running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Sabtu, 30 September 2017

"HIDUP DAN MATI MILIK TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

HIDUP DAN MATI MILIK TUHAN

Roma 14:8, "Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan".

Ada saja yang membuat kita selisih paham karena kita diciptakan berbeda: berbeda latar belakang, berbeda persepsi, berbeda kepentingan dan perbedaan lainnya. Namun bukan karena berbeda kita boleh menghina, menghakimi dan merendahkan orang lain.  Hidup ini adalah anugerah Tuhan dan harus dipergunakan untuk hal-hal membangun persekutuan, menghormati orang lain dan hidup penuh damai sejahtera. Karena kita hidup bukan untuk kita sendiri dan mati bukan untuk diri kita sendiri, tetapi baik hidup dan mati adalah untuk Tuhan.

Inilah pesan Paulus yang begitu berharga untuk jemaat Roma agar dalam hidup ini menghargai sesama. Jemaat Roma berasal dari dua kelompok masyarakat: PERTAMA, dari kalangan Yahudi yang sangat ketat memelihara Taurat dan mereka memantangkan makan daging yang dikurbankan kepada dewa/i di kuil.  Bukan hanya memantangkan bahkan dikategorikan perbuatan najis. Bagi siapa yang terlibat dalam makan daging kuil tak layak disebut sebagai orang percaya. Kelompok KEDUA adalah kalangan non Yahudi yang menganggap bahwa segala sesuatu telah bertekuk lutut dibawah Kristus, jadi kita memiliki kebebasan asal berdasarkan Kristus termasuk didalamnya memakan daging kurban di kuil. Keduanya akhirnya jadi saling menghakimi sesamanya bahkan mengecam dengan berat menurut persepsi masing-masing. Kedua pendapat ini benar-benar telah membuat mereka terpecah dan saling menghakimi yang satu dengan yang lain, sehingga kehidupan jemaat membenarkan diri dan menyalahkan orang lain.

Kenapa kita harus saling menghakimi bahkan telah mengecam kehidupan orang lain? Bukankah penghakiman itu adalah milik Allah? Hidup dan mati kita ditentukan oleh Allah. Hidup ini adalah anugerah Allah, barang siapa yang percaya telah memiliki kehidupan yang kekal.

Paulus menegaskan kembali kepada kedua kelompok di Roma akan makna hidup. Untuk apa kita menghakimi sesama dengan menganggap diri lebih suci, lebih saleh sementara yang lain tidak layak. Demikian sebaliknya. Kristus memang telah memerdekakan kita, namun jangan sampai kebebasan kita menjadi batu sandungan bagi sesama. Marilah kita isi hidup ini dengan hal positip, saling membangun dalan kasih terhadap sesama. Karena kita hidup bukan untuk diri sendiri, keselamatan yang kita miliki bukan karena kemampuan menaati pantangan makanan ini dan itu. Tetapi kita hidup oleh karena Kristus.

Mati untuk Tuhan. Sejajar dengan nas ini Paulus mengatakan: "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan" (Flp 1:21). Inilah salah satu kelebihan orang percaya, telah ada jaminan hidup bahwa barang siapa percaya kepada Yesus Kristus akan memperoleh hidup yang kekal (Yoh 3:1; Rom 6:23). Kematian bukanlah sesuatu hal yang ditakuti, namun adalah jalan yang harus dilalui untuk memasuki kehidupan yang kekal.

Renungan di pagi hari ini mengingatkan kita kembali akan anugerah Yesus Kristus kepada kita, meneguhkan kita dalam menjalani hidup ini. Baik hidup yang kita jalani sepenuhnya hanya berdasarkan pada Yesus Kristus. Seperti seorang yang ditanggung asuransi, demikianlah kita telah digaransi dan ditanggung oleh Tuhan Yesus melalui pengorbanNya di kayu salib. Maka jangan sia-siakan hidup dengan hal-hal tidak berguna, namun selagi hari masih siang lakukanlah yang terbaik untuk Tuhan. Jika ajal kita pun tiba, kita telah dipastikan untuk memasuki hidup yang kekal. Amin.

Jumat, 29 September 2017

"MAKNA SEBUAH PERJALANAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MAKNA SEBUAH PERJALANAN

Ulangan 8:2, "Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak".

Kita semua pasti sudah mengetahui perjalanan bangsa Israel di padang gurun lewat pengajaran dan cerita-cerita Alkitab. Sungguh merupakan kisah yang menarik. Menurut Alkitab perjalanan di padang gurun memakan waktu selama empat puluh tahun (baca Kel 16:35). Bagaimana perjalanan dari Mesir ke Kanaan bisa 40 tahun? Bagi Anda yang pernah tourist ke Holy Land, ini hanya memakan waktu beberapa jam saja. Atau bacalah peta Alkitab Anda di bahagian belakang, coba lihat di mana Mesir dan di mana Kanaan, masa sejarak itu harus di tempuh dengan 40 tahun? Bukankah Tuhan itu penuh ajaib yang bisa dengan segera menghantarkan mereka ke Kanaan?

Renungan di pagi ini menjawab pertanyaan tersebut, mengapa jarak yang sedemikian pendek tersebut bangsa Israel harus menempuhnya selama 40 tahun. Jawabnya adalah Tuhan hendak membimbing, melatih, menempa dan membentuk umat Israel menjadi benar-benar umatNya; umat pilihan yang tangguh, mampu menghadapi berbagai tantangan. Umat pilihan yang rendah hati karena berbagai pengalaman pahit yang dilalui namun mereka merasakan pertolongan Tuhan dan hendak membentuk umatNya yang taat dan setia beribadah kepadaNya serta memelihara hukum atau perintah yang disampaikan oleh Allah di gunung Sinai.

Ada juga yang menyebutkan perjalanan bangsa Israel selama di padang gurun ibarat seorang cendikiawan yang memasuki suatu universitas, dibekali dari berbagai ilmu, keahlian dan berbagai petunjuk (guide line) yang akan dikerjakan untuk berkarya dan mengabdi di tengah-tengah masyarakat. Padang gurun adalah universitas kehidupan yang membentuk, menempa dan menjadikan bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah.

Dalam banyak hal yang kita gumuli, sering kita berencana dalam hidup ini bagaimana cara yang mudah dan sederhana untuk sampai pada tujuan yang kita capai. Itu seturut dengan tuntutan jaman: efektif dan efisien. Itu baik, bagaimana kita mengambil jalan yang cepat dan tepat. Namun dalam banyak hal yang terjadi dalam hidup ini kita diperhadapkan dengan jalan sulit yang terpaksa harus berputar dan melelahkan. Jalanilah dengan mengambil semua makna dibalik semua itu.   Jikalau pun ada kesulitan seolah dalam banyak hal urusan Anda ribet dan tak tahu arah ke mana, jangan cepat berputus asa, jangan marah dan jengkel, sebab hal itu bisa mengerdilkan hati Anda. Dalam keadaan sulit, berbelit dan jalan berliku, jalanilah dengan tekun dan mengandalkan kekuatan dari Tuhan. Mintalah kekuatan dan pemeliharaan Tuhan agar dituntun sampai pada tujuan dan harapan Anda. Amin.

Kamis, 28 September 2017

"TIDAK MENCARI PUJIAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TIDAK MENCARI PUJIAN

1 Tesalonika 2:6-8, "Juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus. Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.  Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi".

Salah satu rahasia keberhasilan pelayanan Paulus kita temukan dalam renungan hari ini, yaitu: tidak mencari pujian. Setelah pertobatannya (Kis Rasul 9) Paulus sangat gigih memberitakan Injil. Dia berlari dari satu desa ke desa lain, dari satu kota ke kota lain, tiada henti memberitakan Injil dan mendirikan jemaat. Semua dilakukannya dengan tulus dan penuh tanggung jawab. Baginya memberitakan Injil adalah hutang; Dia melakukan semua pelayanan itu bukanlah untuk mencari pujian atau hendak mendapat penghargaan dari sesama rasul. Sama sekali tidak! Semua pelayanan yang dilakukannya adalah di bawah ketulusan dan tanggung-jawab. Ketulusan pelayanan Paulus ini diibaratkan seperti seorang ibu terhadap anaknya. Seorang ibu akan tetap ramah dan sabar, penuh kasih sayang dan tidak akan pernah bosan mengasuh anaknya. Bagi setiap orang tua anak adalah pemberian dan titipan Tuhan; maka mengasuhnya adalah tanggung jawab setiap orang tua.

Pemahaman semacam inilah yang dilakukan oleh Paulus dalam semua pekerjaannya dalam pemberitaan Injil. Dia pun melakukannya dengan penuh sukacita dan bahagia dalam pemberitaan Injil, sekalipun banyak kesulitan.

Sikap Paulus ini sangat perlu kita kembangkan dalam etos kerja kita setiap hari. Jika kita bekerja hendak mendapatkan pujian dari atasan, maka Anda akan cepat kecewa karena pujian tak kunjung didapatkan, malah sebaliknya beban semakin menumpuk dan tegoran demi tegoran atau bahkan kritikan yang sangat pedas. Jika Anda bekerja karena takut pada atasan, maka Anda akan bermalas-malasan ketika atasan Anda tak di tempat. Renungan hari ini mengajak kita untuk bekerja dengan tulus dan penuh rasa tanggungjawab, itu akan membuat Anda menikmati pekerjaan Anda. Hal inilah yang membuat banyak orang tidak bahagia dalam pekerjaannya masing-masing.

Mari belajar dari Paulus bekerja dengan tulus dan penuh tanggung jawab bukan mencari pujian dan hendak meraih penghargaan. Anda akan penuh suka cita dalam pekerjaan jika Anda melakukan pekerjaan dengan tulus dan penuh tanggung jawab.

Renungan ini mengajak kita untuk melakukan pekerjaan bukan pujian diri sendiri, tetapi demi tujuan baik dan mulia dari tugas dan tanghungjawab yang kita emban. Itulah yang utama. Percayalah jika hal utama ini telah kita lakukan, maka pujian dan penghargaan akan ditambahkan Tuhan sebagai bonus yang akan kita terima. Amin.

Rabu, 27 September 2017

"KETENTUAN TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KETENTUAN TUHAN

Pengkhotbah 3:14, "Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia".

Segala sesuatu ada waktunya, demikian pengajaran pengkotbah: ada waktunya menanam ada waktu menuai, ada waktu menangis ada waktu tertawa, ada waktunya membangun dan ada waktunya meruntuhkan. Dua sisi kehidupan yang selalu hadir bergantian diatur sedemikian menurut ketentuan Tuhan. Segala sesuatu indah pada waktunya. Tuhan adalah perencana ulung dalam hidup ini, ada "grand design" Allah dalam perjalanan hidup kita. Allah tida hanya mendatangkan sukacita lewat kebahagiaan. Namun Tuhan juga bekerja mendatangkan kebaikan lewat penderitaan yang kita alami.

Cobalah kita telisiki dalam hidup ini, adakah manusia dalam hidupnya oleh kekuatan dirinya bahagia terus tanpa pernah mengalami kepahitan...? Atau menangis terus tanpa pernah sedikit menerima kebaikan...., ? Ada memang kisah hidup yang "happy ending", ada mungkin yang "sad ending", namun ada pula yang biasa-biasa saja, tetapi bahagia dan pahit bahagian yang sama-sama dijalani setiap insan. Benar, ada orang yang bersusah payah untuk peroleh kebahagiaan dengan kerja keras: ada yang mendapatkannya, namun ada juga yang tidak mendapatkannya. Tak ada kepastian bahwa usaha yang sama dilakukan oleh orang berbeda memperoleh hasil yang tidak sama. Ini membuktikan tidak ada rumus logika apapun  yang dapat menentukan kebahagiaan seseorang secara otomatis, namun semuanya menurut ketentuan Tuhan. Demikian sebaliknya ada saja peristiwa pilu yang dialami oleh seseorang atau keluarga yang terus mengalami kepahitan, hari-hari yang dilaluinya  penuh dengan duka dan air mata. Pengkhotbah hendak mengajarkan, penderitaan bukanlah buah dari pekerjaan atau balas dari apa yang dia perbuat dalam hidupnya, namun menurut ketentuan Allah. Hasil adalah keputusan dan ketentuan Allah, sebagaimana disebutkan: "manusia berencana Tuhan yang menentukan" (Amsal 16:9).

Pengkhotbah hendak memberikan pengajaran bagi kita bahwa hidup ini bukan otomatis dari hasil apa yang kita kerjakan.  Manusia harus mengakui keberadaan Allah dalam hidupnya dan takut akan Tuhan di dalam setiap langkah yang ditempuh. Kita percaya bahwa apa saja yang kita alami dalam hidup ini merupakan ketentuan Tuhan semata. Manusia tidak dapat menambahkan atau menguranginya, karena hidup ini adalah milikNya.

Jika semua yang terjadi dalam hidup ini adalah ketentuan Tuhan; tidak boleh ditambahkan dan dikurangi oleh apapun itu, maka hendaklah kita lebih takut kepada Dia sang penentu dalam hidup ini. Amin.

Selasa, 26 September 2017

"BARTIMEUS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BARTIMEUS

Markus 10:47-48, "Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!"

Nas renungan pagi ini adalah tentang seorang buta bernama Bartimeus. Dia buta, mungkin sudah lama, dia hidup  dari meminta-minta. Hidupnya menderita, gelap, meraba-raba ke sana ke mari di jalan yang tak pasti. Dia hanya melakukan aktifitas menurut feelingnya tanpa melihat dan sepenuhnya hidup tergantung dari belas kasihan. Dalam banyak hal mungkin dia sudah sering menerima penghinaan.

Kehadiran Yesus membuat Bartimeus memiliki harapan. Dia tidak melewatkan kesempatan yang indah indah itu. Dia terus berseru meminta pertolongan: "Yesus anak Daud, kasihanilah aku." Dia tidak mau berhenti dan terus meminta perngasihan Tuhan Yesus. Ada hal yang menarik dari sebutan Bartimeus kepada Tuhan Yesus, yaitu: "anak Daud".  Penyebutan tersebur menunjuk kepada pengharapan Mesianis: akan ada yang diurapi oleh Allah untuk membebaskan umatNya.  Bartimeus memperoleh pengasihan Allah, Yesus menyembuhkannya dan dapat melihat.

Keinginan Bartimeus tidaklah semudah yang diharapkan.   Orang banyak mengahalangi dan menghambatnya untuk memperoleh kesembuhan dari Yesus. Namun dia tidak mau dikalahkan oleh hambatan, dia terus berseru-seru kepada Yesus. Akhirnya dia memperoleh kasih karunia Yesus. Yesus datang dan menanyakan apa yang hendak diperbiluat baginya. Hanya satu permintaannya: hendak melihat. Yesus pun memenuhi permintaannya dan menyembuhkan Bartimeus.

Bartimeus mengingatkan kita akan kebutuhan pengasihan Allah dalam hidup ini. Mungkin kita seperti orang buta yang menempuh perjalanan kehidupan ini yang penuh liku dan tak tahu arahnya, namun di dalam Yesus Kristus apa yang kita lakukan dan apa yang kita jalani semuanya akan terang benderang karena Yesus telah meneranginya sebelum kita menjalaninya. Amin.

Senin, 25 September 2017

"NYANYIKANLAH MAZMUR BAGI TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

NYANYIKANLAH MAZMUR BAGI TUHAN

Mazmur 30:4, "Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus!"

Ada dua hal yang diajak oleh renungan di pagi hari ini. Pertama adalah ajakan bagi orang-orang yang telah memperoleh kasih karunia untuk bermazmur bagi Tuhan. Kedua adalah ajakan bagi umat Allah untuk menyampaikan persembahan kepada Tuhan.

Mazmur atau 'mizmor' adalah nyanyian yang diiringi oleh alat musik. Syair lagu didendangkan sedemikian rupa dan diiringi oleh musik seperti kecapi, gambus, dll. Jadi dalam bermazmur ada syair pujian, ada suara indah, ada gerak tari dan bunyi musik. Di kalangan Yahudi tidak pernah disebut bermazmur tanpa musik. Sama seperti orang Batak, misalnya manorotor tapi tak ada gondang. Jika disebut manortor harus diiringi oleh gondang. Jadi mazmur ini tentu bermaksud agar orang-orang yang dikasihi Tuhan, orang-orang yang merasakan kasih karunia Tuhan dalam hidupnya ikut pada ajakan pemazmur: memuji dan memuliakan Tuhan. Ikutlah dalam barisan pemazmur yang bersukacita menyanyi bagi Tuhan, beribadah memuliakan nama Tuhan di baitNya yang kudus.

Ajakan kedua dari renungan di pagi hari ini adalah untuk memberikan persembahan bagi Tuhan.  Berikanlah persembahan yang terbaik bagi Tuhan. Dalam tradisi Israel mereka tak hanya diwajibkan untuk beribadah tetapi memiliki kewajiban untuk menyampaikan berbagai  jenis persembahan: berupa kurban bakaran, perpuluhan dan persembahan syukur dll.  Mereka semua melakukannya dengan taat bahkan dianggap sebagai hutang.  Seorang Yahudi akan merasa berhutang jika dia tidak pulang sekali setahun untuk ziarah (ibadah) ke Yerusalem. Beribadah dan memberikan persembahan telah menjadi bahagian dari hidupnya.

Di dalam memberi persembahan, kita diingatkan bahwa Tuhanlah sumber dari segala   karunia. Kita harus mengingat bahwa dalam memberi persembahan bukan Tuhan yang membutuhkan apa yang kita beri, tetapi hendak membuktikan bahwa kita adalah orang yang bersyukur karena apa yang kita miliki adalah pemberian Tuhan. Dari yang diberikan Tuhan, kita persembahkan untuk pelayanan bagi Tuhan. Ketika kita memberikan persembahan adanya pengakuan atas pemberian Allah dan kesediaan kita mempersembahkan yang kita miliki menjadi alat kemuliaan Allah.


Mari sambut renungan di pagi hari ini dengan ikut menempa diri menjadi orang yang bermazmur bagi Tuhan, beribadah di baitNya yang kudus dan ikut membawa persembahan yang harum bagiNya melalui buah-buah pekerjaan kita. Amin.

Minggu, 24 September 2017

"TAK TERSELAMI KEBESARAN TUHAN" (Mazmur 145:1-8) Minggu XV Setelah Trinitatis Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"TAK TERSELAMI KEBESARAN TUHAN" (Mazmur 145:1-8)

Jika kita baca teks asli dalam Ibrani, Mazmur ini disusun sedemikian indah dimulai dari huruf: alef sampai dengan huruf taw (alphabetik Ibrani a-z). Terdiri dari 21 huruf, masing-masing huruf disusun menjadi syair yang indah satu-satu ayat menceritakan dan  menggambarkan kebesaran, kemuliaan dan keagungan Tuhan. Huruf-huruf yang rapi tersusun memancarkan keindahan dan kemuliaan Tuhan. Dilihat dari penyusunan teks indah dari Mazmur 145 ini, mazmur ini mau menunjukkan bahwa seluruh alphabetik, huruf-huruf, kata, kalimat dan bahasa yang kita pergunakan semestinya memuliakan Tuhan.

Dari isi syair Mazmur 145 kita menemukan suatu ajakan dari pemazmur agar ikut dalam barisan arak-arakan yang memuliakan Allah. Ajakan agar ikut dalam rombongan yang menyanyikan kebesaran Tuhan.

(1). Memuji segala kebesaran Tuhan.
Jika Anda melihat seorang perwira tinggi militer berpakaian dinas lengkap: akan ada atribut pangkat dan berbagai bintang penghargaan yang disematkan berjejar. Semakin banyak prestasinya tentu semakin gagah kelihatannya. Bagi orang yang paham dan tahu akan jenis-jenisnya dia akan mengenal dan akan kagum. Demikian halnya dengan raja dengan pakaian kebesarannya akan penuh dengan hiasan dan mahkota yang mengagumkan. Gambaran seperti inilah yang dipergunakan oleh pemazmur untuk memuji dan memuliakan segala kebesaran Tuhan. Dia tahu dan kenal Allah dari pengalamannya sendiri dan kemahakuasaanNya. Allah itu Raja yang mengagumkan. Pemazmur terpesona atas segala kebesaran dan keagungan Tuhan (ayat 1-3). Kekaguman semacam ini sering muncul dalam kitab Mazmur (baca Mazmur 8 ). Kagum dan takjub atas segala kebesaran Tuhan melalui ciptaan. Ketakjubannya mendorong pemazmur memuji dan memuliakan Tuhan sepanjang masa. Pemazmur memuliakan Tuhan bukan karena kebaikan yang diterimanya, namun karena essensi Allah yang agung.

(2). Memberitakan perbuatan dan keperkasaan Tuhan. Jika ayat 1-3 berbicara tentang atribut kemuliaan yang melekat pada diri Allah, maka pada ayat 4-7 menggambarkan peristiwa atau kejadian atau perbuatan-perbuatan yang perkasa dari Tuhan.  Kemuliaan Tuhan yang melegenda karena atas perbuatan, karya dan kebijakan-kebijakanNya yang dialami dalam sejarah. Keperkasaan Tuhan bukan hanya dialami oleh satu angkatan atau satu generasi, namun dialami dan dirasakan angkatan demi angkatan. Perbuatan Allah yang ajaib bukan hanya cerita masa lalu, tetapi Allah yang terus berkarya hingga kini. Pemazmur hendak memberitakan karya Allah itu dari masa ke masa dan diwariskan angkatan demi angkatan.  Allah tidak bekerja hanya pada satu periode sejarah, tetapi secara terus menerus sepanjang masa. Mewariskan sejarah merupakan tugas dan tanggung jawab setiap generasi.

(3). Allah penuh kasih sayang. Ayat 8: pujian kepada Tuhan yang penuh kasih sayang dan panjang sabar. Melebihi seorang  bapak terhadap anaknya demikian Allah hadir penuh kasih sayang, sabar membimbing dan mengasuh anak-anakNya. Ayat 8 ini merupakan sifat Allah yang berulang-ulang disampaikan dalam mazmur.

Khotbah Minggu hari ini mengajak kita semakin merasakan kasih dan perbuatan Tuhan dalam hidup kita. Dalam banyak hal, orang sering melupakan kasih sayang Tuhan atas segala yang terjadi pada hidup ini.
Saya sering buat contoh agar manusia takjub akan kasih Tuhan dari anggota tubuh kita. Cobalah renungkan secara mendalam: bagaimana jantung dan paru-paru Anda bekerja. Dua mesin dalam tubuh kita yang bekerja kontinu 24 jam tanpa bahan bakar dan tanpa pernah berhenti, namun terus bekerja menurut umur yang Tuhan berikan bagi manusia; ada yang 70 tahun bahkan kebih 100 tahun. Tak ada mesin temuan manusia yang dapat mengimbanginya yang bekerja menopang kehidupan kita.
Maka, selagi jantung dan paru-paru Anda bekerja, muliakanlah Allah melalui kata dan sikap hidupmu. Amin.

Sabtu, 23 September 2017

"KAGUM DAN SEMAKIN MERENDAHKAN HATI" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"KAGUM DAN SEMAKIN MERENDAHKAN HATI"

Mazmur 8:3, "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan"

Mazmur 8 adalah mazmur pujian dan kekaguman kepada Tuhan yang menata ciptaanNya sedemikian agung dan memancarkan sinar kemuliaanNya. Pemazmur sangat takjub atas semua karya Tuhan. Karya Tuhan itu sangat besar dan agung, tak ada yang dipandang remeh dari benda-benda yang besar dan mengagumkan hingga mahkluk kecil, masing-masing memainkan fungsinya sedemikian rupa. Tiada yg meninggikan diri sehingga menempatkan diri lebih mulia dari yg lain. Allah bisa saja menghentikan kesombongan. Lihatlah dari mulut bayi Tuhan dapat mempermalukan kaum berkuasa, dari mulut bayi yang menyusui dapat membungkam musuh (Maz 8:3). Ini peringatan penting dari refleksi mendalam  pemazmur bahwa tak ada alasan untuk menyombongkan dan meninggikan diri oleh karena apapun dan meremehkan dan merendahkan yang lain. Semuanya harus merendahkan diri di hadapan Tuhan dan ikut ambil peran memancarkan sinar kemuliaanNya.

Mengenai manusia ada refleksi yang mendalam dari pemazmur yang dapat mengubah cara berpikir kita. Lihatlah langit, bintang dan benda-benda lainnya yang dapat Anda jangkau dengan mata kepala sendiri dan daya imaginasi pikiran kita, seperti disebut di Mzm 8:3-4, "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?"

Dibandingkan dengan ciptaan lainnya, mungkin manusia hanyalah sebutir pasir. Siapakah manusia sehingga Engkau mengingatnya?  Lihatlah rencana Tuhan yang begitu agung. Dari berjubelnya jenis ciptaan Tuhan dari benda-benda mati, mahkluk hidup di antara langit, bumi dan segala isinya ada satu yang dikhususkan Tuhan; manusia diangkat derajatnya sedemikian tinggi, kita diperlengkapi dengan daya kreasi dan daya cipta melalui akal dan pikiran. Tuhan mengangkat manusia menjadi makhluk mulia, mahluk yang menerima mandat ilahi dan digelar mahkota ciptaan.

Apa maksud Tuhan dengan semua predikat manusia diantara sesama ciptaan? Renungan di pagi hari ini menggugah kita:  Tuhan mengangkat dan menjadikan manusia sebagai mahkota ciptaan tentu agar kita menjadi alatNya untuk memuliakan namaNya. Tuhan memberikan mandat sebagai mahkota ciptaan yang diperlengkapi akal agar kita memelihara ciptaan dan kehendak Allah dalam hidup kita.

Ciptaan Tuhan senantiasa memancarkan kemuliaanNya, dan lebih dari ciptaan lainnya Tuhan meninggikan kita.  Ini adalah tugas berat. Karena itu, mari semakin merendahkan diri dihadapanNya dan semakin menyadari tugas mulia yang kita emban dari sang pencipta. Amin.

Jumat, 22 September 2017

"PEGANGLAH APA YANG BAIK" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

PEGANGLAH APA YANG BAIK

1 Tesalonika 5:21, "Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik"

Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Satu nasihat realistis dari Paulus kepada jemaat Tessalonika, memberikan kebebasan dan memfilter segala sesuatu dalam hidup ini.  Paulus tidak membuat batasan mana yang baik dilakukan melalui peraturan boleh ini dan  boleh itu. Paulus memberikan kebebasan kepada mereka untuk menguji segala sesuatu, tetapi ingatlah untuk apa melakukan ini dan itu. Mari mengambil kesimpulan jikalau sesuatu itu tidak baik untuk kita lakukan. Untuk apa melakukan ini dan itu namun tidak berguna dan membangun bagi bagi kita?

Dalam kehidupan religius (beragama)  ada saja orang yang taat menganut larangan keagamaan namun tidak tahu secara kritis mengapa ini dan itu dilarang. Ketaatan semacam ini adalah ketaatan yang membuta. Ajaran kekristenan paska reformasi tidaklah demikian, iman kekristenan menganut paham kebebasan yang bertanggung jawab. Kita bebas menguji segala sesuatu, tetapi peganglah yang baik. Jika Anda menemukan kesia-siaan, kampanyekanlah agar orang lain tidak mengikuti pola hidup yang sia-sia. Anjurkanlah yang baik dan berguna agar orang memperoleh kebaikan dan merasakan manfaat yang berguna.

Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik! Nats ini mengingatkan jemaat agar memiliki filter dalam menghadapi ajaran-ajaran palsu yang senantiasa mempengaruhi jemaat. Rupa-rupa ajaran akan bermunculan yang senantiasa mempengaruhi jemaat. Dengan nasihat ini Paulus tidak anti asing, namun mendidik jemaat agar kritis dan memiliki filter dalam menentukan mana yang baik dan mana yang berguna dan membangun. Dasar semua filter adalah kebaikan dan membangun jemaat yang sesuai dengan Alkitab, iman dan berdasarkan Kristus.

Dalam memulai reformasi Marthin Luther menuliskan satu artikel berjudul:  "Kebebasan Yang Bertanggungjawab". Tulisan M.Luther ini berangkat dari kemerdekaan orang percaya di dalam Yesus Kristus, sebagaimana disebut dalam Gal 5:1, "Kristus telah memerdekakan kita, karena itu berdirilah teguh jangan mau lagi diperhamba oleh kuk perhambaan". Sebagai manusia merdeka kita harus bertanggung jawab atas keselamatan yang telah kita terima. Tidak ada syarat hukum apapun yang harus kita penuhi agar kita memperoleh keselamatan, namun oleh kemerdekaan yang kita miliki itu kita bertanggungjawab untuk berbuahkan kebaikan. Dengan tulisan ini Luther bukan anti hukum atau peraturan-peraturan, namun dia hendak menegaskan, setiap perbuatan dan keputusan yang diambil oleh oranga percaya hendaknya didasarkan pada tanggung jawab moral. Manusia memiliki kesadaran di dalam diri sendiri tentang apa yang seharusnya diperbuat.


Ujilah segala sesuatu dan peganglah apa yang baik. Satu prinsip dasar bagi kita dalam menghadapi tantangan iman. Jangan cepat terperdaya oleh rupa-rupa ajaran, namun tetaplah kritis dan miliki filter untuk menyaring semua praktek religius. Iman dan praktek religius yang benar adalah mendatangkan kebaikan bagi sesama dan upaya saling membangun agar bertumbuh di dalam iman. Amin.

Kamis, 21 September 2017

"BERKAT ADALAH PEMBERIANNYA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"BERKAT ADALAH PEMBERIANNYA"

Mazmur 127:2, "Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah — sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur".

Ada ungkapan "rezeki tidak lari kemana", menggambarkan bahwa rezeki seseorang itu sudah ditentukan dan tak akan lari ke mana. Namun dalam jaman yang kompetitif dan penuh persaingan ini, ungkapan ini nampaknya semakin digugat orang karena persaiangan yang ketat bisa saja rezeki yang semestinya milik kita disambar oleh kecepatan marketing dan kepiawaian orang lain untuk mempengaruhi orang lain. Inilah dunia kita saat ini berlomba, berlomba dan berlomba. Siapa cepat itu dapat, siapa lambat tak dapat apa-apa.

Namun marilah kita pikir ulang sebentar, apakah dengan cepat itu dapat? Bukankah telah banyak orang berlomba cepat namun belum dapat apa-apa? Benar, kita setuju bahwa kita harus memanfaatkan kesempatan yang ada bahkan harus menciptakan kesempatan itu sendiri. Namun harus kita sadari bahwa Tuhanlah penentu segala-galanya. Sebagaimana firman Tuhan: manusia berencana Tuhan menentukan. "Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya" (Amsal 16:9).

Apa artinya ini? Di balik kerja keras kita dalam menggapai peluang dan menciptakan peluang  rezeki, kita harus percaya bahwa Tuhanlah yang memberikan berkat. Di balik kerja keras dan kecepatan kita mengejar apa yang hendak kita gapai, kita mesti percaya bahwa Tuhan memperhatikan apa yang kita butuhkan. Sebelum kita bangun pagi-pagi untuk melakukan aktifitas, Tuhan telah menentukan berkatNya bagi kita. Ketika kita masih tidur, Tuhan telah sediakan rezeki kita. Inilah kebaikan Tuhan yang mesti kita rasakan bahwa di balik semua hasil yang kita terima melalui kerja, Tuhanlah yang memberkatiNya.

Andar Ismael dalam buku seri "Selamat Pagi": ada anjuran yang sangat menarik bahwa kita harus bangun cepat, sebelum mata hari terbit kita sudah harus bangun. Bangun pagi mensyukuri berkat yang Tuhan berikan. Mengapa harus bangun cepat? Bandingkanlah aktifitas masyarakat di kampung, sebelum ayam berkeliaran di pagi hari mereka sudah harus bangun. Kalau terlambat bisa-bisa rezeki Anda sudah lebih dahulu dipatok ayam. Saran ini berguna agar orang mau bekerja keras dalam memperoleh berkat yang Tuhan persipakan bagi kita. Tentu konteksnya berbeda dengan masyarakat di perkotaan apalagi di jaman digitalisasi, namun prinsipnya kita harus bekerja keras, agar berkat yang Tuhan persiapkan dan hendak diberikan bagi kita benar-benar kita terima dalam hidup ini. Amin.

Naposobulung mengikuti Pesparawi - 9 di HKBP Pasar Rebo




Rabu, 20 September 2017

"KARYA ROH KUDUS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KARYA ROH KUDUS

Kisah Para Rasul 2:33, "Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini".

Teks renungan di pagi hari ini adalah bahagian dari khotbah rasul Petrus di hadapan tetua Yahudi dan penduduk Yerusalem. Mereka adalah kaum cerdik pandai atau cendikiawan Yahudi. Mereka terhasut dan bahkan nyinyir akan berita tentang kebangkitan Yesus Kristus. Mereka tidak percaya bahwa Yesus Kristus itu bangkit dan telah naik ke sorga. Dalam pasal 2 Kisah Para Rasul ada lagi berita mengejutkan:  murid-murid Yesus yang menerima pencurahan Roh Kudus. Roh Kudus berupa nyala api hinggap di atas para murid dan orang yang berkumpul di Yerusalem. Bukan hanya itu, sekalipun berbagai ragam suku bangsa yang hadir mereka dapat memahami dalam bahasanya sendiri. Inilah peristiwa yang menggemparkan penduduk kota itu. Atas kenyataan ini para tua-tua Yahudi tetap nyinyir dengan menuduh mereka itu mabuk anggur.

Atas sikap para tua-tua Yahudi dan penduduk Yerusalen yang tidak menyukai berita tentang Injil Yesus Kristus,  Rasul Petrus  yang dipenuhi Roh Kudus bangkit berkhotbah menyampaikan kebenaran dan menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi dengan kebangkitan Yesus Kristus hingga peristiwa turunya Roh Kudus. Petrus memberitakan Yesus adalah Anak Allah yang mereka buang, hingga dihukum mati di kayu salib. Namun Allah membangkitkan Dia dari kematian dan mengangkatnya duduk disebelah kanan Allah Bapak. Demikian dengan peristiwa turunnya Roh Kudus, semua itu adalah perbuatan Allah. Apa yang terjadi yang mereka lihat sendiri adalah karya Roh Kudus. Karya Roh Kudus itu nyata di dalam diri orang percaya.

Pertanyaannya adalah, bagaimana agar orang mengetahui bahwa Roh Kudus berkerja hingga saat ini melalui orang  percaya?  Inilah tugas kita saat ini, melalui hidup dan perbuatan kita orang lain dapat merasakan karya Roh Kudus. Melalui sikap, tutur kata dan buah-buah Roh yang diproduksikan oleh orang percaya dalam hidupnya dapat dilihat dan disaksikan oleh orang lain.

Melalui renungan di pagi hari ini,  kita diingatkan kembali akan tugas orang percaya, yakni dipanggil menjadi saksi Kristus (Kis 1:8). Saksi adalah sesuatu bukti yang nyata, yang dapat dilihat, dirasakan dan dialami oleh orang lain sebagai kebenaran. Kesaksian demikianlah yang kita produksikan dalam hidup ini. Amin

Selasa, 19 September 2017

Partangiangan Sektor Kampung Makasar di rumah Kel. Sopar Butar-butar / br. Pardede

Partangiangan Sektor Kampung Makasar di rumah Kel. Sopar Butar-butar / br. Pardede. Dilayani oleh Pdt. Bonar Napitupulu, S.Th.




"BIBIR YANG BERSIH" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BIBIR YANG BERSIH

Zefanya 3:9,"Tetapi sesudah itu Aku akan memberikan bibir lain kepada bangsa-bangsa, yakni bibir yang bersih, supaya sekaliannya mereka memanggil nama TUHAN, beribadah kepada-Nya dengan bahu-membahu"

Zefanya dalam bahasa Ibrani artinya Tuhan melindungi atau Tuhan menyembunyikan. Apa yang hendak dilindungi dan apa yang hendak disembunyikan? Allah hendak melindungi umatNya dari tekanan bangsa-bangsa. Di satu sisi Zefanya memberitahukan hukuman atas pelanggaran umatNya, namun Tuhan juga murka akan bangsa-bangsa. "Tetapi sesudah itu" kalimat yang menunjukkan setelah Tuhan mejatuhkan hukuman, akan ada tindakan Allah untuk umatNya dan bagi bangsa-bangsa. Tuhan memulihkan keadaan umatNya, bukan hanya itu Allah sendiri akan memberikan bibir yang bersih bagi bangsa-bangsa agar memuji dan memuliakan Allah dan beribadah kepadaNya bahu membahu.

Zefanya melihat bahwa akhir dari bangsa-bangsa berada di tangan Tuhan, dan kelak akan ada arak-arakan dari seluruh bangsa untuk datang beribadah kepadaNya. Mereka yang selama ini mengutuki akan diubah menjadi bibir yang memuji Tuhan dan memberkati. Itulah kemahakuasaan Allah untuk mengubah bibir yang nazis, bibir yang kotor yang selama ini dipergunakan untuk hal-hal negatif; mengancam orang lain, mengintimidasi, menindas dan menyebarkan kebencian, waktunya akan datang Tuhan akan memberikan bibir yang bersih, bibir yang mengeluarkan kata-kata kebenaran, pujian, dan segala yang berguna untuk membangun dan memotivasi sesama.

Masih ingat pengakuan Yesaya ketika dipanggil menjadi nabi? Yesaya mengakui di hadapan Allah: aku ini nazis bibir. Yesaya 6:6-7, "Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah.
Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni."
Sebelum Tuhan memakainya,  Tuhan terlebih dahulu membersihkannya dan hendak memakai bibir Yesaya menjadi mulutNya yang menyampaikan kebenaran dan mewartakan kehendak Allah kepada umatNya.

Pagi hari ini kita diingatkan: salah satu anggota tubuh yang paling penting dalam hidup yaitu bibir. Kita harus sadari bahwa di dalam Yesus Kristus kita telah menjadi manusia baru, maka jadikanlah mulut kita menjadi alat Allah untuk meyampaikan kebenaran, pujian dan yang mendatangkan kemuliaan Allah. Mari kuasai diri jangan sampai anggota tubuh yang paling berharga ini menjadi alat dosa yang menyebarkan kebohongan, cacian dan kebencian. Allah memberikannya bagi kita untuk fungsi yang berguna bagi diri dan sesama.

Satu hal yang harus kita ingat, kata-kata yang keluar dari mulut tak dapat dihapus dan ditarik kembali. Mungkin pernah kita dengar contoh ini. Seorang yang menyebarkan fitnah yang telah menjatuhkan martabat sesamanya. Setelah menyadari hal itu penyebar fitnah memohon maaf dan apa yang bisa dilakukan untuk menebus kesalahannya. Maka yang difitnah ini menyuruh mengambil satu karung kapas, ketika angin bertiup disuruh untuk menerbangkannya. Setelah kapas habis dari karung, maka disuruh mengumpulkannya kembali. Sang penyebar fitnah protes bagaimana itu mungkin saya kumpulkan kembali? Maka diapun dinasihati: demikianlah mulut kita.  Kata-kata yang keluar dari mulut kita tidak pernah kembali. Sekali keluar kata-kata fitnah dari mulut tak akan dapat ditarik kembali. Kata-kata itu akan menyebar begitu saja dan ditafsirkan orang menurutnya masing-masing.

Karena itu, mari gunakan mulut kita untuk kita abdikan sebagai ibadah kita kepada Tuhan. Tuhan telah menguduskannya melalui pengorbanan Yesus Kristus di salib. Tuhan telah membersihkan kita melalui baptisan. Mari jadikan tubuh kita sebagai alat Tuhan untuk melakukan kebaikan. Amin.

Senin, 18 September 2017

"TETAP MELAKUKAN YANG TERBAIK" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TETAP MELAKUKAN YANG TERBAIK

Lukas 12:48, "Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."

Yesus sangat pintar dalam mempergunakan bahan pengajaranNya kepada murid-muridNya. Dia memakai apa yang dilihatNya menjadi ilustrasi dan apa yang dialami  dan umum di masyarakat dipergunakan sebagai bahan refleksi untuk menjelaskan perilaku dan sikap terhadap kerajaan Allah.

Renungan di pagi hari ini adalah contoh konkrit yang dialami oleh masyarakat umum tentang hamba. Umumnya seorang hamba diperintah dan disuruh baru bekerja, kalau tidak disuruh akan diam saja tak melakukan apa-apa. Apalagi kalau tuannya melakukan perjalanan jauh, maka ada saja sang hamba akan menjadi "tuan merdeka" karena tidak ada yang memerintah dan mengawasi pekerjaannya. Tidak melakukan tugasnya, bahkan memakai kesempatan untuk menindas sesama hamba, memaksa yang lain bekerja, sementara ia sendiri tak bekerja. Ketika tuannya kembali dia akan diminta pertanggungan jawab apa-apa saja yang dikerjakan. Hamba yang tidak bekerja tentu akan malu dan tidak dapat mempertanggung-jawabkan pekerjaannya. Dia akan mendapat hukuman; bisa dengan pukulan namun bisa pula dengan cambuk.  Ini suatu mentalitas yang kurang baik, kerja baginya belum dipahami sebagai rahmat, atau sebagai amanat. 

Demikian halnya dalam hidup orang beriman. Hidup ini adalah kepercayaan dan pertanggungan jawab. Tuhan telah memberikan kepercayaan bagi kita. Tuhan telah memperlengkapi dengan berbagai talenta. Yang melaksanakan tugas dan tanggung jawab akan memperoleh pujian dari tuannya, sebaliknya bagi orang yang tidak bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan dia akan mendapat malu dan  hukuman.


Biasakanlah hidup yang penuh tanggung jawab. Anda bekerja bukan karena diawasi, tapi lakukanlah segala perkerjaanmu dengan penuh tanggung jawab dan hasilkan yang terbaik. Itulah sikap bekerja yang penuh amanah. Amin.

Minggu, 17 September 2017

"JANGAN SALING MENGHAKIMI" Renungan Minggu Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th:

JANGAN SALING MENGHAKIMI:
SEGALA PERBUATANMU LAKUKANLAH SEMUANYA UNTUK TUHAN (Roma 14:1-12)


Selamat hari minggu buat kita semua!
Alkitab tetap menjadi relevan dan aktual menginspirasi apa saja dalam kehidupan kita, karena ia adalah sumber kebenaran,  petunjuk dan nasehat dalam berbagai pergumulan hidup ini. Dalam Alkitab kita banyak mengetahui pengalaman hidup orang beriman dan pengalaman hidup mereka menjadi inspirasi dan refleksi yg aktual bagi kita sepanjang masa. Seperti khotbah minggu hari ini, ada dua kelompok yang berbeda tajam dalam jemaat Roma. Mereka sudah sulit bertemu dan berdialog; masing-masing membela dan mempertahankan diri dalam kebenaran berdasarkan persfektif masing-masing. Masing-masing kelompok mengklaim dirinya benar dan mengkafirkan yang lain. Bagaimana persekutuan bisa bertumbuh dalam sikap demikian? Persekutian demikian pasti semakin kerdil dan gersang rohani. Sikap yang sangat intoleran terhadap kelompok lain bahkan sudah jatuh pada saling menghina sesamanya. Paulus sebagai rasul memberikan nasihat dan solusi atas persoalan yang mereka hadapi, mengubah sikap intoleran menjadi toleran, sikap menghakimi menjadi sikap mengasihi. Paulus membedah persoalannya dengan benar sehingga masing-masing dapat saling menerima kelemahan dan kelebihan masing-masing.

Kedua kelompok tersebut adalah kaum Kristen Yahudi dan kelompok kedua adalah kaum Kristen non Yahudi.  Bagi kaum Kristen Yahudi, adalah hal yang tak masuk akal jika daging yang dipersembahkan kepada dewa dewi di kuil dimakan oleh orang percaya. Selain larangan makanan, kaum Yahudi juga memahami bahwa orang percaya harus ikut tradisi Yahudi; melakukan taurat, sunat dan perayaan agama yang ditetapkan bagi mereka. Sebaliknya kaum Kristen non Yahudi memahami tidak ada masalah disitu, toh dewa-dewi tidak berkuasa atas makanan. Mereka percaya kepada Kristus yang berkuasa atas segalanya. Jadi makan daging yang dipersembahkan di kuil tak ada masalah disl sana.  Selanjutnya keselamatan tidak ditentukan oleh memenuhi larangan ini dan itu. Keselamatan hanya oleh iman.

Dalam keadaan demikianlah Paulus memberikan nasihat bahwa hendaknya masing-masing saling menerima dan menghargai jangan saling menghakimi.  Bagi yang tidak makan daging kuil janganlah menghakimi, bagi yang memakannya janganlah menjadi batu sandungan. Jangan karena kebebasan yang kita miliki menjadi batu sandungan bagi orang lain. Jauhkanla sikap spiritualitas sombong, menggap diri saleh dan menghina orang lain yang dianggap tidak saleh. Pesan ini mengajak kita untuk bersikap lebih peka terhadap hidup orang lain, memahami dan menghormati sikap hidupnya.

Semuanya untuk Tuhan. Paulus mengarahkan kembali orientasi kehidupan jemaat Roma, hal apapun yang kita lakukan hendaknya berpaut pada Kristus. Kesalehan dan budi baik kita tak akan menjadikan kita memperoleh keselamatan, memelihara pantangan ini itu dan melaksanakan ritual-ritual perayaaan religius tak menjadikan kita memperoleh keselamatan. Keselamatan hanya ada di dalam diri Yesus Kristus. Dengan demikian apapun yang kita lakukan, dalam hal makan, minum, perbuatan kasih dan sikap terhadap sesama, baiklah semuanya kita lakukan untuk Tuhan.

Mari kembangkan sikap hidup yang memahami dan menghargai orang lain. Abdikan diri untuk mengasihi sesama. Amin.

Pendidikan dan Pemberdayaan: Punguan Parompuan HKBP Sutoyo Melayani dalam Ibadah Pkl. 10.00 wib

Pendidikan dan Pemberdayaan: Punguan Parompuan HKBP Sutoyo Melayani dalam Ibadah Pkl. 10.00 wib




Pendidikan dan Pemberdayaan: Koor Ama HKBP Sutoyo Melayani dalam Ibadah Pkl. 07.00 wib

Pendidikan dan Pemberdayaan: Koor Ama HKBP Sutoyo Melayani dalam Ibadah Pkl. 07.00 wib





Sabtu, 16 September 2017

Pendidikan dan Pemberdayaan: Olah Raga Bersama dan Bersih-Bersih Gereja Keluarga Pendeta, Parhalado, Punguan Parompuan dan Koor Ama

Pendidikan dan Pemberdayaan: Olah Raga Bersama dan Bersih-Bersih Gereja Keluarga Pendeta, Parhalado, Punguan Parompuan dan Koor Ama





"AJARLAH KAMI BERDOA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

AJARLAH KAMI BERDOA

Lukas 11:1, "Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya."

Doa adalah bahagian yang tidak terlepaskan dari kehidupan orang beragama. Perhatilanlah, setiap orang beragama ada disiplin dalam doa. Bagi orang Kristen tradisi berdoa banyak diwariskan dari tradisi kaum Yahudi. Tradisi doa kaum Yahudi dapat kita temukan dalam kitab Mazmur: doa pagi, siang dan malam dan juga doa-doa yang bersifat kasual, doa pribadi dan doa umat yang disampaikan secara bersama-sama. Kaum Yahudi sangat ketat dalam hal berdoa. Yesus juga mengikuti disiplin doa secara teratur. Jika kita membaca kitab Injil kita akan menemukan aktifitas Yesus yang senantiasa berdoa: berdoa di saat subuh, sebelum melakukan pekerjaan, setelah melaksanakan pekerjaan dan sebelum istirahat malam.

Keindahan praktek doa yang dilaksanakan oleh Yesus mendorong murid-muridNya meminta agar Yesus mengajari mereka berdoa. Permintaan ini juga berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis yang mengajarkan murid-muridnya berdoa dan hidup dalam disiplin rohani sebagai komunitas Eseni. Komunitas Eseni adalah kelompok masyarakat yang hidup tahun 1 sebelum Masehi  dan masih ada zaman Yesus. Salah satunya adalah Yohanes Pembaptis.  Golongan Eseni ini hidup mengasingkan diri dari keramaian (retreat), mereka meninggalkan harta benda mereka dan hidup beraskese di gua-gua dan hutan. Dalam prakteknya mereka hidup selibat, berpuasa dan terus berdoa membaca kitab suci dan menantikan Mesias. Praktek hidup kaum Eseni ini banyak ditemukan dalan naskah-naskah Qumran (naskah-naskah Laut Mati). Naskah Qumran ini paralel dengan Alkitab diperkirakan dituliskan oleh kaum Eseni ini. Kelompok Eseni memusatkan hidupnya di dalam doa dan askese.

Ajarlah kami berdoa! Permintaan ini dikabulkan oleh Yesus dengan mengajarkan murid-murid berdoa. Doa yang diajarkan oleh Yesus adalah Doa Bapa Kami. Dengan pengajaran ini Yesus hendak mengajarkan kepada murid-muriidNya untuk berdoa: namun berdoa bukan seperti kaum Eseni meninggalkan dunia dan beraskese. Yesus mengajarkan kita bagaimana kita hidup di dunia ini memohon kekuatan dan penyertaan Tuhan. Yesus mengajarkan murid-murid berdoa melalui Doa Bapa Kami. Dalam doa  yang diajarkan Yesus ini kita menemukan bahwa: (1) berdoa adalah mengakui dan menerima Allah dalam hidup kita. (2) permohonan akan kebutuhan hidup dan (3) pujian dan kemuliaan bagi Tuhan.

Dalam perikop lain Yesus mengajarkan hal berdoa (Mat 6:5-7). Hal berdoa bukan mau menunjukkan kesalehan diri. Itulah sebabnya Yesus mengkritik orang yang berdoa di muka umum, di pinggir jalan seperti orang Farisi agar dilihat orang. Sekali lagi, berdoa bukanlah bertujuan agar dilihat orang atau agar dinilai orang sebagai orang saleh. Berdoa adalah berkomunikasi dengan Tuhan. Berdoa adalah kualitas hubungan pribadi dengan Tuhan.

Di dalam persekutuan jemaat, Yesus juga mengajarkan agar doa tidak berteletele atau lewat ungkapan-ungkapan kata-kata yang enak di- dengar. Berdoa bukanlah untuk dipuji orang, tujuan doa bukanlah telinga  orang yang mendengarkannya, berdoa adalah bertujuan kepada Allah, Bapa yang senantiasa membuka diri atas segala permohonan kita.

Renungan di pagi ini merupakan permohonan kita bersama: Tuhan ajarlah kami berdoa, sekaligus mengarahkan aktifitas hidup kita agar menjadi pendoa. Seperti murid-murid Yesus yang hidup disiplin di dalam doa, demikian hendaknya kita agar tetap berdoa. Doa adalah nafas hidup kita. Mari senantiasa berdoa meminta kekuatan dan petunjuk akan apa yg hendak kita kerjakan dalam hidup ini. Amin.

Jumat, 15 September 2017

"KASIHNYA TAK BERKESUDAHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KASIHNYA TAK BERKESUDAHAN

Yeremia 18:14-15, "Masakan salju putih akan beralih dari gunung batu Siryon? Masakan air gunung akan habis; air yang sejuk dan mengalir? Tetapi umat-Ku telah melupakan Aku, mereka telah membakar korban kepada dewa kesia-siaan; mereka telah tersandung jatuh di jalan-jalan mereka, yakni jalan-jalan dari dahulu kala, dan telah mengambil jalan simpangan, yakni jalan yang tidak diratakan".

Puncak pegunungan tertinggi di Indonesia adalah Puncak Jaya di Papua. Sampai sekarang di puncak Jaya ada gumpalan salju membuatnya putih dan pegunungan di bawahnya menjadi subur karena tetesan salju terus mengaliri tanah dibawahnya. Demikianlah Pegunungan Libanon, atau disebut juga Gunung Batu Siryon, selain putih karena batu kapur namun pegunungan ini berada pada titik 3.000 Meter atau lebih di atas permukaan air laut. Karena ketinggian demikian secara alamiah pada puncuknya ada salju putih yang bertahan lebih dari enam bulan. Selain pemandangan indah, salju di atas akan terus mengalir dan membuat pohon di bawahnya tumbuh subur. Pohon yang lebat akan menahan air dan menjadi sumber air yang terus bertahan sepanjang tahun. Ungkapan inilah yang dipakai oleh Yeremia tentang kasih Allah yang tak berkesudahan, seperti  gunung Libanon tak akan kehabisan sumber air. Air akan terus mengalir sepanjang tahun dan tak akan pernah habis. Itulah sebabnya Yeremia memakai istilah: "masakan salju putih akan beranjak dari gunung batu Siryon (Lebanon)?"

Air yang tak berkesudahan dari pegunungan Libanon, demikianlah kasih Allah yang tidak berkesudahan atas umatNya. Sekalipun umatNya sendiri telah melupakan Tuhan dan mereka memberikan korban bakaran kepada Baal yang dianggap mereka dapat memberikan kehidupan. Allah tidak langsung menghukum  seturut dengan pelanggaran kita. Namun Dia mengampuni dan memaafkan. Dia menjauhkan dosa dan pelanggaran kita sejauh timur dari barat, Dia tidak akan mengingat-ingat kesalahan kita. Dalam naungan kasihNya Tuhan merangkul kita dengan penuh cinta kasih.  Allah itu penuh kasih setia, dan rahmatNya tak berkesudahan bagi umatNya.

Yeremia memgingatkan umat Allah dan juga kita saat ini. Jika kasih Tuhan itu tak berkesudahan, mengapa harus menghabiskan waktu kepada hal yang tidak berguna dengan menuruti ilah lain? Jika Tuhan itu merangkul kita dengan kasihNya dan melindungi kita dari segala bahaya yang mengancan kehidupan, mengapa pergi memohon petunjuk dan perlindungan dari kekuatan dunia ini? Inilah renungan yang mendalam dari Yeremia: Berbaliklah kepada Allah karena Dia penuh kasih karunia. Jika terjadi hal sulit dan memasuki pergumulan jangan berputus asa, Tuhan itu seperti tukang periuk menempa tembikar. Tukang periuk akan membentuk tembikar seturut kehendak pembuatnya. Demikian Tuhan membentuk kita seturut dengan bentuk dan keadaan yang dikehendaki olehNya. Jika hal sulit terjadi dalam hidup kita bukan berarti Tuhan melupakan kita, namun dalam segala keadaan Tuhan akan menunjukkan kasih setiaNya. Amin.

Kamis, 14 September 2017

"JANGAN TERTIDUR, TERJAGALAH!" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

JANGAN TERTIDUR, TERJAGALAH!

1 Tesalonika 5:6, "Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar".

Jangan tertidur tetapi berjaga-jagalah, merupakan nasehat yang berulang-ulang yang kita temukan dalam kitab Perjanjian Baru (PB). Sebagai contoh, ketika Yesus berdoa di Getsemane Dia memberikan pesan agar para murid berjaga-jaga, namun kantuk mereka sangat berat dan tertidur (Mat 26: 38,42). Pesan Yesus ini agar mereka dapat terjaga karena waktunya sudah dekat bahwa Anak Manusia akan menderita sengsara dan disalibkan. Namun lihatlah, semuanya tertidur.  Contoh kedua hal berjaga-jaga dalam PB berkaitan erat dengan penantian kedatangan hari Tuhan. Masih ingat cerita tentang pengajaran Yesus mengenai gadis bijak dan bodoh? Bacalah kisah itu dalam Mat 25:1-13, gadis yang bijak sana dan bodoh sama-sama menyongsong mempelai.  Gadis bodoh hanya menyalakan pelita mereka tidak punya persediaan minyak. Waktu pun berlalu, mempelai belum datang, pelita mereka padam dan tertidur lelap. Mereka kehilangan dan penantiannya siasia. Namun berbeda dengan gadis bijaksana, selain menyalakan pelita juga mempersiapkan bekal minyak. Sekalipun sudah larut malam mempelainya datang mereka tetap terjaga dan pelita mereka menyala karena ada persediaannya.  Mereka bijak mengantisipasi keadaan dan mereka pun memperoleh sukacita bersama pengantin.

Berjaga-jagalah! Peringatan kepada kita untuk selalu waspada dan membentengi diri dari segala kemungkinan buruk dalam hidup ini. Yesus akan datang sehingga harus mempersiapkan diri dengan iman yang terjaga. Pelita adalah gambaran terang iman yang menyala dan sadar akan hal-hal buruk di sekitarnya.  Demikian iman orang percaya harus tetap menyala dalam kondisi apapun. Selain menyala, kita mesti mempersiapkan bekal. Bekal kita adalah iman, pengharapan dan kasih (1 Kor 13:13). Tiga hal yang selalu dimiliki oleh orang percaya, dan untuk menimbulkan iman kita harus mendengarkan firman Tuhan.

Apakah yang membuat iman kita tertidur? Ada banyak hal yang mungkin saja membuat kita tertidur. Cobalah kita periksa aktifitas kita masing-masing. Fakta hidup: ada orang yang terlalu sibuk terus mencari nafkah dan mencari kebutuhan ekonomi dalam keluarga lewat kerja yang berlebihan namun mengabaikan kesehatan. Kenyataannya uang yang dikumpulkannya tak cukup untuk membiayai perobatannya. Ada pula orang yang terus mencari uang melalui kesibukan sana sini namun mengabaikan kebutuhan spiritualitasnya. Waktu istirahat (minggu) yang seharusnya untuk Tuhan dan keluarga dipakai untuk kerja, urusan bisnis dan usaha. Apa jadinya? Spiritualitas yang gersang, sikap rapuh menghadapi masalah sehingga mudah berputus asa.

Hidup ini harus penuh keseimbangan. Dan salah satu keseimbangan itu dengan hidup berjaga-jaga dan jangan tertidur, tetap beriman dan imannya menyala seperti pelita yang tak pernah kehabisan minyak. Banyak hal yang dapat memabukkan kita di dunia sekitar, ketika kita larut kita teridur dan tertinggal. Sebagai contoh, coba Anda bayangkan seorang penumpang kereta api, karena rasa kantuk yang berat dan tertidur melewati beberapa titik stasiun yang semestinya dia sudah harus turun. Dia akan mengalami kerugian besar, harus capek lagi untuk berbalik arah.

Berjaga-jagalah dan jangan tertidur! Renungan yang mengingatkan kita agar kita mengelola keseimbangan dalam hidup ini supaya senantiasa terjaga. Amin.

Rabu, 13 September 2017

"TUNJUKKANLAH JALANMU" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TUNJUKKANLAH JALANMU

Mazmur 32:8, "Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu".

Ada satu lagu dari D'Lyoid yang mengisahkan lagu yang hampir-hampir putus asa, tak sanggup lagi menjalani hidup yang penuh penderitaan. Satu-satunya pertolongan adalah mengadu dan memohon petunjuk dari Tuhan agar ada jalan yang dapat ditempuhnya mengakhiri semua derita yang terjadi dalam kehidupannya:

Haruskah hidupku terus begini
Dengan derita yang tiada akhir
Kemanakah jalan yang harus ku tempuh
Agar ku bahagia

Oh Tuhan berikan petunjukMu
Untuk ku jadikan pegangan hidupku
Katakan salahku dan apa dosaku
Sampai ku begini

Aku tak sanggup lagi
Menerima derita ini
Aku tak sanggup lagi
Menerima semuanya

Oh Tuhan berikan petunjukMu
Untuk ku jadikan pegangan hidupku
Katakan salahku dan apa dosaku
Sampai ku begini

Syair lagu di atas terjawab oleh renungan di pagi hari ini. Tuhan senantiasa memberikan jalan. Seperti pengalaman pemazmur mengakui bahwa  Tuhan tak akan membiarkan orang-orang yang dikasihiNya tenggelam oleh derita dan pergumulan yang menimpanya. Tuhan selalu memberikan jalan yang kita tempuh mengakhiri pergumulan kita.  Jangan katakan tak sanggup lagi, namun dalam beban yang terberat sekalipun,  jalanilah menurut petunjuk yang diberikan Tuhan.

Bagaimana kita mengetahui petunjuk dari Tuhan? Mazmur ini menjawab: "mataku tertuju kepada Tuhan". Ini suatu kesaksian bahwa  pertolongan baginya hanya dari Tuhan. Pemazmur hanya memandang Tuhan, pemazmur tidak tergoda akan jalan alternatif yang mengingkari imannya.

Ada banyak yang tak sanggup mengakhiri beban hidupnya dengan 'exit permit" atau lari dari tanggungjawab dan bahkan hingga bunuh diri. Satu bulan lalu berulang kali ditayangkan media teve hal penjualan bayi dengan alasan adalah hanya ekonomi, tak sanggup membiayai dan faktor hubungan gelap yang tidak bertanggungjawab dll. Tahun lalu di Sumut pertistiwa mengagetkan masyarakat seorang mahasiswa berprestasi bunuh diri karena ditinggal pacar? Dan mungkin masih banyak kasus-kasus lain yang menunjukkan jalan sempit yang ditempuh orang untuk mengakhiri beban dan derita. Ini adalah jalan sempit hidup yang tidak berpengharapan. Tuhan itu baik dan memberikan jalan keluar atas apa yang kita alami. Bahkan lewat derita yang kita pikir dapat menjadi kesaksian bagi orang lain. Contoh seorang pendeta di P Siantar yaitu Pdt Balosan Rajagukguk (alm) mengalami gagal ginjal, dia harus cuci darah 3 kali seminggu. Dalam beberapa kali berjumpa dengan beliau dia begitu semangat menceritakan pengalamannya memotivasi orang lain. Dia terus menjalaninya dengan semangat bahkan menjadi motivatior bagi orang lain yang cuci darah, pemberi semangat dan membuat orang lain bisa senyum dan tertawa menjalani hari-harinya yang sudah menunggu ajal. Beliau meninggal setelah menjalani cuci darah hampir sepuluh tahun.

Renungan di pagi hari ini memberikan semangat bagi kita untuk senantiasa berpengharapan kepada Tuhan. Tuhan itu baik dan selalu memberi jalan bagi kita. Amin.

Selasa, 12 September 2017

"AKU HIDUP KARENA PERTOLONGAN TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"AKU HIDUP KARENA PERTOLONGAN TUHAN"

Kisah Para Rasul 26:22, "Tetapi oleh pertolongan Allah aku dapat hidup sampai sekarang dan memberi kesaksian kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar. Dan apa yang kuberitakan itu tidak lain dari pada yang sebelumnya telah diberitahukan oleh para nabi dan juga oleh Musa"

Aku bisa hidup hanya karena pertolongan Tuhan. Ini adalah kalimat yang disampaikan oleh Paulus di hadapan peradilan Raja Agripa gubernur Romawi di wilayah Palestina. Raja Agripa adalah cucu dari Herodes Agung yang mati ditampar oleh malaikat (Kis 12:21-22) setelah memvonis mati Yakobus dan beberapa regu pemberita Injil dipenjarakan, kematiannya tragis karena meninggal saat berpidato.  Agripa I diberi wewenang untuk menjadi penguasa atas Palestina.  Paulus ditangkap oleh kaum Yahudi di Bait Allah dengan tuduhan menghasut kaum Yahudi dan menyelewengkan ajaran Yahudi mengenai Taurat dan Hukum Musa. Dalam pembelaannya di hadapan Agripa bahwa pemberitaan Paulus tidak pernah menyimpang dari ajaran dari para nabi dan hukum Taurat. Justru agumentasinya bahwa Yesus Kristus yang diberitakannya adalah pemenuhan dari Taurat dan nubuatan nabi-nabi.

Pembelaan Paulus di hadapan Agripa bukan saja hanya pembelaan diri namun menjadi kesaksian akan apa yang dialaminya; pertobatannya dan perjalanan hidupnya menjadi menarik perhatian Agripa. Suka duka dalam memberitakan Injil Yesus Kristus:  kesaksian Paulus menunjukkan bahwa tidak ada kesalahan yang setimpal yang dilakukannya sehingga dia berhutang nyawa (Kis 25:25). Bahkan sebaliknya Agrippa ini terpesona atas mujizat dan pertolongan Tuhan yang dialaminya dan tertarik menjadi Kristen, sebagaimana disebut falam Kisah 26:28, "Jawab Agripa: "Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!". Agripa menawarkan kepada Paulus agar di sidang di Yerusalem di bawah kekuasaannya, namun Paulus sudah menyatakan banding ke Roma karena ia warga Romawi, sekalipun ia Yahudi. Bagi seorang yang banding tak dapat diberi gratia bebas.

Inilah kelebihan Paulus yang luar biasa, sidang atas dakwaan hutang nyawanya menjadi media kesaksian dan pemberitaan Injil, seperti disebut di 2 Korintus 6:8-10, "ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai, sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati; sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu".

Kesaksian Paulus ini persis seperti lirik lagu ini:

Bukan dengan kekuatanku
Ku dapat jalani hidupku
Tanpa Tuhan yang di sampingku
Ku tak mampu sendiri
Engkaulah kuatku
Yang menopangku
Reff:
Kupandang wajahMu dan berseru
Pertolonganku datang darimu
Peganglah tanganku jangan lepaskan
Kaulah harapan dalam hidupku.

Kesaksian Paulus dalam renungan pagi ini, menjadi bahagian dari kesaksian hidup kita semua. Kita hidup dan memperoleh apa adanya yang kita nikmati sekarang ini bukanlah semata-mata karena kekuatan kita. Namun karena kasih karunia dan pertolongan Tuhan. PertolonganNya selalu tepat waktu, perlindunganNya senantiasa datang bahkan di saat-saat yang tidak kita sadari. Demikian dengan kita, bahwa sesungguhnya kita hidup hanya karena pertolongan Tuhan, tanpa terkecuali. Karena itu syukurilah penyertaan dan perlindungannya. Tuhan memberkati! Amin.

Senin, 11 September 2017

"ALLAH PENUH KASIH SETIA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

ALLAH PENUH KASIH SETIA

Mikha 7:18, "Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia?"

Allah itu kasih, panjang sabar dan penuh kasih setia. Tuhan memberi waktu bagi umatNya untuk bertobat dari pelanggarannya. Jika tidak berubah, waktunya Tuhan akan memberikan ganjaran. Demikianlah nabi Mikha sejajar dengan nabi-nabi lainnya mengenai krisis yang terjadi bagi umat Allah.  Ketidak-setiaan mereka akan mendatangkan hukuman Allah atas umatNya. Kealpaan pemimpin sebagai gembala bagi umat akan mendatangkan kesengsaraan bagi umat yang dipimpinnya. Selain menyampaikan kritik terhadap kerajaan Yehuda, nabi Mikha juga berdialog dengan Raja Ahab (Israel Utara) bahkan menubuatkan kematian raja Ahab (1 Raj 22). Namun konsekwensi seorang nabi yang menyatakan kebenaran dialami oleh Mikha, dia ditampar pegawai istana dan Mikha ditahan dan dipenjarakan (1 Raj 22:24,27).

Apa yang terjadi? Nubuatan Mikha benar adanya: Israel Utara jatuh ke tangan Assyur dan Israel Selatan jatuh ke pembuangan Babel. Namun telah tamatkah riwayat umat Allah? Bagi nabi Mikha, kasih setia Tuhan tidak berkesudahan. Tuhan itu penuh kasih setia dan tetap mengasihi umatNya. Jika pemimpin-pemimpin tidak peduli dengan umatNya maka Allah sendiri akan menjadi gembala bagi umatNya. Di sinilah Mikha menyampaikan nubuat akan kehadiran Mesias yang akan lahir di kota Bethlehem (Mikha 5:1; band Mat 2:6).

Allah itu penuh kasih setia, demikianlah renungan di pagi ini menyapa kita. Menyakinkan kita akan pemeliharaan Tuhan atas hidup kita. Tuhan tidak membiarkan kita tersesat seperti domba yang tak punya gembala, atau seorang yang berbeban tanpa tenaga. Beban akan selalu ada bagi orang beriman, namun Tuhan selalu memberi kekuatan dan energi bagi kita agar mampu memikul beban.

Allah itu penuh kasih setia, Dia berkenan memaafkan dan mengampuni dosa kita. Tak selamanya Dia menyimpan amarah, namun seperti ayah yang rindu akan anak yang pergi dari rumah, lebih dari itu Tuhan mengasihi kita anak-anakNya. ALLAH itu pencemburu, yang tidak berkenan akan dosa dan pelanggaran. Namun maaf dan pengampunan akan senantiasa terbuka bagi setiap orang ynag mengakui dosanya di hadapan Allah. Allah tidak mengingat-ingat dosa dan pelanggaran. KasihNya lebih besar dari pelanggaran kita..


Firman Tuhan di pagi hari ini menyemangati kita semua. Kita memperoleh jaminan keselamatan, Allah itu penuh kasih setia. Jika kita bergumul, kita percaya Tuhan akan segera menolong. Dalam berbagai hal ada orang yang memahami bahwa hal buruk yg terjadi pada kita adalah hukuman Tuhan atas pelanggaran kita. Di satu sisi itu benar, karena Tuhan memberikan cambuk atau ganjaran bagi orang yang dikasihiNya, namun bukan untuk melukai atau membinasakannya namun untuk memberi pengajaran. KasihNya jauh lebih besar dari pelanggaran kita. Kasih karuniaNya jauh lebih besar dari kekurangan kita. Amin.

Sabtu, 09 September 2017

"TUNJUKKANLAH KASIHMU" Renungan Harian Pdt'Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TUNJUKKANLAH KASIHMU

Yesaya 63:15"Pandanglah dari sorga dan lihatlah dari kediaman-Mu yang kudus dan agung! Di manakah kecemburuan-Mu dan keperkasaan-Mu, hati-Mu yang tergerak dan kasih sayang-Mu? Janganlah kiranya Engkau menahan diri!"

Sifat dan karakter seseorang akan dapat diketahui ketika menghadapi masalah. Misalnya seorang yang emosional dan bertemperamen tinggi. Pasti bersemangat dan memiliki energi yang meluap-luap hendak menuntaskan pekerjaan dengan segera, namun sayang daya tahan mengahadapi masalah kurang. Ketika lelah dan  ketemu jalan buntu, mencoba satu dua kali dia akan berputus asa. Sebaliknya orang yang ulet dia akan bekerja tekun, kesan tak energik namun tahan terhadap masalah yang ia hadapi dan percaya akan ada jalan keluar dari apa yang ia hadapi.

Firman Tuhan selalu menjadi kekuatan bagi kita dalam mengahadpi pergumulan sebagaimana doa umat Allah dalam renungan di pagi hari ini. Konteks teks renungan kita di pagi ini adalah pengakuan dan permohonan umat Allah yang telah kembali dari pembuangan ke Yerusalem. Setelah kembali dari pembuangan,  di Yerusalem mereka semua berbenah, membangun rumah, memulai kehidupan baru dengan membuka ladang, ternak dan usaha mereka. Pemerintah melalui imam Ezra dan Nehemia juga sangat terbeban dengan membangun kembali Bait Allah dan pembangunan tembok Yerusalem. Tentulah mereka semua lelah memikirkannya. Kapan semua ini beres dan rampung? Semuanya serba memulai lagi dari awal, mereka mulai kelelahan dan berpikir, bagaimana semua ini bisa selesai?

Inilah doa permohonan dari nabi Yesaya agar Tuhan memandang dan memperhatikan umatNya yang telah kembali dari pembuangan.   Mereka sangat mengharapkan pertolongan dan penyertaan Tuhan agar apa yang mereka kerjakan diberkatiNya. Mereka memohon agar Tuhan menyertai mereka dalam merencanakan dan melaksanakan semua pekerjaan ini.

Mereka percaya Tuhan itu baik. Dia adalah Allah yang perkasa dan akan mampu memberikan apa yang mereka butuhkan. Itulah sebabnya mereka berseru kepada Tuhan: Kami membutuhkan kasih sayang-Mu. Pertolongan Tuhan itu sangat penting. Ibarat seseorang yang sudah tak berdaya yang butuh pertolongan demikianlah umat Allah memohon pertolongan dan kasih sayang Tuhan. Tidak ada alasan Tuhan meninggalkan mereka, karena mereka adalah umat kesayangan, umat pilihanNya. Mereka adalah anak-anak Abraham. Mereka memohon agar Tuhan bersegeralah menjawab doa mereka.  Jangan menahan diri! Ibarat seorang yang sudah lelah dan hampir habis daya demikian mereka mengharapkan pertolongan Tuhan.

Doa ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah tujuan permohonan kita. Kita percaya bahwa Tuhan itu berkuasa dan penuh kasih sayang. Tuhan itu baik dan tidak pernah terlambat untuk memberikan pertolongannya. Inilah yang harus kita yakini dalam hidup ini. Tuhan akan mendengar doa dan segera menolong. Tuhan tak pernah menahan-nahan kasih sayangNya. Amin.

Pendidikan dan Pemberdayaan: Olah Raga Bersama dan Bersih-Bersih Gereja Sektor Halim, Sektor Condet, Sektor Parserahan dan Koor Ama

Pendidikan dan Pemberdayaan: Olah Raga Bersama dan Bersih-Bersih Gereja Sektor Halim, Sektor Condet, Sektor Parserahan dan Koor Ama




Jumat, 08 September 2017

Partangiangan Sektor Parserahan & Koor Ama maringanan di Lt 2 Gereja HKBP Sutoyo.

Partangiangan Sektor Parserahan & Koor Ama maringanan di Lt 2 Gereja HKBP Sutoyo.
Dilayani oleh Pdt. Lucius TB. Pasaribu, S.Th.




"MELIHAT ALLAH" (Matius 5:8) Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MELIHAT ALLAH (Matius 5:8)

"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah".

Dapatkah kita melihat Tuhan? Dalam tradisi Perjanjian Lama (PL) Allah itu kudus, agung dan mulia, tak ada yang sanggup berdiri di hadapan Allah wajah ke wajah. Contoh: Musa harus menanggalkan kasutnya ketika hendak menghadap Tuhan yang maha kudus. Musa menutup mukanya karena takut melihat Tuhan (Kel 3:5-6 ). Demikian dengan Yesaya ketika Tuhan menampakkan diri padanya, "Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." (Yes 6:5). Dua contoh ayat tersebut bahwa dalam konsep PL ada pemahaman bahwa manusia tak sanggup melihat Tuhan. Dalam beberapa narasi PL,  Allah menampakkan diri kepada manusia lewat penampakan, kehadiran malaikat atau mimpi.

Manusia tidak dapat melihat Allah karena Dia kudus, agung dan mulia. Bukan hanya itu, bagi seorang Yahudi menyebutkan tulisan Ibrani YHWH saja tidak bisa dan setiap menemukan kata YHWH mereka harus membacanya menjadi 'Adonai'. Inilah konsep kaum Yahudi tentang Allah yang maha kudus dan manusia tak sanggup melihat Allah. Namun agak berbeda dengan kehadiran Yesus, Allah itu kita pahami sebagai Allah yang Imanuel. Allah yang hadir dan beserta manusia (basa Mat 1:23), namun sejak kenaikan Yesus Kristus kita tidak pernah lagi melihatnya sampai kedatanganNya dalam kemuliaanNya. Namun kita harus percaya sekalipun tidak melihat. (Yoh 20:29). Maka menjadi pertanyaan, apakah yang dimaksudkan oleh Yesus dalam Mat 5:8 tentang melihat Tuhan?

Berbahagialah orang yang suci hati. Ada sukacita dan bahagia bagi orang yang suci hatinya.  Suci berarti bersih, "pure" atau murni. Disatu sisi kita tahu bahwa manusia telah jatuh ke dalam dosa. Dosa telah merusak hubungan manusia dengan Allah, sesama dan dirinya sendiri. Kita disucikan atau dikuduskan hanya melalui darah Yesus Kristus. Manusia tidak dapat memurnikan hatinya lewat puasa, bertapa atau lewat askese. Kemurnian hati juga tidak diperoleh melalui ketaatan atas peraturan-peraturan dan pantangan-pantangan tertentu hingga mencapai tahapan spiritualitas tertinggi. Kemurnian hati hanya diperoleh karena darah Yesus Kristus. Di dalam Yesus Kristus kita dimurnikan dan disucikan. Kemurnian hati orang percaya dipelihara oleh Roh Kudus. Bagi Paulus kemurnian hati adalah harta yang indah bagi orang percaya (2 Timotius 1:14).

"Melihat Allah" dalam konteks Mat 5:8 bukanlah dimaksudkan  dengan melihat dengan mata berhadapan mata dengan Allah. Melihat Allah lebih lebih bertujuan pada mengetahui dan mengenal kehendakNya. Orang yang suci hatinya, dalam keadaan apapun dapat menimbang dan melihat apa yang benar dan apa kehendak Allah. Hati nurani kita akan menggerakkan apa yang harus kita lakukan dalam hidup ini.  Masalahnya adalah, orang sering mengabaikannya, mengambil keputusan karena berbagai faktor dan kepentingan.

Inilah kelebihan orang percaya dalam dunia yang abu-abu dan samar-samar. Orang percaya tidak dapat diperdaya oleh apapun. Namun oleh iman yang murni, orang percaya mengetahui dan mengenal kehendak Allah di dunia ini. Dalam keadaan tak berdaya dan tak bertenaga sekalipun, nurani yang murni akan memberitahu apa yang berkenan bagi Tuhan.

Renungan di pagi hari ini mengingatkan kita untuk senantiasa memelihara kemurnian hati, obyektif berpikir dan meminta tuntunan Roh Kudus sehingga kita tahu apa kehendak Allah dan melakukan apa yang benar bagiNya. Tuhan memberkati! Amin.

Kamis, 07 September 2017

"ALLAH ITU BIJAK DAN KUAT" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

ALLAH ITU BIJAK DAN KUAT

Ayub 9:4, "Allah itu bijak dan kuat, siapakah dapat berkeras melawan Dia, dan tetap selamat?"

Tak berkesudahan inspirasi dari kitab Ayub dalam mengerti dan memahami serta menjalani penderitaan. Kitab Ayub memberikan pengajaran berharga bahwa tidak semua penderitaan atau petaka yang dialami seseorang akibat dari perbuatannya. Ada penderitaan yang terjadi di dalam diri seseorang karena kehendak Tuhan. Jadi jangan cepat-cepat menghakimi jika terjadi penderitaan pada seseorang itu adalah hukuman dari Tuhan atau buah dari perbuatan sendiri.

Pasal 9 ini adalah jawaban Ayub terhadap Bildad sahabatnya sebagaimana dijelaskan dalam pasal 8. Bildad sangat yakin Tuhan tidak keliru, masakan membuat penderitaan seperti yang dialami Ayub tanpa alasan? Bildad meyakinkan Ayub agar jujur dan mengakui kesalahannya di hadapan Allah. Tertawa masih ada bagi anak-anak Tuhan.

Apa yang disampaikan Bildad sungguh tak dapat diterima Ayub karena Ayub sendiri menderita bukan karena perbuatannya. Semua penderitaan yang dialaminya bukanlah hukuman Tuhan atas kesalahannya. Ayub sendiri tidak tahu apa kehendak Tuhan atas penderitaan yang dialaminya, namun yakin dan percaya bahwa Tuhan itu bijak dan kuat. Seandainya berperkara di hadapan Tuhan tidak akan ada yang dapat membantahNya. Apa yang terjadi pada ciptaanNya menurut kehendakNya dan menurut rancanganNya. Kebijakan Tuhan tak terselami. Tidak ada gunanya berbantah kepada Tuhan atas apa yang kita alami, Ayub sendiri yakin manusia tidak dapat benar dihadapan Tuhan (9:2). Maka satu-satunya jalan adalah menjalani apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup ini.

Allah itu bijak dan kuat. Suatu pengakuan dari Ayub dan sekaligus penyerahan diri: Tuhan itu bijak; Dia berkarya jauh di luar jangkauan pikiran manusia. Dia mendatangkan kebaikan kita bukan saja pada hal-hal manis. Allah juga dapat mendatangkan hal yang manis dari peristiwa pahit yang kita jalani.

Mari jalani hidup ini dalam suka dan duka, dalam pahit dan manis, dalam tertawa dan derai air mata di dalam keyakinan dan kepasrahan kepada Tuhan. Tuhan itu bijaksana mengetahui apa yang lebih tepat untuk kita. Amin.

Rabu, 06 September 2017

"HANYA OLEH KASIH KARUNIA YESUS KRISTUS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"HANYA OLEH KASIH KARUNIA YESUS KRISTUS"

Kisah Para Rasul 15:11, " Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga".

Kisah Rasul 15 adalah Konsili/Sinode Pertama; para rasul bersidang untuk memutuskan suatu perdebatan teologis yang sudah sangat mengganggu di kalangan sesama rasul. Perbedaan itu adalah di satu sisi dari kalangan Yahudi memberitakan Injil dan menekankan Taurat dan sunat. Hal ini dilatarbelakangi sasaran pemberitaan mereka adalah Yahudi di Yerusalem dan Yahudi diaspora. Berbeda dengan Paulus memberitakan Injil kepada non Yahudi yang tidak mengharuskan Taurat dan sunat, karena keselamatan itu hanya anugerah Allah di dalam diri Yesus Kristus. Bagi Paulus amat jelas, manusia tidak akan mampu memperoleh keselamatan karena melakukan Taurat. Justru akan kena kutuk, karena terkutuklah orang yang tidak setia melakukan hukum Taurat. Di sinilah Paulus menjelaskan konsep anugerah di dalam Yesus Kristus. Kristus telah mati untuk menebus kita dari dosa dan kutuk yang dikandung oleh Taurat. Bagi Paulus jelas tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: "Orang yang benar akan hidup oleh iman." (Gal 3:10-11)

Hasil penginjilan ini membuat perbedaan (differensiasi) di kalangan jemaat; ada orang Kristen bersunat dan wajib Taurat dan ada Kristen tidak bersunat. Atas perbedaan ini semakin menimbulkan perdebatan yang menghantarkan jemaat ke ambang perpecahan. Kelompok yang satu merasa lebih kudus, lebih dekat kepada Tuhan, lebih saleh karena kemampuan melakukan peraturan-peraturan agama. Kesalehan mereka bahkan membawa mereka kepada kesombongan rohani. Bahkan memaksakan mereka yang non Yahudi harus seperti mereka ikut Taurat dan sunat sebagai syarat dalam keselamatan (Kis 11:5).

Atas hal itulah rasul mengadakan rapat akbar yang dituliskan pada Kisah Rasul. Rasul Petrus tampil berbicara pada sidang tersebut menjelaskan bahwa keselamatan adalah kasih karunia Allah yang diterima hanya oleh karena iman. Hasil konsili pertama rasul ini menetapkan bahwa kita diselamatkan oleh anugerah, kemudian menetapkan Rasul Petrus dkk diutus untuk memberitakan Injil bagi Yahudi dan Paulus memberitakan Injil kepada non Yahudi tanpa Taurat dan sunat. Produk penginjilan keduanya sama-sama sah dan sama-sama benar. Semuanya adalah saudara, semua satu di dalam Yesus Kristus, tidak ada perbedaan Yahudi maupun Yunani, bersunat atau tak bersunat (Band Gal 3:28). Kita semua harus memahami bahwa kita memperoleh keselamatan bukan karena kemampuan melakukan Taurat tapi semata-mata kasih karunia Yesus Kristus. Jika Yahudi melakukan Taurat dan disunat bukanlah sebagai syarat keselamatan namun sebagai tradisi atau warisan (budaya) dari leluhur mereka yang tidak bisa ditanggalkan begitu saja, bukan sebagai syarat dalam iman. Namun hal yang sama kaum Yahudi harus menyadari bahwa tradisi Yahudi tidak boleh dipaksakan bagi non Yahudi.

Sidang para rasul di Yerusalem salah satu contoh yang baik dalam merakit perbedaan. Siapapun kita, kita sama di hadapan Yesus Kristus. Kita semua hidup hanya karena kasih karunia Yesus Kristus.  Dalam Yesus mari kita benamkan perbedaan, dalam Yesus kita satu, di dalam Yesus kita bersaudara yang saling mengasihi. Amin.

Selasa, 05 September 2017

"KEAGUNGAN TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KEAGUNGAN TUHAN

Mazmur 8:2, "Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan".

"Our Majesty" atau "Yang Mulia"! Suatu ungkapan tertinggi bagi manusia untuk menyebutkan raja atau orang yang dihormatinya. Apalagi dalam budaya masyarakat sistem kerajaan,  pengucapan penghormatan kepada raja benar-benar dipelihara. Sebutan 'our majesty' atau yang mulia tentu bukan datang dengan sendirinya tetapi konstruksi masyarakat orang yang dihormati atau yang dikagumi. Bisa saja karena jabatan yang diemban, kesaktiannya, kehebatan atau karena budi baiknya yang dianggap agung. Namun keagungan raja hanyalah sebatas wilayah kerajaannya, dia belum tentu dikenal atau dikenang di luar wilayahnya.

Mazmur 8 ini juga mengangkat hal kekaguman  terhadap Allah. Kekaguman pemazmur tehadap Allah melebihi dari apa yang dapat dilihat oleh mata. Kemuliaan Allah mengatasi seluruh bumi, Keagungan Allah mengatasi langit. Gambaran ini menunjukkan bahwa Allah itu mulia dan agung tanpa batas wilayah, waktu dan ruang, karena Tuhan sendirilah yang menciptakan waktu dan ruang.  Inilah yang kita kenal dengan teologi natural, melalui ciptaanNya keagungan Tuhan terpancar. Teologi natural menekankan bahwa alam juga menceritakan tentang Allah, lewat alam manusia takjub. Cobalah ingat apa kesan Anda ketika mengunjungi tempat wisata alam yang indah seperti danau Toba, gunung Bromo atau tempat wisata alam lainnya yang pernah Anda kunjungi atau 'view picture' alam yang pernah dipublikasikan.  Sunghuh menakjubkan bukan? Melalui pemandangan yang indah kita takjub dan bersyukur atas ciptaan Tuhan yang begitu indah. Itulah yang dilukiskan dalam nyanyian KJ No 64, "Bila kulihat bintang gemerlapan dan bunyi guruh riuh kudengar, ya Tuhanku, tak putus aku heran melihat ciptaanMu yang besar. Maka jiwaku pun memujiMu: "Sungguh besar Kau, Allahku!"
Maka jiwaku pun memujiMu: "Sungguh besar Kau, Allahku!"
Lagu di atas dikutip dari Mzm 8:4

Keagungan  Allah dapat juga kita rasakan atas karyaNya dalam hidup kita. Dari hal yang sederhana hingga hal-hal besar. Cobà Anda bayangkan cara kerja jantung manusia. Jantung itu ibarat mesin yang hidup. Apakah ada mesin yang bekerja 24 jam terus menerus secara otomatis tanpa bahan bakar dan aktif selama 70 tahun hingga 100 tahun lebih atau seturut umur manusia? Itulah karya Tuhan yang dapat menciptakan mesin seperti itu dalam makhluk hidup. Dia menciptakan jantung yang sempurna sehingga kita bisa melakukan aktifitas kita. Coba kita renungkan pula: setiap kali bangun kita dapat menarik nafas. Sesungguhnya kita harus bersyukur atas karya Tuhan yang memberikan kehidupan bagi kita. Dapat kita bayangkan bagaimana repotnya manusia jika harus membeli persediaan oksigen yang akan dihirup sepanjang hidupnya. Namun Tuhan itu baik dan menyediakannya bagi kita secara gratis. Demikian berbagai hal lainnya, Tuhan ciptakan dan sediakan bagi kita.

Renungan pagi ini menyapa kita untuk mengagungkan Tuhan dalam hidup kita masing-masing. Apa yang kita banggakan dalam hidup ini semua adalah karyaNya. Apa yang paling dibanggakan manusia atas karya manusia yang menakjubkan lewat sains dan IT, sungguh tak ada banding dengan karya Allah yang begitu agung baik yang dapat dijangkau maupun tak tak terjangkau manusia. Dan atas keagungan Tuhan, kiranya kita semakin merendahkan diri di hadapanNya dan mengagungkan namaNya. Amin