running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Rabu, 31 Januari 2018

"SEJAUH TIMUR DARI BARAT" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SEJAUH TIMUR DARI BARAT

Mazmur 103:12, "Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita"

Salah satu perusak hubungan atau relasional yang baik adalah kesalahan atau pelanggaran. Jika seseorang melakukan kesalahan pasti akan ada rasa takut, sebagaimana ungkapan: 'takut karena salah, berani karena benar.' Itu adalah alamiah di dalam diri siapapun. Kalau pun ada orang yang berani sudah salah ini namanya mencoba memberanikan diri, namun nuraninya tetap menyatakan rasa bersalah.

Hubungan manusia dengan Allah juga demikian, manusia telah melakukan pelanggaran terhadap Allah, manusia takut akan murka dan hukumanNya. Hal itu lita lihat pada kisah Adam dan Hawa yang telah melanggar perintah Tuhan. Setelah mereka jatuh dalam dosa,  mereka takut dan bersembunyi dari hadapan Allah. Allah marah terhadap pelanggaran, namun kasihNya jauh lebih besar dari amarahNya. Itulah yang digambarkan dalam isi Mazmur 103 ini, kasih Allah jauh lebih besar dari pelanggaran kita. 

Mazmur 103 merupakan salah satu mazmur yang paling indah dari 150 mazmur yang ada. Di dalam Mazmur 103 kita menemukan hakekat Allah sebagai pengasih, penyabar, mengampuni dan penuh kasih sayang. Tidak ada yang dapat dibandingkan  bagaimana kasih Allah terhadap umat yang dikasihiNya. Seperti langit dan bumi demikian kasihNya dan pengampunanNya. Atas kasihNya yang besar Tuhan telah menjauhkan pelanggaran kita. Jauhnya tak kepalang tanggung yaitu sejauh timur dari barat: suatu jarak yang yak terhingga.  Tuhan itu panjang sabar dan penuh belas kasihan , Tuhan membuang jauh segala pelanggaran-pelanggaran kita. 

Marilah kita simat syair-syair berikut ini:   "TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita" (Mzm 103:8-12).

Semua ungkapan-ungkapan ini menunjukkan begitu dalamnya pemahaman pemazmur atas kasih Allah terhadap orang yang dikasihiNya. Cakrawala berpikir pemazmur begitu dalam, dia memakai alam sekitar untuk menuangkan daya  imajinasi tentang sifat dan hakekat Allah yang maha pengampun. Allah tidak mengingat-ingat kesalahan dan pelanggaran kita. PengampunanNya adalah tanpa syarat. Pelanggaran kita tidak menjadi penghalang untuk menerima kasih karuniaNya karena pelanggaran kita telah dibuang jauh-jauh. KasihNya lebih besar dari pelanggaran kita. PengampunanNya memulihkan hubungan kita kepada Allah.

Nas renungan pagi ini adalah kabar gembira bagi kita semua. Allah tidak mengingat-ingat pelanggaran kita, kita semua diberi pengampunan. PengampunanNya adalah tanpa syarat, dosa kita tidak jadi penghalang bagi kita menerima kasih karuniaNya.  Jika Tuhan mengampuni dan membuang pelanggaran kita adalah baik jika kita memperbaiki diri melakukan apa yang menyukakan hati Tuhan. Sebagaimana Yesus mengampuni seorang perempuan yang harus dihukum rajam, Yesus berkata: "pulanglah dan jangan berbuat dosa lagi" (Yoh 8:11). Amin.

Senin, 29 Januari 2018

"MENGELOLA AMARAH" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MENGELOLA AMARAH

 Efesus 4:26-27, "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu  dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis".

Semua kita pasti pernah marah. Pada kenyataannya orang yang paling "cool" dan lembut sekalipun pasti pernah mengalaminya. Seseorang marah biasanya disebabkan adanya masalah, apa yang terjadi tidak seperti yang diharapkan sehingga ada penolakan dari diri dan meluapkannya dalam emosi marah. 

Sasaran kemarahan biasanya ditujukan pada penyebab masalah. Jika tidak sampai pada orang dimaksud kemarahan bisa saja dialihkan pada siapa saja sebagai penyaluran luapan emosi. Namun ekspressi orang ketika marah berbeda-beda; ada orang yang temperamen sedikit-sedikit marah, namun ada juga orang yang tetap tenang menyikapi situasi dan keadaan. Sikap kemarahan sangat ditentukan oleh kematangan emosional seseorang.  Ada orang yang sulit memaafkan kesalahan sehingga dia terus marah. Namun ada orang yang berdamai dan mau memaafkan sehingga tidak ada kesalahan yang membebani hati dan pikirannya.

Renungan pagi ini merupakan nasihat Paulus bagaimana sikap kita terhadap marah. Dalam hidup ini kadang tak terhindarkan marah, namun jika marah ada tiga hal yang dinasihatkan kepada kita:

(1). Marah boleh saja tapi jangan sampai berbuat dosa. Ada orang marah hingga melukai dan menyakiti orang lain. Panas hati dilampiaskan dengan menyakiti orang lain. Itu adalah perbuatan sadis yang menyakitkan. Paulus sangat realistis, kita boleh-boleh saja marah namun ingatlah jangan membuat orang lain luka dan tersakiti. Kelolahlah kemarahan, jangan sampai berdosa dan melukai orang lain.

(2). Marah jangan biarkan bermalam. Ini penting, amarah yang dibawa ke tempat tidur pasti membuat Anda gelisah dan tidak bisa tidur. Anda sendiri menyiksa hidup Anda sepanjang malam. Pikiran negatif pun biasanya akan muncul dan disertai kegeraman.  Paulus dalam renungan di pagi hari ini mengingatkan kita, jika pun ada amarah yang tak terhindarkan jangan biarkan amarahmu bermalam di hati dan di pikirkan kita. Sebelum matahari terbenam, lupakanlah amarah, berdamai dan memaafkan. Yang berlalu biarlah berlalu, ambil pelajaran penting.  Jika amarah kita biarkan bermalam hanya akan menambah siksa batin yang menyakitkan.

(3). Membiarkan amarah, berarti memberi diri dikuasai Iblis. Ini benar, coba Anda lihat amarah Saul pada Daud. Mulanya hnya sederhana, dari perasaan tidak suka karena nyanyian kaum perempuan Isrsel: Saul mengalahkan beribu-ribu musuh namun Daud berlaksa-laksa. Daud dielu-elukan melebihi Saul maka Saul tidak suka, meningkat lagi rasa benci, rasa benci meningkat lagi memusuhi dan dari memusuhi meningkat ingin menghabisi dan membunuhnya. Membiarkan diri dalam pikiran negatif berarti membiarkan Iblis menguasai pikiran kita hingga terjerumus dalam dosa yang menyedihkan.


Amarah terkadang tak terhindari dalam hidup kita. Namun jika marah kelolalah dengan baik, jangan sampai amarah dan murka mendatangkan dosa sehingga amarah itu menjadi alat Iblis yang menjatuhkan kita. Anak-anak terang diberi kuasa mengendalikan diri sehingga kita mampu mengelola amarah.  Marahlah dengan tujuan positip, menghardik orang agar berubah dan tidak mengulangi kesalahan, namun jangan biarkan amarahmu menguasai dirimu, tetapi kuasailah dengan pengendalian diri dan kesediaan memaafkan dan melupakan. Yang berlalu biarlah berlalu, pelajari hal-hal yang membuat Anda marah, kelola dengan baik sehingga hal yang sama tak terulang dalam hidup Anda. Amin.

Jumat, 26 Januari 2018

"ROH KEBENARAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

ROH KEBENARAN

Yohanes 16:13, "Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang".

Nas renungan pagi ini merupakan pesan-pesan terakhir Tuhan Yesus kepada murid-murid sebelum memasuki jalan salib.  Yesus membekali murid-murid agar mempersiapkan diri mengahadapi segala tantangan paska kematianNya. Mereka akan mendapat tantangan dari pemimpin-pemimpin dunia, ditolak, dikejar dan dianiaya hingga mati martyr. Segala kesulitan akan menimpa mereka. Sekalipun Yesus naik ke sorga, itu bukan berarti Dia meninggalkan para murid dan mereka menanggung sendiri atas semua penderitaan tersebut.  Sama sekali tidak.  Roh Kudus akan datang, Dia adalah Roh Kebenaran yang memimpin orang percaya hidup dalam kebenaran. Roh akan menghibur dan Roh akan membantu murid menghadapi tekanan. Roh Kudus memampukan orang percaya berpengharapan hingga pada kedatangan Yesus Kristus ke dunia ini.
Selengkapnya disebutkan dalam Yohanes 16:8-11, "Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum".

Roh Kudus bukanlah pribadi yang pasif dalam hidup orang percaya, tetapi  proaktif menghibur orang percaya dalam segala kesesakan dan mengajar orang percaya untuk menyaksikan apa yang seharusnya dikatakan dalam menghadapi segala sesuatu, sebagaimana disrbut dalam Yoh 14:26, "Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu". Hal ini penting karena murid-murid akan menghadapi pengadilan para penguasa dunia. Dalam semua itu, Roh akan membantu mereka menyaksikan apa yang seharusnya diucapkan. Jika dihadapkan dalam peradilan dan mahkamah, tak usah kecut dan tawar hati. Roh Kebenaran akan datang menolong dan membantu orang percaya menyatakan apa yang seharusnya diucapkan.

Ada hal luar biasa dari pekerjaan para rasul dan gereja mula-mula. Lihatlah Petrus, dia seorang nelayan, namun mampu berpidato yang luar biasa tentang kebenaran kitab suci. Khotbah dan pengajarannya lebih dari seorang rabbi Yahudi. Dia menjelaskan dengan baik tentang peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus sebagai bukti pemenuhan janji Allah. Khotbah Petrus membuat orang banyak percaya (Kis Rasul 2). Paulus dalam berbagai sidang pengadilan bukan gelisah menghadapi tuduhan yang menyulitkan dia, tetapi menjadi kesempatan untuk memberitakan Injil Yesus Kristus. Semuanya itu karena pertolongan Roh Kudus.

Di sinilah letak kekuatan hidup orang percaya. Kita tidak bekerja sendirian, tetapi Allah sendiri bekerja di dalam diri kita melalui Roh, sebagaimana disebut falam Roma 8:26, "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.


Inilah yang harus kita yakini, bahwa Allah bekerja melalui Roh Kudus di dalam hidup kita. Sesulit apapun tantangan yang menimpa kita jangan takut. Tuhan menolong kita. Roh Kudus akan memimpin kita hidup dalam kebenaran. Amin.

Kamis, 25 Januari 2018

"JANGAN BERI KESEMPATAN PADA IBLIS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

JANGAN BERI KESEMPATAN PADA IBLIS

Matius 4:10, "Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" 

Ada hal menarik penempatan kisah pencobaan yang dialami Yesus menurut penulisan Injil Synoptik (Matius, Markus dan Lukas). Sebelum memulai pelayananNya,  Yesus dicobai oleh Iblis. Setelah selesai melewati pencobaan baru diceritakan tentang pemanggilan murid dan berbagai pelayanan Tuhan Yesus: mengajar, berkotbah dan melakukan mujizat-mujizat. Penempatan ini penting, setelah lulus pencobaan barulah Yesus memulai pelayananNya.

Yesus dicobai tiga kali, ketika Dia berpuasa selama 40 hari/malam. PERTAMA: Iblis tahu kondisi orang yang berpuasa, maka Ia mencobai Yesus supaya mengubah batu menjadi roti. Iblis tahu bahwa Mesias memiliki kuasa untuk melakukan itu. Namun Ysus tidak membuka dialog. Jawaban Yesus: manusia hidup bukan dari roti saja.  KEDUA: ketika Yesus di Bait Allah, Iblis mencobai agar Yesus menjatuhkan diri dari menara Bait Allah. Kalau Yesus menjatuhkan diri tentu Tuhan tak membiarkan kaki hambaNya terantuk ke tanah sambil mengutip ayat kita suci. Pikiran yang terbenam di balik ini adalah ketenaran, Yesus hebat, jatuh dari menara namun tak mendapat celaka. Jawab Yesus: janganlah mencobai Tuhan Allahmu. KETIGA adalah Iblis membawa Yesus ke atas bukit dan memperlihatkan kekayaan duniawi dan segala kemuliaannya. Semua itu akan diberikan jika mau menyembah Iblis. Jawaban Yesus sebagaimana teks renungan di pagi ini mengatakan: Enyahlah Iblis, sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada dia saja engkau berbakti.

Bacalah kisah ini semuanya, begitu lihainya Iblis mempengaruhi, membujuk dan mencobai agar jatuh pada perangkapnya. Bujukan Iblis itu tak kepalang tanggung, dibumbui dengan ayat-ayat kitab suci yang mempesona hingga menawarkan segala kemewahan dan kemegahan duniawi. Iblis tahu kondisi yang dicobainya dan tahu kebutuhannya, jika tak kuat imannya maka akan jatuh tergeletak. Namun dari ketiga kali pencobaan tersebut Yesus tidak pernah memberikan hati untuk tawar menawar atau tertarik sama sekali pada apa yang ditawarkan Iblis. Bahkan dalam pencobaan ketiga, Yesus mengusirnya dan berkata: enyahlah kau Iblis!

Apa yang dapat kita pelajari dari renungan ini? Yesus tidak memberi kesempatan bagi Iblis masuk dalam hidupnya. Yesus melawan pencobaan Iblis dengan kebenaran firman Tuhan. Kuasa Yesus membuat iblis enyah. 

Dari nas renungan pagi ini kita menemukan hal berharga bahwa setiap orang percaya memiliki kekuatan untuk melawan godaan dan cobaan si jahat. Kekuatan kita melawan semua tipu daya Iblis adalah iman. Iman yang tangguh tentu terlahir dari pendengaran akan firman Tuhan.

Membaca renungan pagi ini saya jadi ingat kisah seorang mahasiswa teologi yang mendapat nilai A+. Ketika menghadapi ujian semester ada 3 pertanyaan dosen: (1). Tentang Kristologi; (2). Mengenai Roh Kudus (Pneumatologi); dan (3). Mengenai Diabolos (Iblis/evil). Ketika menjawab pertanyaan 1 dan 2 si mahasiswa tidak menyadari bahwa waktu ujian sudah hampir selesai. Maka dengan singkat dia menuliskan jawaban pertanyaan no 3: NO TIME FOR EVIL.
Sesungguhnya dia resah, karena tak ada waktu menjawab pertanyaan itu. Namun hasil ujian,  dia mendapat nilai A+. Rupanya sang dosen sangat terkesima dengan tulisan singkat tersebut. NO TIME FOR EVIL dan itu jawaban paling pendek dan paling tepat. Tidak ada waktu untuk Iblis! Amin.

Rabu, 24 Januari 2018

"DITARIK OLEH BAPA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

DITARIK OLEH BAPA

Yohanes 6:44, "Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman"

Dalam aktifitas sehari-hari, mungkin kita pernah melihat tindakan orang tua untuk melindungi anaknya agar terhindar dari bahaya. Misalnya seorang ayah berlari setelah melihat anaknya menjerit ketika memanjat tembok nyaris terjatuh. Untunglah sang ayah dapat menarik si anak sehingga tidak jatuh. 

Dalam renungan pagi ini, disebutkan tindakan Allah yang menarik setiap orang untuk datang kepada Yesus Kristus sang Juruselamat. Kenapa kita ditarik, karena  manusia berjalan di jalan yang menuju kebinasaan. Namun Allah menarik kita agar kita berjalan di jalan yang menuju kehidupan yang kekal yaitu di dalam Yesus Kristus.

Dalam nas renungan pagi ini, ada hubungan dialektika antara Yesus Kristus dan Allah Bapa. Di satu sisi Yesuslah jalan, kebenaran dan hidup, tidak ada yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Yesus Kristus (Yoh 14:6). Dan nats renungan hari ini menjelaskan bahwa orang yang datang kepada Yesus Kristus adalah peran Bapa. Tak ada seorang pun yang dapat datang kepada Yesus tanpa ditarik oleh Bapa.  Allah Bapa yang menarik setiap orang agar datang kepada Yesus Kristus dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat. 

Di sini kelebihan Injil Yohanes menjelaskan hubungan Allah Bapa dan Yesus Kristus; Allah sendiri yang mengutus anakNya Yesus Kristus ke dunia ini sebagai jalan keselamatan, dan Allah sendiri  juga yang bekerja menarik setiap orang untuk percaya kepada Yesus Kristus. Tindakan Allah ini adalah bukti kasihNya agar manusia tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Allah menarik kita kepada Yesus Kristus. Penjelasan ini menekankan bahwa kita percaya kepada Yesus Kristus bukanlah inisiatip diri  sendiri tetapi inisiatip dan peran Allah yang menarik kita kepada Yesus Kristus.  

Bagaimana manusia memperoleh kehidupan yang kekal? Bukankah manusia harus berujung kepada kematian? Di sinilah Injil Yohanes menjelaskan tentang kehidupan setelah kebangkitan. Setiap orang akan mati, karena manusia telah jatuh di dalam dosa dan konsekwensi dosa adalah maut. Namun Yesus Kristus akan membangkitkan setiap orang pada akhir jaman dan setiap orang yang dibangkitkan memasuki kehidupan yang kekal. Itulah sebabnya Yesus Kristus bangkit dari kematian sebagai yang sulung. 

Karena itu kita harus bersyukur atas rencana Allah dalam hidup kita yang menarik kita dari jalan kita yang sesat. Injil Yohanes menjelaskan bahwa manusia ini berjalan menurut keinginan masing-masing. Jika jalan ini diteruskan maka akan menuju kebinasaan. Namun Allah Bapa menarik kita dari jalan hidup kita masing-masing kepada Yesus Kristus agar kita memperoleh kehidupan yang kekal. Hal inilah yang harus kita syukuri dalam hidup ini. Allah telah menarik kita dari jalan kita yang fana kepada Yesus Kristus agar ikut menjadi ahli waris dalam kehidupan yang kekal. Amin.

Selasa, 23 Januari 2018

"TUHAN PEMBERI SEGALANYA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TUHAN PEMBERI SEGALANYA

Kisah Para Rasul 17:25b, "karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang"

Hingga saat ini gereja HKBP dalam setiap doa persembahan dalam ibadah Minggu selalu menyanyikan syair yang begitu indah dari BE 204:2 "Nasa na nilehonMi, tondi ro di pamatanghu, hosa dohot gogongki, ro di saluhut artangku. Hupasahat itu Ho. Naso unsatonkudo." (Tuhan karuniaMu, roh dan jiwaku semua. Nyawa juga hidupku, harta milikku semua. Kuserahkan padaMu. Untuk selama-lamanya).

Jika kita analisa syair lagu ini berpadanan dengan nats renungan di atas bahwa Tuhanlah yang memberikan segala sesuatunya pada hidup kita. Pandangan dasar teologis seperti ini sangat penting dipahami bahwa: segala yang ada pada kita adalah karunia Tuhan. Kepemilikan yang ada pada kita tetapi milik Allah. Kita adalah pengelola pemberian Allah untuk membangun hidup kita, membangun sesama melalui tindakan kasih. 

Lagu persembahan di atas mendasari bahwa apa yang kita persembahkan bukanlah milik kita tetapi milik Tuhan yang dianugerahkan bagi kita. Yang kita persembahkan bukan sebagian tetapi totalitas hidup yang kita persembahkan kepada Tuhan: roh, jiwa, nyawa juga hidup kita adalah persembahan kepada Tuhan yang harum bagi namaNya. Jadi persembahan itu bukan hanya persembahan yang kita serahkan pada saat ibadah minggu, perpuluhan dan ucapan syukur yang kita beri, tetapi lebih dari itu: hidup kita dan segala yang ada pada kita harus kita persembahkan sebagai dupa yang harum bagi Tuhan. Hal ini ditegaskan oleh Paulus dalam Rom 12:1, "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati".

Nas renungan di pagi ini merupakan penjelasan Paulus di Atena. Di sana ia menemukan kuil-kuil dan rupa-rupa sesajen yang ditujukan pada dewa-dewa. Paulus melihat ini adalah praktek manusia yang melayani "tuhan". Namun ada satu kuil yang disebut kepada dewa yang tidak dikenal. Paulus memanfaatnya untuk pemberitaan Injil.  Jika dalam kuil-kuil itu Paulus mendapat kesan manusia yang melayani Tuhan berbeda dengan pemahaman Paulus bahwa Tuhan yang kita sembah dan kita puji dan yang dia beritakan adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi,  tidak dilayani oleh tangan-tangan manusia, tetapi Tuhan sendiri yang memberikan segala sesuatu bagi manusia dan Tuhan yang memperlengkapi apa yang kita butuhkan.  

Renungan ini menegaskan kepada kita bahwa Tuhanlah yang memberikan segala sesuatu dalam hidup kita; yang dapat kita lihat dan yang tidak dapat kita lihat, yang dapat kita rasakan, yang dapat kita hitung dan di luar jangkauan pikiran kita. Semua itu adalah pemberian Tuhan yang harus kita syukuri dan kita persembahkan menjadi alat pelayanan Tuhan di dunia ini. Amin.

Senin, 22 Januari 2018

"TUHAN PEMILIK LANGIT DAN SEMESTA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TUHAN PEMILIK LANGIT DAN SEMESTA

Ulangan 10:14, "Sesungguhnya, TUHAN, Allahmulah yang empunya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit, dan bumi dengan segala isinya"

Kitab Ulangan merupakan kitab yang menekankan pentingnya kesetiaan umat melakukan perintah Tuhan. Disebut Ulangan karena berbagai perintah yang kita temukan dalam kitab ini telah dimuat sebagian di kitab Keluaran, Bilangan dan Imamat. Jadi Ulangan ini dimuat kembali agar umat Allah paham dan mengerti serta tidak lupa akan peritahNya. Mengulang-ulangi merupakan metode pendidikan menghapal yang sangat baik. Bukan hanya menghapal, tetapi perlu pengertian dan penghayatan yang mendalam.

Nas renungan hari ini menegaskan bahwa Tuhanlah yang empunya langit dan bumi. Dialah pencipta dan pemeliharan ciptaanNya. Tuhan memerintah seluruh ciptaanNya menurut kehendakNya. Allah sang pemilik langit dan bumi mau mengikat diri kepada umat Israel. Tuhan mau mengikat diri bukan karena keelokan atau kehebatan dan kebesaran Israel, sama sekali bukan. Allah mau mengikat diri kepada umat Israel karena Ia terpikat dengan leluhur mereka (Ul 10:15) yaitu Abraham, Ishak dan Yakub. Abraham adalah Bapa orang percaya; dia setia menunggu janji Allah sekalipun sudah ujur. Bukan hanya itu, kesetiaan Abraham teruji ketika anak yang ditunggu-tunggu dengan lama, karena perintah Tuhan, Abraham dengan tulus mau mempersembahkan Ishak.

Jika dalam renungan ini diingatkan bahwa Tuhanlah pemilik langit dan bumi dan segala isinya, itu artinya: 

(1).  Menunjukkan bahwa bumi yang kita tinggali adalah milik Allah. Fasilitas yang kita nikmati seperti makanan, air bersih, udara dan ketersediaan pangan adalah semua bersumber dari Allah. Jika planet ini masih berputar pada porosnya itu karena Tuhan pemegang kuasa atas ciptaanNya.

(2). Tuhan sang pemilik langit dan bumi mau berkenan menjadi Allah kita, Allah segala allah dan Tuhan dari segala tuhan. Dia Raja di atas segala raja dan tak ada kuasa yang mengatasiNya. Dengan demikian mari semakin menyembah Dia,  takut kepada Tuhan melalui sikap hormat dan takjub. Lakukanlah perintahNya dengan setia karena dengan melakukan perintah itu kita melakukan kehendak Allah.

(3). Tuhan sang pemilik langit dan bumi, menyadarkan kita semua bahwa hidup ini adalah anugerahNya. Tuhan memberikan kesempatan bagi kita menikmati ciptaanNya. Nas renungan ini menyadarkan kita agar tetap semakin rendah hati di hadapan Tuhan. Tidak ada yang dapat kita sombongkan, karena langit bumi dan segala isinya adalah milik Tuhan. Yang ada pada kita adalah titipanNya yang dapat kita pergunkan untuk membangun hidup kita dan menolong sesama serta alat pelayanan Tuhan di dunia ini. Amin.

Sabtu, 20 Januari 2018

"JANGAN ADA ALLAH LAIN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

JANGAN ADA ALLAH LAIN

Ulangan 5:6-7, "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku".

Pasal pertama dari kesepuluh perintah Tuhan adalah "Jangan ada padamu allah lain kecuali Aku". Perintah pertama ini dapat kita baca dalam Keluaran 20:2-3 dan Imamat 5:6-7 ditekankan dengan kalimat pendahuluan: Akulah yang membawa kamu keluar dari perbudakan Mesir.
Hal ini penting agar bangsa Israel mengingat pembebasan. Mereka bebas dari perbudakan Mesir, mereka bebas dari kuasa Firaun yang menindas. Mengingat kuasa Firaun yang meninggikan dirinya telah menjadi allah, tak mungkin ada orang yang lolos dari genggaman penguasaannya. Namun lihatlah, Allah melakukan pembebasan dan membuat mereka menjadi suatu bangsa merdeka dan berdaulat. Jadi tidak ada hutang apapun terhadap kuasa atau kekuatan apapun bagi Israel yang membuat mereka terikat. Karena mereka bebas hanya karena kuasa dan kekuatan Allah saja. Tuhan dalam perintah pertama hanya memerintahkan agar percaya dan setia kepadaNya.

Peristiwa pembebasan menjadi hal penting untuk mengikat diri dengan Allah. TanganNya yang kuat dan berbagai mujizat yang dilakukan di Mesir hingga menuntun mereka sampai di Kanaan adalah kekuatan Allah. Tidak ada kuasa yang paling hebat dari kuasa Allah yang mereka saksikan. Maka tidak ada allah lain yang dapat diperilah yang dapat memberikan pertolongan dan kebidupan. Allah adalah satu-satunya, tiada duanya. 

Apakah allah manusia di jaman sekarang ini? Mungkin manusia telah memperilah dirinya dan jamannya yang menawarkan segalanya bagi kita. Seolah tiada lagi ruang kosong dalam hidupnya yang percaya kepada Tuhan Pencipta, yang Mahakuasa dan memelihara hidup kita. Satu artikel baru-baru ini menyebutkan generasi muda di Korea kurang menyukai agama, padahal negara ini negara yang sangat cepat pengembangan kekristenan.  Di negara yang membanggakan ITnya, namun ada kabar buruknya generasi muda Korea perlahan meninggalkan agama. Inilah perhatian kita semua, jaman sekarang yang maju, canggih dan seluruhnya serba ada di smartphone. Kita diingatkan agar percaya dan setia kepada Tuhan.

Renungan yang selalu Anda baca dan yang selalu dishare adalah suatu aktifitas kecil dari berjubel informasi yang dishare di medsos, yang selalu mengingatkan hubungan kita kepada Tuhan; kiranya bermanfaat agar tetap memelihara hidup kita cinta kepada Tuhan dan setia kepadaNya. Amin.

Jumat, 19 Januari 2018

"TUHAN MENYERTAI ENGKAU" Renungan Harian Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TUHAN MENYERTAI ENGKAU

Kejadian 21:22b, "Allah menyertai engkau dalam segala sesuatu yang engkau lakukan"

Setelah Abraham keluar dari Ur-Kasdim, dia mengembara di tanah Palestina sebagai orang asing. Jaman itu orang asing sering menjadi korban penindasan, perampokan dan diperdaya. Pokoknya orang asing sering diperlakukan semena-mena dan ditindas masyarakat sekitarnya. Mau protes, pasti tak dapat dukungan karena tak ada jaminan perlindungan dari masyarakat setempat. Itulah ngerinya sebagai orang asing di jaman Perjanjian Lama. Tetapi Alkitab memberikan pengajaran tentang hal orang asing berbeda dengan jaman itu, yaitu agar membela dan mindungi hak orang asing (Ulangan 10:8dst), tidak boleh menindas mereka (Kel 22:21, 23:9) dan memberikan tumpangan bagi orang asing. 

Abraham bapak leluhur Israel, pertama-tama tinggal sebagai orang asing di Palestina. Sekalipun orang asing, Abraham mendapat perlindungan. Abraham berjumpa dengan seorang yang baik hati bernama Abimelek. Abimelek dalam bahasa Ibrani berarti Bapak Raja. Istilah Abimelek merupakan gelar bagi raja Filistin (Kej 26:1,8). Sekalipun Abraham orang asing, namun Abimelek sangat memperhatikan hidup Abraham, memberkatinya dan memberikan jaminan perlindungan. Kemanapun Abraham pergi di daerah itu, ia mendapat perlindungan Abimelek.

Selain perlindungan keamanan, Abraham dapat mengambil air dari sumur. Sumur diberikan untuk Abraham, sumur sangat penting untuk kebutuhan hidupnya dan ternaknya. Abraham bukan orang yang cengeng, sekalipun pernah mendapat tantangan dari anak buah Abimelek, Abraham tidak langsung lapor kepadanya, tetapi menahan diri hingga memberitahukannya pada waktu yang tepat. Akhirnya ada kesempatan berjumpa dengan Abimelek dan mengutarakannya dengan baik. Abraham menyediakan jamuan bagi Abimelek. Pada saat itulah Abimelek mengadakan perjanjian kepada Abraham, sekalipun orang asing di tanah orang Filistin tapi dia akan mendapat perlindungan. Bukan hanya itu, dalam perikop ini Abraham menanam pohon (Kej 21:33) sebagai bukti ada kebebasan baginya untuk mengelola lahan. 

Bapak orang percaya, Abraham menjadi contoh yang menarik dalam hidup sekalipun orang asing namun mendapat perlindungan. Itu semua adalah campur tangan Allah, bahkan suatu rencana indah bagi Abraham yang secara tidak disadarinya Allah telah merencanakan jauh hari bahwa Abraham dan keturunannya adalah pewaris tanah perjanjian. Terkadang kita melakukan pekerjaan kita di luar perkiraan kita, namun ada rencana besar Tuhan atas hidup kita. 

Mari ikuti jalan hidup ini menurut kehendak Allah, jangan takut terhadap tantangan. Jangan merasa enak dalam zona aman, teduh dan tak siap perubahan. Abraham melakukannya, menuruti panggilan keluar dari Ur Kasdim. Dalam pekerjaan kita sehari-hari perlu juga mempertimbangkan ungkapan berpikir "out of the box", berpikir dinluar jangkauan yang biasa. Mungkin bagi orang lain asing dan aneh karena cenderung membenarkan yang biasa, tapi tak apa sejauh positip dan membangun, siapa tahu dari aktifitas kita Tuhan berencana indah baik untuk diri kita maupun orang lain. Seperti penyertaan Tuhan atas Abraham, Tuhan menyertai dan memberkati kita dalam setiap aktifitas. Sekalipun dia orang asing, namun ada jaminan dari Abimelek. Jaminan itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi campur tangan Tuhan dalam hidup Abraham.
Amin.

Kamis, 18 Januari 2018

"PADAMULAH ADA KEHIDUPAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

PADAMULAH ADA KEHIDUPAN

Yohanes 6:68-69, "Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah." 

Setelah Yesus mengajarkan tentang roti kehidupan ada beberapa murid-murid yang berubah pikiran dan meninggalkan Yesus (Yoh 6:66). Murid-murid disini adalah yang mengikut Yesus, mendengar khotbah dan ajaranNya serta menyaksiakan mujizat yang dilakukanNya.  Murid ini dalam bahasa Yunani disebut 'matetes', berbeda dengan kedua belas murid yang disebut dengan "ton dodeka". Kedua belas murid terus mengikut Yesus, sekalipun mereka tak satupun yang ikut mengahantarkan Dia ke via dolo rosa.

Mengapa mereka berubah pikiran dan meninggalkan Yesus? Mereka kurang berterima pengajaran Yesus yang menyebut dirinya Roti yang turun dari sorga, selain itu mereka salah paham tentang ajaran Yesus mengenai Perjamuan Kudus tentang memakan daging dan meminum darahNya, seperti Ia sebut dalam Yoh 6:53-54, "Maka kata Yesus kepada mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman"

Perlu kita ketahui bahwa bagi kaum Israel roti sorga adalah manna. Suatu kisah perbuatan Allah memelihara dan menyelamatkan bangsa Israel dalam perjalanan di padang gurun. Dengan pengajaran Yesus tentang roti hidup,  Yesus membandingkan diriNya dengan manna yang dikultuskan orang Yahudi. Bagi sebagian perkataan ini terlalu keras membuat ada dari murid-murid berubah pikiran  dan meninggalkan Yesus. 

Jika ada yang meninggalkan Yesus, berbeda dengan Petrus dan  kawan-kawannya tetap mengikut Yesus. Justru pada perkataan dan pengajaran Yesus mereka menemukan kebenaran dan kehidupan. Hal ini membuat Yesus bertanya kepada Petrus, mengapa kamu tidak pergi juga? Di sinilah pengakuan Petrus tentang Yesus Kristus. Petrus mengetahui dan mengenal siapa Yesus yang sesungguhnya. Yesus adalah Mesias Anak Allah, perkataan-perkataan yang diucapkanNya adalah kehidupan kekal. Yesus adalah Yang Kudus dari Allah.

Pengenalan yang sungguh terhadap Yesus membuat Petrus tidak mau meninggalkan Yesus seperti lainnya, karena keras dan tidak masuk akal. Justru Petrus telah menemukan sumber kehidupan yaitu di dalam diri Yesus Kristus. Baginya tidak ada keselamatan lain di luar Kristus. Sehingga dia tidak mau pergi, tetapi tetap mengikut Yesus sumber hidup.

Janganlah seperti matetes (murid) yang meninggalkan Yesus; mereka hanya ingin menerima hal yang indah, perkataan baik-baik yang menyenangkan telinga mereka, namun ketika tak berkenan di hati segera meninggalkan  kebenaran. Yesus mengajarkan hal keras karena Yesus tahu hati mereka yang tidak sungguh-sungguh mengikut Dia (6:61).  Mereka hanya murid murahan yang ingin mendapat roti, menyaksikan  mujizat dan kehebatan-kehebatan dari Yesus tetapi tak mau menderita dan setia memikul salib. 

Petrus juga pernah mengalami keraguan dalam hidupnya. Terkadang pengakuannya hebat namun tidak diikuti dengan kesungguhan mengikut Yesus.  Namun jadilah seperti Petrus paska kebangkitan, setelah menyaksikan sendiri kubur telah kosong, Petrus bangkit dari kerapuhannya menjadi orang yang berdiri di atas prinsip yang kokoh dan dengan penuh keberanian memberitakan Yesus Kristus yang dibangkitkan. Amin

Rabu, 17 Januari 2018

"KASIH KARUNIA ALLAH YANG NYATA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KASIH KARUNIA ALLAH YANG NYATA

Titus 2:11, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata"

Hidup di dalam Kristus haruslah membawa perubahan nyata. Inilah yang ditekankan oleh Paulus kepada Titus agar sungguh-sungguh dalam pelayanannya melakukan pembinaan rohani dan tak jemu-jemu mengajar jemaat. Menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat harus diikuti dengan kesediaan meninggalkan hidup lama dan memasuki hidup baru di dalam kasih karunia Tuhan.

Jika kita baca nas sebelum renungan ini Paulus menjelaskan bahwa hidup yang menerima Yesus Kristus meliputi semuanya baik orangtua, perempuan dan pemuda serta hamba. Orangtua harus hidup sederhana, bijaksana, terhormat dan sehat dalam iman (2:2), perempuan harus bijaksana, beribadah dan menjadi guru bagi yang lain (2:3-4), orang muda harus menguasai dirinya, teladan dan hidup jujur dan tidak bercela (2:5-8) dan bagi para hamba harus hidup taat dan jangan curang (2:9-10). Aktifitas hidup semua orang percaya harus memuliakan nama Tuhan. Perubahan hidup mereka akan menjadi warna baru yang berdampak dalam dirinya, keluarga, lingkungan masyarakat dan dalam lingkungan kerjanya. 

Menurut catatan sejarah gereja, pola hidup gereja mula-mula yang demikian sangat berdampak pada penyebaran Injil. Penerimaan Injil memang banyak dipengaruhi oleh pemberitaan rasul-rasul, namun keberhasilan penginjilan sangat jauh dipengaruhi oleh gaya hidup gereja mula-mula yang telah menjadi teladan dalam perkataan, iman dan kasih. Setiap pribadi merasakan sebagaimana dikatakan Paulus dalam Galatia 2:20, "Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku"

Bagaimana kita saat ini merasakan bahwa kasih karunia Allah telah nyata di dalam hidup kita? 
Hal pertama tentu kita harus memelihara iman kita yang menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Yesus adalah jalan yang ditentukan Allah agar kita menerima keselamatan. Tidak ada keselamatan yang ditetapkan Allah selain di dalam nama Yesus Kristus. Yesua Kristus adalah kasih karunia yang nyata bagi kita, setiap orang yang menerimanya memasuki hidup baru. 

Konsekwensi menerima Yesus Kristus  diikuti dengan kesediaan kita dididik dan bertumbuh di dalam Kristus. Titus 2:12-13, "Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus".

Jika kita menyatakan kasih karunia Allah telah nyata di dalam Yesus Kristus, itu berarti secara bersama-sama setiap orang percaya harus  meninggalkan gaya hidupnya yang lama; iri, kebencian, kemunafikan dan segala bentuk dosa, kefaaikan dan segala keinginan-keinginan duniawi. Hidup di dalam kasih karunia berusaha membangun hidup positip, bijaksana, beribadah dan menunjukkan hidup mulia dengan melakukan hal berguna dan bermakna bagi orang lain, dalam keluarga, lingkungan pekerjaan lingkungan sekitar kita. Amin.

Selasa, 16 Januari 2018

"KEKUATAN PERSEKUTUAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KEKUATAN PERSEKUTUAN

 Matius 18:20, "Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." 

Di Indonesia kita mengenal ungkapan: 'bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.' Ungkapan ini muncul dari pemahaman akan pentingnya kesatuan dalam mencapai dan mempertahankan kemerdekaan. Persatuan ada ketika berkenan membuka diri untuk bergandeng tangan, sehati dan sepikir dan bersama-sama dalam mencapai tujuan. Tetapi jika tercerai berai akan tak berdaya, rapuh dan mudah dipatahkan kekuatan lawan. Di sinilah letak kekuatan persatuan itu. 

Dalam renungan di pagi hari ini berbicara tentang pentingnya persatuan dalam persekutuan orang percaya. Yesus mengajarkan pentinya orang percaya, dua tiga orang bersatu hati berseru di dalam nama Tuhan dan Ia berkenan hadir. Bukan berarti doa personal tidak perlu. Doa  secara pribadi  itu penting, namun akan lebih besar kuasanya jika dua atau tiga orang bersekutu di dalam nama Yesus Kristus. Kesatuan hati dalam persekutuan sangat menentukan kehadiran Yesus Kristus. Inilah yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridNya: sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul di dalam namaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka. 

Namun harus kita perhatikan bahwa di sini bukan hanya berkumpul semata.  Berkumpul dalam rangka apa? Berkumpul dalam rangka memuji dan memuliakan Tuhan, berkumpul dan bersatu hati di dalam doa menyampaikan permohonan serta berkumpul dalam mewujudkan atau menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini melalui pelayanan.

Pengajaran Yesus ini, juga mengajarkan tentang arti hidup bersekutu atau berkoinonia sekaligus menjawab pikiran-pikiran sempit dari berbagai kalangan yang menekankan hal iman adalah hubungan personal ansih. Seolah-olah tak perlu ke gereja  dan tak perlu bersekutu karena iman itu personal, urusan saya dengan Tuhan; secara pribadi bisa kita berdoa di rumah, mendengarkan firman lewat membaca renungan atau lewat tv dll, serta berbagai alasan lainnya yang menonjolkan bahwa iman itu adalah hubungan personal dengan Tuhan. Ditambah lagi banyaknya aliran-aliran dan berbagai denominasi gereja yang membingungkan warga, seolah berlomba menjadi gereja yang paling kudus, gereja yang dikarunia Roh, paling benar dan paling Alkitabiah.  Aktifitas di gereja dapat dilakukan di rumah secara pribadi. Anggapan inilah yang dijawab oleh renungan di pagi ini bahwa orang percaya harus hidup bersekutu (ber- koinonia) di dalam nama Yesus Kristus. Hal iman bukan hubungan personal dengan Tuhan, tetapi hidup yang bersekutu, berkumpul dan bersatu hati di dalam nama Yesus Kristus.

Sahabat yang baik hati!  Yesus mengajar dan mengajak kita agar orang percaya hidup bersekutu bersama orang percaya lainnya. Bersama-sama menyaksikan imannya dan bersekutu menyampaikan doa dan permohonan serta mewujudkan kehendak Allah di dunia ini melalui aksi dan bhakti bersama di dalam kasih. Orang percaya terpanggil untuk menjadi saksi Kristus di dunia ini (Kis 1:8). Kekuatan persekutuan orang percaya adalah Yesus itu sendiri, dan Yesus akan mewujudkan apa yang kita sampaikan dalam permohonan dan doa-doa kita (Band Mat 21:22). Inilah kekuatan kita, hidup yang bersatu dalam persekutuan orang percaya yang berseru di dalam nama Yesus Kristus. Itulah bukti bagi kita bahwa kita tinggal di dalam Kristus. Amin.

Sabtu, 13 Januari 2018

"SELURUH BUMI PENUH KEMULIAAN TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SELURUH BUMI PENUH KEMULIAAN TUHAN

Yesaya 6:3, "Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya".

Ada hal menarik dari kisah pemanggilan Yesaya dalam pasal 6 ini. Yesaya menyadari diri orang yang najis bibir, berdosa dan tak layak dihadapan Allah (Yes 6:5). Namun dalam keberadaan demikian Allah yang Mahakudus berkenan menampakkan diri kepadanya, memancarkan kekudusan dan dipenuhi dengan kemuliaan Allah. Allah yang Mahakudus menyatakan diri kepada umatNya berdosa.  Itu bukan suatu penglihatan biasa, namun benar-benar suatu penyataan Allah untuk meyakinkan Yesaya bahwa manusia yang berdosa dipanggil untuk memancarkan kemuliaan Allah.

Allah yang Mahakudus menampakkan diri, sebagai bentuk penyataan Allah kepada nabi Yesaya. Dalam beberapa peristiwa penampakan Allah kepada hambaNya diikuti dengan peristiwa yang ajaib: peristiwa Musa (Kel 3), demikian dengan penglihatan Yeremia pada pasal 1 dan penglihatan Daniel. Allah yang transenden hadir dalam dunia yang fana. KehadiranNya hendak memancarkan sinar kemuliaan Allah. 

Manusia tidak dapat menghindar dari tugas panggilan ini. Karena totalitas hidup manusia tergantung sepenuhnya dalam kuasa Tuhan. Keberdosaan dan kelemahan manusia tidak menjadi alasan untuk tidak berbuahkan kebaikan bagi Tuhan. Allah sendiri bertindak untuk mentahirkan dan menguduskan manusia agar dapat diabdikan menjadi kemuliaan namaNya. Itulah sebabnya dalam cerita pemanggilan Yesaya ini, pada akhirnya dia menjawab Tuhan dan berkata: "ini aku, utuslah Aku". (Yes 6:8)

Apakah tugas yang hendak disampaikan oleh Yesaya sebagai nabi? Memberitakan kehendak Allah. Agar umat Allah mendengar firmanNya dan melakukan kehendakNya dalam hidup mereka: mereka dipilih menjadi umat Allah, umat perjanjian agar hidup mereka dapat memuliakan namaNya.

Inilah visi Yesaya: seluruh dunia dipenuhi kemuliaan Allah, jika setiap orang menceritakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya lewat tindakan kasih dan hidup yang menunjukkan diri menjadi teladan bagi sesama. Sama terperti terang di dalam suatu ruang gelap, terang itu akan memenuhi seluruh ruang itu, dan semua kegelapan terusir dari dalamnya. Demikianlah peran orang percaya di dunia ini  memancarkan sinar kemuliaan Allah. Dunia ini membutuhkan teladan, teladan dalam kata, sikap dan perbuatan. Teladan dalam moral, iman dan praksis kehidupannya. Amin.

Jumat, 12 Januari 2018

"KEPENUHAN DI DALAM KRISTUS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KEPENUHAN DI DALAM KRISTUS

Kolose 2:9-10a, "Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan,  dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia"

Untuk memahami renungan ini marilah kita mulai dari pesan Yesus dalam Matius 5:48, "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." 

Bagaimana kita bisa sempurna?  Bukankah sering kita mengenal ungkapan: 'manusia tidak ada yang sempurna'? Ungkapan ini muncul dari pengalaman sehari hari, sehebat apapun kita untuk mempersiapkan segala pekerjaan kita agar sempurna namun selalu ada saja yang kurang. Sesempurna apapun seorang figur tokoh yang kita idolakan, selalu ada titik lemahnya. Pokoknya tidak ada yang sempurna, selalu ada saja yang kurang. Apa yang membuat itu? Bukankah kita manusia yang diciptakan oleh Allah sungguh sempurna? Tuhan telah menciptakan manusia sempurna dan memancarkan kemuliaan Allah  namun dosa telah membuat kita tercemar, sebagaimana disebut di Roma 3:23, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah". Wajah Allah yang diciptakan segambar dengan rupa Allah telah dirusak oleh dosa. Manusia tidak lagi dapat memperbaiki dirinya sendiri dengan kekuatan yang ada pada dirinya sendiri. 

Kita harus menyadari bahwa Allah pada mulanya menciptakan kita sempurna, namun dosa merusaknya. Di sinilah peranan Kristus yang dijelaskan oleh Paulus kepada jemaat Kolose bahwa Kristuslah yang melengkapi, menyempurnakan dan memenuhi segala kelemahan kita agar kita sempurna sebagai manusia baru, umat tebusan yang diselamatkan oleh Allah. Kesempurnaan kita bukan karena kita sempurna tetapi karena Kristus yang menyempurnakan kita. 

Inilah alasan Alkitab yang mengajarkan kepada kita agar kita sempurna. Di dalam Kristus kita memiliki potensi untuk melakukan yang terbaik. Jika pun ada yang kurang di dalam diri kita masing-masing Kristuslah yang menyempurnakannya. Pada pihak manusia, manusia saling menerima kelemahan masing-masing dan menyempurnakannya di dalam diri Yesus Kristus. 

Bagaimanakah Kristus memenuhi segala ketidak sempurnaan di dalam diri manusia? Di sinilah peran kasih. Kasih itu menyempurnakan, memaafkan dan mengampuni segala kekurangan. Marilah ambil contoh dalam hubungan keluarga. Pasti selalu ada kelemahan dan kekurangan namun oleh kasih semua disempurnakan. Kasih memampukan kita memaafkan, mengampuni dan menerima kelemahan masing-masing dan belajar melakukan yang terbaik.

Renungan di pagi ini mengingatkna kita akan potensi diri kita masing-masing yang dilengkapi dan dipenuhi di dalam Yesus Kristus untuk dapat menghasilkan buah terbaik dalam kehidupan ini. Sering kita mendengar ungkapan: kita kan manusia. Sebagai dalil untuk membenarkan berbagai kelemahan kita. Benar, itu tak dapat disangkal, namun Kristus telah memenuhi segala kekurangan dan kelemahan kita. Di dalam Kristus kita memiliki potensi diri yang besar untuk melakukan dan berbuat yang terbaik. 
Amin.

Kamis, 11 Januari 2018

"TERANG YANG SESUNGGUHNYA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TERANG YANG SESUNGGUHNYA

Yohanes 1:9, "Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia"

Anda kenal kunang-kunang? Binatang semacam kumbang yang memiliki sinar di malam hari pada bagian ekornya. Menurut catatan dari Wikipedia: Cahaya ini dihasilkan oleh "sinar dingin" yang tidak mengandung ultraviolet maupun sinar inframerah dan memiliki panjang gelombang 510 sampai 670 nanometer, dengan warna merah pucat, kuning, atau hijau, dengan efisiensi sinar sampai 96%. Mungkin binatang ini sudah sulit dikenal masyarakat kota karena peradaban kita makin maju dengan penemuan listrik. Namun jika Anda pecinta alam adalah kebahagiaan tersendiri jika dapat melihat kunang-kunang di tengah malam gelap. Selain indah, ini benar-benar menunjukkan begitu bermanfaatnya cahaya di tengah malam gelap. Kunang-kunang ini adalah satu contoh kecil bagaimana sinar yang dipancarkan sangat berguna menerangi sekitarnya. Cahaya kecil dapat menerangi menerangi kegelapan.

Cahaya yang menerangi kegelapan, itulah yang dideskripsikan oleh Injil Yohanes tentang kehadiran Yesus di dunia ini. Dunia ini telah dilingkupi kegelapan oleh karena dosa. Jika pada awal penciptaan dunia ini gelap gulita dan kosong menunjukkan essensinya yang masih gelap. Allah mengalahkan kegelapan dengan menciptakan terang dan mencipta dari yang tidak ada menjadi ada. Sama seperti Allah yang mencipta, Injil Yohanes menjelaskan kehadiran Yesus Kristus di dunia yang gelap. Oleh karena dosa dunia ini tidak mengenal lagi penciptaNya (Yoh 1:10-11). Maka dunia ini membutuhkan cahaya untuk menerangi hati dan pikiran yang gelap agar manusia dapat secara kreatif mengisi hidupnya yang bermakna dan menuju kepada kehidupan.

Yesus adalah Terang, bukan terang biasa namun benar-benar terang yang sesungguhnya yang akan mengusir dan menelanjangi kegelapan. Kegelapan membuat orang tak dapat melihat dan tak dapat berbuat apa-apa dan jika berjalan dalam gelap hanya meraba dalam suatu hal yang tidak pasti. Di sinilah kehadiran Yesus Kristus sebagai terang dunia. Yesus datang dan cahayaNya bersinar  sehingga setiap orang menyadari hidupnya dalam dosa dan kegelapan.

Terang yang sesungguhnya menunjukkan sesuatu yang asali. Mungkin saja ada sebelumnya yang menamakan diri "terang", namun sesungguhnya penipu yang menyesatkan orang lain.  Yesus adalah Terang yang sesungguhnya, terang dunia yang  bersinar sehingga orang dapat berjalan dalam jalannya sampai ke tujuan. Dapat Anda bayangkan jika seseorang berjalan tanpa cahaya. Tidak tahu bahaya, tak tahu ke mana arah dan tujuannya. Yesus Sang Terang dunia menunjukkan jalan, hidup dan kebenaran (Yoh 14:6) sehingga setiap orang dituntun sampai kepada Bapa. Yesus adalah Terang yang sesunguhnya memiliki kuasa mengusir kegelapan, segala kuasa bertekuk lutut di dalam nama Yesus Kristus. Tidak ada kuasa lain yang tidak dapat dikalahkan Yesus Kristus dari kehidupan kita pribadi lepas pribadi.  Dengan terang di dalam Yesus Kristus setiap orang dapat melihat secara jelas berbagai kelemahan hidupnya dan bergegas memperbaikinya. 

Tuhan Yesus Sang Terang dunia telah menyinari dunia ini. Marilah ikut hidup di dalam sinar terangNya. Ibarat mercusuar di pelabuhan, menjadi patron bagi kapal yang hendak berlabuh, lebih dari itu Yesus Kristus Sang Terang yang sesungguhnya menjadi pandu kita menuju kehidulan kekal. Mari sambut Yesus Kristus Sang Terang dunia menerangi jalan hidup kita menuju kehidupan yang kekal dan menerangi hati kita dari dosa dan kuasa gelap. Amin.

Rabu, 10 Januari 2018

TUHAN "MEMBERKATI DAN MEMAGARI ORANG BENAR" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TUHAN MEMBERKATI DAN MEMAGARI ORANG BENAR

Mazmur 5:12, "Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai"

Konon sebelum masuk kekristenan, orang Batak ketika hendak memasuki rumah yang baru dibangun, mereka terlebih dahulu  menaburkan garam sekeliling rumahnya. Tradisi ini disebut dengan "memagari" (asal kata "pagar").  Pagar ini penting agar segala niat jahat dapat ditangkal dan tidak sampai masuk ke rumah sehingga orang yang tinggal di rumah itu aman dan sentosa. Tradisi itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan perlindungan. Setelah kekristenan hal itu tidak lagi dilakukan, karena orang Batak percaya bahwa Tuhan yang kita kenal di dalam Yesus Kristus memagari dan melindungi hidup kita dari sijahat dan mara bahaya.

Alkitab menjawab kerinduan manusia yang membutuhkan perlindungan, sebagaimana diungkapkan oleh Mazmur ini. Tuhan sendiri yang memberkati dan memagari orang benar.  Jadi tidak usah lagi melakukan ini, itu atau meminta jimat-jimat sebagai sumber rejeki dan perlindungan hidup. Cukup dengan percaya dan beribadah kepada Tuhan. Dialah sumber berkat, sumber perlindungan yang memagari hidup kita. 

Renungan pagi ini meneguhkan iman kita dalam menjalani hidup sebagaimana pengalaman pemazmur. Hidup Daud sendiri menjadi kesaksian yang meneguhkan! Dia diberkati, seorang gembala menjadi raja, seorang yang tidak diperhitungkan karena dianggap kecil oleh lawan. Di rumahnya sendiri dia tidak termasuk orang yang diperhitungkan.  Tetapi lihatlah, Daud diangkat Tuhan menjadi orang yang paling menentukan dan menaklukkan raksasa Goliat. 

Bukan hanya diberi kekuatan mengalahkan musuh, tetapi Daud juga dilindungi dari setiap usaha jahat yang hendak menjatuhkannya. Sekalipun musuh-musuhnya haus akan darahnya bahkan sahabatnya menunggu kejatuhannya, namun hidupnya dipagari oleh Tuhan dari setiap usaha jahat. Daud dipagari dari berbagai pengejaran Saul. Daud pernah dijebak dalam rumah Saul, namun lolos karena persahabatannya dengan Jonathan (1 Sam 18). Dikejar dan dikepung dari berbagai penjuru mata angin, namun Tuhan meluputkannya. Justru Daud berkesempatan membunuh Saul namun tak dilakukannya karena Saul orang yang diurapi Tuan (Peristiwa Gua Adulam dan En Gedi, 1 Sam 24:1dst) 

Renungan di pagi hari ini meneguhkan kita bahwa Tuhan memberkati orang benar. Kita percaya bahwa Tuhan akan memberkati pekerjaan dan aktifitas kita.  Tentu bisa juga banyak pengalaman hidup kita masing-masing kita merasakan bagaimana Tuhan memagari hidup kita dan melindungi kita dari mara bahaya. Mari syukuri berkat Tuhan dalam hidup kita dan bersyukur atas perlindungan Tuhan yang memagari hidup kita. Amin.

Selasa, 09 Januari 2018

Kunjungan Kasih Team Doa ke rumah amang St. SF. Napitu, Sektor Prumpung



"KUATKAN DAN TEGUHKANLAH HATIMU" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KUATKAN DAN TEGUHKANLAH HATIMU

Yosua 1:9, "Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi." 

Yosua telah dipersiapkan Tuhan untuk menjadi pemimpin di tengah bangsa Israel menggantikan Musa. Dengan mendampingi Musa sesungguhnya dia telah menerima pelatihan dan pengkaderan dengan baik. Jika Musa telah membawa umat Israel berjalan di padang gurun selama 40 tahun, maka tugas berikutnya diserahkan kepada Yosua untuk memimpin bangsa Israel memasuki tanah Kanaan dan membagi tanah perjanjian yang ditetapkan Allah untuk umat Israel.

Adalah wajar bagi Yosua merasa gentar, karena mereka akan menghadapi orang-orang yang telah diam di Kanaan: orang Het, Amori, Yebusi, Hewi  dll (Baca Kel 23:23). Dari daftar suku bangsa itu mereka akan berhadapan dengan suku bangsa yang telah memiliki peradaban yang lebih maju dari Israel yang hanya komunitas nomaden (berpindah-pindah atau penggembara). Maka wajar saja ada rasa gentar untuk menghadapinya. Di sinilah Yosua menerima penguatan dari Tuhan. Penguatan ini sangat penting agar Yosua dan umat Israel jangan takut dan gentar karena Tuhan tetap menyertai mereka. Musuh-musuhnya akan takluk bukan karena kekuatan mereka, tetapi karena kuasa dan penyertaan Tuhan. 

Penguatan ini ibarat suatu acara peneguhan seorang panglima perang yang maju dalam pertempunan. Dalam tradisi kuno, seorang perwira akan dibekali dengan senjata khusus, pasukan perang dan diperlengkapi dengan tanda atau kode khusus jika terjadi situasi khusus yang tidak diduga. Berbeda dengan itu, Yosua diperlengkapi memimpin umat Allah untuk maju menduduki tanah Kanaan dengan perintah dan firman Tuhan. 

Kuatkan dan teguhkanlah hatimu! Pemimpin harus kuat, memiliki power untuk mengarahkan, mempengaruhi dan memberdayakan seluruh potensi yang dipimpinnya agar mencapai tujuan. Inilah yang dimiliki Yosua, ada nilai kepemimpinan yang baik. Dia tidak takut karena dia sudah menyaksikan sendiri penyertaan Tuhan atas mereka mulai dari proses keluar dari Mesir hingga berjalan di gurun pasir. Tuhan itu perkasa dan tidak ada yang dapat mengalahkanNya. 

Jangan kecut dan tawar hati, kemanapun engkau pergi Tuhan menyertai! Kota pertama yang dihadapi Yosua adalah Yeriko, kota yang sudah memiliki peradaban yang tinggi, seluruh kota itu dikelilingi tembok yang tinggi. Namun atas perintah dan kuasa Tuhan mereka menaklukkan kota Yeriko bukan dengan kekuatan perang. Hanya menuruti perintah Tuhan dengan mengelilingi kota itu dan lihatlah kota itu runtuh dengan sendirinya dan diserahkan untuk Yosua dan umat Isrsel.

Dalam menjalani tahun 2018 ini, rasa takut pasti akan muncul ketika kita berhadapan dengan pesaing kita dalam bisnis dan usaha, atau Anda kaget karena di awal tahun ini diperhadapkan dengan  kesulitan di depan mata. Firman Tuhan menguatkan kita agar jangan takut, jangan kecut dan tawar hati. Mari lakukan segala pekerjaan kita dan mengandalkan kekuatan dari Tuhan. Tuhan menguatkan, menolong dan menyertai kita apapun tugas yang diembankan kepada kita dalam menjalani 2018 ini. Jalani dan lalui semua di dalam penyertaan Tuhan. Tuhan telah mendahului, Tuhan sedang menyertai dan Tuhan menunggu kita di garis finish pekerjaan dan aktifitas kita. Amin.

Senin, 08 Januari 2018

"JANGAN KUATIR" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

JANGAN KUATIR

Filipi 4:6, "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur"

Kuatir adalah sifat alamiah yang melekat pada setiap orang. Tidak ada yang terlepas dari kuatir: kuatir akan masa depan, kuatir akan kesehatan, kuatir akan anak-anak dan kuatir akan hal apa saja menyangkut hidup ini. Tidak realistis jika ada orang yang tidak kuatir. Masalahnya adalah bagaimana kita menghadapi kuatir. Sikap orang terhadap kuatir sangat beragam. Ada orang yang terlalu kuatir sehingga tidak berani dan tidak berbuat apa-apa. Kuatir menjadi ketakutan. Ada orang yang kuatir namun dia berusaha mengatasi kekuatirannya dengan membebani dirinya melalui berbagai hal. Ibarat seorang mau melakukan traveling, dia persiapkan a-z, dari pakaian tidur, olah raga dll, mulai dari camilan sampai makan di jalan, tas travel tak muat hingga harus nenteng sana sini yang memberatkan.  Hanya karena kuatir ini dan itu maka harus membebani diri dalam banyak hal. Padahal selama traveling apa yang dipersiapkannya tidak digunakan sama sekali.

Kuatir yang membebani akan mengurangi krbahagiaan kita. Adalah paling bahagia jika kita bisa menerima apa adanya, menikmati siatuasi yang kita jalani. Percaya menjalani segala sesuatu, menerima segala segala sesuatu apa adanya dan memanfaatkan dan menggunakan apa adanya  untuk kebahagian dan sukacita kita. Renungan pagi ini menegaskan: jangan kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah di dalam doa dan permohonan serta mengucapkan syukur.  Ayat ini mengajarkan kepada kita mengelola kekuatiran:

PERTAMA: menyerahkan segala keinginan  kita kepada Tuhan. Kita percaya bahwa Tuhan adalah sumber dari segala apa yang kita butuhkan. Tuhan menyediakan dan memberikan apa yang terbaik untuk kita. 

KEDUA: sampaikan di dalam doa; doa adalah permohonan dan sekaligus sikap membuka diri di hadapan Allah.

KETIGA: bersyukur; apa yang diberikan Tuhan kita terima dengan penuh syukur, apa yang ada adalah rahmat yang diberikan Tuhan bagi kita. Jangan bersungut-sungut, sebab sungut-sungut hanya mengurangi sukacita kita.

Berulang kali Yesus mengajarkan kepada murid agar tidak kuatir. Ketika diutus memberitakan Injil agar murid tidak kuatir karena jumlah rambutnya pun telah dihitung (Mat 10:30), mengenai kehidupan ini Yesus berkata: Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (Mat 6:27)


Jangan kuatir, mengingatkan kita untuk agar percaya kepada Tuhan, yang menyediakan dan memberikan kebutuhan kita. Dia menjaga dan melindungi kita dan Dia yang mengetahui apa yang paling kita butuhkan dalam hidup ini. Amin.

Sabtu, 06 Januari 2018

"BERSUKARIA DI DALAM TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BERSUKARIA DI DALAM TUHAN

Yesaya 61:10, "Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya".

Yesaya 61 dapat kita sebut sebagai warta Kabar Baik: memberitahukan kepada seluruh umat Allah bahwa Roh Tuhan menyertai umatNya dan tahun rahmat Tuhan telah tiba. Orang Israel memahami tahun rahmat Tuhan sebagai tahun Yobel. Tahun pembebasan, orang yang berhutang telah dibebaskan dan dianggap lunas. Hidup yang terbeban memperoleh pembebasan. Warta pembebasan dan tahun rahmat Tuhan telah tiba menjadi alasan yang sangat tepat untuk bersukaria di dalam Tuhan. Karena pembebasan dan segala kebaikan yang mereka rasakan bukan atas usaha dan jerih juang mereka, tetapi karena karya Tuhan sendiri.

Coba Anda bayangkan selama 70 tahun mereka dalam pembuangan Babel. Mungkin sudah ada dua atau tiga generasi di pembuangan, tertindas dan menderita. Sebagian sudah tidak memikirkan lagi kembali ke Yerusalem, mereka sudah mengabaikan janji Tuhan karena terlalu lama. Tuhan tidak lalai akan janjiNya tetapi Tuhan menepatiNya. Tanpa mereka duga, cara Tuhan membebaskan sungguh di luar perkiraan mereka. Babel takluk kepada Raja Kores dan Raja Kores mewartakan pembebasan bani Israel. Mereka dibebaskan dari pembuangan Babel, mereka kembali ke Yerusalem. Bukan hanya kembali, tetapi Raja Kores mempersiapkan pembangunan kembali Bait Allah dan tembok Yerusalem. Seluruh masyarakat pulang dengan sukacita dan dibekali harta benda. Itulah kebaikan Tuhan yang mereka rasakan, maka tak ada alasan untuk tidak bersuka ria. Sukacita mereka lebih dari bahagia seorang pengantin di hari pernikahannya dengan kekasih hatinya. Lebih dari itulah sukacita umat Allah menikmati tahun pembebasan Tuhan. Bukan hanya rasa bahagia, namun lihatlah mereka didandani dengan perhiasan sebagai simbol kemuliaan dan kehormatan. 

Di awal tahun baru ini juga kita diajak bersukaria di dalam Tuhan. Kita percaya bahwa kita dapat menginjakkan kaki kita mengawali tahun baru 2018 sebagai tahun rahmat Tuhan. Kita percaya bahwa pasti ada rencana indah dari Tuhan untuk kita masing-masing. Mari jalani tahun 2018 ini dengan penuh sukaria dan sukacita. Tidak mungkin Tuhan menyeberangkan kita ke tahun 2018 jika tidak ada rencanaNya atas hidup kita masing-masing. Amin.

Jumat, 05 Januari 2018

"BERSUKARIA DI DALAM TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BERSUKARIA DI DALAM TUHAN

Yesaya 61:10, "Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya".

Yesaya 61 dapat kita sebut sebagai warta Kabar Baik: memberitahukan kepada seluruh umat Allah bahwa Roh Tuhan menyertai umatNya dan tahun rahmat Tuhan telah tiba. Orang Israel memahami tahun rahmat Tuhan sebagai tahun Yobel. Tahun pembebasan, orang yang berhutang telah dibebaskan dan dianggap lunas. Hidup yang terbeban memperoleh pembebasan. Warta pembebasan dan tahun rahmat Tuhan telah tiba menjadi alasan yang sangat tepat untuk bersukaria di dalam Tuhan. Karena pembebasan dan segala kebaikan yang mereka rasakan bukan atas usaha dan jerih juang mereka, tetapi karena karya Tuhan sendiri.

Coba Anda bayangkan selama 70 tahun mereka dalam pembuangan Babel. Mungkin sudah ada dua atau tiga generasi di pembuangan, tertindas dan menderita. Sebagian sudah tidak memikirkan lagi kembali ke Yerusalem, mereka sudah mengabaikan janji Tuhan karena terlalu lama. Tuhan tidak lalai akan janjiNya tetapi Tuhan menepatiNya. Tanpa mereka duga, cara Tuhan membebaskan sungguh di luar perkiraan mereka. Babel takluk kepada Raja Kores dan Raja Kores mewartakan pembebasan bani Israel. Mereka dibebaskan dari pembuangan Babel, mereka kembali ke Yerusalem. Bukan hanya kembali, tetapi Raja Kores mempersiapkan pembangunan kembali Bait Allah dan tembok Yerusalem. Seluruh masyarakat pulang dengan sukacita dan dibekali harta benda. Itulah kebaikan Tuhan yang mereka rasakan, maka tak ada alasan untuk tidak bersuka ria. Sukacita mereka lebih dari bahagia seorang pengantin di hari pernikahannya dengan kekasih hatinya. Lebih dari itulah sukacita umat Allah menikmati tahun pembebasan Tuhan. Bukan hanya rasa bahagia, namun lihatlah mereka didandani dengan perhiasan sebagai simbol kemuliaan dan kehormatan. 

Di awal tahun baru ini juga kita diajak bersukaria di dalam Tuhan. Kita percaya bahwa kita dapat menginjakkan kaki kita mengawali tahun baru 2018 sebagai tahun rahmat Tuhan. Kita percaya bahwa pasti ada rencana indah dari Tuhan untuk kita masing-masing. Mari jalani tahun 2018 ini dengan penuh sukaria dan sukacita. Tidak mungkin Tuhan menyeberangkan kita ke tahun 2018 jika tidak ada rencanaNya atas hidup kita masing-masing. Amin.

Kamis, 04 Januari 2018

"MEMENUHI SEGALA KEPERLUAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MEMENUHI SEGALA KEPERLUAN

Filipi 4:19, "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus"

Jika kita membaca Katekhismus Marthin Luther, arti dan maksud pengakuan iman bagian pertama, menjelaskan bahwa kita percaya kepada Allah Bapa Pencipta, pemelihara dan penyedia segala kebutuhan kita baik pangan, sandang dan segala apa yang kita butuhkan lewat ciptaanNya yang sempurna. Penjelasan ini memberikan pemahaman segala kebutuhan manusia sudah dipersiapkan oleh Bapa yang rahmani jauh sebelum manusia diciptakan. Setelah mencipta, Allah tidak berhenti bekerja, namun terus berkarya untuk memelihara hidup kita ("providensia"). Dengan singkat Tuhan memenuhi segala kebutuhan kita.

Namanya manusia, tidak puas dengan apa yang diberikan Allah. Bukankah di Taman Eden telah tersedia segala sesuatu? Namun manusia ingin lebih dari apa yang ditetapkan Allah dan itulah dosa. Dosa membuat manusia mengingini lebih dari kebutuhannya. Dalam diri manusia ada kehendak bebas. Ketika manusia berusaha memenuhi keinginan dengan memanfaatkan kehendak bebas pada dirinya di luar ketetapan Allah, di situlah manusia jatuh di dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah.

Renungan di pagi ini, mengingatkan kita kembali bahwa di dalam diri Yesus Kristus, Allah menyediakan apa yang kita butuhkan dalam hidup ini. Paulus menjelaskan hal ini kepada jemaat Filipi agar tidak khawatir akan hidup ini. Allah telah memenuhi segala kebutuhan kita. Bukan dengan ukuran yang pas-pasan, tetapi memberikan segala apa yang kita butuhkan dengan segala kelimpahan seturut dengan kekayaan dan kemuliaanNya. Bukankah segala yang ada adalah milik Allah? Kita adalah ahli waris dalam kerajaan Allah.  Allah telah melimpahkan anugerahNya kepada kita seturut dengan kehendakNya, bukan seturut dengan kehedak manusia. Itulah sebabnya Yesus mengajar kita berdoa: "bukan kehendakKu yang jadi, kehendakMu jadilah." 

Dalam hidup ini kita harus percaya bahwa Tuhan telah memenuhi segala kebutuhan kita. Untuk itu marilah syukuri segala perbuatan Allah dalam hidup kita, yang telah melimpahkan segala kebutuhan  kita. Keinginan pasti selalu ada, ingin mendapat penghasilan lebih baik, pengen mobil dan rumah yang memadai, ingin berlibur ke luar negeri dan segala keinginan ini dan itu. Wajar dan semua itu ada pada setiap orang. Tetapi  jangan siksa batin dengan keinginan ini dan itu sehingga hidup Anda kering dan gersang dan merasa begitu malangnya hidup ini karena belum mendapatkan apa-apa.  Syukurilah apa yang ada. Lihat di sekitarmu sungguh begitu bersyukurnya kita atas segala kebaikan Tuhan yang kita punya. Tetaplah berharap, Tuhan akan melimpahkan kebaikan lainnya. Benamkanlah keinginan kita di dalam menurut kehendak Allah. Allah lebih mengetahui apa yang kita butuhkan dan Ia lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Amin.

Rabu, 03 Januari 2018

"MENJADIKAN SEGALA SESUATU BARU" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaeibu,S.Th

MENJADIKAN SEGALA SESUATU BARU

Wahyu 21:5, "Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" Dan firman-Nya: "Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar."

Semua kita pasti berharap dalam memasuki tahun baru ada perubahan dalam hidup kita: situasi baru yang menginspirasi, semangat baru, ekspektasi besar akan tahun yang akan kita jalani. Pada saat yang sama tentu kita menghendaki agar pengalaman-pengalaman buruk masa lalu hendaknya tinggal seturut waktu yang berlalu.

Setelah berlibur tahun baruan, Anda mungkin hari ini kembali melakukan tugas-tugas rutin dalam suasana hati yang baru. Awalilah aktifitas Anda dengan suasana gembira karena itu akan menjadi energi yang besar bagi kita menjalani tahun 2018 ini.

Renungan di pagi ini menjelaskan pada kita bahwa segala pembaharuan ada pada Tuhan sendiri. Tahun baru yang kita masuki adalah perbuatanNya. Kita tidak bisa berbuat apa-apa mengubah sesuatu, mengubah pengalaman buruk kepada pengalaman baru yang lebih baik tanpa campur tangan Tuhan. Allahlah yang menciptakan perubahan dalam hidup ini. Sebagaimana Allah mencipta, mengalahkan kegelapan dan menatanya dengan teratur dan indah. Sebelumnya dunia ini gelap dan kosong dan belum berbentuk apa-apa, namun Allah mencipta mengisi kekosongan itu dengan firman: jadilah terang, jadilah cakrawala, dst. Sehingga tertata dengan baik dan apa yang diciptakanNya itu tampak baik. Seluruh ciptaanNya baik dan teratur. Jadilah dunia baru; yang kita hidupi.

Demikian kita dalam menjalani tahunn 2018, banyak hal yang mungkin sulit kita pahami, banyak pekerjaan yang tidak jelas, kita semua meraba-raba dan menduga apa yang akan kita kerjakan sepanjang tahun ini. Apakah kekuatan kita untuk menata dan mengelola pekerjaan kita tahun 2018 ini? Tuhan bersabda: "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru." Sumber segala perubahan itu ada pada Allah sendiri. Maka kita semua dalam mengelola hidup kita sepanjang tahun 2018, biarkan Tuhan mengatur dan mengelola hidup kita agar kita dibimbing dan dikuatkan melakukan perubahan. Jangan mudah berputus asa, jika sesutau yang kita harapkan berlum terwujud, sabar dan tabah,  bertekun dalam penantian. Tuhan menolong dan menguatkan kita semua. Amin.