running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Selasa, 31 Oktober 2017

"SALING MENERIMA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SALING MENERIMA

Roma 15:7, "Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah".

Ada hal menarik dari teori Abraham Maslow bahwa manusia memiliki piramida kebutuhan. Puncak kebutuhan tertinggi adalah aktualisasi dan pengakuan. Apa yang disampaikan ini memang benar adanya dan berguna agar kita memahami setiap orang. Secara positif teori ini mendorong orang berlomba maju, sukses dan memberikan yang terbaik agar ada pengakuan sosial. Namun ada juga fenomena sosial yaitu ada orang yang buat sensasi untuk mencari perhatian dan guna pengakuan publik. Tentu masih banyak lagi usaha manusia dalam sosial masyarakat agar keberadaannya diakui. Tidak jarang orang membuat batasan diri pada orang lain karena dianggap merendahkan status sosialnya. Menolak orang lain demi menjaga image. 

Itulah teori sosial yang melihat fenomena yang terjadi pada perilaku manusia. Tanpa kita sadari hal itu juga terkadang terbawa-bawa dalam persekutuan orang percaya. Sebagaimana masalah yang dibedah oleh Paulus di dalam jemaat Roma. Jemaat ini majemuk; ada yang sudah berpendidikan namun ada yang awam. Ada yang terpandang namun ada masyarakat jelata. Ada orang yang kuat posisinya dan status sosialnya di tengah masyarakat, namun ada juga yang lemah. Sebahagian mereka Yahudi namun banyak juga dari kalangan Yunani atau non Yahudi. Perbedaan masing-masing terbawa-bawa dalam persekutuan: ada pengkotak-kotakan, yang satu merasa hebat dengan sikap superioritasnya, namun yang lain menjadi terpinggir karena minder dan inferiority. Bagi Paulus ini suatu pemandangan yang tidak baik dan tak sedap dipandang. Adanya pengelompokan-pengelompokan atas klas tertentu. Bagi Paulus dalam persekutuan jemaat semua orang harus saling menerima dan mengakui yang satu dengan yang lain.

Sejak awal pembentukan jemaat telah diberikan ruang bagi semua orang untuk saling menerima dan saling mengakui. Dalam persekutuan orang beriman kita adalah satu, yang dipersatukan oleh Kristus. Pengorbanan Kristus menjadi teladan bagi kita. Kristus mengosongkan dirinya dan mengambil rupa seorang hamba untuk memenangkan semua orang. Di dalam persekutuan gereja; orang percaya harus saling menerima, mengakui keberadaan yang satu dengan yang lain tanpa membedakan status sosial: kaya atau miskin, kuat atau lemah, terpandang atau tidak terpandang semuanya saling menerima. Tidak heran kalau pimpinan perusahaan duduk bersama dengan pekerja level terbawah dalam persekutuan. 

Hendaklah kamu saling menerima! Suatu ajakan dan sekaligus nasihat yang hendak mengembalikan jati diri gereja yang sesungguhnya. Siapapun kita, dari latar belakang apapun kehidupan kita mari kita benamkan semua itu di dalam satu ikatan persaudaraan di dalam diri Yesus Kristus. Di dalam persekutuan: sebesar apapun perbedaan kita dengan orang lain, kita semua dipersatukan di dalam kasih Kristus.

Beberapa waktu lalu ada pesan WA yang menarik tentang kisah seorang pendeta baru yang menyamar sebagai pengemis; pakaiannya kumal dan kurang sedaplah menurut kaca mata orang pada umumnya. Mulai dari menyalam dari pintu gerbang hingga duduk dalam ibadah pendeta baru yang menyamar sebagai pengemis merasakan ada penolakan yang diterimanya. Inilah suatu contoh realitas kehidupan kita. Kita sering saling menerima ketika kita mengukurnya sama dengan diri kita. Ketika lain dari yang diharapkan kita menolak dan mengabaikannya

Hidup ini pasti akan lebih indah ketika semua orang mampu menerima yang satu dengan yang lain. Mengapa kita harus saling menerima? Karena kita diciptakan berbeda. Kristus telah menerima kita menjadi anak-anakNya, demikianlah kita saling menerima keberadaan orang lain. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Senin, 30 Oktober 2017

LEBIH DARI SEDIA KALA (Pemulihan Umat Allah) Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

LEBIH DARI SEDIA KALA
(Pemulihan Umat Allah)


Yehezkiel 36:11, "Aku akan membuat manusia dan binatang banyak di atasmu, dan mereka akan bertambah banyak dan beranak cucu dan Aku akan membuat kamu didiami kembali seperti keadaan semula dan akan berbuat baik kepadamu lebih dari pada keadaan dahulu. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN".

Pembaharuan Israel, demikian Lembaga AIkitab Indonesia menamakan judul perikop ini, suatu nubuatan yang menguatkan umat Allah di dalam pembuangan. Allah akan memperbaharui, memulihkan dan mengembalikan kejayaan Israel lebih dari sedia kala. Tuhan akan mengembalikan bangsaNya dari pembuangan Babel kembali ke Yerusalem. Inilah kerinduan umat Allah yang telah lama dinantikan, mereka akan menjalani pembuangan selama 70 tahun di Babel.

Bagaimanalah mereka akan kembali ke Yerusalem? Bukankah Yerusalem telah kosong dan tinggal puing korban perang?  Bukan hanya itu, negara Babel adalah negara kuat dan adikuasa, sementara umat Allah semakin sedikit, satu persatu telah meninggalkan kebangsaannya, kehilangan identitas dengan kawin campur dan tidak lagi memelihara Taurat. Satu persatu mereka telah kehilangan jati dirinya di pembuangan, hanya sedikit sisa-sisa Israel yang setia kepada Allah.

Allah sendiri yang akan melakukan semua itu untuk umatNya. Yerusalem kota reruntuhan akan dibangun kembali, kota Yerusalem yang tinggal puing, sunyi dan sepi tak ada orang yang mendiaminya akan dipulihkan menjadi kota yang megah, kota yang ramai sebagaimana sedia kala. Allah sendiri akan mengumpulkan umatNya dan memberikan mereka bertambah banyak, Tuhan akam memberkati mereka beranak cucu dan bertambah banyak. Bukan hanya manusia yang bertambah banyak, tetapi Tuhan memberikan kesejahteraan bagi mereka, memberikan ternak, memberkati ladang-ladang mereka menghasilkan buah untuk kemakmuran dan kejayaan bangsa itu. Lebih dari sedia kala, Tuhan akan memulihkan keadaan umatNya.
Pemulihan dan pembaharuan umatNya dilakukan oleh Allah agar umat itu mengetahui  siapa Tuhan: "kamu akan memgetahui bahwa Akulah Tuhan."

Dalam keadaan kalut, bergumul dan tertekan biasanya kondisi emosi kurang stabil, muncul sikap pesimis dan kehilangan percaya diri sehingga sulit untuk bangkit.  Demikianlah umat Allah di dalam pembuangan, namun Tuhan sendiri memberi harapan dan rasa percaya diri karena Tuhan ada. Tuhan pembela orang lemah, penolong orang yang tidak berdaya dan memberikan semangat bagi orang-orang yang kehilangan pengharapan.

Demikianlah orang beriman, dalam keadaan tak berdaya kita percaya kepada Tuhan yang kuasa akan bertindak untuk memberdayakan dan memulihkan keadaan umatNya lebih dari sedia kala. Di sinilah kelebihan orang beriman, kita memiliki pengharapan, Tuhan sanggup memulihkan keadaan kita. Amin.

Sabtu, 28 Oktober 2017

"KELUARLAH DARI BEBANMU" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KELUARLAH DARI BEBANMU

Yesaya 48:20, "Keluarlah dari Babel, larilah dari Kasdim! Beritahukanlah dengan suara sorak-sorai dan kabarkanlah hal ini! Siarkanlah itu sampai ke ujung bumi! Katakanlah: "TUHAN telah menebus Yakub, hamba-Nya!"

Ibarat motivator yang ulung demikianlah Yesaya dalam pembuangan. Dia memahami keluh dan penderitaan umatNya di pembuangan sangat berat namun terus memotivasi mereka agar tetap setia memelihara perintah Allah dan berpengharapan pada Tuhan sang pembebas dan Juruselamat bagi umatNya.

Pagi hari ini dua istilah disebutkan oleh Yesaya: keluarlah dari Babel...! Larilah dari Kasdim..! Babel dalam kata Ibrani berarti kacau. Babel sangat dikenal dalam Alkitab; suatu negara maju pertama dalam Alkitab dan merencanakan pendirian menara Babel diprakarsai raja Nimrot. Babel simbol kemajuan dan kesombongan, namun narasi Alkitab menjelaskan bahwa kemajuan suatu peradaban untuk menyombongkan diri dikacaukan Tuhan (Kej 11). Usai peristiwa menara Babel dalam kitab para raja dan jaman para nabi negara Babel ini muncul lagi sebagai negara adi kuasa, mengancam negara-negara sekitar dan menahklukkannya. Termasuk Yehuda telah takluk dibawah Babel yang dipimpin oleh Nebukadnezar. Raja dan seluruh penduduk Yerusalem diangkut ke pembuangan Babel. Kota Yerusalem dan Bait Allah dihancurkan oleh pasukan Babel pada rahun 586 SM dan tak satu pun batu bertindih. Inilah kekejaman dan era kekelaman bagi Yehuda yang diangkut ke pembuangan. Namun Yesaya dan nabi-nabi lainnya bersuara: pembuangan Babel bukanlah akhir, namun bahagian dari proses pemurnian umat Allah. Tuhan sendiri memerintahkan waktunya akan keluar dari Babelonia.

Larilah dari Kasdim! Masih ingat Ur-Kasdim? Ya, itu daerah yang ditinggalkan Abraham, memasuki suatu era baru menuju panggilan Allah berjalan menuju Kanaan (Baca Ke 11:31). Kasdim dalam berbagai keterangan Alkitab menunjukkan daerah yang tidak terpisahkan dari Babel, di daerah teluk Persia atau Mesopotamia.  Larilah dari Kasdim, hendak mengingatkan dunia lama yang ditinggalkan Abraham menuju kepada panggilan Allah yaitu tanah Perjanjian.

Keluarlah dari Babel dan larilah dari Kasdim, suatu istilah yang diangkat oleh Yesaya agar umat meninggalkan segala kekacauan serta kehidupan lama mereka.  Beranjak dari beban penderitaan dan kesusahan kepada suatu panggilan Allah, yaitu janji keselamatan. Janji Allah tetap dan akan menggenapiNya.

Tuhan menebus Yakub! Bagi Yesaya ini penting, pembebasan bukan hanya untuk Yehuda, tetapi umat Israel secara utuh. Nama Yakub ini menjadi penting untuk penyatuan suku-suku Israel. Israel Utara yang jatuh di tangan Assyur dan Yehuda di tangan Babel akan diselamatkan oleh Allah.

Bagaimana mungkin umat Allah dapat keluar dari Babel yang kuat atau berlari dari Kasdim yang bengis? Mereka hanya akan menjadi buronan yang tertangkap dan mendapat hukuman yang lebih berat.  Inilah nubuatan Yesaya, Tuhan sendiri yang membebaskan umatNya. Mereka akan bebas bukan karena kekuatannya atau kemenangan mereka mengalahkan bangsa yang kuat itu, tetapi karena janji Tuhan. Yesaya memberikan kepastian bahwa Tuhan sendiri yang melakukannya: menyelamatkan dan membebaskan. (Band Kel 14:14) Tuhan berperang atas kamu asal kamu diam saja. Umat Allah adalah bangsa yang tak berdaya melawan kekuatan Babel atau Kasdim, namun mereka akan bebas karena janji keselamatan dari Tuhan.

Demikianlah kita dalam menjalani kehidupan ini.  Jika beban hidup semakin berat, tantangan dan berbagai hambatan selalu silih berganti, jangan berputus asa; Tuhan maha baik akan menolong dan memampukan kita memikul beban kehidupan yang menimpa kita. Tuhan penebus Yakub. Amin.

Jumat, 27 Oktober 2017

"KAMU ADALAH ANAK TERANG" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KAMU ADALAH ANAK TERANG

1 Tesalonika 5:5, "Karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan".

Jaman Alkitab mungkin mudah membedakan mana anak-anak terang dan mana anak-anak kegelapan. Anak terang seperti masyarakat biasa bekerja di siang hari,  sebaliknya, anak-anak kegelapan bekerja di malam hari. Anak kegelapan bekerja ketika orang tidur dan istirahat. Anak-anak kegelapan beroperasi melakukan aktifitasnya seperti mencuri dan merampok atau tindakan kejahatan lainnya. Jadi sangat mudah untuk membedakan anak-anak terang atau anak-anak siang dan anak-anak kegelapan atau orang-orang malam. Namun jaman kita sudah berubah, orang bekerja 24 jam dan fasilitas untuk itu semua semakin dipersiapkan peradaban kita. 24 jam orang bisa melakukan apa saja: yang jahat maupun yang baik. Semuanya tergantung pada kita, alat informasi dan IT sangat mendukung orang melakukan sisi terang atau gelap. Seperti HP Anda, kemana Anda gunakan produktif untuk menyebar berita yang positip dan berguna atau menyebar hoax, kebencian dan tipu daya.

Membedakan anak-anak kegelapan dan terang tidak dapat dikategorikan pada formalisme kulit luar bahkan sangat sulit membedakannya jika hanya dari perawakan, pekerjaan dan jabatan. Bukankah banyak kejahatan dari yang seharusnya pelaku kebaikan? Kita mungkin kenal istilah "white collar crime";  'white collar' hanya digunakan oleh hakim dan pendeta. Hakim sebagai penegak hukum seharusnya menjadi penentu akan tegaknya keadilan dan kebenaran namun menjadi sarang transaksi kejahatan. Demikian pendeta dengan jubah hitam dan 'collar' putih, 'collar' putih simbol terang yang menerangi kegelapan. Namun ada saja perilaku oknum-oknum tertentu yang memilukan hati; seharusnya penjaga moral, tapi telah menciderai professinya yang sangat mulia.

Sekarang kita diingatkan renungan ini bahwa orang percaya adalah anak-anak terang. Penamaan itu karena Yesus Kristus adalah terang dunia, sebagaimana disebut dalam Yoh 8:12, "Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." Sejak awal kitab Yohanes menjelaskan kedatangan terang itu akan mengusir kegelapan. Dunia ini adalah perlawanan dua kekuatan, terang dan gelap. Namun bagaimanapun gelap tidak akan bertahan melawan terang. Sekecil apapun titik terang di tengah-tengah tebalnya kegelapan, terang akan memancarkan sinarnya untuk menerangi sekitar, "Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Mat 5:15-16).

Renungan di pagi ini menegaskan bahwa orang percaya adalah anak-anak terang yang harus menerangi sekitarnya. Di dunia yang abu-abu bahkan yang penuh dengan lorong-lorong gelap hidup ini, orang percaya harus tampil sebagai terang, menerangi sekitarnya. Anak-anak terang harus memancarkan sinarnya. Anak terang seperti dian yang diletakkan di atas gantang, bukan dibawah atau di dalam gantang karena sinarnya akan tertutup dan terselubungi. Jadi anak terang, berani tampil melakukan kebenaran, menegakkan keadilan dan menyatakan kebenaran. Anak-anak terang akan mempengaruhi lingkungannya dan dunia kerjanya lebih positip, lebih menghasilkan buah produktif yang berguna bagi sesama.

Mari, tunjukkan diri kita sebagai anak-anak terang dengan menjadi teladan dalam sikap, perkataan, dan perbuatan. Amin

Kamis, 26 Oktober 2017

"TAATI HUKUM DAN TEGAKKAN KEADILAN...!" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"TAATI HUKUM DAN TEGAKKAN KEADILAN...!"

Yesaya 56:1, "Beginilah firman TUHAN: Taatilah hukum dan tegakkanlah keadilan, sebab sebentar lagi akan datang keselamatan yang dari pada-Ku, dan keadilan-Ku akan dinyatakan".

Nats renungan pagi ini merupakan ayat penghantar bagi umat Allah yang akan segera memasuki suatu era baru, yaitu: kembali dari pembuangan Babel. Yesaya menyebutkan: "sebentar lagi akan datang keselamatan yang dari pada-Ku." Keselamatan yang dari Tuhan tidak lama lagi, ini berarti penantian mereka selama 70 tahun di pembuangan berakhir sudah. Janji keselamatan dan pemulihan umat Allah telah digenapi. Berakhirnya pembuangan Babel berarti berakhirlah penderitaan, umat Allah memasuki suatu suasana sukacita yaitu pemulihan umatNya. Namun harus dicatat bahwa pengembalian umat Allah ke Yerusalem bukanlah usaha mereka atau karena kemenangan melawan Babelonia, tetapi karena Tuhan sendiri yang memerintahkan Raja Koresh membebaskan umatNya; mengembalikan mereka pulang dengan harta benda dan diberikan segala perbekalan pembangunan kembali Bait Suci dan tembok Yerusalem (Baca 2 Taw 26:22-23 dst).

Dalam memasuki suasana baru, apakah yang harus mereka persiapkan? Sama seperti ketika Musa membawa bangsa Israel ke tanah Kanaan, Allah memperlengkapi dan membentuk umat Allah yang taat terhadap Taurat atau hukum Musa. Mereka harus setia kepada Allah dan taat beribadah kepadaNya.

Demikianlah umat Allah yang kembali ke Yerusalem, mereka akan meninggalkan Babelonia kembali ke kampung halamannya. Hal PERTAMA yang disampaikan oleh nabi Yesaya untuk mereka lakukan adalah: Taat pada hukum dan menegakkan keadilan. Umat Allah memiliki hukum Taurat yang diwariskan dan diajarkan secara turun-temurun (Ulangan 5:6). Di dalam hukum Taurat umat dibentuk untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah) dan mengatur relasional sesama manusia atau etika sosial. Dengan demikian,  tidak ada lagi alasan bagi umat Allah tidak mengetahui hukum. Karena selain memiliki buku Taurat, setiap orang tua wajib mengajarkannya kepada anak-anaknya dan terpatri di dalam hati sanubari mereka masing-masing.

Pentingnya memelihara hukum bagi umat Allah, karena di dalam hukum Taurat kita mengenal kehendak Allah. Sebagai umat Allah kita harus memelihara dan melakukan kehendakNya. Bagaimana mungkin kita mengasihi Allah namun mengabaikan kehendakNya?

Hal KEDUA: Tegakkanlah keadilan! Adil adalah sikap yang memberikan kesamaan, persamaan dan keseimbangan bagi setiap orang. Keadilan ini penting untuk menghargai harkat dan martabat manusia. Siapapun kita,  harus menghargai sesama. Jangan karena kekuasaan yang dimiliki sehingga berlaku sewenang terhadap orang lain. Dengan menegakkan keadilan ini, semua orang terjamin hidupnya, setiap orang terjamin haknya di tengah-tengah masyarakat.

Taatilah hukum dan tegakkanlah keadilan! Inilah harapan Yesaya akan status umat baru yang kembali ke Yerusalem. Umat yang demikian akan menjadi status umat Allah yang baru; penuh kasih dan penghargaan terhadap semua orang karena memelihara hukum dan berlaku adil.

Orang percaya adalah Israel yang baru yang dipanggil dan dibentuk menjadi umat Allah di dalam diri Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah pemenuhan dari semua hukum Taurat.  Hukum dan keadilan adalah kasih dan pembuktian hidup di dalam kasih itu harus memelihara hukum dan berlaku adil. Jadi ketiganya adalah suatu kesatuan di dalam hidup orang percaya. Kasih tanpa keadilan, kita akan buta, hukum tanpa kasih kita legalistik, keadilan tanpa hukum manusia akan anarkis karena manusia akan membuat ukuran keadilan masing-masing. Renungan pagi ini mengajarkan kita melengkapi hidup kita di dalam hukum, keadilan dan kasih. Amin.

Rabu, 25 Oktober 2017

"BERGIRANG DAN BERSORAK-SORAKLAH" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BERGIRANG DAN BERSORAK-SORAKLAH

Yesaya 65:18, "Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan, sebab sesungguhnya, Aku menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorak dan penduduknya penuh kegirangan"

"Glad and Rejoice!" Bergirang dan bersorak-soraklah, demikian firman Tuhan ini mengajak seluruh umat merayakan karya besar Allah dalam hidup umatNya. Ajakan bergirang dan bersukacita ini disampaikan ketika mereka telah kembali ke Yerusalem. Wajarlah mereka bersukacita karena selama ini apa yang telah dirindukan di masa pembuangan telah menjadi kenyataan.

Salah satu alasan untuk bersukacita itu disampaikan di dalam renungan di pagi hari ini yaitu: Allah sendiri pencipta sukacita dan kegembiraan bagi Yerusalem. Allah menciptakan Yerusalem menjadi Yerusalem yang baru, mengubah kota puing, korban perang menjadi kota yang megah dan kokoh melalui pembangunan tembok Yerusalem yang kuat. Allah mengubah Yerusalem yang sunyi, sepi dan senyap; di mana tak ada lagi anak-anak bermain, tak ada lagi taruna-taruna berlari-lari dan para orang tua berjalan dengan tongkatnya. Setelah kembali dari pembuangan Allah akan memulihkan seperti sedia kala. Kota itu akan penuh sukacita, kegirangan dan sorak-sorai.

Yesaya 65:17-18, "Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.  Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan, sebab sesungguhnya, Aku menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorak dan penduduknya penuh kegirangan".

Memori atau ingatan mereka akan kemegahan, kebanggaan dan kehebatan umat Israel akan
dipulihkan. Israel yang megah bukan hanya kenangan, tetapi akan nyata dalam kehidupan umatNya. Jika selama pembuangan mereka berurai air mata, hati yang luka dan bathin yang merasakan pahit getirnya kehidupan di negeri asing, maka Tuhan sendiri menghapuskan air mata dan meniadakan kepahitan dan menjadikan segala sesuatu baru. Umat Allah akan bersukacita, kegirangan dan segala sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan dan kedamaian. Tiada lagi yang merintih kepedihan atas pengalaman hidupnya atau mengerang kesakitan atas luka-luka akibat korban perang (ay 19). Namun Tuhan akan memulihkan dan menggantikan mereka dalam segala keadaan.

Sukacita dan kegirangan mereka bukan hanya sesaat atau sementara sifatnya. Kegirangan umat Allah itu tidak dibatasi oleh waktu. Mereka bersukacita untuk selama-lamanya. Amin.

Selasa, 24 Oktober 2017

"BERGIRANG DAN BERSORAK-SORAKLAH" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BERGIRANG DAN BERSORAK-SORAKLAH

Yesaya 65:18, "Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan, sebab sesungguhnya, Aku menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorak dan penduduknya penuh kegirangan"

"Glad and Rejoice!" Bergirang dan bersorak-soraklah, demikian firman Tuhan ini mengajak seluruh umat merayakan karya besar Allah dalam hidup umatNya. Ajakan bergirang dan bersukacita ini disampaikan ketika mereka telah kembali ke Yerusalem. Wajarlah mereka bersukacita karena selama ini apa yang telah dirindukan di masa pembuangan telah menjadi kenyataan.

Salah satu alasan untuk bersukacita itu disampaikan di dalam renungan di pagi hari ini yaitu: Allah sendiri pencipta sukacita dan kegembiraan bagi Yerusalem. Allah menciptakan Yerusalem menjadi Yerusalem yang baru, mengubah kota puing, korban perang menjadi kota yang megah dan kokoh melalui pembangunan tembok Yerusalem yang kuat. Allah mengubah Yerusalem yang sunyi, sepi dan senyap; di mana tak ada lagi anak-anak bermain, tak ada lagi taruna-taruna berlari-lari dan para orang tua berjalan dengan tongkatnya. Setelah kembali dari pembuangan Allah akan memulihkan seperti sedia kala. Kota itu akan penuh sukacita, kegirangan dan sorak-sorai.

Yesaya 65:17-18, "Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.  Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan, sebab sesungguhnya, Aku menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorak dan penduduknya penuh kegirangan".

Memori atau ingatan mereka akan kemegahan, kebanggaan dan kehebatan umat Israel akan
dipulihkan. Israel yang megah bukan hanya kenangan, tetapi akan nyata dalam kehidupan umatNya. Jika selama pembuangan mereka berurai air mata, hati yang luka dan bathin yang merasakan pahit getirnya kehidupan di negeri asing, maka Tuhan sendiri menghapuskan air mata dan meniadakan kepahitan dan menjadikan segala sesuatu baru. Umat Allah akan bersukacita, kegirangan dan segala sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan dan kedamaian. Tiada lagi yang merintih kepedihan atas pengalaman hidupnya atau mengerang kesakitan atas luka-luka akibat korban perang (ay 19). Namun Tuhan akan memulihkan dan menggantikan mereka dalam segala keadaan.

Sukacita dan kegirangan mereka bukan hanya sesaat atau sementara sifatnya. Kegirangan umat Allah itu tidak dibatasi oleh waktu. Mereka bersukacita untuk selama-lamanya. Amin.

Senin, 23 Oktober 2017

"KERJAKANLAH KESELAMATANMU" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KERJAKANLAH KESELAMATANMU

Filipi 2:13, "Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya".

Keselamatan adalah pemberian Allah secara gratis atau cuma-cuma bagi kita. Kata cuma-cuma disebut dengan "gratia" (grace) atau anugerah Allah. Pemberian Allah yang cuma-cuma bukanlah seperti sesuatu benda mahal yang kita simpan di dalam lemari sebagai koleksi, tetapi keselamatan itu bentuk kata kerja yang menuju kesempurnaan dan pemenuhan.

Nats renungan di pagi hari ini satu kesatuan dengan ayat sebelumnya yang menekankan tentang tugas orang percaya: mengerjakan keselamatan sebagai respon terhadap karya Allah. Keselamatan itu adalah pekerjaan Allah, Allah telah mengerjakan keselamatan kita di dalam diri Yesus Kristus. Yesus mengosongkan dirinya (kenosis); sekalipun dalam rupa Allah namun dia merendahkan diri mengambil rupa seorang hamba agar segala yang ada di bawah kolong langit bertekuk lutut di dalam nama Yesus Kristus dan segala lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat (Filipi 2:10-11)

Bagi orang percaya keselamatan di dalam Yesus Kristus harus kita kerjakan, "Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir" (Flp 2:12)

Apa maksudnya mengerjakan keselamatan? Percaya kepada Yesus Kristus berarti kita mengenal kehendak Allah. Maka setiap orang percaya harus melakukan kehendak Allah sebagai respon kita yang telah menerima keselamatan. Mengerjakan keselamatan lewat ketaatan,  kesetiaan, iman yang tangguh dan bersedia memikul salib. Rela menderita atas segala pergumulan yang dihadapi demi kebenaran dan kerajaan Tuhan. Mengerjakan keselamaatan sebagai bukti ketaatan dan takut akan Tuhan.

Bagaimana kita mengerjakan keselamatan itu? Yesus pernah membuat perumpamaan tentang talenta. Ada yang menerima 5 ada menerima 2 ada yang menerima 1. Seorang hamba yang menerima 5 mengerjakannya dan mengelolanya dengan baik sehingga dia menghasilkan dua kali lipat, demikian dengan  yang menerima 2 menghasilkan dua kali lipat. Namun sangat sayang yang menerima 1 hanya menyimpan tak menghasilkan apa-apa. Hasil perumpamaan ini, yang mengerjakan 5 dan 2 memperoleh dua kali lipat bagiannya, namun yang tak menghasilkan apa-apa selain 1 talenta ditarik daripadanya, dia juga dimasukkan pada penghukuman (Baca Mat 25:14-30)

Kerjakanlah keselamatanmu adalah respon kita terhadap karya keselamatan Allah yang telah dikerjakan bagi kita lewat kerelaan Yesus Kristus mati di kayu salib demi keselamatan kita. Mengerjakan keselamatan bukanlah bekerja  mendatangkan kemujuran,  kebaikan dan keuntungan bagi diri kita semata, namun sebagai orang yang telah menerima keselamatan kita harus bekerja mendatangkan kebaikan bagi semua orang. Setiap orang yang melihat perbuatan bagi kita orang memuliakan Tuhan. Inilah misi Allah di dalam diri orang percaya: setiap kita yang mengerjakan keselamatan itu semuanya untuk mendatangkan kemuliaan Bapa di sorga. Amin.

Minggu, 22 Oktober 2017

Team Volly Ama HKBP Sutoyo masuk ke final, dlm rangka POR Ama Distrik VIII DKI Jakarta

Selamat atas pencapaian dari Ama HKBP Sutoyo dan seluruh pendukung serta pemberi semangat yang tidak disebutkan satu persatu terlebih para pemain Volly Ama yang kita banggakan. Semoga Tuhan memberkati selalu dalam kegiatan olahraga selanjutnya. Horas!... Tuhan memberkati. Amin.

BERIT"AKANLAH PERBUATAN TUHAN" (Mazmur 96:1-9) Khotbah Minggu XIX Trinitatis Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BERITAKANLAH PERBUATAN TUHAN
(Mazmur 96:1-9)

Khotbah mingu ini mengajak kita untuk menyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan. Ajakan menyanyi ini penting, karena fakta membuktikan bahwa setiap orang biasanya selalu mengingat lirik syair lagu favoritnya, maka demikianlah orang percaya menyanyi bagi Tuhan, berarti mengingat segala kebesaran dan kebaikanNya.  Ajakan menyanyi bukan sekadar menyanyi, tetapi menyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan dengan maksud mensyukuri perbuatanNya karena berkatNya selalu baru bagi kita.

Bagaimana  kita mengucap syukur atas segala karya dan perbuatan Tuhan dalam hidup kita? Inilah seruan dari nas khotbah kita pada Minggu hari ini dari. Pemazmur mengajak semua orang percaya  untuk memuliakan Tuhan karena kita telah menerima keselamatan dan menceritakan segala perbuatanNya yang ajaib di tengah-tengah bangsa.  Ajakan memuji dan memuliakan dipakai dengan empat istilah: nyanyikanlah (ay 1), kabarkanlah (ay 2), ceritakanlah (ay 3), dan katakanlah (ay 10). Semuanya kata-kata bersifat imperatif untuk menunjukkan pengenalannya tentang Allah. Pemazmur merasakan dan mengalami langsung perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib. Pemazmur mengungkapkan alasan untuk bermazmur bagi Tuhan:

Allah itu pencipta dan pemelihara kehidupan (ay 5)
Allah adalah sumber keselamatan hari demi hari (ay 2)
Allah itu penuh kemuliaan dan kuasa-Nya melebihi segala kuasa yang ada dan perbuatanNya yang ajaib mengatasi segala bangsa. (Ay 3-5)

Dari pengenalan dan pengakuan pemazmur di atas, segala kemuliaan dan semarak harus dinyanyikan, diberitakan dan diceritakan oleh setiap orang percaya.

Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan dan ceritakanlah perbuatan-perbuatan ajaib. Ibarat seorang singer yang melantunkan lagu indah sehingga setiap orang yang mendengarkannya terpesona, demikianlah orang percaya menyanyikan kemuliaan Tuhan sehingga setiap orang mengenal keagunganNya. Atau ibarat seorang reporter yang mengetahui suatu fakta kebenaran dan  memberitakan kepada publik agar semua tahu tentang kebenaran suatu peristiwa. Lebih dari itu orang percaya memberitakan dan menceritakan karya keselamatan Allah yang telah dijanjikan dan dipenuhi dari sejarah bapak leluhur hingga pemenuhannya di dalam Yesus Kristus. Demikianlah orang menceritakan dan memberitakan karya keselamatan yang telah kita terima di dalam Injil Yesus Kristus. Kematian dan kebangkitan Kristus telah menjadi keselamatan bagi kita.

Menyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan berarti kesediaan kita untuk sujud menyembah Allah dalam segala kemulianNya (ay 9). Kata sujud menyembah mengingatkan kita dua hal: pengakuan terhadap Allah yang maha mulia dan menyadari diri manusia berdosa.


Menyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan, kesediaan hati mempersembahkan korban terbaik di pelataran Allah (ay 8). Persembahan terbaik di hadapan Allah adalah mempersembahkan tubuh kita sebagai korban yang harum bagi Tuhan, sebagaimana disebut dalam Roma 12:1, "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati". Amin.

Punguan Parompuan/Ina Kamis HKBP Sutoyo kunjungan Kasih ke HKBP Serpong

Photo Bersama


Sabtu, 21 Oktober 2017

"PERGILAH DENGAN SELAMAT" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

PERGILAH DENGAN SELAMAT

Lukas 8:48, "Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!"

Firman Tuhan di pagi hari ini merupakan satu ayat dari satu perikop kisah Yesus membangkitkan putri Jairus. Jairus menjumpai Yesus di sinagoge dan memohon agar Yesus berkenan menyembuhkan putri satu-satunya yang hampir mati. Yesus pun bersedia menyembuhkannya, namun dalam perjalanan itu ada seorang perempuan berpenyakit pendarahan yang cukup parah telah mendengar tentang Yesus, dan dia memiliki keyakinan dengan menyentuh jubah Yesus saja dia telah sembuh. Maka secara diam-diam dia mendekati Yesus dan menjamah jubahNya. Pada saat itu Yesus menyadari tindakan perempuan itu, dan nampaknya Yesus merespon dan perempuan itu ketakutan atas perbuatannya itu yang menjamah jubahNya. Tetapi Yesus menyapa perempuan itu dengan lembut dan berkata, "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!" (Luk 8:48).

Jawaban Yesus ini sangat mengubah ketakutan perempuan tersebut dan ia mendapatkan kesembuhan.  "Imanmu telah menyelamatkan engkau dan pergilah dengan selamat!". Itulah kebaikan Yesus yang peduli terhadap setiap orang. Dalam perjalanan pun Yesus tetap melayani orang yang datang kepadaNya. Ketika berdialog dengan perempuan itu seorang memberitahukan bahwa putri Jairus sudah mati dan mereka pun menangis. Namun dalam kisah selanjutnya Yesus membangkitkan putri Jairus itu.

"Imanmu menyelamatkan engkau dan pergilah dengan selamat!". Dalam beberapa kali Yesus menyembuhkan, kalimat ini sering disampaikan olehNya, yang menekankan bahwa iman percaya kita kepada Yesus berperan penting dalam memperoleh kesembuhan.

"Imanmu memyelamatkanmu!". Suatu perkataan yang menyembuhkan dan menyegarkan jiwa kita yang percaya kepada Yesus. Jika kita memiliki iman, apapun yang kita minta akan diberikan kepada kita, seperti disebut di Matius 21:22, "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya."

Yesus berkenan menolong setiap orang percaya. Tuhan Yesus itu baik, Dia tidak marah sekalipun jubahNya disentuh tanpa persetujuanNya. Yesus tidak cuek meninggalkan perempuan itu karena ada urusanNya yang terpenting melayani orang yang hendak mati. Bukankah kita sering mengabaikan tugas mulia dengan alasan ada tugas dan kesibukan?

Inilah kebaikan Yesus dalam hidup kita yang harus kita syukuri, Dia selalu berkenan menolong dan menopang kita asalkan kita percaya kepadanya.

"Pulanglah dengan selamat!". Tuhan Yesus tidak membiarkan kita pulang dengan hampa dan tak memperoleh apa-apa dari padaNya, tetapi Dia memenuhi harapan kita. Amin.

Jumat, 20 Oktober 2017

"TUHAN MEMBERI NAMA MEREKA: "MANUSIA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"TUHAN MEMBERI NAMA MEREKA: "MANUSIA"

Kejadian 5:2, "Laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Ia memberkati mereka dan memberikan nama "Manusia" kepada mereka, pada waktu mereka diciptakan".

Nats renungan di pagi ini menjadi dasar utama bagi pandangan Alkitab bahwa manusia itu adalah setara. Tidak ada perbedaan laki-laki dan perempuan, namun sama-sama memiliki citra Allah, yaitu segambar denganNya. Selain kesetaraan nats renungan ini hendak menekankan bahwa manusia adalah "yang diambil dari tanah". Kata manusia diterjemahkan dari kata Ibrani "adam". Adam yang diambil dan dibentuk Allah segambar dengan rupaNya dan diberikan nafas kehidupan. Narasi ini  hendak menjelaskan bahwa tanpa Allah manusia adalah tanah. Allah berkarya dengan  mengambil tanah, membentuk, memberi nafas kehidupan dan akan kembali ke tanah. Dengan penjelasan ini Alkitab hendak mengajarkan agar manusia tetap merendahkan hati di hadapan Allah, sebab apa adanya hidup manusia adalah karena prakarsa dan perbuatan Allah sendiri, sebaimana disebut dalam Yes 64:8, "Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu".

Dari kisah penciptaan ini ada dua hal yang perlu kita perdalam yaitu: (1) Tuhan memberkati dan (2) Tuhan memberi nama.

(1). Memberkati: rencana Allah bagi manusia adalah agar dunia ini dipenuhi berkat Allah. Allah menciptakan langit dan bumi dan segala isinya dipersiapkan bagi mahkota ciptaan. Allah memperlengkapi manusia dengan akal agar manusia dapat mengelola ciptaan demi kelestarian hidup. Sebagai mahkota ciptaan manusia memperoleh mandat ilahi untuk melestarikan alam. Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan, mempersatukan dan memberkati mereka untuk bertambah banyak memenuhi bumi. Makna penciptaan menyegarkan kepada kita bahwa Tuhan menciptakan, memelihara dan memberkati manusia.

(2). Memberi nama memiliki arti kepemilikan. Tuhan memberi nama "Manusia",  ini memiliki makna yang dalam bahwa kita manusia adalah milik Allah. Kalau kita milik Allah ini adalah suatu predikat yang sangat berharga di mata Tuhan. Jika seseorang bekerja di perusahaan ternama, tentu ia akan bangga membawa nama perusahaannya. Lebih dari itulah manusia yang merupakan milik Allah harus bangga sebagai milikNya. Seorang pemilik pasti menjaga, memelihara dan melindunginya. Selain itu seorang pemilik akan selalu bangga dengan apa yang milikinya. Demikian Allah bangga atas kita dan berkenan melindungi, memelihara dan merawat kita manusia umat kepunyaanNya. Pada saat yang sama kita sebagai milikNya akan membuat refleksi yang mendalam: apa yang kita lakukan yang membanggakan Allah sebagai pemilik.

Dari makna penciptaan menurut Alkitab, kekristenan telah menjadi garda depan mewujudkan kesetaraan jender dan persamaan hak laki-laki dan perempuan, karena keduanya sama-sama diciptakan segambar dengan Allah menerima mandat untuk memenuhi dan merawat bumi.

Dari narasi penciptaan ini kita diingatkan: (1). Agar tetap rendah hati karena kita adalah tanah. Dan kita menjadi manusia yang berharga hanya karena karya Tuhan. Di luar Tuhan kita adalah tanah. (2). Manusia harus senantiasa bersyukur karena Tuhan memberkati manusia, memperlengkapi segala kebutuhan dan menjamin kehidupannya.     (3).Tuhan adalah pemilik kehidupan manusia. Kita ini adalah milik Tuhan, dan sebagai milikNya kita harus tetap menjaga diri berperilaku sebagai milik Allah. Amin.

Kamis, 19 Oktober 2017

"BERTAMBAH TEGUH DALAM IMAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BERTAMBAH TEGUH DALAM IMAN

Kolose 2:7, "Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur"

Iman harus bertumbuh! Itulah pesan dari renungan di pagi hari ini. Iman itu bukan statis tetapi dinamis, bertumbuh dan berkembang seperti tumbuhan dimulai dengan benih, setelah ditaburkan Tuhan akan memberikan akar-akar, kemudian bertumbuh, semakin kuat dengan adanya cabang-cabang, ranting dan daun. Pada waktunya akan menghasilkan buah yang dinantikan oleh seorang petani. Demikian halnya dengan iman; firman adalah benih kebenaran yang kita dengar, berakar dan betumbuh membentuk pribadi kita yang percaya dan setia kepada Tuhan dan melakukan perbuatan-perbuatan baik sebagai buah dari penghayatan iman.

Penyebutan berakar dan bertumbuh meruoakan istilah yang diambil Paulus dari dunia pertanian. Sama seperti Yesus, dalam pengajaranNya banyak memberikan perumpamaan tentang Kerajaan Allah banyak diinspirasi dari pertanian: perumpamaan tentang penabur, biji sesawi, dll. Semua itu menunjukkan bahwa iman kekristenan harus bertumbuh.

Berakar dan bertumbuh; akar adalah bagian pertama yang menunjukkan bahwa tanaman itu hidup atau tidak,  baik atau tidak, kuat atau tidak. Akar berfungsi mencari makanan untuk pertumbuhan tanaman, selanjutnya dimatangkan dalam daun dan disalurkan ke seluruh bahagian dari tanaman.  Selain fungsi pencari makanan, akar tanaman juga menjadi penopang batang. Akar yang kuat akan menjadikan pohon bisa bertahan dari badai angin. Jika akar tak kuat pohon itu akan segera tumbang.

Bertambah kuat dan berkelimpahan di dalam Tuhan. Pohon yang berbuah harus ditopang dengan dahan yang kuat. Tidak sedikit pohon yang berbuah lebah, setelah buahnya semakin membesar dahannya tak kuat dan patah. Ini gambaran orang yang menerima kelimpahan berkat namun tak kuat akan kenikmatan harta sehingga lupa akan pembinaan spiritualitas dan pertumbuhan kerohaniannya. Terus bekerja, menambah inkam dan segala sesuatu yang mendatangkan keuntungan. Jika keuntungan dan kelimpahan berkat ada, namun tidak ditopang oleh iman yang kuat maka sama dengan dahan yang patah tadi.

Tuhan menghendaki kita berakar dan bertunbuh di dalam dia. Agar iman kita bertumbuh tentu benih firman yang kita dengar berakar, berkembang dan menopang kehidupan kita. Iman itu bertumbuh ketika kita mau mendengarkan firman (Rom 5:8) dan merenungkannya siang dan malam (Mazmur 1).

Kiranya Tuhan memberikan kekuatan bagi kita dan menghasilkan buah yang berkelimpahan demi kemuliaanNya. Amin.

Rabu, 18 Oktober 2017

"NATAN MENGINGATKAN DAUD" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

NATAN MENGINGATKAN DAUD

2 Samuel 12:9, "Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon".


Metode Natan menasihati Daud merupakan contoh yang sangat menarik karena dia membuat suatu cerita tentang seorang janda yang memiliki kambing domba. Cerita yang sangat menarik (bacalah 12:1-7) Selain menarik Nabi Natan sangat cermat mendeteksi kejahatan Daud dan berani mengingatkannya sekalipun Daud itu Raja, yang dihormati di seluruh bangsa itu. Inilah kelebihan nabi, Tuhan menunjukkan melalui nabiNya untuk cermat melihat realitas disekitarnya.  Bagaimana seorang Natan bisa mengetahui apa motif Daud menyuruh Uria ke pertempuran yang tidak mungkin dimenangkan akhirnya dia meninggal, dan keputusan Daud mengambil Batsyeba menjadi isterinya. (Kisahnya dapat kita baca dalam 2 Sam 11)

 Secara kasat mata, tindakan Daud ini bisa benar, bahkan sikap mulia bagi penilaian umum karena melindungi keluarga panglimanya yang mati di peperangan. Ini suatu tindakan perlindungan dari raja kepada panglima perangnya. Namun tidak ada yang tersembunyi dimata Tuhan,  perbuatan Daud membiarkan Uria mati di medan perang merupakan kejahatan di mata Tuhan. Tindakan Daud menempatkan dan membiarkan Uria mati di medan pertempuran adalah kekejian bagi Tuhan.

Sehebat apapun seseorang menutupi kejahatannya semua itu terbuka di matanTuhan. Selihai dan selicin apapun orang berdalih mengelak dari kejahatannya dan membenarkan tindakannya di mata Tuhan, kejahatan itu tiada yang tersembunyi. Inilah kehadiran Natan mengingatkan Daud.

Atas peringatan Natan ini, Daud tersungkur dan memohon pengampunan dosa kepada Tuhan. Dia tidak membuat alibi atau pembenaran diri namun insaf dan menyadari perbuatannya yang jahat dan memohon pengampunan kepada Tuhan.

Renungan pagi ini mengingatkan kita bahwa mata Tuhan tetap tertuju kepada kita. Tuhan maha tahu apa yang kita lakukan dan maksud tersembunyi sekalipun di dalam hati, Tuhan mengetahuinya.   Tiada yang tersembunyi semuanya terbuka dihadapan Allah. Amin.

Selasa, 17 Oktober 2017

"TUHAN MENJAWAB DOAMU" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TUHAN MENJAWAB DOAMU

Lukas 11:9, "Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu"

Mungkin Anda pernah menemukan tulisan ini: 24 Jam Bersedia Melayani Anda! Coba Anda ingat dimana itu tertulis? Itu motto dari beberapa pelayanan umum seperti Klinik 24 Jam, RS, Polisi dan lainnya yang bergerak dalam pelayanan masyarakat. Ini suatu contoh pelayanan publik yang bersedia setiap saat untuk melayani apa kebutuhan publik. Ada saja kebutuhan masyarakat tang harus sedia 24 jam. Jika pelayanan publik terbuka 24 jam dalam beberapa sektor tertentu, lebih dari itu Tuhan membuka diri untuk umatNya. Tuhan bersedia setiap saat memberikan apa yang kita butuhkan asalkan kita mau menyampaikannya di dalam doa dan permohonan kita.

☆ Mintalah maka akan diberikan kepadamu! Di sini bukanlah mau menggambarkan bahwa hubungan kita dengan Tuhan adalah  hubungan pemohon dan pemberi. Hubungan dimaksud sama seperti seorang anak yang meminta sesuatu dari ayahnya (orangtuanya). Bukankah seorang ayah telah mempersiapkan segala sesuatu bagi anaknya? Sekalipun tidak diminta, sang ayah telah mempersiapkan apa yang terbaik bagi anaknya. Demikian Tuhan dengan anak-anakNya. "Mintalah maka akan diberikannkepadamu", Yesus hendak menunjukkan Allah itu adalah pemurah. Tuhan itu baik dan berkenan setiap saat memberikan apa yang diminta oleh orang yang datang memohon kepadaNya. Tuhan itu tidak pernah menolak siapapun, karena semuanya adalah umat yang dikasihiNya. Tuhan tidak pernah menolak apapun yang kita minta, karena semuanya ada padaNya. Tetapi satu hal yang harus kita ingat bahwa Tuhan akan memberikan apa yang tepat untuk kita. Tuhan lebih mengetahui apa yang kita butuhkan dalam hidup ini.

☆ Carilah maka kamu akan mendapatkan! Di sini diperlihatkan harus ada usaha dari diri kita yang memohon kepada Tuhan. Memohon bukan berarti menunggu Tuhan datang memberikan ke tangan kita. Bagi seorang petani tak mungkin lumbungnya penuh gandum kalau dia tidak menabur dan bekerja. Namun harus ada usaha, mencari apa yang kita butuhkan. Seperti seseorang yang kehilangan: benda yang hilang itu tidak datang kembali dengan sendirinya, tetapi jika kita hendak menemukannya kembali kita harus mencarinya. Demikianlah tentang hidup ini. Jika kita menginginkan sesuatu dari Tuhan, cari jalan apa yang Anda tempuh untuk meraihnya, yakin dan percayalah, Tuhan akan menolong kita hingga menemukan apa yang kita cari.

☆ Ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu! Cobalah Anda ingat ketika Anda hendak berkunjung ke rumah teman atau sahabat Anda. Sekalipun Anda sudah janjian, Anda harus mengetok pintu agar orang yang berada di dalam rumah itu bergegas membuka pintu bagi Anda dan mempersilahkan Anda masuk. Atau setidaknya Anda akan telpon atau kirim pesan WA bahwa Anda sudah di depan pintu. Sebagai sahabat yang tahu ada orang yang mengetok pasti, maka pintu akan segera dibukakan untuk Anda. Lebih dari itulah Tuhan membukakan pintu bagi kita baik dalam hal apapun itu.

Renungan di pagi ini sangat penting bagi kita bahwa Tuhan itu senantiasa siap sedia memberikan apa yang kita butuhkan. Datanglah padaNya di dalam doa dan permohonan kita, telah dipersiapkan apa yang terbaik bagi kita. Amin.

Senin, 16 Oktober 2017

"KESELAMATAN KEKAL HANYA DARI TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KESELAMATAN KEKAL HANYA DARI TUHAN

 Yesaya 51:6, "Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah ke bumi di bawah; sebab langit lenyap seperti asap, bumi memburuk seperti pakaian yang sudah usang dan penduduknya akan mati seperti nyamuk; tetapi kelepasan yang Kuberikan akan tetap untuk selama-lamanya, dan keselamatan yang dari pada-Ku tidak akan berakhir".

Ibarat seorang motivator yang baik demikianlah nabi Yesaya memberikan dorongan dan semangat bagi umat yang di pembuangan. Inspirasi dan kata-kata yang membangun disampaikan agar mereka memiliki pengharapan. Pembuangan akan berlalu dan Tuhan akan mengembalikan umatNya ke Yehuda/Yerusalem.

Dalam renungan pagi ini Yesaya menyampaikan agar jangan menaruh pengharapan pada dunia ini, karena langit bumi, laut dan segala isinya akan segera lenyap. Dunia ini hanyalah PHP (Pemberi Harapan Palsu). Hanya satu yang abadi yaitu keselamatan dari Allah. Keselamatan Allah itu kekal dan abadi dan tidak akan berakhir. Sebaliknya langit, bumi dan penduduknya hanyalah sementara.

Apa yang disampaikan oleh Yesaya sangat tepat dan menarik bahwa langit dan bumi tak dapat memberikan keselamatan bagi kita, justru semuanya menuju kehancurannya. PERTAMA: Lihatlah! Langit akan lenyap seperti asap, ia akan mengepul namun hanya sesaat, segera sesudah itu hilang di awan-awan dan tak kelihatan lagi. Asap bisa membumbung tinggi namun ketika angin berhembus ia pun akan lenyap seketika. KEDUA: Bumi akan memburuk seperti pakaian yang sudah usang. Hal ini sangat menarik bahwa segala sesuatu akan berjalan seturut dengan waktu. Apa yang dulu mungkin disanjung dan diagungkan, namun akan memburuk. Sama seperi artis yang tiba-tiba populer, lambat laun akan kehilangan followernya.
KETIGA: Penduduknya akan mati seperti nyamuk. Mungkin umur binatang yang terpendek dari semua binatang yang sering berhadapan dengan manusia adalah nyamuk. Dari menetas dan bertumbuh tidak sampai 2 minggu. Memang menurut penelitian nyamuk betina bisa mencapai satu bulan. Begitulah singkatnya hidup penduduk bumi.
Namun keselamatan dari Allah akan kekal, abadi dan selamannya. Keselamatan dari Tuhan tidak akan berakhir, karena Dialah Alpa dan Omega, yang pertama dan akhir. Bagi Tuhanlah pengharapan kita satu-satunya.

Apa yang disampaikan Yesaya di pagi ini, mengingatkan kita akan tujuan hidup kita, yaitu keselamatan dari Tuhan. Banyak tawaran keselamatan, kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan dari kuasa dunia dan berhala modern. Namun periksa dulu apakah itu bertentangan dengan kebenaraan firman Tuhan? Renungan pagi mengingatkan kita hanya pada Tuhan ada keselamatan yang abadi. Amin.

Sabtu, 14 Oktober 2017

Partangiangan Sektor Jatibening/Bekasi bersama Keluarga dan Kebaktian Padang, Sabtu-Minggu 14-15 Oktober 2017 di Puncak Cisarua - Villa Kel. CSt. E. Sigalingging / br. Sinaga

Partangiangan Sektor Jatibening/Bekasi bersama Keluarga dan Kebaktian Padang, Sabtu-Minggu 14-15 Oktober 2017 di Puncak Cisarua - Villa Kel. CSt. E. Sigalingging / br. Sinaga. Dilayani oleh Amang Pdt. Halim P. Simbolon, S.Th.




Jumat, 13 Oktober 2017

Partangiangan Sektor Kampung Makasar bersama Keluarga Koor Ama di rumah Kel. P. Sirait / br. Pakpahan

Partangiangan Sektor Kampung Makasar bersama Keluarga Koor Ama di rumah Kel. P. Sirait / br. Pakpahan. Dilayani oleh Pdt. Bonar Napitupulu, S.Th.




"BERBAHAGIALAH DAN TERSENYUMLAH" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"BERBAHAGIALAH DAN TERSENYUMLAH"

Lukas 6:21, "Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa".

Khotbah Yesus sangat menyejukkan hati setiap orang yang mendengarnya, karena sangat menyentuh hati yang terdalam dan memberikan jawaban apa yang paling dibutuhkan oleh manusia. Khotbah Yesus di bukit sangat mengagumkan, bahkan tokoh besar non Kristen seperti M. Gandhi sangat mengagumi Injil dan menginspirasi dalam pergerakan Ahimsa (gerakan perlawanan tanpa kekerasan).

Inilah sesungguhnya kabar baik bahwa Allah menyediakan kebahagiaan bagi umatNya. Khotbah Yesus ini sungguh berbeda dengan kaum Farisi dan ahli Taurat, yang selalu menuntut dan mendakwa setiap orang di hadapan Allah. Penderitaan, air mata dan segala hal pahit dianggap sebagai hukuman Tuhan atas pelanggaran manusia di hadapanNya sehingga khotbah Farisi menjadi beban bagi setiap orang yang mendengarnya.

Khotbah Yesus membebaskan dan memberi kelegaan. Yesus mengetahui apa kebutuhan yang terdalam bagi manusia. Dalam renungan di pagi ini ada dua yang memberikan kelegaan bagi kita.

(1). Berbahagialah yang lapar karena akan dipuaskan. Pasti kita pernah merasakan lapar, entah karena keadaan atau kondisi tertentu. Dalam keadaan lapar biasanya emosi kita tak terkendali, mudah marah dan meledak-ledak. Makanya ada nasehat: "jangan nasihati orang ketika lapar, namun berilah makan".  Saat lapar seseorang tak konsentrasi dalam bekerja, tiang yang tegak lurus pun akan terlihat bengkok atau miring. Orang lapar disuruh istirahat tak memberi jawab karena akan menambah kegusaran dan sakitnya rasa lapar. Hanya satu kebutuhan orang yang lapar yaitu makanan. Yesus melihat psikologi sosial orang yang mengikuti Dia. Ke mana Yesus pergi kesitu orang banyak berduyun-duyun dan mereka mendapatkan apa yang diharapkan dari Yesus. Yesus pernah memberi 5000 orang makan, namun jauh lebih penting lagi kelaparan akan pertumbuhan spiritualitas mereka. Khotbah ini memberikan jaminan kepada kita, Tuhan menyediakan kebutuhan kita. Jangan khawatirkan akan apa yang hendak kita makan, Tuhan telah menyediakannya bagi kita, sebagaimana Dia katakan di Mat 6:25, "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?"

(2). Tuhan tak membiarkan kita terus menangis. Ada saja yang membuat kita sedih dalam hidup ini, namun kita harus bersyukur masih banyak hal yang lebih pahit yang dialami oleh orang lain. Setiap saya berkunjung ke rumah sakit, saya selalu bersyukur dan bisa senyum atas kesehatan yang saya alami. Masih banyak lagi contoh yang dapat kita lihat bahwa seharusnya kita tertawa dan senyum. Masalahnya adalah cara berpikir kita menghadapi masalah: ada orang mengganggap saat menghadapi masalah, rasanya dialah satu-satunya orang yang paling malang dalam hidup ini. Cara berpikir demikian kadang selalu membesarkan masalahnya, dan bukan hanya itu bahwa cara berpikir demikian dapat melupakan banyak kebaikan.
Renungan di pagi ini memberikan kelegaan bagi kita, Tuhan tidak membiarkan kita menangis. Tuhan tidak membiarkan kita terbeban sendirian. Tuhan selalu mendampingi kita bahkan menawarkan mengambil beban hidup kita. Masalahnya, kita tidak mau pasrah dan menyerahkan beban itu bagi Tuhan.

Berbahagialah kamu yang sekarang menangis, karena akan tertawa. Ini adalah jaminan dari Tuhan Yesus Kristus bagi setiap orang yang percaya kepadanNya. Ingatlah saat sedih dan air mata menimpa hidupmu, Tuhan Yesus datang menghapus air mata dan memberikan kelegaan. Amin.

Partangiangan Sektor SMA/SMEA di rumah Kel. Ny. Pardede, DM. br. Siahaan

Partangiangan Sektor SMA/SMEA di rumah Kel. Ny. Pardede, DM. br. Siahaan.
Dilayani oleh Pdt. Sonny L. br. Sinaga, S.Th., MM.



Kamis, 12 Oktober 2017

"RANCANGAN DAMAI SEJAHTERA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

RANCANGAN DAMAI SEJAHTERA

Yeremia 29:11, "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan".

Pasal 29 merupakan surat kiriman dari Yeremia yang dibacakan bagi umat di pembuangan Babel. Yeremia memberikan peneguhan bahwa Tuhan bukan untuk membinasakan umat Allah di pembuangan Babel, namun dibalik itu Tuhan telah membuat suatu rancangan besar bagi umatNya. Rancangan Tuhan melebihi apa yang mereka pikirkan. RancanganNya adalah rancangan damai sejahtera, rancangan kehidupan dan rancangan masa depan yang cemerlang. Ibarat pemurnian emas, harus dilebur agar kerak besi terlepas dan jadilah emas murni yang siap dibentuk menjadi perhiasan mahal. Demikian Tuhan akan memurnikan umatNya di pembuangan. Akan ada sisa-sisa umat Allah yang memiliki karakter umat pilihan, umat yang  berpegang teguh kepada perintah Allah dan mencintah Taurat Tuhan.

Yeremia sendiri menubuatkan bahwa mereka harus menjalani 70 tahun masa pembuangan Babel. Nubuatan ini sangat berbeda dengan nubuatan nabi palsu Hanaya dan Pasyur yang menubuatkan damai, damai dan tak akan ada pembuangan karena Tuhan telah mematahkan Babel. Apa yang terjadi? Hanaya dan Pasyur adalah nabi palsu yang hanya meninabobokkan raja dan umat itu. Yeremia benar, Babel bangkit dan menghancurkan Yerusalem dan mengangkut mereka ke pembuangan.

Pembuangan memang pahit dan itu membuat Israel sangat terpukul karena mereka bangga sebagai umat Allah, umat pilihan dan umat yang diberkati. Mereka bangga dengan kerajaan Daud yang dianggap akan kekal dan bangga akan Bait Suci. Segala kebanggaan mereka baik secara bangsa, keagamaan dan segala kelebihan yang selama ini diandalkan justru hancur. Semuanya terpuruk dan terperosok dalam pembuangan Babel.

Inilah kelebihan Yeremia, sekalipun sempat ditolak umat itu, namun tetap bekerja dengan menyampaikan nubuat dan rencana Allah untuk mereka. Pembuangan bukanlah penghukuman  akhir umat Allah, tetapi suatu tahapan pemurnian umat Allah. Sama seperti Musa membawa Israel di padang gurun, mereka dilatih dan digembleng selama empat puluh tahun untuk membentuk mereka menjadi umat Allah yang siap memasuki tanah perjanjian.

Hidup dalam pembuangan pasti pahit dan membuat mereka terpukul berat. Ini cara Allah memperbaiki hidup umatNya. Rancangan Allah adalah rancangan kesejahteraan, bukan kebinasaan. Di balik pembuangan Tuhan telah menyediakan masa depan yang penuh pengharapan.  Allah bekerja dan mendatangkan kebaikan kepada umatNya bukan dari hal-hal manis saja. Dari pengalaman pahit, Tuhan dapat memberikan hal termanis dalam hidup ini. Maka baik manis atau pun pahit terjadi dalam hidup mintalah kekuatan dari Tuhan untuk menjalaninya sehingga kita akan semakin paham rencanaNya dalam hidup kita. Amin.

Rabu, 11 Oktober 2017

"TUHAN TIDAK JAUH DARI KITA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TUHAN TIDAK JAUH DARI KITA

Kisah Para Rasul 17:27, "Supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing".

Satu hal menarik dari defenisi agama menurut  kekristenan adalah bukan manusia yang mencari Allah, namun Allah mencari manusia. Pandangan ini didasarkan penjelasan tentang sejarah keselamatan dalam Alkitab.  Banyak sumber yang kita temukan untuk mejelaskan ini, mulai dari penciptaan manusia, peristiwa Nuh, pemilihan Abraham, pengutusan nabi-nabi hingga hingga kehadiran Yesus ke dunia ini untuk mencari dan menyelamatkan manusia. Gembala yang baik akan mencari dombaNya yang hilang.

Kunjungan Paulus ke Atena dan melihat praktek agama pagan (berhala) pada jaman itu membuat patung-patung dan berhala lainnya didirikan dan disusun sedemikian rupa. Dengan menyembah patung itu mereka hendak mencari "tuhan", dengan penyembahan patung merasakan dapat bertemu, berjumpa dan dapat menjamah "tuhan". Inilah yang disentuh oleh Paulus dengan ajaran Yesus Kristus yang bangkit dari kematian. Kebetulan dalam jejeran patung itu ada tulisan "kepada Allah yang tidak dikenal" (Kis 17:23). Itulah yang diperkenalkan oleh Paulus tentang Injil Yesus Kristus, yang bangkit dari kematian membawa keselamatan.

Argumentasi Paulus ini diremehkan sebahagian orang Atena, khususnya dari kalangan filsuf Epikurus dan Stoa. Namun sebahagian sangat tertarik dan memberi kesempatan bagi Paulus menjelaskannya di Aeropagus. Aeropagus adalah tempat  pembuktian kebenaran dan tesis-tesis pemikiran baru dalam dunia filsafat.  Dengan penjelasan tentang Injil Yesus Kristus, ada di kalangan yang cerdik pandai bertobat dan menerima Yesus Kristus.

Renungan dipagi hari ini menjelaskan: PERTAMA, bahwa Allah yang kita kenal di dalam Yesus Kristus adalah Allah dekat, Dia Immanuel, hadir dimana-mana. Dialah Juruselamat yang ditentukan Allah menjadi jalan keselamatan bagi kita. Kemana kita pergi disitu Allah hadir mendampingi dan menyertai kita. Mempersiapkan apa yang kita butuhkan dan memberikan apa yang terbaik di dalam hidup kita. KEDUA: renungan ini mengajak kita untuk setia beribadah kepada Allah di dalam Yesus Kristus. Jangan mau diperdaya oleh  berhala, yang memperkenalkan "tuhan" melalui  tawaran keselamatan tang semu: kekayaan, kemujuran dan yang dianggap memberikan kehidupan.  Dengan renungan pagi ini kita diajak: percayalah hanya kepada Allah yang kita kenal di dalam Yesus Kristus sumber keselamatan, hidup dan berkat bagi kita. Amin.

Selasa, 10 Oktober 2017

"AKU MEMUJI YANG MAHATINGGI" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

AKU MEMUJI YANG MAHATINGGI

Daniel 4:34, "Tetapi setelah lewat waktu yang ditentukan, aku, Nebukadnezar, menengadah ke langit, dan akal budiku kembali lagi kepadaku. Lalu aku memuji Yang Mahatinggi dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, karena kekuasaan-Nya ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun".

Ada banyak cara yang dipakai Tuhan untuk mengubah hidup seseorang. Kadang cepat seperti kilat, penjahat sekalipun seperti Saulus dapat bertobat lewat sambaran cahaya sorgawi (baca kisah pertobatan Paulus Kis 9:3). Lewat sambaran itu, Saulus bermaksud menganiaya orang percaya, tetapi berubah menjadi pemberita Injil. Ada juga yang lambat melalui proses yang lama melalui pengalamannya yang sudah melelahkan baru menyadari kekeliruan hidup. Namun ada juga lewat mimpi, kegelisahan yang mendalam membuat hidupnya berubah seperti pengalaman Nebukadnezar yang meninggikan diri.

Pertobatan Nebukadnezar, dikisahkan dalam renungan di pagi hari ini. Untuk mengetahui cerita ini ada baiknya membaca keseluruhan pasal 4.  Nebukadnezar mengalami perubahan yang sangat besar setelah Daniel menjelaskan mimpinya. Dalam mimpinya Nebukadnezar melihat satu pohon yang begitu besar di atas bumi dan menjulang tinggi sampai ke langit. Di bawahnya segala binatang bernaung dan di cabangnya burung-burung bersarang. Kemudian malaikat penjaga di tempat tidurnya memerintahkan agar menebang pohon itu, biarlah daun berguguran namun tanggulnya dibiarkan hidup terikat dengan rantai besi.

Daniel sangat arif menjelaskan mimpinya dan mengharapkan bahwa mimpi buruk itu bukan terjadi pada Nebukadnezar namun pada musuh-musuhnya. Tetapi sesungguhnya mimpi itu adalah untuk Nebukadnezar untuk mengubah hidupnya yang sombong dan meninggikan diri sampai ke langit. Kerajaannya akan tumbang dan menjadi tawanan. Atas penjelasan Daniel ini, spontan Nebukadnezar takjub atas kecerdasan Daniel, menjelaskan seluruh mimpi Nebukadnezar dan dapat diterimanya dengan baik. Atas hal inilah Nebukadnezar spontab memuji, memuliakan dan mengagungkan Allah, Allah yang disembah Daniel: Allah Abraham, Ishak dan Yakub.

Renungan di pagi ini hendak mengajarkan kerendahan hati. Nebukadnezar yang sombong dan meninggikan diri dirubah lewat mimpi yang menggelisahkan. Cerita ini mengajak kita: biarlah Tuhan yang lebih tinggi, bagiNyalah kemuliaan, hormat dan puji-pujian. Dia yang maha kuasa, dan kekuasaanNya melebihi apapun. Kekuasaannya pun bukan sementara namun kekal sampai selama-lamanya. Amin.

Senin, 09 Oktober 2017

"BETAPA BAHAGIANYA KAMI" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BETAPA BAHAGIANYA KAMI

Lukas 9:33, "Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: "Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu".

Coba Anda ingat kapan Anda terakhir mengalami suasana hati paling membahagiakan? Jangan katakan saya tak pernah bahagia, hidupku selalu susah dan penuh penderitaan. Sehebat apapun pergumulan yang kita hadapi pasti pernah kita merasakan suasana hati yang bahagia. Hati gembira dan penuh riang bisa saja saat bertemu dengan orang yang Anda cintai, kunjungan ke tempat yang Anda belum pernah kunjungi, suasana bahagia bersama keluarga atau mungkin saat-saat promosi Anda pada pekerjaan Anda. Teks renungan di pagi ini, ingin berbagi bahwa kebahagiaan paling tertinggi adalah ketika melihat kemuliaan Allah dalam hidup ini.

Dari catatan, renungan pagi ini merupakan suasana paling bahagia dari rasul Petrus dan dilaporkan oleh Injil Lukas dan Markus (Mrk 9:5 dan Mat 17:4 ). Setelah Yesus mengajar orang banyak dan menyampaikan khotbah di bukit, Ia mengajak mereka ke bukit untuk berdoa (Luk 9:28). Namun Petrus memiliki pengalaman berharga dalam hidupnya: dia menyaksikan Yesus dimuliakan. Peristiwa ini bukanlah mimpi, namun suatu penglihatan nyata dari Petrus bahwa Yesus tidak seperti biasanya; Dia berubah dan wajahNya berkilau-kilauan dan  tampak bercakap-cakap dengan orang terbesar dalam sejarah perjalanan Israel, yaitu Musa dan Elia.

Siapakah Musa? Pasti semua orang Yahudi tahu, tokoh yang sangat mahsyur. Dialah pemimpin yang membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir, menuntun umat selama di padang gurun, dan paling mendasar dalam hidup Israel yaitu pemberian Hukum Taurat. Sedangkan Elia adalah tokoh terbesar dari nabi-nabi. Dalam pengharapan Mesias sering juga digambarkan bahwa yang datang itu adalah nabi besar seperti Elia.

Apakah kebahagiaan Petrus yang sesungguhnya?  Petrus melihat Yesus dimuliakan dan bercakap-cakap dengan Musa dan Elia. Selain kesejajaran Yesus dengan ketiga tokoh besar dalam sejarah Israel, kebahagiaan Petrus itu juga adalah Petrus mengetahui bahwa di dalam Yesus Kristus segala hukum Taurat dan nubuatan para nabi digenapi. Artinya, kebahagiaan Petrus itu adalah ia melihat sendiri keselamatan itu nyata di dalam diri Yesus Kristus.

Apakah kebahagiaan terbesar dalam hidupmu? Di atas tentu Anda mungkin sudah menjawab. Setelah membaca renungan ini kita mengetahui bahwa puncak kebahagiaan yang paling tinggi dalam hidup orang beriman ialah ketika kita punya keyakinan bahwa kita telah memiliki keselamatan yang pasti di dalam diri Yesus Kristus. Itulah kebahagiaan orang beriman ketika kita mengenal siapa Yesus Kristus di dalam hidup kita.

Benar bahwa kita di dunia ini hidup sementara, yang menjalani suka dan duka, derita dan bahagia. Namun dalam seluruh dinamika itu kita tetap bisa bersukacita karena punya jaminan kebahagiaan. Kebahagiaan kita bukanlah di dunia ini, itulah sebabnya keinginan Petrus mendirikan kemah ditolak oleh Yesus. Kebahagiaan kita yang menetap, kekal dan abadi di sorga telah disediakan Allah bagi kita. Amin.

Lukas 9:33, "Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: "Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu".

Coba Anda ingat kapan Anda terakhir mengalami suasana hati paling membahagiakan? Jangan katakan saya tak pernah bahagia, hidupku selalu susah dan penuh penderitaan. Sehebat apapun pergumulan yang kita hadapi pasti pernah kita merasakan suasana hati yang bahagia. Hati gembira dan penuh riang bisa saja saat bertemu dengan orang yang Anda cintai, kunjungan ke tempat yang Anda belum pernah kunjungi, suasana bahagia bersama keluarga atau mungkin saat-saat promosi Anda pada pekerjaan Anda. Teks renungan di pagi ini, ingin berbagi bahwa kebahagiaan paling tertinggi adalah ketika melihat kemuliaan Allah dalam hidup ini.

Dari catatan, renungan pagi ini merupakan suasana paling bahagia dari rasul Petrus dan dilaporkan oleh Injil Lukas dan Markus (Mrk 9:5 dan Mat 17:4 ). Setelah Yesus mengajar orang banyak dan menyampaikan khotbah di bukit, Ia mengajak mereka ke bukit untuk berdoa (Luk 9:28). Namun Petrus memiliki pengalaman berharga dalam hidupnya: dia menyaksikan Yesus dimuliakan. Peristiwa ini bukanlah mimpi, namun suatu penglihatan nyata dari Petrus bahwa Yesus tidak seperti biasanya; Dia berubah dan wajahNya berkilau-kilauan dan  tampak bercakap-cakap dengan orang terbesar dalam sejarah perjalanan Israel, yaitu Musa dan Elia.

Siapakah Musa? Pasti semua orang Yahudi tahu, tokoh yang sangat mahsyur. Dialah pemimpin yang membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir, menuntun umat selama di padang gurun, dan paling mendasar dalam hidup Israel yaitu pemberian Hukum Taurat. Sedangkan Elia adalah tokoh terbesar dari nabi-nabi. Dalam pengharapan Mesias sering juga digambarkan bahwa yang datang itu adalah nabi besar seperti Elia.

Apakah kebahagiaan Petrus yang sesungguhnya?  Petrus melihat Yesus dimuliakan dan bercakap-cakap dengan Musa dan Elia. Selain kesejajaran Yesus dengan ketiga tokoh besar dalam sejarah Israel, kebahagiaan Petrus itu juga adalah Petrus mengetahui bahwa di dalam Yesus Kristus segala hukum Taurat dan nubuatan para nabi digenapi. Artinya, kebahagiaan Petrus itu adalah ia melihat sendiri keselamatan itu nyata di dalam diri Yesus Kristus.

Apakah kebahagiaan terbesar dalam hidupmu? Di atas tentu Anda mungkin sudah menjawab. Setelah membaca renungan ini kita mengetahui bahwa puncak kebahagiaan yang paling tinggi dalam hidup orang beriman ialah ketika kita punya keyakinan bahwa kita telah memiliki keselamatan yang pasti di dalam diri Yesus Kristus. Itulah kebahagiaan orang beriman ketika kita mengenal siapa Yesus Kristus di dalam hidup kita.


Benar bahwa kita di dunia ini hidup sementara, yang menjalani suka dan duka, derita dan bahagia. Namun dalam seluruh dinamika itu kita tetap bisa bersukacita karena punya jaminan kebahagiaan. Kebahagiaan kita bukanlah di dunia ini, itulah sebabnya keinginan Petrus mendirikan kemah ditolak oleh Yesus. Kebahagiaan kita yang menetap, kekal dan abadi di sorga telah disediakan Allah bagi kita. Amin.

Jumat, 06 Oktober 2017

"BERITAHUKANLAH JALAN YANG HARUS KUTEMPUH" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"BERITAHUKANLAH JALAN YANG HARUS KUTEMPUH"

Mazmur 143:8, "Perdengarkanlah kasih setia-Mu kepadaku pada waktu pagi, sebab kepada-Mulah aku percaya! Beritahukanlah aku jalan yang harus kutempuh, sebab kepada-Mulah kuangkat jiwaku".

Jika Anda melakukan suatu traveling atau perjalanan tentu ada beberapa hal yang Anda persiapkan. Tujuan kemana, alat transportasi mana yang digunakan, perlengkapan dan bekal apa yang dibutuhkan selama di perjalanan serta keperluan lainnya untuk mendukung agar perjalanan Anda menyenangkan. Jika itu tidak Anda persiapkan perjalanan yang seharusnya menyenangkan bisa berubah menjadi pengalaman buruk yang sulit terlupakan. Itu masih cerita dalam perjalanan, bagaimana jika dalam keadaan sulit, musuh-musuh di sekitar Anda sudah menunggu kejatuhan. Salah-salah mengambil keputusan lawan-lawan akan menertawai kegagalan Anda. Tentu harus ada strategi dan langkah-langkah yang harus kita tempuh menghadapi tantangan.

Dalam perjalanan iman juga demikian sebagaimana dinyanyikan pemazmur pada renungan di pagi ini.  Tujuan perjalanan ziarah imannya adalah Allah: kepadaMulah kuangkat jiwaku. Tujuan hidupnya dan tujuan dari segala perjalannya adalah kepada Tuhan. Dalam perjalanan iman ada saja pergumulan yang kita hadapi, kita tidak tahu jebakan atau siasat lawan-lawan yang hendak menjatuhkan kita. Pemazmur nampaknya dalam keadaan sulit,   dia dikelilingi oleh musuh-musuhnya. Tinggal menunggu waktu dan keputusan mana yang diambil. Salah mengambil kebijkan lawan-lawannya akan menertawakannya.

Dari renungan di pagi ini, mari kita belajar dari pemazmur bagaimana dia menghadapi pergumulan iman:
(1). Iman dan keyakinan pemazmur kepada Tuhan, tak ada keraguan dalam keadaan sulit. Dia percaya kepada Tuhan. Pemazmur berkata: "kepada-Mulah aku percaya".
(2). Sumber kekuatan bagi dia adalah anugerah Tuhan. Dia tidak mengandalkan dirinya sendiri. Andalannya adalah kasih setia Tuhan yang menyertainya setiap pagi.
(3). Tuhan satu-satunya yang diandalkan dalam memberikan petunjuk, jalan mana yang harus ditempuh dan keputusan-keputusan mana yang harus diambil.

Ketiga hal ini merupakan pengajaran yang sangat berharga bagi kita di pagi ini. Tentu ada berbagai pergumulan yang harus kita tempuh dalam pekerjaan dan usaha kita masing-masing. Andalkanlah Tuhan dalam segala keadaan dan ikuti petunjukNya. Tuhan akan menghantarkan kita kepada kesuksesan dan kebahagiaan seturut kehendakNya. Amin.

Pembentukan Panitia Pesta Huria 2017




Kamis, 05 Oktober 2017

"MENERIMA PENDAMAIAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MENERIMA PENDAMAIAN

Roma 5:11, "Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu".

Nats renungan di pagi hari ini perupakan penjelasan Paulus tentang makna hidup orang percsya. Selain telah dibenarkan di hadapan Allah melalui Yesus Kristus, kita juga dapat bermegah karena telah diperdamaikan dengan Allah. Allah tak mengingat pelanggaran, kasihNya lebih besar dari pelanggaran kita.
Kita dapat bermegah karena pendamaian di dalam Yesus Kristus kita. Orang biasanya bermegah karena prestasi diri atau kelebihan diri. Namun di sini Paulus menjelaskan, kita bermegah di dalam Tuhan karena kita telah dibenarkanNya.

Jika Allah mau diperdamaikan, manusia harus menyambutnya dengan bersedia memasuki situasi baru: hidup dalam kebenaran dan damai sejahtera. Pendamaian tentu tidak dapat berlaku satu pihak, pada pihak manusia harus menerima jalan keselamatan yang ditentukan oleh Allah dengan percaya kepada Yesus Kristus. Manusia berdosa yang dibenarkan oleh Allah di dalam Yesus Kristus menerima hidup baru, hidup diperbaharui melalui kerelaan untuk mengikuti jejakNya. Damai sejahtera telah ditinggalkan untuk kita, karena itu hiduplah di dalam damai sejahtera.

Apa aplikasinya dalam hidup kita? Dalam banyak hal saja yang membuat kita jengkel terhadap orang lain, tidak tepat janji dan berbagai sikap yang mengundang kemarahan. Yesus berkata dalam Yohanes 14:27 (TB)  "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu"

Dengan demikian perlu kita menarik berbagai pelajaran bagi kita yang telah menerima pendamaian:

(1). Apapun suasana kerja kita tetaplah hidup dalam damai sejahtera, jauhkan kebencian dan berbagai hal yang mendatangkan kegaduhan, perselisihan dan permusuhan tetapi tetaplah berhati damai. Pastikan berada dalam membawa kedamaian di mana pun berada.

(2). Alkitab mengajarkan: jangan balaskan kejahatan melawan kejahatan. Roma 12:21, "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!"

(3). Sebagai anak-anak Allah yang menerima pendamaian di dalam diri Yesus Kristus: Jadilah pembawa dan pembuat damai (Band Mat 5:9).

Tentu masih banyak hal yang dapat kita lakukan sebagai orang yang menerima pendamaian Allah. Inilah panggilan kita, melalui kehadiran orang percaya dunia ini dipenuhi damai sejahterah Allah. Amin.

Rabu, 04 Oktober 2017

"MEWARISKAN PENGALAMAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MEWARISKAN PENGALAMAN

Mazmur 44:2, "Ya Allah, dengan telinga kami sendiri telah kami dengar, nenek moyang kami telah menceritakan kepada kami perbuatan yang telah Kaulakukan pada zaman mereka, pada zaman purbakala".

Setiap bangsa dan suku bangsa di dunia akan memiliki keunikan dan khas yang tidak dapat dibandingkan dengan yang lain. Dari sekian banyak kekayaan bangsa Israel sebagaimana kita temukan dalam Alkitab, yang disinggung dalam renungan di pagi ini adalah: mewariskan sejarah yang sangat berharga yang mengingatkan  mereka secara terus menerus akan karya Allah dalam perjalanan sejarah bangsa Israel. Sekalipun mereka telah hidup di diaspora (perantauan) beberapa generasi, namun mereka selalu mengingatkan sejarah perjalanan dari Mesir-padang gurun hingga tiba di Kanaan kepada anak cucu mereka. Mereka tetap menggunakan bahasa Ibrani dan  memelihara Taurat

Setiap orang tua Yahudi wajib hukumnya untuk mengajarkan peristiwa sejarah pembebasan dari Mesir, bahasa dan Taurat  kepada anak cucu. Kewajiban ini disebut sebagai Credo: pengakuan yang berulang-ulang diucapkan dan diajarkan kepada setiap orang. Inilah kewajiban orangtua Yahudi bagi anak-anaknya, seperti disebut dalam
Ulangan 6:6-9+12, "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,
haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,
dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. ...
maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan".

Kewajiban untuk mengajarkan tentang kasih terhadap Allah, memberitahukan perbuatanNya yang besar dalam perjalanan sejarah bangsa Israel tidak boleh dilupakan, bahkan harus diajarkan berulang-ulang. Ketika duduk-duduk, ketika berjalan-jalan, ketika makan dan ketika hendak tidur setiap orang tua mengajarkannya kepada anak-anaknya.

Bukankah sudah begitu jauh peristiwa keluarnya umat Israel dari Mesir? Namun setiap orang Yahudi akan paham dan tahu betul cerita bagaimana Allah membebaskan mereka dari Mesir hingga mewarisi tanah Kanaan. Lihatlah, pemazmur sendiri adalah generasi yang sangat jauh dari peristiwa Musa, namun pemazmur mengaku: kami telah mendengarkan, karena nenek moyangnya menceritakan karya perbuatan Allah dalam perjalanan sejarah bangsa Israel. Bahkan dalam Mazmur-mazmur peristiwa itu banyak dikutip sebagai alasan memuji Tuhan (Band Mzm 136)

Melawan lupa! Itulah yang ditekankan renungan kita saat ini dalam bentuk doa mensyukuri perbuatan Allah dalam sejarah bangsa Israel. Perbuatan Allah di masa lalu sebagai suatu kesaksian yang nyata dan berdampak pada generasi berikutnya:  Ya Allah, dengan telinga kami sendiri telah kami dengar, nenek moyang kami telah menceritakan kepada kami perbuatan yang telah Kaulakukan pada zaman mereka, pada zaman purbakala.

Dalam berbagai percakapan dengan orang tua jaman kini, jika seorang menceritakan kepahitan hidup masa lalu, sangat sulit diterima anak-anak sekarang ini, anak-anak milenia generasi Z: makanan yang terbatas, tiada sepatu ketika sekolah, berjalan berkilometer agar bisa sekolah, bahkan harus menangis memohon kepada orang tua agar bisa sekolah. Itu suatu peristiwa yang sungguh tak masuk akal bagi generasi milenia, namun itu juga harus diajarkan bahwa dunia kini adalah produk sejarah. Kemajuan sekarang bukanlah datang begitu saja, namun proses perjalanan hidup ini perlu diketahui agar rasa syukur selalu ada. Amin.

Selasa, 03 Oktober 2017

"BERHATI DAMAI" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BERHATI DAMAI

Kolose 1:19-20, "Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus".

Hidup dalam damai merupakan cita-cita setiap insan. Ketika mengetik renungan ini ada beberapa kiriman WA baik berita dan gambar tentang tawuran antar warga di salah satu sudut Jakarta. Photonya sangat seram karena ada korban berlumur darah dan beberapa photo suasana tawuran. Spontan hati ini miris dan pedih melihat kejadian seperti ini. Diantara kelompok yang berseteru pasti akan memakan korban, bukan saja pihak-pihak berkonflik namun bisa orang lain yg melintas di jalan. Hal ini mengingatkan kita bahwa setiap ada perseteruan dan tawuran dalam masyarakat akan selalu ada kerugian dan korban bukan saja pada pihak yang berkonflik namun juga orang lain. Namun alangkah baik dan sungguh baik bila sesama kita yang bersaudara hidup rukun, menghargai dan menghormati sesama. Jangan korbankann orang lain hanya karena kepentingan diri dan ego. Hidup ini sangat berharga, ketika kita bisa hidup rukun dan damai dengan sesama. Manusia berkonflik adalah 'homo homini lupus' (menjadi serigala bagi sesama). Kita bukanlah pemangsa sesama, tetapi pengasih dan penyayang serta menopang bagi sesama.

Renungan di pagi hari ini, mengingatkan kita akan peristiwa yang sangat berharga yaitu pengorbanan Yesus Kristus yang telah mendamaikan segalanya dengan diriNya melalui peristiwa salib. Sejak manusia jatuh dalam dosa, Allah menghukum manusia dan akan binasa karena upah dosa adalah maut (Rom 6:23). Namun Allah tidak membiarkan manusia binasa karena telah terikat dengan janji, yaitu: janji keselamatan. Benar, Allah telah berjanji dengan Abraham dengan "memotong perjanjian"  (B.lbrani: Karath Berith). Istilah ini diartikan  kepada dua pihak yang berjanji dengan menumpahkan darah kurban sembelihan. Bagi siapa yang ingkar akan janji, maka dirinya akan binasa dan darahnya akan tumpah seperti darah yang dikurbankan. Pada pihak manusia dengan Allah, Allah setia dalam janjiNya. Sebaliknya manusia yang melanggar janji, melanggar perintah dan meninggalkan kehendak Allah. Seharusnya kita mati oleh dosa dan pelanggaran, namun karena kasihNya, Allah sendiri yang membuat jalan pendamaian melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Hal inilah yang dijelaskan oleh Paulus bahwa kepenuhan dari segala sesuatu telah dipenuhi di dalam Yesus Kristus.  Manusia berdosa telah diterima di hadapan Allah karena pendamaian Yesus Kristus.

Hidup ini adalah buah dari kurban pendamaian. Allah berkenan mendamaikan diriNya dengan menenerima manusia berdosa. Mari sambut pendamaian Kristus yang sangat berharga ini dengan sikap rekonsiliatif (berhati damai) terhadap sesama. Mari lupakan luka dan yang membuat kita benci dan dendam kepada sesama, tetapi marilah buahkan buah-buah damai sejahtera yang mendatangkan hal positip, membangun dan berguna bagi sesama. Amin.

Senin, 02 Oktober 2017

"MENJADI TERANG BAGI BANGSA-BANGSA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MENJADI TERANG BAGI BANGSA-BANGSA

Yesaya 42:6, "Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa"

Ada satu pergumulan bangsa Israel dalam pembuangan: benarkah mereka umat pilihan Tuhan? Jika benar mengapa harus menjalani semua penderitaan dan kesengsaraan di pembuangan? Pertanyaan ini tentu wajar,  apalagi Yahudi yang sangat bangga dengan predikat umat pilihan tapi mereka terbuang di negeri asing. Mereka umat pilihan Allah, mereka percaya bahwa Allah yang mereka sembah adalah Allah yang Maha kuasa dan Tuhan di atas segala Tuhan, tapi harus menerima kenyataan menjadi bangsa yang kalah dan terbuang.   Di sinilah nabi Yesaya hadir memberikan peneguhan dan penghiburan bagi umat Allah di pembuangan. Allah tak membiarkan umatNya berputus asa. Tuhan akan menolong dan menopang, sebagaimana disebut dalam Yesaya 42:3, "Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum".

Mengenai pembuangan, Yesaya menjelaskan bahwa pembuangan bukanlah akhir perjalanan mereka, namun bahagian dari rencana Allah untuk membentuk dan memurnikan umatNya. Perjanjian Allah tetap dan tidak berubah sejak Abraham, Ishak dan Yakub. Allah memanggil Abraham dan memberkatinya agar menjadi berkat bagi dunia.  Missi Allah lewat pemanggilan umatNya adalah rencana keselamatan bagi dunia.  Allah berkarya bukan untuk kepentingan umat itu sendiri, namun lebih jauh lagi, yakni hendak memakai umatNya menjadi keselmaatan bagi dunia, keselamatan bangsa-bangsa.

Sekalipun pembuangan terasa gelap dan sesak, masa depan tak jelas namun waktunya akan tiba untuk memulihkan umatNya. Ibarat berjalan dalam lembah kekelaman,  mereka digambarkan seperti bangsa yang berjalan dalam kegelapan (Yes 9:1).Tuhan memenuhi janjiNya, mereka kembali dari pembuangan. Tuhan memanggil, bangkitlah dan menjadi teranglah, seperti disebut di Yesaya 60:1, "Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu".

Menjadi terang bagi bangsa-bangsa adalah juga tugas orang percaya, sebagaimana Tuhan Yesus katakan dalam Mat. 5:14, "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi". Di dalam Yesus Kristus kita telah menjadi umat Allah dan milik kepunyaanNya, umat tebusanNya. Menjadi terang berarti harus bersinar. Sama seperti dian atau obor, bersinar menyinari sekitar; yang tak menyala tak mungkin menyinari sekitar.


Mari nyalakan sinar terang di dalam diri kita dengan percaya kepada Yesus Kristus. Amin.