dan memotivasi orang percaya dalam memahami kehidupan ini. Sebutlah contoh Harold Kusner seorang rabbi Yahudi, dia harus kehilangan anaknya Aaron yang meninggal pada usia 14 tahun karena penyakit genetik yang langka di dunia. Kusner tak habis pikir mengapa anaknya Aaron harus mengalami kejadian semacam ini? Apakah dosanya? Pikiran semacam itu sering muncul dalam benak orang, jika orang ditimpa kemalangan  atau hal buruk; sering muncul di benak orang bahwa itu adalah hukuman Allah atas dosanya. Allah tidak mungkin keliru dalam membuat keputusanNya terhadap apa yang menimpa kehidupan seseorang. Harold Kusner menjawab, Aron anaknya meninggal bukan karena dosanya, dia adalah orang baik. Dalam banyak hal ada hal buruk yang menimpa orang baik. Dalam keadaan seperti itu kita tidak dapat menyalahkan Tuhan, atau membela Tuhan dengan menyalahkan manusia. Ada hal buruk terjadi pada orang baik dan itu adalah sepengetahuan Allah. Tugas manusia adalah menjalani kehidupan sesuai dengan apa yang ditentukan Allah. Pergulatan Harold Kusner ini dapat kita baca pada bukunya yang sangat terkenal: WHEN BAD THINGS HAPPEN TO GOOD PEOPLE, sebagai refleksinya terhadap kisah Ayub dan kisah yang menimpa dirinya yang kehilangan Aaron yang belia. 

Hal ini pula yang menjadi pokok renungan kita di pagi hari ini: jawaban dan pembelaan Ayub terhadap sahabatnya Zofar. Sahabatnya nampaknya menekan Ayub, tak mungkin Tuhan keliru, penderitaan Ayub pasti adalah karena dosanya sendiri (lihat: Ayub 11:13-14). Namun Ayub berbicara membela diri bahwa sekalipun diperiksa hidupnya tidak berdosa dihadapan Tuhan, seperti disebut dalam Ayub 13:6, "Dengarkanlah pembelaanku, dan perhatikanlah bantahan bibirku."

Tak mungkin Tuhan dipanggil menjadi saksi atau dijadikan memeriksa kehidupan Ayub. Allah itu Mahakuasa, tak mungkin ada berbantah denganNya apalagi menipuNya? Bagaimana mungkin manusia menipu Allah, itu merupakan sesuatu yang mustahil karena bagi Tuhan ada kebenaran. Ayub hanya meminta berhentilah menyalahkannya dalam semua beban penderitaan yang amat sangat. Apa yang diminta Ayub atas Zofar adalah berhentilah menyalahkan dirinya. Bahkan lebih keras Ayub berkata: "Dalil-dalilmu adalah amsal debu, dan perisaimu perisai tanah liat (13:12).

Penderitaan Ayub bukanlah hukuman atau balasan atas perbuatannya dari Tuhan. Tidak setiap hal buruk merupakan hukuman; ada hal buruk menimpa orang baik hati. Namun bukan pula menyalahkan Tuhan, mengganggapnya merupakan suatu kekeliruan. Tuhan mengetahui apa yang terjadi dalam kehidupan setiap orang. Tuhan tidak perlu dipersalahkan karena dianggap keliru membiarkan orang saleh mengalami hal buruk. Di dalam keadaan buruk Allah juga dapat  berkarya mendatangkan kebaikan bagi setiap orang. 

Karena itu, apapun yang terjadi dalam hidup ini semuanya terbuka di hadapan Allah. Kalau manusia dapat menipu sesamanya namun tak dapat berdalih di hadapan Tuhan. Ketika hal buruk atau hal baik menimpa hidup kita, jalanilah kehendak Tuhan karena di balik semua perjalanan hidup kita selalu ada rencanaNya. Tidak perlu menanyakan ini dan itu sehingga kita jatuh pada membenarkan Tuhan dan menyalahkan manusia atau sebaliknya menyalahkan Tuhan dan membenarkan manusia. Dalam banyak hal ada saja misteri yang sulit kita ungkapkan, namun kita percaya Tuhan mengetahui segala sesuatu yang terjadi dan Dia sendiri akan memberikan jawabannya. Tugas kita adalah menjalani kehidupan ini menurut ketentuan Tuhan. Amin.