running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Rabu, 31 Mei 2017

"SABAR DAN TEGUHKANLAH HATIMU" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SABAR DAN TEGUHKANLAH HATIMU

Yakobus 5:8, "Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!"

Kesabaran adalah buah iman. Rasul Yakobus berulang kali menasihatkan jemaat mula-mula untuk sabar dalam penderitaan. Kesabaran sangat dibutuhkan dalam situasi yang menghimpit mereka. Kesabaran ini penting, karena kita tau bahwa  semakin mengeluh tentu beban berat semakin menekan, semakin bersungut-sungut semakin menyerang daya tahan tubuh dan semakin menyalahkan orang lain atas situasi sulit yang kita hadapi. Ini akan semakin melemahkan diri sendiri dan akhirnya tak kuat memikul beban hidup. Cara terbaik adalah bersabar dan meneguhkan hati dalam menjalani semua kesesakan dan masalah yang menghimpit. Adalah benar,  semakin tinggi tingkat kecemasan semakin rendah daya tahan tubuh. Namun sebaliknya semakin tinggi tingkat kepasrahan dan bersabar maka tingkat daya tahan seseorang mengahadapi keadaan sulit akan semakin tinggi pula. Sabar adalah suatu potensi diri manusia yang harus dikembangkan dalam menghadapi masalah.

Inilah nasihat rasul Yakobus bagi jemaat mula-mula yang banyak mengalami pergumulan. Dalam pasal 5 ini saja ada sebanyak 5 kali kata sabar disebutkan, lain lagi dengan kata yang memiliki makna yang serupa. Ini dapat dimaklumi karena jemaat mula-mula menghadapi penderitaan karena iman. Mereka dikejar, dianiaya dan harus menyelamatkan diri dari berbagai pengejaran. Mereka harus menahan diri atas segala hasutan dan fitnahan karena dianggap sebagai  pemberontak kepada kekaisaran Romawi, dibenci kaum Yahudi dan ditindas para tuan-tuan kaya. Bagi Yakobus semua ini akan berlalu dan hanya tinggal sesaat lagi. Bertahanlah, bersabar dan teguhkan hati menghadapi semua kesesakan ini. Tuhan melihat, Tuhan menyertai dan segera menolong dan menghantarkan kita hingga garis finis. Ibarat dalam berlari, berlarilah terus karena garis finis sudah di depan mata. Ibarat perahu yang berlayar maka harus menahan ombak dan badai karena pelabuhan sudah dekat dan bertahanlah. Demikian orang percaya harus terus berlayar hingga sampai ke tujuan yaitu pelabuhan iman; kedatangan Kristus sudah dekat dan hampir tiba. Bersabar dan berteguh hati dalam iman karena mahkota kehidupan kekal akan segera dianugerahkan bagi orang yang setia sampai mati pada kedatangan Kristus.

Sabar dan berteguh hati adalah buah dari iman dan pengharapan. Bersabar bukan karena kemampuan diri menghadapi semua itu, namun kesabaran itu muncul karena kepasrahan dan pengharapan kepada Tuhan yang akan datang menolong. Prinsip demikian sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hati apalagi dalam menghadapi berbagai pergumulan. Renungan ini menjadi kekuatan dan inspirasi bagi kita; apapun masalah yang kita hadapi dalam keluarga, masalah ekonomi, masalah pribadi hingga masalah yang timbul di tengah-tengah masyarakat kita yang kacau balau. Percayalah kepada Tuhan, bersabar dan berteguh hati dalam prinsip iman. Semuanya akan berlalu seperti pengharapan Marthin Luther King menghadapi penghinaan dan diskriminasi: "we shall overcome, we shall overcome. Some day!". Rasisme berlalu, diskriminasi berakhir, mereka bisa duduk bersma dengan saudara mereka kulit putih, duduk bersama dan menikmati kebebasan: mereka bebas memasuki kampus terbaik, duduk di bus umum dan restoran terbaik manapun tanpa ada lebel "nigger" atau sebutan bagi kulit hutam.

Bersabarlah dalam segala pergumulan, "we shall overcome some day". Waktunya Tuhan akan menjawab dan sesak didada akan lega, wajah murung dan masam akan berubah menjadi senyum manis dan bersahaja.

Selasa, 30 Mei 2017

"MISSI PEMBEBASAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MISSI PEMBEBASAN

Yesaya 42:7, "Untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara".

HKBP salah satu gereja di Sumatera Utara memiliki satu lembaga sosial (panti karya) yang disebut dengan HEPATA. Tempat ini para penyandang disabilitas (buta dan lumpuh) dilatih untuk memiliki berbagai keterampilan; kerajinan tangan, bertani dan juga seni, sehingga mereka dapat mandiri dan hidupnya produtktif. Hingga saat ini lembaga ini terus melakukan pelayanan sebagai praksis pembebasan bagi penyandang disabilitas. Nama HEPATA diangkat dari perkataan Tuhan Yesus ketika menyembuhkan seorang yang tuli dan bisu dalam narasi Markus 7:34. Ini salah satu contoh gereja yang melaksanakan tugas mulia dalam pelayanan untuk membebaskan saudara kita yang dari beban hidup yang dialami. Gereja (baca: orang percaya) dipanggil untuk ikut berperan membebaskan sesama dari berbagai bentuk yang menghambat dan membebani hidupnya.

Dapat kita bayangkan bagaimana rindunya seorang buta. Dunia ini gelap dan oleh kebutaannya dia terbatas ruang geraknya. Demikian dengan seorang tahanan yang rindu  mendapat gratia pembebasan. Dikungkung dan dibatasi oleh terali dan tembok-tembok. Dalam Perjanjian Lama, penjara bagi tahanan berat dibuat di ruang bawah tanah agar semakin sulit dibebaskan. Ruangan yang sangat gelap hanya satu titik cahaya yang didesain sedemikian rupa. Dalam kondisi buta dan tawanan satu-satunya kerinduan dan harapannya adalah pembebasan; bebas dari kebutaan dan bebas dari tahanan. Demikianlah kehadiran Allah untuk menyelamatkan manusia. Apa yang membatasi, membebani dan memenjarakan diri seseorang dibebaskan oleh Tuhan.

Orang percaya yang telah menerima keselamatan dipanggil untuk missi pembebasan. Hal itu dilakukan sebagai ungkapan syukur atas keselamatan yang Tuhan berikan. Amanat ini disampaikan oleh nabi Yesaya bahwa umat Allah dipanggil dan diselamatkan untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa, membuka mata orang buta, melepaskan mereka yang tertawan dan membawa mereka yang duduk di dalam kegelapan (Yes 42:6-7). Bagaimana mereka bisa melakukan ini sementara mereka berada dalam pembuangan Babel? Inilah mental pembuangan. Seolah membebaskan diri dulu baru melakukan bagi orang lain. Mentalitas pembebasan adalah dalam segala keterbatasan diri kita dapat melakukan sesuatu bagi orang lain. Memang benar jauh lebih sulit membebaskan diri sendiri. Sekalipun demikian nabi Yesaya dalam renungan ini mengatakan bahwa
Tuhan telah menyelamatkan kita dan memanggil kita untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa.

Tentu masih bayak disekitar kita yang "buta" dan "terpenjara". Buta karena gelap mata tak melakukan kebaikan. Matanya terbuka namun tak tergerak melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Buta yang demikian jauh lebih parah dari buta fisik. Demikian dengan manusia yang terdera oleh berbagai kepentingan, hutang, ambisi dan obsesi diri. Jangan biarkan hidupmu diikat dan didera oleh berbagai perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Sesungguhnya kita telah dibebaskan dan dimerdekakan Kristus, karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi diperhamba oleh dosa (band. Gal 5:1). Kita dapat beranjak dari berbagai hak yang membatasi dan memenjarakan kita dalam hidup ini.

Renungan  harian in mengingatkan kita akan tugas orang percaya. Kita dipanggil untuk meretas segala belenggu dosa, belenggu penindasan dan belenggu yang menghambat dan membatasi manusia untuk hidup dalam kasih karunia Tuhan. Jika lembaga/panti karya Hepata membebaskan orang buta dan lumpuh hingga produktif dalam hidupnya, tentu masih banyak yang dapat kita lakukan terhadap sesama agar terbebas dari belenggu hidupnya. Amin.

Senin, 29 Mei 2017

"KEBERANIAN MENGHAMPIRI TAKHTA KASIH KARUNIA" Renungan Harian Pdt.T.B.Pasaribu, S.Th

"KEBERANIAN MENGHAMPIRI TAKHTA KASIH KARUNIA"

Ibrani 4:16, "Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya".

Beriman butuh keberanian, itu suatu kesimpulan yang kita temukan dalam renungan hari ini. Keberanian untuk menghampiri takhta kasih karunia yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia di dalam diri Yesus Kristus. Yesus Kristus telah mendamaikan kita dengan Allah. Dia adalah Imam Besar yang mendamaikan manusia dengan Allah. Pada pihak Allah, Allah telah mau berdamai dengan manusia, melupakan dosa dan pelanggaran kita. Allah menggantikan tuntutan dengan anugerah. Pada pihak manusia, memasuki realitas baru yaitu hidup baru di dalam kasih karunia. Bukan lagi Adam yang diasingkan dari Eden, namun yang telah dirangkul oleh kasih karunia di dalam diri Yesus Kristus.

Mengapa manusia butuh keberanian menghampiri Allah? Hal ini sangat menarik untuk dipahami bahwa dosa membuat manusia takut kepada Tuhan. Lihatlah ketika Adam jatuh ke dalam dosa. Adam bersembunyi dihadapan Allah. Demikian dengan Kain yang membunuh adiknya Habil memiliki ketakutan. Sekalipun dia mencoba membohongi Allah, pada akhirnya mengakui di hadapanNya. Kemudian Allah memberi tanda bagi Kain dan jaminan tak akan ada yang membunuhnya. Dosa telah membuat kita takut berhadapan muka dengan Allah. Namun oleh Yesus Kristus Kristus kita telah menerima pengampunan dan pendamaian. Kita dipanggil bukan untuk dihukum melainkan untuk diselamatkan dan memperoleh anugerah.

Demikianlah penulis kitab Ibrani ini mengajarkan agar kita memiliki keberanian untuk menghampiri takhta anugerah. Kita harus percaya bahwa kita telah dibenarkan di dalam diri Yesus Kristus. Dosa kita telah dihapusNya dan kita harus berani menghampiri takhta kasih karunia.

Mungkin pernah Anda mendengar kisah telor rajawali dierami oleh induk ayam. Setelah menetas rajawali tak terbang namun seperti anak ayam lainnya, mengais dan ikut induknya. Setelah ada rajawali terbang di atas dia, lama kelamaan ia sadar bahwa dia juga burung raja wali yang bisa terbang dan setelah dicobanya ia pun bisa terbang.  Benar atau tidak kisah itu boleh juga dicoba. Namun menurut saya itu hanya contoh  mengingatkan bahwa kita adalah anak-anak terang, anak-anak yang diberi kasih karunia, maka harus berani meninggalkan hidup lama dan memasuki kehidupan baru di dalam kasih karunia Kristus. Selagi kita hidup tidak berubah dan memasuki kehidupan baru tentu kita tidak merasakan manfaat dan pertolongan Tuhan dalam hidup kita yang mendapat kasih karunia. Amin.

Sabtu, 27 Mei 2017

"PERSEMBAHAN YANG MENGUBAH KEPUTUSAN TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"PERSEMBAHAN YANG MENGUBAH KEPUTUSAN TUHAN"

Kejadian 8:21, "Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: "Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan".

Dosa telah membuat Tuhan menyesal menciptakan manusia. "Allah menyesal" suatu kalimat yang sangat jarang ditemukan dalam Alkitab. Hanya satu kali dalam kitab Kejadian (6:6) dan 3 kali dalam kitab nabi-nabi (Yeremia 18:10; Amos 7:3,6). Konteksnya adalah Allah menyesal karena telah merencanakan hukuman bagi manusia. Hukuman itu karena dosa yang sudah keterlaluan. Dalam Kejadian 6 bahwa dosa telah merajalela, manusia memproduksikan dosa dan di dalam hatinya hanya kejahatan. Maka Tuhan menghukum manusia dan penghuni bumi. Hanya Nuh  dan keluarganya yang mendapat kasih karunia. Itu pun sudah mendapat tantangan dari masyarakat karena Nuh membuat perahu. Bagi yang binasa pekerjaan Nuh adalah sesuatu yang tak lazim, namun Nuh sebagai orang saleh dan berpegang pada perintah Tuhan tetap membuat bahtera sesuai perintahNya. Oleh perahu Nuh dan keluarganya selamat.

Jika oleh dosa, Allah telah mendatangkan murka, maka oleh persembahan yang harum dari Nuh Allah berjanji tidak mendatangkan hukuman kepada manusia lewat air bah. Persembahan Nuh disukai Tuhan. Hal ini mengingatkan kita bahwa hal yang dikehendaki Tuhan dari manusia adalah persembahan. Persembahan bukan hanya kurban ternak atau kurban bakaran di hadapan Allah namun persembahan dengan arti luas mempersembahan hidup ini untuk pelayanan dan kemuliaan Tuhan (Baca Rom 12:1)

Persembahan Nuh telah membuat keputusan penting Tuhan tentang jaminana keselamatan manusia dan penghuni bumi.  Setelah Nuh keluar dari bahtera hal pertama dilakukan oleh Nuh membangun altar persembahan, beribadah dan membakar korban persembahan bagi Tuhan. Atas korban yang harum itu Allah membuat suatu keputusan penting ditandai dengan bujur Tuhan bahwa tak akan mendatangkan air bah untuk menghukum manusia dan penghuni bumi ini. Bahkan ada kalimat penting, sekalipun hatinya jahat sejak kecil namun Tuhan tidak membinasakan mereka.

Namun tidaklah boleh disalah artikan bahwa Allah membiarkan manusia berhati jahat. Sama sekali tidak.  Penghukuman seperti masa air bah tidak akan pernah lagi. Tuhan panjang sabar dan penuh kasih karunia, tidak dibalaskanNya setimpal dengan apa yang kita perbuat. Sekalipun kasihNya tidak terukur namun tetap menghukum kejahatan dan puncak hukuman  itu adalah pada penghakiman kelak. Manusia berdiri dihadapan Allah mempertanggungjawabkan hidupnya.  Tuhan tidak menghendaki dosa. Upah dosa adalah maut. Namun Allah sendiri telah menggantikan  hukuman itu dengan kasih karunia. Yesus telah mati di kayu salib untuk.menggantikan kita manusia berdosa. Sesungguhnya dosa kitalah yang ditanggungNya sehingga kita dibenarkan dan beroleh kasih karunia di hadapan Allah.

Apa yang menarik dari renungan ini? Sungguh besar peran orang yang mendapat kasih karunia. Tuhan berkenan atas kurban Nuh. Tuhan menetapkan  tak akan mengutuk bumi dan membinasakan manusia seperti hukuman air bah. Demikian halnya dengan Abraham, ketika Tuhan hendak menjatuhkan hukuman terhadap Sodom dan Gomora, seolah ada tawar menawar Abraham dengan Tuhan sebelum menjatuhkan hukuman. Namun hal Sodom dan Gomora tak terelakkan lagi. Orang benar dan yang mendapat kasih karunia dari Tuhan sangat berperan menjadi berkat bagi sesama dan bagi dunia ini. Marilah menyampaikan doa syafaat untuk kebaikan bangsa dan negara kita. Mari kita menyampaikan permohonan untuk kesatuan dan persatuan bangsa kita, agar Tuhan tidak mendatangkan murkaNya atas perilaku dan perbuatan segelintir orang yang merusak kedamaian dan ketenteraman kita. Amin.

Jumat, 26 Mei 2017

Partangiangan Sektor SMA/SMEA di rumah Kel. Edward Rajagukguk / Bertha br. Manullang

Partangiangan Sektor SMA/SMEA di rumah Kel. Edward Rajagukguk / Bertha br. Manullang.
Dilayani oleh Pdt. Sonny L. br. Sinaga, S.Th., MM.



“SEMBAHLAH DIA, SATU-SATUNYA ALLAH YANG MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI” Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

“SEMBAHLAH DIA, SATU-SATUNYA ALLAH YANG MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI”

Wahyu 14:7, "Dan ia berseru dengan suara nyaring: Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air."

Salah satu tujuan penulisan kitab Wahyu adalah meneguhkan jemaat mula-mula menghadapi penderitaan dan penganiayaan terhadap kekristenan. Kaisar Romawi semakin menunjukkan permusuhan besar terhadap kekristenan dan juga termasuk ekstrimis Yahudi seperti gerakan-gerakan Zelotis. Puncak kemarahan Kaisar Romawi adalah ketika Kaisar Nero yang memerintahkan pengepungan dan penghancuran Bait Suci Yerusalem tahun 70. Hal itu dilakukan untuk menghentikan perlawanan dari kelompok-kelompok yang dicurigai kepada pihak kelaisaran. Bait Suci akhirnya hancur dan semua orang Yahudi dan umat Kristen menjadi sasaran kebencian Kaisar. Bukan hanya itu tahun 80-90 muncul Kaisar Domitianus yang mengeluarkan perintah agar seluruh penduduk Romawi menyembah dia sebagai dewa orang Romawi. Perintah ini membuat penderitaan semakin lengkap karena Yahudi dan kekristenan tidak menyembah dewa. Konsekwensi penolakan penyembahan kaisar akan berat yaitu hukuman mati bahkan ada yang dimasukkan ke gua singa sebegai tontonan dan sebahagian dibakar hidup-hidup sebagai obor di jalan. Cara itu dilakukan sebagai peringatan bagi setiap usaha melawan perintah kaisar.

Pergumulan itulah yang dialami jemaat mula-mula dalam konteks renungan ini. Kitab Wahyu mengingatkan agar tidak mau tunduk pada kaisar dan menyembahnya. Orang percaya harus lebih takut kepada kepada Tuhan dari pada manusia. Hanya Tuhan satu-satunya yang harus disembah dan dipuja, yaitu Tuhan Allah yang menciptakan langit dan bumi, yang kita kenal di dalam nama Yesus Kristus. Dialah Tuhan dan Raja yang memberikan kehidupan. Dialah air hidup yang memberikan kehidupan yang kekal bagi setiap orang yang percaya kepadaNya.

Jangan takut, bertahanlah dan tetaplah setia dalam prinsip iman yang kuat itu karena malaikat memberitahukan bahwa tidak lama lagi penghakiman itu akan datang. Setiap orang akan dilucuti dan memberikan pertanggungjawaban hidupnya di hadapan Allah.  Lebih baik setia dan menahan dalam penderitaan karena upah orang setia akan memperoleh kehidupan kekal, dari pada menyangkal iman kehilangan pengharapan dan mendapat penghukuman kekal. Dalam ayat berikutnya malaikat memberitahukan bahwa tinggal sesaat lagi Babilonia itu akan runtuh. Istilah Babilonia itu ditujukan kepada Kaisar yang menganiaya kekristenan.

Ujian terhadap iman dan setia kepada Allah menjadi kunci pokok dalam renungan ini. Memang konsekwensinya sangat berat apalagi diperhadapkan dengan hukuman yang berat. Beriman, konsekwensinya taruhan nyawa, sama seperti pengalaman Daniel dkk di Babilonia yang dipaksa menyembah Nebukadnezar. Namun Tuhan melindungi dan menjaga Daniel dkk.

Kesetiaan kepada Allah Pencipta  dan kepada Yesus Kristus merupakan harga mati. Apalah artinya segala sesuatu dapat dimiliki di dunia ini namun kehilangan nyawanya? Firman ini menguatkan jemaat mula-mula agar tetap setia di dalam iman dan menyembah Allah saja, satu-satunya Allah yang harus dipuji dan disembah.

Tantangan iman kita tentu sangat berbeda dengan jaman kitab ini. Kita saat ini diuji bukan karena tekanan, namun lebih banyak karena godaan dan cobaan. Dalam setiap cobaan dan pergumulan yang kita hadapi setialah di dalam iman. Hanya Tuhan Pencipta langit dan bumi satu-satunya Allah yang kita sembah yang memberikan kehidupan bagi kita. Jangan sampai kehilangan pengharapan dan upah yang sudah dipersiapkan bagi orang yang percaya. Yaitu kehidupan yang kekal. Amin.




Rabu, 24 Mei 2017

"KASIHNYA TETAP HINGGA BERIBU-RIBU KETURUNAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"KASIHNYA TETAP HINGGA BERIBU-RIBU KETURUNAN"

Ulangan 7:9, "Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan".

Janji membutuhkan kepastian! Kepastian itu penting karena sifat manusia yang berubah-ubah. Pasti setiap orang akan hormat melihat kualitas pribadi seseorang yang kommit dan tepat janji. Sebaliknya kita akan ragu kepada seseorang yang sering berjanji namun tak pernah menepatinya. Persoalan kemanusiaan kita sering terjadi di seputar memenuhi janji. Misalnya hubungan kasih, seorang kecewa berat bahkan bisa menjadi bunuh diri karena kekasihnya tidak memenuhi janji. Makanya ungkapan lama sering diingatkan: janji adalah hutang yang harus dibayar. Sebab itu jangan berjanji jika tidak mampu merealisasikannya.

Janji dalam pemahaman Alkitab sangat menarik. Istilah yang dipakai adalah "mengikat perjanjian" atau "memotong perjanjian". Bahasa Ibrani disebut "karat beryth". Dalam mengikat perjanjian atau memotong perjanjian biasanya ada kurban ternak yang dipotong. Jika ada pihak yang membatalkan janji maka darahnya akan menjadi kurban seperti darah kurban yang dipotong. Allah memilih Abraham dan mengadakan perjanjian dengannya memakai istilah "karath beryth". Suatu kepastian bahwa Tuhan akan memenuhi janjiNya kepada Abraham dan pada pihak Abraham akan setia menuruti perintah Allah.

Kepastian janji Allah diulangi oleh Musa kepada umat Allah yang hendak memasuki tanah Kanaan. Janji Allah itu pasti, bukan hanya sekarang tetapi beribu-ribu keturunan. Allah akan setia mengasihi umatNya dan memberkati mereka di Tanah Kanaan hingga beribu-ribu keturunan. Namun sebagaimana syarat janji, kedua pihak harus memelihara janji itu. Jika Allah setia pada janjiNya yang mengasihi dan memberkati umatNya, maka umat Israel harus setia memelihara dan melakukan perintah Allah. Umat yang setia akan menikmati kasih Allah, bukan hanya mereka tapi leturunan mereka. Bukan hanya satu generasi, tetapi beribu-ribu generasi. Itulah keabadian janji Allah.

Peringatan kesetiaan ini penting diingatkan Musa; karena mereka akan memasuki suasana baru di Kanaan. Kanaan tanah yang subur, penuh kemakmuran dan kelimpahan. Namun ada pula tantangan baru yaitu godaan pada ilah orang Kanani yang menyembah dewa-dewi kesuburan. Mereka akan berhadapan dengan masyarakat di sekitar, melihat praktek hidup mereka yang bisa menggoda untuk melupakan Tuhan. Apa yang disampaikan Musa benar, ketika Yosua memimpin mereka memasuki Kanaan; praktek hidup mereka berbeda bahkan sudah hampir meninggalkan Tuhan. Dengan keras Josus berseru: Aku dan seisi rumahku hanya beribadah kepada Allah (Yosua 24:15)

Kita adalah bahagian yang menerima janji Allah. Kasih setiaNya bukan hanya beribu-ribu keturunan saja, namun kekal dan abadi. Kasih setia Allah bukan hanya di dunia ini, tapi kita pewaris janji memasuki kehidupan yang kekal. Jika Allah telah setia pada janjiNya yang memelihara dan memberkati kita, maka kita dituntut untuk setia kepada Tuhan. Dalam keadaan apapun, ketika berkelimpahan berkat jangan lupakan Tuhan. Ada anekdot yang sering terjadi dalam kehidupan orang percaya: ketika menerima berkat kita berseru: "halleluya!" Namun ketika menjalani masalah: "hallelupa!" Atau sebaliknya ketika kita memperoleh berkat memuji diri dan lupa bahwa itu semua adalah karya Tuhan. Baru setelah jatuh ingat Tuhan.
Dalam segala keadaan tetaplah percaya dan setia pada Tuhan.

Selasa, 23 Mei 2017

PRODUKTIF KEPADA KEBAIKAN
(Jangan balaskan kejahatan dengan kejahatan)

 1 Tesalonika 5:15, "Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang".

Inti ajaran kekristenan adalah produktif terhadap kebaikan hidup. Injil menegaskan: Sekalipun dibenci, namun harus penuh kasih, mendoakan dan memberkati mereka yang berbuat jahat. Yesus tidak pernah mengajarkan kekerasan sekalipun untuk untuk menghentikan kejahatan karena penghakiman adalah milik Allah. Tugas manusia adalah mengusahakan dan menghasilkan buah-buah kebaikan.

Dengan menjalankan ajaran demikian mungkin saja kita berpikir bahwa orang Kristen menjadi alien (orang asing) di dunia ini. Sama sekali tidak, justru dengan tidak membalaskan kejahatan dengan kejahatan dunia akan lebih damai, tenang dan lebih banyak waktu untuk memghasilkan kebaikan. Dapat kita bayangkan bagaimana anggaran negara-negara maju, berkembang dan negara-negara miskin mempersiapkan senjata untuk mengantisipasi dan membalaskan kejahatan. Anggaran pertahanan lebih besar dibandingkan dengan anggaran kesehatan dan kesejahteraraan. Itulah mahalnya hidup mengantisipasi kejahatan. Dari senjata sederhana hingga senjata nuklir serta pasukan militer yang seluruhnya dipersiapkan untuk membalaskan kejahatan. Seandainya itu semua dianggarkan untuk perbuatan baik mungkin manusia akan lebih produktif terhadap kebaikan.

Ada lagi satu contoh yang sangat menarik di salah satu suku di Indonesia yaitu "budaya carok". Saya tidak usah menyebutkan suku mana, namun itu bisa Anda temukan sendiri melalui googling. Dalam budaya carok ini, seorang ibu akan menyimpan dendam atas kematian suaminya dengan menyimpan pakaian suaminya yang berlumuran darah dan senjata yang dipaikainya ketika berkelahi dengan musuhnya. Ketika anaknya sudah dewasa dan dianggap sudah matang untuk membalaskan dendam, sang ibu akan menunjukkan pakaian yang berlumuran darah tersebut kepada anaknya. Maka tugas anak ini adalah untuk membalaskan dendam dan keadilan bagi ayahnya yang telah meninggal. Demikianlah carok terus mewarisi kekerasan dan membalas dendam, maka akan terus ada pertumpahan darah dan mati dicarok.

Ini salah satu contoh saja, tentu jika kita periksa dalam setiap kelompok masyarakat hal yang menyimpan dendam dan mengajarkan hukum membalas sangat kental di tengah masyarakat. Apa yang mau saya sampaikan adalah: ini salah satu contoh warisan budaya manusia yang melestarikan dan memelihara kejahatan dan kekerasan bahkan dianggap sebagai bentuk keadilan. Sehingga kejahatan dan kekerasan terus menjadi bahagian dari kehidupan. Inilah kelebihan ajaran kekristenan memutuskan mata rantai kejahatan dan kekerasan.

Jangan membalaskan kejahatan dengan kejahatan. Penghakiman adalah milik Tuhan. Benar, melalui Alkitab kita memahami Tuhan murka terhadap kejahatan, namun tak satu pun manusia menerima mandat untuk membalaskan kemarahan Tuhan terhadap sesamanya. Tugas manusia menurut orang percaya adalah menghasilkan kebaikan.  Kebaikan yang pro kepada kehidupan.

Jangan membalaskan kejahatan dengan kejahatan  tetapi produktiflah menghasilkan kebaikan, menjadi amanat untuk menghentikan segala akar pahit di dalam diri manusia. Hentikan dendam mendendam, kebencian dan kekerasan dengan menghasilkan kebaikan, damai sejahtera dan segala buah baik yang pro kehidupan. Rasul Paulus mengatakan, "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" (Roma 12:21).

Mari jadikan firman sebagai sumber kekuatan, inspirasi dan motivasi bagi kita untuk menghasilkan kehidupan yang lebih baik dan lebih damai dengan tidak membalaskan kejahatan dengan kejahatan. Amin.

Senin, 22 Mei 2017

"JANGAN MENABUR BENIH DI LAHAN BERDURI" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"JANGAN MENABUR BENIH DI LAHAN BERDURI"

Yeremia 4:3, "Sebab beginilah firman TUHAN kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: "Bukalah bagimu tanah baru, dan janganlah menabur di tempat duri tumbuh".

Bagi seorang petani tentu nas ini sungguh menarik karena pengalamannya berkenaan langsung dengan apa yang diperintahkan Tuhan kepada umatNya Yehuda. Seorang petani tentu akan sia-sia menaburkan benih di ladang yang penuh duri dan lalang. Benih itu tak akan tumbuh, kalau pun tumbuh akarnya akan terjepit dan terhimpit, kurus dan akhirnya akan mati. Lebih baik baginya membuka lahan baru yang hendak diolah sehingga akan ada harapan bahwa benih dapat bertumbuh dengan baik dan kelak bisa panen. Hal ini dapat kita bandingkan perumpamaan Tuhan Yesus hal penabur. Benih yang tumbuh di jalan diinjak dan mati; benih yang tumbuh ditempat berbatu, tumbuh sesaat namun segera mati; benih yg jatuh di semak, akan tumbuh namun terhimpit dan mati. Harus di ladang subur maka benih akan tumbuh dengan baik.

Apa hubungannya membuka ladang baru dan menanam benih dengan umat Allah? Umat Allah Yehuda sudah meninggalkan Tuhan. Mereka mencari ilah yang mereka anggap dapat menyelamatkan mereka dan yang dapat memberikan kesejahteraan bagi mereka. Apa hasilnya sungguh keadaan mereka semakin terpuruk. Hidup mereka bukan lebih baik, namun semakin terpuruk dan semakin buruk. Nasib mereka akan sama seperti Israel Utara yang telah jatuh ke tangan orang asing dan terbuang ke Assyur.

Bagi nabi Yeremia satu-satunya jalan harus melepaskan diri dari hukuman Tuhan yang akan segera datang. Seperti singa yang telah keluar dari semak hendak menerkam dan memangsa, demikian hukum Tuhan segera tiba dan mereka akan naas. Adakah keselamatan?

Yeremia menyerukan: bukalah ladang baru dan jangan menabur benih di lahan berduri.  Perubahan sikap dan pembaharuan budi, bertobat dari perilaku yang lama menjadi sikap baru. Tidak mungkin firman akan bertumbuh dengan baik di hati yang penuh duri dan semak. Benih itu akan sia-sia karena duri dan semak, hal itu akan menghimpit benih yang ditabur.

Ungkapan ini disampakan agar Yehuda benar-benar bertobat dan berubah sikap. Meninggalkan hidup lama mereka, mereka harus meninggalkan ilah mereka dan berbalik kepada Allah dengan hati yang baru. Hanya jalan demikian Yehuda memperoleh harapan. Hati yang baru yang siap menerima firman dan firman akan bertumbuh dengan baik.

Renungan pagi ini menyapa kita: Apa gunanya melanjutkan kebiasaan buruk?  Misalnya seorang ayah memiliki kebiasaan buruk: miras, marah-marah pada anak dan isterinya, kebahagiaan hilang dari rumah. Setiap sang ayah pulang ke rumah anak-anak takut dan suasana rumah mencekam dan tak bahagia. Apa hasilnya situasi seperti ini dilanjutkan? Kebahagiaan akan tiba jika ada perubahan sikap ayah, bertobat dari kebiasaan buruk dan sikap baru. Meninggalkan kebiasaan buruk, merangkul anak-anak dan bahagia bermain dengan mereka. Contoh lain misalnya, jika Anda mengalami usaha yang terus memburuk, cash flow menunjukkan angka defisit terus menerus setiap bulannya apa gunanya melanjutkannya. Tentu Anda akan mengambil langkah-langkah baru, mengelola pengeluaran untuk mengatasinya bahkan harus memulai usaha baru yang menjanjikan.

Demikian juga dengan mengelola hidup jika hidup yang kita jalani tak bahagia, gersang dan kering. Hidup Anda gersang, jauh dari kebahagiaan dan hampa rasanya melewati hari-hari yang kita lalui? Periksalah kebiasan buruk Anda, periksa kebiasaan Anda terhadap sesama dan periksa hubungan personal Anda dengan Tuhan. Siapa tahu hati kita penuh dengan kebencian, iri dan dengki dan berbagai "semak dan duri" berumbuh disana. Bukalah hati yang baru, buat sikap baru agar benih yang baru yaitu firman Tuhan dapat bertumbuh dan berbuah kebaikan.

Sabtu, 20 Mei 2017

Pendidikan dan Pemberdayaan: Olah Raga Bersama Sektor Jatibening/Bekasi dan Sektor Gang 45, dengan Panitia Pendidikan dan Pemberdayaan HKBP Sutoyo






"PERCAYA PADA JANJI TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

PERCAYA PADA JANJI TUHAN

Roma 4:21, "Dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan".

Apakah dasar Abraham disebut sebagai "bapa orang percaya"? Paulus dalam suratnya ke jemaat Roma menjelaskan bahwa Abraham disebut bapa orang percaya bukan karena kemampuannya melakukan Hukum Taurat, namun karena percaya kepada janji Tuhan. Dia tidak bimbang dan ragu akan segala apa yang dijanjikan oleh Tuhan padanya. Intinya adalah percaya pada janji Allah, Allah pun memenuhi janjiNya kepada Abraham.

Dalam Kejadian 12 Abraham dipanggil untuk keluar dari Ur-Kasdim, dia keluar dan mengikuti petunjuk Tuhan. Tuhan memberkatinya menjadi berkat bagi dunia, namanya menjadi masyhur, keturunannya akan menjadi bangsa yg besar seperti bintang di langit dan pasir di pantai serta mewarisi tanah perjanjian. Dalam perjalanan hidupnya Abraham menerima berkat dari Tuhan sampai tua pun dia tetap mengikut Tuhan. Abraham diberkati melalui ternak yang banyak, ladang yang subur dan namanya masyhur. Namun pertanyaan masih tersisa, bagaimana menjadi bangsa besar jika anaknya sendiri belum ada karena belum punya anak laki-laki? Pada usia 99 tahun Tuhan menyapa dan menyegarkan perjanjianNya kepada Abraham bahwa Sara akan mengandung. Abraham percaya, sekalipun Sara menertawakannya karena dia telah menopause.  Tepat usia 100 tahun Tuhan memenuhi janjiNya dengan kelahiran Ishak.

Dengan kelahiran Ishak, Tuhan juga menguji kesetiaan dan kepercayaan Abraham. Allah memerintahkan agar Ishak dipersembahkan bagi Tuhan di bukit Moria. Abraham dengan setia melakukan perintah Allah. Dia membawa Ishak anak yang sudah lama ditunggu itu untuk dipersembahkan bagi Tuhan. Abraham pun menuruti perintah Allah dengan setia. Abraham tidak takut kehilangan Ishak, anak yg telah lama dinantikannya. Abraham memilih lebih taat kepada perintah Tuhan dengan bersedia mengorbankan Ishak. Apa yang terjadi di bukit Moria, ketika Abraham hendak mempersembahakan Ishak sebaga kurban bakaran? Tuhan telah menyediakan anak domba untuk dipersembahkan kepadaNya. Ishak hidup dan menjadi pewaris Abraham. Kesetiaan  Abraham telah teruji. Dia percaya kepada janji Tuhan. Tidak ragu sedikit pun akan janjiNya, sekalipun itu harus kehilangan orang yang paling dikasihi dan ditunggunya. Atas kesetiaannya itu Allah memperhitungkan iman Abraham. Tuhan telah menyediakan korban anak domba yang dipersembahkan Abraham kepada Tuhan.

Inilah kelebihan bapa orang percaya, Abraham yaitu percaya sepenuhnya kepada Allah. Allah akan memenuhi janjiNya sekalipun dari pikiran logis itu sesuatu yang mustahil. Iman mengalahkan pikiran logis, karena tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Tidak sedikit pun keraguan dalam benak Abraham, karena Tuhan penuh kuasa dan mampu memenuhi janjiNya.

Ketika Jerman sebagai tuan rumah dalam Piala Dunia pernah buat semboyan: "nothing is imposible", itu meyakinkan seluruh dunia bahwa segala sesuatu bisa saja terjadi. Karena itu harus optimis.  Sekalipun diprediksi menjadi tim anak bawang, underdog dan orang under estimate terhadap tim kesayangan mereka, segala sesuatu bisa terjadi. Jika Tuhan berkenan segala sesuatu bisa saja terjadi. Nonthing is imposible.

Hidup ini di tangan Tuhan, semuanya bisa terjadi. Allah sanggup memenuhi janjiNya sekalipun di luar perkiraan pikiran logis manusia. Demikian dengan Abraham, sesuatu yang mustahil mendapatkan anak di usia 100 tahun dan istrinya Sarai sudah mati haid. Namun Tuhan memberi apa yang dijanjikanNya. Abraham mewarisi seluruh janji Allah karena dia percaya.

Oleh karena itu,  tetaplah percaya kepada janji Tuhan, jangan berikan ruang keraguan dalam hati dan pikiran Anda. Amin.

Jumat, 19 Mei 2017

"TUHAN PENOLONG SEJATI" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TUHAN PENOLONG SEJATI

 Mazmur 146:7, "Yang menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang terkurung".

Bacalah keseluruhan Mazmur 146 ini, sungguh indah, pemazmur memberikan pengenalan akan siapa Tuhan Allah. Dia pencipta, pemelihara, penolong, pembebas dan penyelamat. Dia menyembuhkan dan memberikan keadilan bagi orang yang lemah, miskin dan papa. Sungguh, berbahagialah orang yang percaya kepada Allah Yakub.

Dalam ayat 6 ini pemazmur memperkalkan Allah sebagai penegak keadilan, peduli terhadap orang yang lapar dan pembebas bagi orang tertawan.

Hal PERTAMA dari renungan ini: Penindasan adalah salah satu hal yang ditentang oleh Alkitab. Penindasan biasanya dilakukan oleh kaum yang memiliki kuasa atau power untuk menekan, meminggirkan bahkan menghabisi hak-hak orang lemah. Dalam pertarungan seperti ini biasanya kaum lemah akan selalu kalah berhadapan dengan yang memiliki kekuasaan atau yg dekat dengan lingkaran kekuasaan. Siapakah yang peduli jika terjadi ketidak adilan? Inilah kelebihan orang percaya, Tuhan itu adil dan melihat segala perbuatan manusia. Dalam sejarah Alkitab Tuhan selalu hadir, mengingatkan akan berlaku adil. Melalui hambaNya para nabi akan memperingatkan para penindas dan waktunya akan bertindak memberikan penghakiman. Allah hadir melawan penindasan, kesewenangan dan menghukum para pelaku ketidak- adilan. Allah menghendaki keadilan dan kebenaran, "Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir" (Amos 5:24).

Hal KEDUA dari renungan ini: Tuhan itu adalah yang memelihara kehidupan: memberikan roti bagi orang yang lapar. Dalam teologi penciptaan Allah menyediakan makanan bagi manusia. Namun karena manusia jatuh dalam dosa manusia harus bekerja untuk mencari nafkah. Manusia seolah berlomba untuk mengeruk hasil bumi dan tidak semua yang beruntung dalam hidup ini. Ada yang memiliki banyak makanan bahkan berlebihan, namun ada pula yang berkekurangan bahkan harus hidup dalam sokongan dan dukungan orang lain. Yesus pernah berkata: bahwa orang miskin akan selalu ada padamu. Renungan hari ini mengingatkan bahwa Allah itu berbelas-kasihan kepada orang yang lapar. Tuhan menafkahi mereka yang tidak mendapat makanan. Sifat Allah yang berbelas-kasihan mesti ada pada orang percaya. Allah selalu menyediakan roti kepada setiap orang yang mau datang kepadaNya, seperti yang dikatakan di Yesaya 55:1, " Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!".

Manusia harus pula berbelas-kasihan kepada sesama meneladani Allah yang penuh belas kasih. Allah memberkati kita menjadi saluran berkat bagi sesama. Gereja yang hidup adalah gereja yang memberikan perhatian bagi orang miskin, haus dan lapar. Jika dunia ini tidak peduli, Allah memakai umatNya untuk memperdulikan hidup mereka. Orang yang memberi tak akan kehabisan, karena Tuhan sumber segala pemberian (baca Pengkh. 11:1).

Hal KETIGA dari renungan ini:Tuhan pembebas bagi orang tawanan. Tidak ada kehidupan yang paling ngeri dari seorang tahanan, apalagi di jaman konteks Perjanjian Lama. Kita tidak bisa bayangkan bagaimana mereka diperlakukan. Ditawan, disesah bahkan bagaimana mereka hidup tidak ada yang perduli. Tidak ada yang perduli bagaimana mereka makan dan minum. Tidak sedikit korban tawanan meninggal karena disiksa, tidak makan dan minum atau dibunuh karena dianggap tak koperatif dengan pihak penawan. Jika dianggap membebani tak segan pula dilenyapkan. Tidak ada kehidupan yang paling ngeri dari tawanan perang. Ini adalah kabar gembira bahwa  Allah itu adalah pembebas bagi orang tertawan (baca: Luk 4:28).

Firman ini meyakinkan kita akan sifat Allah melalui tindakanNya: pemberi keadilan bagi orang yang diperas, memberi makan bagi yang lapar, dan pembebas bagi orang yang tertawan. Allah adalah satu-satunya Penolong dalam hidup ini. Amin.

Kamis, 18 Mei 2017

Partangiangan Sektor Mayasari di rumah Kel. St. FM. Panjaitan / br. Gultom

Partangiangan Sektor Mayasari di rumah Kel. St. FM. Panjaitan / br. Gultom.
Dilayani oleh Pdt. Bonar Napitupulu, S.Th. 



Partangiangan Sektor Gang 45 di Rumah ruas P. Siringoringo / M. br. Naibaho, di RT. 010/RW. 07 No. 21 Sektor Gg 45

Partangiangan Sektor Gang 45 di Rumah ruas P. Siringoringo / M. br. Naibaho, di RT. 010/RW. 07 No. 21 Sektor Gg 45.
Dilayani oleh Pdt. Sonny L. br. Sinaga, S.Th., MM




"PILIHAN YANG TERUTAMA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

PILIHAN YANG TERUTAMA

Lukas 9:25, "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?"

Saya masih ingat satu lagu ketika anak Sekolah Minggu. Lagu ini nampaknya seperri lagu wajib yang terus diulang-ulangi setiap minggunya. Syairnya begini:

Apa yang dicari orang, UANG
Apa yang dicari orang, UANG
Apa yang dicari orang, UANG
Apa yang dicari orang siang malam, pagi petang: UANG, UANG, UANG?

Apa ya g dicari orang, SAYANG (3 kali)
Apa tang dicari orang siang malam, pagin petang; SAYANG, SAYANG, SAYANG

Lagu ini merupakan suatu pendidikan moral bagi anak-anak untuk membedakan anak-anak Tuhan. Uang adalah alat tukar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Dengan uang kita bisa membelikan apa saja dan memfasilitasi kita, namun uang tidak segalanya. Argumen itu sangat tepat dengan ungkapan ini:

Dengan uang kita bisa membeli tempat tidur yang mahal, namun tidak bisa membeli tidur yang nyenyak.
Dengan uang kita bisa membeli rumah yang mewah, namun tak bisa membeli rumah tangga yang bahagia

Ada yang tidak dapat dibeli dengan materi, itulah yang paling berharga yang diberikan oleh Allah kepada manusia yaitu kasihNya yang menyelamatkan. Allah mengasihi kita di dalam diri Yesus Kristus. Allah dalam kasihNya telah menyelamatkan kita dan memberikan lehidupan yang kekal. Itu adalah harta yang paling berharga.

Yesus memberikan pengajaran ini kepada murid-murid tentang konsekwensi seorang murid. Seorang murid Yesus akan berhadapan dengan berbagai godaan dan tantangan. Tergoda akan bisnis kotor, jalan pintas dan cara-cara dunia ini untuk memiliki harta sebanyak dan secepat mungkin. Firman mengajarkan bahwa anak-anak Tuhan berpenghasilan dari jerih payah dan jalan diberkati Tuhan. Untuk apa memiliki segala-galanya namun jadi penghalang kita masuk kelak ke surga?

Dalam kenyataannya ada pula yang menggadaikan imannya karena jabatan, kuasa dan hawa nafsunya. Bisa saja demikian seseorang memiliki jabatan terhormat di dunia ini, pujian dimiliki dan berbagai ucapan selamat atas prestasi dan kedudukan yang dimiliki dari kerabat dan mitra-mitra kerja, namun karena jalannya untuk meraih itu dengan menggadaikan iman alangkah malangnya hidupnya karena dia tak masuk daftar dalam  buku kehidupan kekal.

Apa yang disampaikan oleh Yesus dalam renungan di pagi ini sangat menyentuh hati kita dan kembali memeriksa aktifitas kita setiap hari: apa yang kita cari? Keuntungan, pendapatan besar, hal-hal yang menyenangkan dan berbagai kenikmatan duniawi lainnya? Tapi ingatlah jika karena itu kita kehilangan nyawa kita dan tak ikut dalam kehidupan kekal silahkan beri pilihan. Kita bisa miliki semuanya di dunia ini, namun jika karena itu Anda kehilangan nyawa Anda, tinggalkan dan tetaplah memilih mengikut Yesus.

Apa gunanya memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan dan merugikan diri?
Firman ini merupakan pertanyaan yang sangat baik dalam memulai aktifitas kita setiap hari. Biarlah segala aktifitas kita tetap di jalan yang diberkati Tuhan dan firman menguatkan kita untuk memelihara harta yang tak ternilai yaitu iman kita.

Mari jadikan firman menjadi sumber kekuatan, inspirasi dan motivasi dalam hidup ini. Amin.

Rabu, 17 Mei 2017

"KESELAMATANMU TELAH DATANG" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KESELAMATANMU TELAH DATANG

Yesaya 62:11, "Sebab inilah yang telah diperdengarkan TUHAN sampai ke ujung bumi! Katakanlah kepada puteri Sion: Sesungguhnya, keselamatanmu datang; sesungguhnya, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya".
Sion adalah pusat ibadah dan pusat pemerintahan bagi kerajaan Yehuda. Sion adalah sebutan lain untuk Yerusalem.  Kota ini juga sering disebut sebagai kota Daud karena kota ini direbut oleh Daud dan dibangun oleh Daud. Sion menjadi strategis karena Daud membuatnya menjadi pusat kerajaan dan pusat peribadahan. Sebagai pusat kerajaan dan pusat peribadahan Sion menjadi simbol kemuliaan dan kejayaan Tuhan.  Kota ini semakin terkenal ketika Daud memindahkan tabut perjanjian ke Sion. Kemudian setelah pembangunan Bait Allah selesai zaman Salomo, tabut perjanjian ditempatkan dalam ruang yang maha kudus.  Setiap warga Yahudi melakukan peziarahan setidaknya paling sedikit satu kali dalam satu tahun beribadah ke Sion.  
Sion adalah gambaran kejayaan, kemuliaan dan keagungan Tuhan karena di Sion, Allah telah berdiam. Tabut perjanjian telah diletakkan dalam ruang yg maha kudus di Bait Allah. Ini suatu kebanggaan dan kejayaan umat Israel, Sion menjadi simbol kesatuan umat Allah. Hai puteri Sion sebagai sebutan untuk umat Allah.
Sion kota kebanggaan ini hancur tahun 720 SM oleh Babel. Seluruh penduduk diangkut ke pembuangan. Kota yang megah, kota kebanggaan dan simbol kejayaan hancur di tangan Babel. Kota yang dahulu ramai dimana disetiap lorong-lorong anak-anak bermain dan para orang tua berjalan-jalan menjadi sepi dan tak berpenghuni. Semuanya diangkut ke pembuangan dan pekerja rodi di Babel.
Sekalipun kota Sion hancur bukan berarti iman dan kepercayaan telah lenyap dari hati penduduk Yerusalem. Mereka tetap berpengharapan dan menantikan keselamatan dari Tuhan.
Yesaya dalam renungan hari ini mendeklarasikan suatu sukacita bagi mereka bahwa keselamatan telah datang. Tuhan akan memulihkan Sion menjadi kota kebanggaan dan kejayaan seperti sedia kala.
Penantian selama dalam pembuangan terjawab sudah. Tuhan tidak membiarkan umatNya menderita selamanya dalam pembuangan. Namun Tuhan datang dan menolong umatNya. Keselamatan telah datang suatu pemulihan untuk fungsi kota Sion sebagai pusat kerajaan dan pusat ibadah. Allah adalah Raja yang memerintah dan berdaulat atas umatNya. Di Sion mereka akan memuji dan memuliakan Tuhan.
Menanti adalah pekerjaan yang paling membosankan. Ungkapan ini berlaku juga bagi umat Allah di pembuangan. Namun ketika yang dinantikan telah datang tiada sukacita yang lebih indah dari itu. Muka yang murung menjadi ceria, hati yang galau dan harap cemas menjadi riang gembira. Segala pujian dan sorak soarai mereka nyanyikan ketika Tugan memulihkan Sion. Demikian umat Allah merayakan kedatangan keselamatan Tuhan dan pemulihan Sion. Mereka yang terbuang dipulihkan kepada keadaan semula. Umat Allah yang terbuang akan dipulihkan dan menjadi upah jerih payah-Nya.
Pemulihaan Tuhan atas Sion diluar perkiraan umat Yehuda. Tuhan memakai bangsa asing memulihkan Sion. Setelah 70 tahun di pembuangan Syria menaklukkan Babel. Cyrus raja Persia memulangkan umat dari pembuangan. Bukan hanya itu membiayai pembangunan kembali kota Sion dan membangun Bait Allah seperti bangunan sedia kala jaman Salomo.
Mari jadikan firman sebagai kekuatan, inspirasi dan motivasi. Tuhan itu setia pada janjiNya. Tetaplah setia dan berharap kepadaNya,  keselamatan Tuhan akan datang. Amin.

Selasa, 16 Mei 2017

"BUAH KETEKUNAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BUAH KETEKUNAN

(Doakan kerjamu & kerjakan doamu)
Lukas 18:7, "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"
Ayat renungan ini merupakan bahagian dari suatu perumpamaan Tuhan Yesus mengenai ketekunan. Syarat dalam doa adalah ketekunan. Yesus mengajarkan suatu perumpamaan: Di suatu kota hidup seorang hakim yang tidak takut kepada siapapun dan ada pula seorang janda yang meminta agar perkaranya di bela hakim tersebut atas musuh-musuhnya. Janda itu datang terus meminta kepada hakim yang lalim itu agar perkaranya di bela. Namun sebagai hakim yang tidak takut sama siapapun  pertama-tama  tentu menghiraukannya. Namun sang janda terus datang  dan bertekun setiap hari agar perkaranya dibela atas musuh-musuhnya pada akhirnya sang hakim itu berpikir akan perkara sang janda (Lukas 18:4-5). Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun,
namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku."
Jawaban sang hakim menjadi starting point yang ditangkap oleh Yesus sebagai sumber pengajaran. Inilah hal yang luar biasa dari kemampuan Tuhan Yesua dalam hal mengajar. Memakai ilustrasi, contoh atau perumpamaan dari kehidupan sehari-hari. Masalah hukum merupakan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Yesus memakai kasus hukum janda ini menjadi contoh bagaimana agar kita bertekun di dalam doa.  Sang janda memperoleh haknya dan dibenarkan oleh hakim yang lalim karena ketekunannnya yang selalu berseru dan memohon.
Demikian kita di dalam doa, hendaklah bertekun di hadapan Allah. Kita adalah umat pilihanNya, umat kepunyaanNya dan kita adalah anak-anakNya yang berseru kepada Tuhan: ya Abba, ya Bapa. Tidak mungkin seorang ayah mengabaikan permohonan anaknya. Tetapi dia mendengar dan memberikan apa yang diminta oleh anak-anaknya. Demikian Tuhan tidak akan lalai, Tuhan tidak akan menunda-nunda permohonan umat kesayangannNya. Asal saja kita bertekun dan berseru-seru kepadaNya. Kita adalah umat kepunyaanNya, Dia akan memperhatiakan apa yang kita minta dengan ketekunan.
Tuhan tidak mengulur-ulur waktu menolong umat pilihanNya. Dia menjawab doa kita tepat waktu dan seturut kehendakNya. Ini suatu jaminan bagi kita bahwa tak ada doa yang sia-sia. Tak ada doa yang tidak dijawabNya. Namun Tuhan akan menjawabNya tepat waktu, menurut kebutuhan kita dan seturut kehendakNya.
Bertekun dalam doa merupakan salah satu rahasia yang harus dipahami oleh setiapmorang percaya. Sehingga kita tidak jemu-jemu menyampaikan permohonan kepada Tuhan. Paulus juga dalam suratnya kepada jemaat Roma mengatakan bahwa bertekun dalam doa adalah sifat yang harus dimiliki oleh orang percaya (Rom 12:12). Hal itu juga diulangi dalam 1 Tes 5:17: "Tetaplah berdoa.".
Bertekun dalam doa menjadi satu pribadi yang harus dimiliki oleh orang percaya. Doa tidak seperti membaca mantra: ketika formula mantra dibacakan maka seketika itu terjadi apa yang diinginkan. Tidak demikian dengan doa. Doa butuh ketekunan, yang senantiasa datang ke hadapan Allah berseru dan memohon. Waktunya Tuhan akan menjawab dan menolong. Dia tidak mengulur-ulur waktu untuk menolong dan menjawab doa kita.
Bagaimana ketekunan ini dalam doa? Dalam doa kita ingat ungkapan Marthin Luther: Ora et Labora: berdoa dan bekerja.  Ibarat seorang tukang yang hendak membangun rumah. Sang tukang berdoa kepada Tuhan agar rumah yang dibangun jadi dan selesai tepat pada waktunya. Maka dia mengerjakan doanya dengan tekun, batu demi batu disusunnya sehingga jadilah bangunan. Tukang tidak hanya berdoa, namun dia bekerja dengan tekun. Tahap demi tahap dikerjakannya dengan baik, dan akhirnya rumah itupun selesai sebagaimana ia doakan.
Kita harus mendoakan pekerjaan kita dengan tekun, dan mengerjakan doa kita pula dengan bertekun. Tuhan pasti menjawab doa-doa kita

Senin, 15 Mei 2017

"KESETIAAN ALLAH" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KESETIAAN ALLAH

Mazmur 40:11 “Keadilan tidaklah kusembunyikan dalam hatiku, kesetiaan-Mu dan keselamatan dari pada-Mu kubicarakan, kasih-Mu dan kebenaran-Mu tidak kudiamkan kepada jemaah yang besar.”

Dalam dua terjemahan nas ini dikatakan “Ya Tuhan, Engkau tidak menahan belas kasihan-Mu kepadaku, kiranya kasih setia-Mu dan kebenaran-Mu selalu menjagaku.” Atau “Tuhan, janganlah berhenti mengasihani aku; lindungilah aku selalu dengan kasih dan kesetiaan-Mu.” Doa permohonan dari pemazmur, yang meminta agar Tuhan jangan menahan rahmatNya atau belas kasihanNya; tetapi kiranya kasih setia dan kebenaran Tuhan itu selalu menjagai, mengasihani, melindungi dan memelihara pemazmur.

Kesetiaan adalah sifat khusus Allah. Banyak nas menyatakan bahwa Allah itu setia. Setia memegang perjanjian dan kasih setiaNya terhadap umat pilihanNya, turun-temurun (Ulangan 7:9). Allah setia memanggil kita kepada persekutuan dengan AnakNya Yesus Kristus (1 Korintus 1:9). KesetianNya tidak tergantung kepada kesetiaan manusia. (2 Timotius 2:13). Kesetiaan Allah itu besar, agung dan selalu baru tiap pagi (Ratapan 3:22-23)

Allah setia berarti Dia dapat dipercaya, dapat diandalkan dan pasti menepati janjiNya. Kesetiaan dinyatakan dengan sungguh (1) Setia memelihara janji-Nya. (2) Setia memproteksi kita dari segala yang jahat. (3) Setia tidak membiarkan kita jatuh dalam pencobaan, dan jika itu terjadi, Tuhan akan menguatkan kita untuk menanggungnya. (4) Setia menyelamatkan kita dari kebinasaan. KesetiaanNya diwujudkan dalam mengampuni dan menguduskan kita dari segala dosa, agar kelak kita memperoleh hidup kekal.
Kesetiaan inilah menjadi tanda dan perilaku orang percaya.

Mari kita sambut kesetiaan Allah dengan senantiasa hidup setia dalam iman dan ketaatan dalam kasih dan dalam pengharapan kepada-Nya. “Like father, like son”, sebagaimana Bapa setia, kita pun patut setia dalam janji, pelayanan, bisnis, pendidikan, keluarga, bergereja, bernegara dan bermasyarakat serta dalam semua kehidupan yang kita jalani. Mari persembahkan kesetiaan itu bagi kemuliaan nama Tuhan Yesus. Amin.

Sabtu, 13 Mei 2017

"SUKACITA MEMPELAI" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SUKACITA MEMPELAI

Yohanes 3:29, "Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh".

Sukacita paling bahagia bagi seseorang sering digambarkan pada hari pernikahan (wedding day). Pengantin sangat bersukacita karena sukacitanya telah dipenuhi, mereka dipersatukan dalam cinta kasih. Sukacita pengantin itu digambarkan dengan ungkapan "raja sehari" untuk pengantin pria dan "ratu sehari" buat pengantin perempuan. Bukan hanya pengantin yang bersuka namun seluruh keluarga, sahabat, mereka berpesta penuh dengan sukacita. Pengantin biasanya diampingi oleh sahabat khusus yang disebut pendamping pengantin. Pendamping pengantin sangat membantu sukacita pengantin: apa yang diinginkan dan diperlukan pengantin dengan penuh sukacita didengar dan dilakukan dengan baik demi kebahagiaan sang pengantin.

Hubungan pengantin dan pendamping pengantin itulah yang dianalogikan oleh Yohanes Pembaptis dengan Yesus Kristus. Yohanes Pembaptis dan Yesus adalah dua rekan kerja yang saling melengkapi. Mereka bersahabat dan saling menghormati dan saling melengkapi tugas masing-masing. Yohanes Pembaptis sejak awal menyebutkan dirinya bukan Mesias, namun yang datang kemudian.  Yohanes Pembaptis adalah perintis jalan suara yang berseru-seru di padang gurun, menyuarakan pertobatan dan membaptis sebagai kesiapan menerima mesias. Yesus sendiri sangat menghargai dan menghormati Yohanes Pembaptis, Dia datang ke sungai Yordan untuk memberi diriNya dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Keduanya adalah dua rekan yang saling memahami tugas masing-masing. Yohanes Pembaptis mengenal Yesus, khususnya setelah dia membaptis Yesus, langit terbuka dan melihat merpati turun dari sorga dan berseru: inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan."

Setelah Yesus tampil melayani dan membaptis, ada saja murid yang gagal paham akan missi gurunya. Seorang Yahudi, murid Yohanes Pembaptis gusar dan khawatir akan popularitas gurunya karena semakin banyak orang yang datang kepada Yesus. Hal itu membuat dia menanyakan kepada Yohanes Pembaptis perihal pelayanan Yesus yang membaptis seperti gurunya. Maka Yohanes Pembaptis menjelaskan bahwa sukacitanya telah dipenuhi. Sama seperti sukacita pendamping pengantin: dia berkenan mendengar dan iklas melakukan pekerjaannya sebagai pendamping pengantin, dan dia bersukacita karena sukacita pengantin telah dipenuhi. "Dia harus semakin besar dan aku harus semakin kecil" (Yoh 3:30). Demikianlah sukacita Yohanes Pembaptis terhadap berita pelayanan Yesus karena apa yang selama ini dinantikan telah dipenuhi di dalam diriNya.

Inilah kelebihan Yohanes Pembaptis yang sadar sepenuhnya akan tugas dan tanggungjawabnya, rendah hati dan paham akan apa yang dikerjakan. Dia tidak merivalkan dirinya dengan Yesus, namun menganalogikan hubungannya dengan Yesus seperti sukacita pengantin dan pendamping pengantin. Dia bersuka cita atas pelayanan Yesus telah dimulai.

Marilah ikut bersukacita seperti sukacita Yohanes Pembaptis yang memahami dan mengenali pelayanan Yesus untuk memenuhi missi keselamatan Allah untuk dunia ini. Yesus telah datang ke dunia ini untuk memenuhi janji keselamatan Allah.

Jangan seperti murid Yohanes Pembaptis, gagal paham akan apa tugas dan missi gurunya sehingga mendatangkan konflik, gusar dan galau. Padahal Yohanes sendiri sangat bersukacita bahkan sukacitanya telah terpenuhi. Yesus menginginkan kita bersukacita, karena untuk itulah Dia datang, mengorbankan diriNya demi sukacita kita. Marilah bersukacita bersama Yesus dalam segala aktifitas kita. Sukacita kita juga telah digaransi oleh Yesus yang akan bersama-sama menikmati perjamuan di dalam Kerajaan Sorga. Amin.

Jumat, 12 Mei 2017

"TUHAN MENJADI SAKSI" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TUHAN MENJADI SAKSI

Mikha 1:2, "Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian! Perhatikanlah, hai bumi serta isinya! Biarlah Tuhan ALLAH menjadi saksi terhadap kamu, yakni Tuhan dari bait-Nya yang kudus"

Atas penemuan canggih sekarang melalui CCTV orang harus lebih menyadari bahwa aktifitas kita bisa ditangkap dan direkam melalui kamera yang terpasang di setiap pojok ruangan, bangunan dan rumah. Berbagai kejahatan, kejadian telah terungkap melalui rekaman CCTV. Sebanyak apapun CCTV terpasang, yang namanya kejahatan tetap beroperasi. Kejahatan seolah berkata bahwa perbuatannnya tak diketahui oleh siapapun.  Bahkan baru-baru ini ada aplikasi drone di mana orang dapat merekam suatu kejadian lewat kamera satelit yang tersambung lewat kamera HP Anda. Ini suatu penemuan baru oleh manusia dalam bidang IT untuk membantu kita merekam suatu kejadian.

Inilah kelebihan nabi Mikha sebagai mana dalam renungan di pagi hari ini. Mikha menjelaskan kepada umat Allah bahwa Tuhan telah menjadi saksi atas semua perbuatan umatNya; baik itu Yehuda maupun Samaria. Mereka adalah umat Allah yang telah meninggalkan Tuhan dan berbalik kepada ilah lain. Dosa mereka disaksikan sendiri oleh Allah dari pemimpin hingga rakyat jelata. Dari semua perbuatan mereka yang telah menyimpang dari jalan Tuhan direkam oleh Tuhan. RekamanNya lebih tajam dari CCTV dan lebih canggih dari drone kamera satelit penemuan abad 21 ini. Karena tak ada perbuatan mereka yang terluput, semuanya direkam dengan baik. Bahkan rencana yang tersembunyi di dalam hati manusia pun diketahuiNya.

Mikha seolah mengajak umat itu berperkara, karena sebentar lagi Tuhan akan menjatuhkan hukuman. Tidak ada alibi yang dapat disampaikan untuk membela diri di hadapan Tuhan karena semuanya jelas dan terekam dengan baik. Tuhan pun menghukum umatnya melalui pembuangan: Samaria jatuh di tangan Assyur dan penghuni Yerusalem akan diangkut ke pembuangan Babel. Tak ada alibi atau pembelaan diri mereka karena Tuhan sendiri menjadi saksi atas perbuatan mereka.

Dari renungan ini, kita menyadari bahwa apapun  yang kita lakukan dalam hidup ini semuanya diketahui oleh Tuhan. Bahkan rencana di dalam hati kita pun diketahuiNya dengan baik. Demikian dengan perbuatan orang lain terhadap kita, apapun rencana orang untuk merencanakan kejahatan dan kejatuhan kita, Tuhan adalah saksi yang mengetahui segala sesuatu. Maka jika kita diperlakukan tidak adil, yakinlah Tuhan merekam semua itu dan waktunya Tuhan akan bertindak dan menyatakan kebenaran.

Tuhan tidak tinggal diam atas apa yang kita alami. Sekalipun orang jahat dapat melakukan kekejian dan ketidak adilan, ingatlah Tuhan menjadi saksi atas semuanya itu, dan waktunya Tuhan akan bertindak dan memberikan keadilan. Sekalipun manusia merasakan kebenaran redup dan kelam oleh kuasa jahat dan lalim, namun waktunya sinar kebenaran akan nyata dan memberikan keadilan. Bersabar dan bertekunlah dalam doa atas setiap lengalaman pahit yang menimpa kita. Nantikan keadilan dari Tuhan. Amin

Kamis, 11 Mei 2017

"MANUSIA BATINIAH YANG DIPERBAHARUI" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"MANUSIA BATINIAH YANG DIPERBAHARUI"

2 Korintus 4:16, :Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari"

Sangat menarik pengajaran Paulus menggambarkan pribadi manusia dengan membedakan istilah manusia lahiriah dan manusia batiniah. Manusia lahiriah adalah secara fisik atau tubuh bilogis dimana sejak lahir dia bertumbuh pada bentuknya, dan seturut dengan perjalanan waktu tubuh lahiriah secara alami akan semakin buruk, lemah, tak berdaya hingga kembali menjadi tanah. Sedangkan manusia batiniah adalah formasi spiritualitas, dimana seturut dengan perjalanan waktu akan  menuju kematangan dan senantiasa diperbaharui. Pengalaman akan membentuk manusia batiniah kepada pencerahan budi hingga mewarisi hidup kekal (abadi). Itulah pribadi manusia: manusia lahiriah dan manusia batiniah keduanya menyatu di dalam diri manusia. Manusia lahiriah secara alami akan lemah dan habis energi hingga kembali menjadi debu. Sedangkan manusia batiniah membawa pembaharuan budi menuju keabadian. Keduanya ini berkerja di dalam diri manusia dalam pengalaman real.

Bagaimana manusia lahiriah dan manusia batiniah bekerja? Manusia lahiriah dalam mengalami berbagai penderitaan kita berkeluh dan berpeluh, namun oleh manusia batin kita mengalami pencerahan dan pengharapan sehingga kita dimampukan untuk bertahan bahkan mampu membaca sesuatu bermakna bahwa di balik semua penderitaan ada makna positif.

Itulah sebabnya Paulus tidak surut dalam imannya, seperti yang ia katakan di 2 Kor 4:8-10, "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendiri, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami".

Renungan pagi ini mengingatkan kita untuk selalu mengasah manusia batiniah. Manusia batiniah yang diperbaharui tidak dimiliki lewat yoga, bertapa dan berbagai upaya lainnya. Namun manusia batiniah diperbaharui oleh Roh Kudus. Manusia batiniah diperbaharui lewat doa dan pembatinan berbagai masalah yang kita hadapi. Jika kita baca Injil akan selalu kita temukan bahwa Yesus senantiasa berdoa dalam melaksanakan aktifitas. Demikian dengan Paulus dalam surat-suratnya selalu berpesan agar jemaat-jemaat yang dibentuk tetap berdoa.  Lewat doa manusia batin kita semakin memperoleh pembaharuan budi. Itulah sebabnya Paulus mengatakan: "berubahlah oleh pembaharuan budimu"(Roma12:2).  Manusia batiniah yang diperbaharui adalah manusia yang mencari makna apa kehendak Allah di balik pergumulan yang dihadapinya.

Jika ada pergumulan jangan tawar hati,  langsung panik, stress dan berputus asa, namun marilah kita asah manusia batiniah kita masing-masing. Memang manusia lahiriah akan menjerit ketika sakit, mengeluh dan berpeluh. Tapi jangan sampai tawar hati, biarlah manusia batin kita bekerja. Kita akan menemukan kehendak Allah dan suka cita dibalik penderitaan yang kita alami. Amin.

Rabu, 10 Mei 2017

"TUHAN DAN ORANG MISKIN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TUHAN DAN ORANG MISKIN

Amsal 17:5, "Siapa mengolok-olok orang miskin menghina Penciptanya; siapa gembira karena suatu kecelakaan tidak akan luput dari hukuman"

Hal PERTAMA yang mau dikatakan nas ini: Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan selalu membela orang miskin. Tuhan berada di pihak orang miskin dan lemah serta memperjuangkan hak-hak mereka. Ini suatu pengangkatan harkat dan martabat manusia; sekecil apapun dan semiskin apapun manusia tak boleh dihina dan diperolok-olok. Mereka adalah manusia, milik kepunyaan Allah. Mereka miskin bukan karena kehendak sendiri namun kemiskinan adalah realitas kehidupan yang harus dijalani. Tak seorang pun menghendaki dirinya miskin.

Siapa yang memperolok-olok orang miskin menghina Penciptanya. Inilah yang diajarkan oleh Amsal di pagi hari ini. Jika di dunia ini tidak ada yang memperhatikan nasib orang miskin dan lemah, namun Alkitab memberikan  pengajaran bahwa Tuhan ada di pihak orang miskin. Barang siapa yang menghina, mengolok-olok dan membuat yang tak pantas bagi orang miskin, Tuhan akan membuat pertimbangan.

Masih ingat kasus Nabot bukan? Bacalah kisah ini dalam 1 Raj 21. Kisah ini merupakan salah satu cerita yang sangat menarik dalam Alkitab. Nabot memiliki kebun anggur dekat istana raja Ahab. Ahab telah meminta kepada Nabot agar berkenan memberikan kebun anggurnya. Namun Nabot tidak mau karena sebagai orang Ibrani tidak boleh menjual warisan pusaka tanah.  Isebel memperhatikan suaminya Ahab galau atas penolakan Nabot. Akhirnya Isebel mengambil alih dengan caranya sendiri. Dia mengumpulkan tua-tua Israel dan mengangkat saksi-saksi dursila  agar menjatuhkan hukuman terhadap Nabot. Nabot orang miskin dan kecil di pihak istana. Nabot bukan hanya kehilangan kebun anggurnya, namun kehilangan nyawanya karena dihukum mati dilempari. Sekecil apapun Nabot di mata Ahab dan Isebel, Tuhan tidak tinggal diam dan menyuruh hambaNya Elia menyampaikan hukuman kepada Ahab dan Isebel bahwa mereka akan mati diseret-seret anjing. Apa yang terjadi di akhir hidup raja Ahab dan Isebel benar-benar terjadi, mereka mati mengenaskan.

Banyak cerita dalam Alkitab bahwa Tuhan membela orang-orang miskin, dan nats-nats yang mendukung bahwa Tuhan ada di pihak orang kecil dan miskin. Barang siapa menghina, menindas dan mengolok-olok orang miskin sama saja dengan menghina Penciptanya. Tuhan tidak tinggal diam, namun Dia akan bertindak dan membuat perhitungan bagi setiap orang yang memperlakukan semena-mena terhadap orang miskin.

KEDUA: nas ini memberikan pengajaran moral. Jangan bergembira atas celaka yang dialami orang lain. Siapapun orangnya jangan menghendaki orang celaka terjadi dalam hidupnya. Amsal menasihati dengan keras jangan pernah bergembira atas kecelakaan yang menimpa orang lain. Namun semestinya berbela rasa terhadap mereka yang mengalami beban berat dan pukulan yang terjadi dalam kehidupannya. Jangan tertawa melihat penderitaan orang lain, namun berilah empaty dan penghiburan agar dia tertolong dalam menghadapi kesusahannya.

Berbela rasa dan berempati terhadap orang miskin merupakan pribadi yang diinginkan oleh Tuhan. Nas renungan di pagi ini mengajak kita untuk meneladani Tuhan yang berbela rasa terhadap orang miskin dan sekaligus memberikan peringatan agar jangan mengolok, menghina dan menindas orang kecil karena mereka adalah sahabat-sahabat Tuhan. Amin.

Selasa, 09 Mei 2017

"BERBALIK DARI INJIL" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BERBALIK DARI INJIL

Galatia 1:6, "Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain"

Pasti kita semua sangat jengkel atas sikap seseorang yang cepat berubah, tidak komit dan setia pada janji. Ada saja orang yang demikian, tidak punya prinsip yang kokoh dan labil. Orang seperti ini biasanya sulit dipercaya. Mengapa ada orang demikian? Bisa dari karakter pribadinya yang cepat goyah dan bisa juga atas kepandaian dan kelicikan  orang lain untuk memperdaya.

Hal seperti itu dialami oleh Paulus di jemaat Galatia. Paulus telah berusaha keras memberitakan Injil dan mendirikan jemaat di Galatia, namun karena usaha Pekabaran Injil ia harus meninggal kota Galatia dan menginjili kota-kota lain. Tak lama setelah pemberitaan Paulus, sebahagian jemaat Galatia telah berbalik dari Injil yang diberitakan oleh Paulus kepada "injil lain" yang diajarkan oleh guru-guru palsu. Guru-guru palsu ini mengajarkan injil lain daripada Injil yang diberitakan oleh Paulus. Mereka menambahkan syarat Hukum Taurat, sunat dan perayaan-perayaan yang tak masuk akal yang diwajibkan sebagai syarat dalam keselamatan. Mereka dengan licik mempertanyakan keabsahan kerasulan Paulus dan Injil yang diberitakannya.  Bagi Paulus ini mengacaukan iman jemaat. Upaya guru-guru palsu yang tidak suka dengan pekerjaan dan karya Paulus yang memberitakan Injil dan mendirikan jemaat-jemaat baru di Asia kecil. Apa yang terjadi di Galatia membuat Paulus murka, mengapa mereka percaya kepada pengajar palsu itu, karena hanya satu Injil, yaitu Injil Yesus Kristus. Kita menerima keselamatan hanya di dalam nama Yesus Kristus. Keselamatan itu adalah anugerah Allah yang kita terima di dalam iman. Tidak ada syarat lain yang ditambahkan kepada keselamatan, karena keselamatan itu adalah anugerah Allah. Jika ada injil lain yang diberitakan selain dari Injil yang diberitakan oleh Paulus kepada jemaat Galatia, terkutuklah dia.

Guru palsu dan pengajar sesat selalu mengacaukan pekerjaan baik para hamba Tuhan. Mereka tidak suka Injil itu menyebar ke seluruh dunia, mereka tidak ingin iman jemaat bertumbuh dengan baik. Guru-guru palsu hanya mengacaukan saja dan hanya ingin mencari popularitas dari pengajaran mereka. Berbeda dengan Paulus yang murni memberitakan Yesus Kristus. Jika mereka berbalik dari Injil maka sia-sialah pemberitaan Paulus dan siasia jugalah iman mereka yang sedang bertumbuh.

Inilah upaya guru-guru palsu mengacaukan iman jemaat. Mereka membuat propaganda, provokasi dan cara-cara licik agar iman tidak bertumbuh. Ketika hamba Tuhan menyampaikan kebenaran firman, maka tak lama kemudian akan ada provokasi yang mengacaukan pikiran kita agar tidak percaya kepada kebenaran firman. Itulah sebabnya Yesus menggambarkan Kerajaan Allah itu seperti penabur: setelah sang penabur menaburkan benih gandum maka malamnya akan ada menaburkan benih ilalang (Matius 13:24-25).

Inilah yang harus kita sadari dalam kehidupan sehari-hari kita. Jika Anda punya sahabat yang baik, ingatlah akan selalu ada orang tidak suka Anda punya persahabatan yang baik. Jika Anda mencoba merubah sikap buruk Anda ke arah yang lebih baik, maka ingatlah akan banyak yang berusaha agar Anda tetap dalam sikap lama. Jika Anda memiliki niat dan pekerjaan baik seperti kegiatan aktif dalam pelayanan gereja, ikut berpartisipasi dalam aksi sosial yang membangun masyarakat, maka akan ada tantangan bahkan celaan dan berbagai propaganda agar Anda meninggalkan tugas mulia itu. Perumpamaan tentang "Lalang di antara gandum", dan pengalaman Paulus menghadapi jemaat Galatia yang berbalik dari Injil ke "injil lain", ini merupakan pengalaman berharga agar tetap berdiri kokoh pada suatu prinsip. Sehebat apapun tantangan yg akan dihadapi, jangan mundur dari Injil. Sehebat apapun bujukan, rayuan dan iming-iming yang Anda peroleh, jangan gadaikan iman dan berbalik dari Injil. Kiranya Roh Kudus memberi kekuatan kepada kita untuk bertumbuh dan berdiri kokoh dalam iman. Amin.

Senin, 08 Mei 2017

"HIDUP UNTUK MENCERITAKAN PERBUATAN TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"HIDUP UNTUK MENCERITAKAN PERBUATAN TUHAN"

Mazmur 118:17, "Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN".

Mungkin agak sulit kita mengalami keadaan seperti yang digambarkan oleh pemazmur ini. Coba Anda bayangkan: terkepung oleh musuh, dikelilingi dari delapan penjuru angin dan tidak ada lagi kemungkinan lari dari sergapan musuh? Dalam suatu adegan film ini mungkin detik-detik puncak paling menegangkan, terkepung musuh dan nyaris saja mati namun bisa lolos. Maka penonton pun  lega dan mungkin spontan bertepuk tangan. Sebagai contoh film Hard to Died yang dibintangi Bruce Willies seluruh adegan yang sangat menyulitkan sang bintang namun tetap berhasil. Nyaris mati namun tak mati. Dia menang dan dapat mengalahkan para penjahat.

Mazmur 118 ini merupakan nyanyian syukur atas kasih setia Tuhan dan pemeliharaanNya atas dirinya. Dia percaya akan pertolongan Tuhan sekalipun musuh-musuhnya telah mengelilinya. Dikepung dan nyaris mati, namun oleh tangan kanan Tuhan yang penuh kuasa dan dengan perkasa akan menyelamatkannya. Dia percaya Tuhan tidak membiarkannya mati dan membiarkan musuh-musuhnya  bersorak-sorai atas nyawanya sendiri. Tangan Tuhan penuh kuasa akan menolong dan membebaskan.

Aku tidak akan mati! Sehebat apapun cara musuhnya mengepung, mengintai dan menjerat pemazmur, dia percaya tangan Tuhan yang penuh kuasa akan menyelamatkannya. Mengapa Tuhan membiarkan dia hidup ? Tujuannya adalah untuk menceritakan perbuatan-perbuatan tangan Tuhan yang ajaib yang dialaminya sendiri. Hal seperti ini dialami oleh Paulus yang diceritakan dalam 2 Kor 6:9, "sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati".

Orang yang nyaris mati, namun sungguh hidup. Orang yang dihajar, namun tak mati. Ini suatu perlindungan dan jaminan pemeliharaan Tuhan. Hidup ini bukan ditangan musuh. Sehebat apapun  musuh menerkam dan menerjang hidup ini ditangan Tuhan. Hal yang sama Yesus menasihati murid-muridNya agar tidak takut kepada orang yang dapat membunuh tubuh:
"Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka" (Mat 10:28).

Renungan hari ini mengajak kita untuk senantiasa bersyukur dan penuh semangat dan tidak takut kepada kematian. Sehebat apapun rancangan orang lain yang tidak menginginkan kita, menolak bahkan mengancam hidup kita jangan takut. Seperti prinsip pemazmur ini tidak surut sedikit pun oleh ancaman musuh karena hidup ini di tangan Tuhan. Sekalinlagi hidup ini di tangan Tuhan bukan di tangan musuh. Dengan demikian selagi masih kita hidup marilah kita menceritakan perbuatan-perbuatan Tuhan, sebagaimana kesaksian Alkitab dan pengalaman pribadi kita masing-masing. Amin.

Sabtu, 06 Mei 2017

"PERCAYAKAN HIDUPMU PADA TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"PERCAYAKAN HIDUPMU PADA TUHAN"

1 Petrus 5:7 “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”

Allah tidak pernah melalaikan umatNya. Ketika anak-anakNya mengalami permasalahan dan penderitaan, Allah akan segera menolongnya. Itulah kebenaran kasih setia Allah yang dinyatakan firmanNya, Dia selalu siap menopang dan menyelamatkan.

Ajaran ini dapat kita baca dari kesaksian Alkitab. “Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku.” (Mzm 27:10), apabila ayah-ibu kita gagal mengasihi, Tuhan pasti akan bertindak (Mzm 37:5). Itu sebabnya kita patut menyerahkan semua kuatir kita kepadaNya sebab Ia memelihara dan tidak selama-lamanya Ia membiarkan kita goyah" (Mzm 55:23). Lebih konkrit Tuhan Yesus mengajarkan, bahwa Tuhan memelihara kita sebagai makhluk berharga. Dikatakan “…Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya… Janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.” (Mat 10:29-31).

Nas ini mengimbau kita agar semua ketakutan, kekuatiran, dan keprihatinan itu kita serahkan sepenuhnya kepada Allah. Kita akan dapat membuktikan betapa hebat pemeliharaan Allah itu. Memang ada kalanya, kita ragu akan kepedulian Allah bagi kita. Para murid pun bertanya sama di saat gelombang dahsyat dan angin ribut hendak memecahkan perahu mereka; dan saat itu Yesus bersama mereka tertidur di buritan. “Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” (Mrk 4:38). Inilah tuduhan keji kita kepadaNya: “Tuhan tidak peduli”. Jeritan yang sama kita teriakkan. Tuhan, apakah Engkau ada? Di manakah Engkau Tuhan? Apakah Tuhan meninggalkan kami?

Banyak gerutu yang kita lontarkan, seolah Dia pantas dimarahi. Namun Tuhan menjawab hal itu salah: Tentu saja Aku sangat peduli! Aku adalah Bapa yang peduli. Tuhan yang peduli akan kesengsaraan jemaat mula-mula, atas penganiayaan rasul-rasulNya, dan hingga sengsara kita kini. Dia peduli tiap detail masalah kita, kecil atau besar. Amin.

Jumat, 05 Mei 2017

Partangiangan Sektor Jatibening/Bekasi bergabung dengan Koor Ama

Partangiangan Sektor Jatibening/Bekasi bergabung dengan Koor Ama.
Di rumah Kel. B. Sihombing/ DF. br Panggabean, Perumahan Jatibening Estate Blok D 8 No 19.
Dilayani oleh Pdt. Lucius TB. Pasaribu, S.Th.



"JANGAN MENINDAS ORANG MISKIN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

JANGAN MENINDAS ORANG MISKIN

Ulangan 15:7b, "Maka janganlah engkau menegarkan hati ataupun menggenggam tangan terhadap saudaramu yang miskin itu"

Setiap orang pasti tidak menghendaki dirinya miskin, namun kemiskinan selalu ada dalam kehidupan ini. Itu suatu realitas dalam masyarakat. Satu hal yang dipastikan Alkitab adalah bahwa orang miskin harus mendapat jaminan kehidupan. Itulah sebabnya Alkitab sangat keras melarang menindas orang miskin  dan umat Allah harus belarasa bagi orang miskin. Berbela rasa bagi orang miskin adalah bentuk kredo atau pengakuan iman: "kami dahulu budak di Mesir..."  Kalimat ini selalu berulang-ulang dalam Alkitab. Oleh karena mereka dahulu miskin dan diperbudak, mereka harus selalu ingat Tuhan yang membebaskan mereka dari perbudakan. Semiskin-miskinnya orang, jika mereka menjadi miskin dan harta mereka tergadai dan terjual, kaum Yahudi harus membebaskan mereka dari segala hutang; harus bebas pada Tahun Yobel atau tahun ke luma puluh.

Ada dua istilah yang dipakai bersifat larangan dalam renungan di pagi hari ini:
(1)  Jangan menegarkan hati! Menegarkan hati sama dengan mengeraskan hati, orang yang sudah meminta pertolongan namun hatinya tak bergerak oleh belas kasihan, tidak perduli dan tidak mau tahu. Mereka yang meminta uluran tangan namun hatinya sama sekali tak tergerak untuk membantu dan menolong padahal orang tersebut sangat membutuhkan uluran tangan.

(2)  Menggemgam tangan! Ada banyak arti menggemgam tangan. Sika seseorang menggemgam tangan bagi kita bisa isyarat ancaman, seseorang menunjukkan kuasa dan kekuatannya untuk menekan dan mengancam. Disini ada fresshing atau tekanan.  Menggemgam tangan bisa juga dimaknai tangan tertutup, tidak mau mengulurkan tangan bagi orang yang membutuhkan. Ini kebalikan dari membuka tangan. Umat Allah dilarang  menggemgam tangan terhadap orang miskin.

Dengan larangan ini umat Allah hendak hidup dalam saling mengasihi, memperhatikan dan penuh dengan solidaritas terhadap sesama. Orang miskin harus mendapat jaminan dan perlindungan dari sesamanya. Kita harus menyadari bahwa kemiskinan bukanlah kehendak diri sendiri, kemiskinan bisa saja terjadi bagi setiap orang. Hal menarik adalah perintah ini disampaikan sebelum mereka memasuki tanah Kanaan. Perintah ini sangat visioner dan membentuk suatu solidaritas yang kuat diantara sesama umat Allah.

Renungan di pagi hari ini, PERTAMA mengingatkan kita akan berbagai sikap terhadap sesama. Sungguh   menegarkan hati dan menggenggam tangan terhadap orang miskin merupakan larangan. Ubahlah pandangam terhadap orang miskin, mereka adalah saudara kita; jangan menghina apalagi menindas mereka. Orang miskin adalah sesama yang membutuhkan uluran tangan. KEDUA, firman ini mengajak kita jangan miskin; terus di pihak yang menerima bantuan. Ketika Bantuan Langsung Tunai (BLT) digulirkan pemerintah, angka kemiskinan meningkat tajam, semuanya berlomba miskin agar mendapat dana BLT atau raskin, bahkan ada yang marah-marah terhadap petugas karena tidak masuk dalam daftar orang miskin. Padahal ada indikator yang dibuat akan hal itu. Mindset seperti ini harus kita rubah, jika mampu mengapa harus mendaftarkan diri sebagai orang miskin.

Renungan dipagi hari  i menyentuh hati kita untuk kepedulian terhadap sesama. Jika Anda bisa memberi mengapa harus menegarkan hati? Amin.

Kamis, 04 Mei 2017

"HIKMAT DARI ATAS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

HIKMAT DARI ATAS

Yakobus 3:17-18, "Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.
Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai".

Dua praktek kehidupan yang berlawanan merupakan realitas; jahat dan baik, kacau dan damai, kekerasan dan kelemah-lembutan, kematian dan kehidupan. Kedua realitas ini merupakan produk dari manusia yang bersumber dari hikmat.  Hikmat dari bawah yaitu manusia oleh sifat duniawi menghasilkan kejahatan, kekacauan, kebencian, kekerasan dan berakhir pada kematian. Namun sebaliknya hikmat dari atas akan menghasilkan kebenaran, kebaikan, kedamaian dan kehidupan bagi manusia. Hal inilah yang dijelaskan oleh rasul Yakobus kepada jemaat mula-mula agar setiap orang percaya tetap dipandu oleh hikmat yang dari atas.

Hikmat dari atas adalah hikmat yang bersumber dari Allah yang berorientasi pada kehendak Allah. Hikmat membuahkan sifat-sifat positif di dalam diri seseorang. Dalam renungan hari ini disebut beberapa karakter: murni, pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Jika kita baca semua itu tentu hikmat dari atas menempa kita menjadi pribadi yang memiliki integritas dan hidup di atas prinsip yang berdasarkan kebenaran, membuahkan kebaikan dan mengadakan damai sejahtera.

Karakter di atas menjadi indikator bagi kita untuk mengenali seseorang. Sebagaimana Yesus bersabda: dari buahnyalah kamu mengenal pohon. Pohon yang baik menghasilkan buah yang baik. Demikian hal hikmat dari atas ini menjadi indikator bagi kita mengenali pribadi kita sendiri. Pribadi yang baik hati yang dipandu okeh hikmat dari atas akan selalu berusaha mengadakan damai bagi dirinya sendiri, keluarga, lingkungan kerja dan masyarakat.

Renungan hari ini mengingatkan kita akan karakter dan tugas kita yang sesungguhnya. Tentu tidak ada yang sempurna, namun usaha dan kemauan keras untuk mewujudkannya pasti akan membentuk kita.

Dari beberapa sifat yang menjadi karakter hikmat dari atas, berapakah yang telah kita miliki? Mari arahkan hidup kita kepadanya karena ke sanalah habit kita yang sesungguhnya. Amin.

Rabu, 03 Mei 2017

"MANUSIA BERENCANA, KEPUTUSAN PADA TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"MANUSIA BERENCANA, KEPUTUSAN PADA TUHAN"

Amsal 19:21, "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana".

Salah satu anugerah pada manusia yang tidak ada pada makhluk hidup ciptaan lain adalah pikiran. Manusia dapat berpikir apa yang baik, menimbang apa yang buruk,  mengingat dan melupakan serta merencanakan  masa depan. Manusia punya perhitungan dan memiliki budaya yang terus berkembang sepanjang zaman. Dalam memenuhi kebutuhannya manusia memiliki banyak pemikiran, perencanaan dan pertimbangan dalam hidupnya, namun tidak semua apa yang dipikirkan manusia terwujud dalam hidupnya. Mengapa demikian? Apa yang terjadi pada manusia dan seluruh ciptaan merupakan ketetapan Allah. Allah sang pencipta memiliki otoritas untuk menetapkan dan memutuskan apa yang akan hendak terjadi. Dengan demikian kita harus menyadari bahwa hidup ini bukan berpusat pada otonomi manusia namun berpusat pada Tuhan Sang Pencipta (theonomi).

Manusia merencanakan Tuhan sendiri yang menetapkan. Ada banyak contoh dalam Alkitab atau dalam kehidupan pribadi kita masing-masing bahwa apa yang kita pikirkan baik tidak menjadi sesuatu yang terjadi, namun justru sesuatu yang di luar perkiraan kita. Lihatlah misalnya pendirian menara Babel; raja Nimrot begitu brillian berpikir, berencana dan segala bahan bangunan yang dipersiapkan, arsitek dan pengerja bangunan ada. Namun keputusan Allah lain sehingga rencananya gagal. Demikian dengan pengalaman Daud, memiliki satu 'dream' yaitu mendirikan Bait Suci baginTuhan. Daud pun membuat rancangan, perkiraan biaya dan menyediakan material yang hendak dibangun. Namun Tuhan membuat keputusan bukan dia yang membangun rumah bagi Tuhan namun anaknya. Bukankah pembangunan ini tinggal pelaksanan, segala sesuatu telah tersedia namun keputusan ada pada Tuhan. Satu contoh lagi, bukankah anak-anak Yakub merencanakan kebinasaan bagi Yusuf? Namun rancangan mereka bukanlah akhir jalan hidup Yusuf, justru dirubah Allah menjadi jalan menuju istana.

Dari pengalaman yang terjadi dalam Alkitab di atas kita semakin dikuatkan untuk memiliki suatu pemahaman bahwa dalam kehidupan ini Tuhan yang menetapkan dan memutuskan. Keputusan Tuhan adalah kehendakNya. Manusia dapat merancang dan merencanakan apapun dalam hidupNya namun harus disadari keputusan ada pada Tuhan. Tuhan menetapkan apa yang akan terjadi menurut kehendakNya. Penjelasan ini sekaligus menjadi nasihat yang sangat berharga, bahwa apapun rancangan dalam hidup ini hendaknya berpaut atau seturut dengan rencana keselamatan Allah.

Manusia merencana Tuhan menetapkan. Pandangan yang sangat kaya sekaligus menjadi nasihat yang sangat berharga agar manusia menjauhkan rancangan dan pemikiran yang berlawanan dengan kehendak Allah. Marilah kita rancang dalam kehidupan ini apa yang baik dan mendatangkan kesejahteraan bagi manusia dan ciptaan lainnya. Jika pun terjadi apa yang di luar perkiraan dan pemikiran kita, terimalah dan mari mencari kehendak Allah dalam situasi yang kita alami. Tuhan selalu memutuskan apa yang terbaik untuk kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin.