running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Jumat, 31 Maret 2017

"TUHAN BERDAULAT ATAS ALAM" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TUHAN BERDAULAT ATAS ALAM

Mazmur 89:9, "Engkaulah yang memerintah kecongkakan laut, pada waktu naik gelombang-gelombangnya, Engkau juga yang meredakannya".

Indonesia adalah salah satu negara kepulauan, lautnya lebih luas dibanding daratan. Cerita-cerita favorit seperti kisah Hang Tuah, Malim Kundang dll, tidak terlepas dari kisah kelautan atau kemaritiman. Ganasnya ombak yang dapat mengkaramkan kapal besar memberikan  gambaran bahwa laut bisa marah. Tahun 80an misalnya isak tangis atas tragedi tenggelamnya kapal Tampomas. Kapal sebesar itu bisa karam di laut. Demkian dengan kisah Titanic, kapal pesiar termewah dan terhebat menurut arsiteknya namun bisa terhempas di laut dan menelan korban jiwa orang-orang terkaya di jamannya.  Kisah lain seperti peristiwa Tsunami 2004 menjadi suatu kenyataan bahwa laut sangat berbahaya dan ganas bagi kehidupan. Inilah sisi ancaman laut bagi kehidupan manusia yang mendatangkan keangkara-murkaan.

Selain sisi ancaman di dalam laut kita juga memahami bahwa laut bukan hanya penyedia kebutuhan pokok manusia dengan sumber daya alam yang luar biasa; ikan, rumput laut, mineral dan keindahan karang  tetapi juga bagaimana indah dan bahagianya menikmati tamasya di pantai; deru ombak yang sangat merdu dan gambaran kebahagiaan bahkan dianggap sebagai paradise.  Laut adalah sorga kehidupan yang melukiskan dan menceritakan keagungan Tuhan.

Dalam kedua sisi yang digambarkan di atas demikian peMazmur menunjukkan bahwa Tuhan berdaulat atas laut. Tuhanlah yang mengendalikan dan meredakan ombak yang ganas, yang siap menghempaskan kapal-kapal niaga yang berlayar. Tuhan melindungi kehidupan nelayan dari ombak yang tinggi yang bisa saja menghempaskan mereka. Tuhan berkuasa atas arus ombak yang deras menghempaskan pantai dan membelah karang-karang yang kokoh. Tuhan berdaulat dan berkuasa atas kekuatan arus dan ombak laut. Kekuatan ombak yang ganas ada ditangan Tuhan yang dapat diredakan menjadi lautan tenang dan teduh.

"Guru kita binasa!". Demikian murid-murid membangunkan Yesus ketika ombak menderu, angin terus bertiup kencang, kapal pun hampir karam. Yesus bersabda: "diamlah!". Seketika itu ombak pun diam dan angin pun reda. Laut kembali tenang dan murid-murid takjub. Yesus dan murid berlayar.

Mazmur ini meyakinkan kita bahwa bahaya terhebat apapun yang datang dari alam yang dapat mengancam dan mengkaramkan kehidupan kita, Tuhan berkuasa atas segalanya. Tuhan meredakan ombak menjadi laut tenang. Dia menghentikan  angin puting beliung yang siap menerbangkan apa saja menjadi udara yang sejuk dan sepoi-sepoi.

Alam ini adalah ciptaan Tuhan. Dia berkuasa dan memerintah atas alam. Tiada kejadian alam yang tidak diketahuiNya. Alam ini diciptakan untuk menopang kehidupan manusia. Terpujilah Dia yang menciptakan alam ini. Amin.

Kamis, 30 Maret 2017

"HANYA SATU YANG BAIK" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

HANYA SATU YANG BAIK

Matius 19:17, "Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."

Jawaban Yesus ini merupakan respon terhadap pertanyaan seorang kaya muda yang bertanya kepada Yesus: perbuatan baik apakah yang mesti dia lakukan agar memperoleh hidup yang kekal? Orang bisa kita kenal dari pertanyaannya. Demikian pemuda ini datang bertanya bukan untuk sungguh-sungguh mencari jalan kehidupan, namun mungkin mencoba menguji atau hendak menonjolkan diri karena merasa telah berhasil melakukan kebaikan dalam hidupnya, dan hidupnya pun berkelimpahan dengan  harta dan kekayaan.

Mencari kebaikan? Yesus menjawab hanya satu kebaikan, yaitu lakukan perintah Allah. Di dalam perintah Allah kita mengetahui apa yang baik dan apa yang jahat. Di dalam perintah Allah ada tuntunan apa yang dilarang dan apa yang dianjurkan untuk kita lakukan. Di dalam perintah Allah kita mengenal kehendakNya dan yang mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan sesama. Tidak ada kebaikan lain di luar perintah Allah yang dianjurkan oleh Yesus di dalam ajarannNya. Pemuda itu pun lanjut bertanya, perintah yang mana? Yesus menjawab: jangan membunuh, jangan berzinah, dll sebagaimana tertulis dalam dekalog (10 Hukum Taurat) dan yang lazim dihapalkan anak Sekolah Minggu. Entengnya dia menjawab: oh, itu semua telah kulakukan. Jawab Yesus: pergilah juallah hartamu dan bagikan kepada orang miskin. Dan datanglah ke mari dan ikutlah aku. Apa yang terjadi kemudian? Pemuda yang kaya itu pun sedih karena hartanya banyak. Orang kaya sukar masuk sorga, bahkan lebih muda seekor onta masuk ke lobang jarum dari pada orang kaya masuk sorga: karena kebaikan baginya adalah telah berhasil melakukan kebaikan dan melakukan perintah Allah.

Kembali kepada kebaikan: kebaikan yang kita lakukan semestinya kita pahami bukanlah sebagai usaha untuk berkenan kepada Allah atau memperoleh keselamatan. Keselamatan itu adalah anugerah Allah di dalam diri Yesus Kristus yang kita terima melalui iman. Tak seorang pun mampu berkenan di hadapan Allah karena perbuatan baiknya. Kebaikan yang kita lakukan semestinya adalah buah dari iman, keharusan dan sebagai respon manusia yang telah menerima anugerah. Sesungguhnya manusia telah memiliki perintah Allah untuk membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, dalam suasana abu-abu pun manusia dapat menimbang mana yang baik dan jahat karena di dalam diri kita ada hati nurani (sunaidesys). Maka sekalipun manusia tidak hapal perintah Allah atau tidak pernah membaca Hukum Taurat, sesungguhnya hati nurani kita telah menjadi Hukum Taurat untuk mengenal kebaikan itu sendiri.

Lakukanlah yang baik bukan untuk dinilai baik tetapi karena kebaikan itu sendiri. Kita telah mengenal kebaikan di hati kita namun apakah kita telah melakukannya dengan sungguh. Tugas agama sesungguhnya demikian mendorong dan memotivasi setiap orang untuk melakukan  kebaikan karena kwalitas hidupnya yang baik. Bukan untuk dinilai baik apalagi merasa diri sudah baik dan menganggap diri telah melakukan semua perintah agama. Ini adalah kesombongan rohani dan sungguh gersang dan kosong. Manusia semestinya kebih takut dan taat kepada Allah sumber kebaikan dan satu-satunya kebaikan. Amin.

Rabu, 29 Maret 2017

"BERHARAP" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BERHARAP

Ratapan 3:24 “TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.”

BERHARAP, bermimpi dan bercita-cita adalah karunia bagi tiap orang. Biasanya yang kita harapkan adalah sesuatu yang sulit kita jangkau dengan kemampuan sendiri, tapi itu dapat kita harapkan karena bersumbe dari Tuhan. Informsi itu kita peroleh melalui suara hati, hati berhikmat dan keputusan iman yang teguh pada Tuhan. Itulah yang diakui peratap yakni Yeremia di pasal ini. Ia mengaku telah melihat sengsaranya karena dicambuk oleh murka Tuhan: yang menghalau, membawanya ke dalam kegelapan, memukulnya berulang-ulang, menyusutkan daging dan kulitnya, dan mematahkan tulang-tulangnya. Tuhan malah membangun tembok kesedihan kesusahan dan memperlakukannya seperti orang yang sudah lama mati: terkubur, bau dan membusuk.

Lebih menyedihkan, doanya tidak didengarkan Tuhan lagi, malah Tuhan bagai beruang dan singa merobek-robek dirinya dan menjadi sasaran anak panah-Nya. Tuhan membuatnya jadi tertawaan bagi segenap bangsanya dan menjadi lagu ejekan sepanjang hari. Peratap kenyang dengan kepahitan yang memberinya minum ipuh. Tuhan menceraikan nyawanya dari kesejahteraan dan lupa akan kebahagiaan. Keadaan itu membuat kemasyhuran dan harapan pada Tuhan menjadi hilang. Kesadaran ini mengingatkan Yeremia akan sengsara dan pengembaraannya seperti ipuh dan racun, yang semua itu menjadikannya berharap akan kasih setia dan rahmat Tuhan.

Perwujudan harapan itulah yang selalu baru tiap pagi dan menegaskan “besar kesetiaan Tuhan sebagai bagiannya. Itulah pernyataan jiwanya yang berharap pada Tuhan. Dan masih berlanjut lagi beberapa point tentang keyakinannya akan kebaikan Tuhan. Kembali ke awal bahwa berharap adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada siapa saja. Namun Yeremia yang meratap melihat bukan hanya kebaikan rasa yang diberikan Tuhan kepadanya, tetapi juga pengajaran dan penghajaran yang pahit, yang membuatnya hampir-hampir putus asa, dan di tingkat nadir kesadaran akan semua itulah ia berharap sebaliknya, yakni kesetian dan rahmat Tuhan yang besar sebagai bagiannya.

Marilah memperhebat pengharapan kita akan terjadi berubah menjadi lebih baik atas keluarga, masyarakat, gereja dan negara kita. Itulah bagian orang yang mengasihi Tuhan. Mari lebih menyadari bahwa semua yang terjadi adalah kasih karunia dan cara-cara efektip dari Tuhan memberikan kita sukacita dan berkat di saat ini bahkan untuk yang kekal. Amin.

Selasa, 28 Maret 2017

Pelayanan Parompuan: Membersihkan Ruang Gereja dan Halaman dalam Rangka Parheheon Parompuan


Membersihkan bagian dalam Gereja:



Seminar Ekklesiologi HKBP Wilayah V, 28-30 Maret 2017



"LAKUKAN DENGAN TULUS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

LAKUKAN DENGAN TULUS

Kolose 3:17, "Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita".

Umumnya orang berpikir bahwa seseorang berbuat baik berharap ada balas kebaikan yang didapatkan. Bagi orang Batak ungkapan ini disebut dengan "holong mangalap holong." Di kalangan politisi atau usahawan hal ini diungkapkan dengan istilah "no free lunch" (tiada makan siang yang gratis). Perbuatan baik dan pengorbanannya adalah memiliki tujuan tertentu untuknleuntungan usaha atau keuntungan politik.  Kebaikan yang dilakukan selalu menuntut balas. Itulah hidup kita di dunia ini, makanya tak heran jika seseorang mau mengabdi untuk membalas budi, atau seseorang kecewa karena budi baik yang telah ditabur tak berbuah dan memetik hasil.

Inilah kelebihan orang beriman yang diciptakan oleh Yesus Kristus sebagai manusia baru. Manusia baru yang ditransformasi Kristus dari manusia lama kepada manusia baru. Manusia lama adalah hidup di dalam keinginan daging, hawa nafsu dan tidak mengenal Allah ditransformasi menjadi manusia baru yang hidup diperdamaikan oleh Allah, bersekutu tanpa memandang suku, ras dan status serta diperbaharui Kristus.

Dalam renungan ini, kita diajari bahwa ciri manusia baru dilihat dari sikap dan perbuatannya terhadap kebaikan.  Melakukan segala sesuatu: sikap, perkataan, perbuatan semuanya itu kita lakukan di dalam nama Yesus Kristus. Motivasi melakukann segala perkataan dan perbuatan digarami oleh iman. Meneladani Yesus Kristus yang tulus mengorbankan diriNya tanpa menuntut balas. Pengorbanannya murni untuk kebaikan dan keselamatan kita. Itulah kasih agape, kasih yang menuntut balas atau menuntut budi baik. Inilah yang mendasari setiap perbuatan baik manusia baru. Meneladani kasih Yesus yang tulus, berbakti dan mengabdi serta berbuah kebaikan terhadap sesama di tengah-tengah masyarakat dengan tulus.

Kebaikan hidup kita: bahagia, sukacita, keuntungan dan kemujuran serta kesuksesan yang kita raih yang bukanlah karena usaha diri semata, tetapi karena anugerah. Karena itu dalam segala hal kita diajak untuk berterima kasih. Menabur kebaikan bukan seperti petani yang mengharapkan panen tiba menuai di musim panen. Tetapi menabur kebaikan lebih dari derma sebagai ungkapan terima kasih karena Allah lebih dahulu melakukan kebaikan bagi kita di dalam pengorbanan Yesus Kristus.

Pernah ada nasehat: "janganlah ingat kebaikan yang kamu lakukan!" Nasihat ini sangat tepat sebagaimana diharapkan oleh firman Tuhan di pagi ini. Lakukanlah yang baik dengan tulus, jangan ingat apalagi berharap ada balasan kebaikan. Tuhan yang maha tahu akan memberkati hidupmu, memberikan segala kelimpahan agar kita dapat melakukan  kebaikan yang lebih besar. BahkannYeusa sendiri pernah berpesan apa yang dilakukan oleh tangan manan hendaknya tidak diketahui oleh tangan kiri. Ini mengkritik segala perbuatan baik kita dan dunia kita saat ini. Ada orang berbuat baik demi pencitraan, tak tulus hanya ajang kampanye diri seolah dia baik. Tidak lah demikian anak-anak Tuhan. Anak-anak Tuhan bekerja keras dan menghasilkan kebaikan sebagai ungkapan terima kasih atas segala kebaikan  yang telah diterima dari Tuhan.  Orang percaya mengabdi dan berbuat baik dengan tulus karena motivasi dasarnya adalah iman. Amin.

Senin, 27 Maret 2017

"PENJAGAMU TAK TERLELAP" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

PENJAGAMU TAK TERLELAP

Mazmur 121:3, "Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap".

Ada syair lagu pujian dalam Kidung Jemaat: "Apapun juga menimpamu Tuhan menjagamu. Di naungan kasih pelindung mu, Tuhan menjagamu. Tuhan menjagamu waktu tenang atau tegang. Tuhan menjagamu, Tuhan menjagamu".  Syair ini begitu indah menggambarkan perlindungan Tuhan dalam kehidupan orang beriman; baik di waktu tenang dan rasa bahagia maupun di waktu tegang, bergumul dan ditimpa musibah Tuhan menjaga dan takkan membiarkan kita ditenggelamkan badai masalah. Tetapi sang penjaga yang berkenan menolong.

Pemazmur menyampaikan lagu pujian yang sangat merdu dan sekaligus sebagai kesaksian tentang siapa Tuhan itu dalam hidup kita. Bagi pemazmur Tuhan adalah penjaga kehidupan kita, lebih cermat dan teliti dari penjaga pantai. Kita tahu di tempat-tempat wisata pantai akan selalu ada penjaga (watch) yang siap sedia menyelamatkan dan menolong orang yang tenggelam. Tuhan lebih hebat dari penjagaan seorang bodyguard  yang mengawasi dan melindungi pemimpin atau orang yang dijaganya. Penjagaan Tuhan lebih hebat dari CCTV yang tajam sekalipun. Penjagaan Tuhan lebih hebat dari radar deteksi di suatu wilayah pertahanan yang harus terjaga. Itulah kekuasaan Tuhan dalam kehidupan orang beriman.

Tuhan penjagamu dan Dia tidak membiarkan kakimu goyah. Mazmur 121 adalah nyanyian ziarah. Ziarah adalah kewajiban  orang Yahudi untuk beribadah ke Yerusalem. Orang Yahudi yang taat akan selalu melaksanakannya minimal sekali setahun. Zaman dahulu mereka harus melalui perjalanan jauh, melewati gurun, padang pasir dan hutan belantara. Di perjalanan banyak ancaman dari binatang buas, cuaca ektrem hingga perampok jahat. Memang, tiada jaminan keselamatan dalam perjalanan namun harus kembali ke Sion untuk melakukan ibadah.  Nyanyian ini adalah sumber kekuatan dan pengharapan bagi setiap peziarah Tuhan adalah penjaga dan takkan membiarkan kakimu goyah. Betapa pun cerita orang dalam perjalanan namun tak pernah seorang Yahudi gagal ziarah karena takut di jalan. Inilah kekuatan Mazmur ini bagi setiap peziarah. Mereka yakin dan percaya hanya Tuhan  adalah penolong, penjaga dan pelindung yang setia 24 jam. Pertolongannya tidak pernah terlambat bahkan Dia mendahului kita dalam perjalanan dan membekali kita lebih dari yang kita pikirkan.

Renungan harian ini menjadi jaminan bagi kita: Tuhan penolong dan penjaga hidup kita. Perjalanan ini masih panjang, dan kita tidak tahu aral apa ang melintang dan menghadang kita. Tuhan menjaga dan menuntun kita hingga sampai ke tujuan. Jika letih dan terlalu berat beban menimpa, yakinlah tak akan membiarkan kakimu goyah. Tuhan memberikan kekuatan dan pertolongan asalkan kita tetap percaya dan berpengharapan kepadanya. Seperti nats berikut:
Yesaya 40:31, "Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah".

Minggu, 26 Maret 2017

Pelantikan Panitia Tahun Pendidikan & Pemberdayaan serta Ulang Tahun HKBP Sutoyo Ke-43

Pada hari Jumat 10 Maret 2017, HKBP Sutoyo Ulang Tahun Ke-43.
Hari Minggu 26 Maret 2017 pada kebaktian Pkl.07.00  telah dilantik Panitia Tahun Pendidikan dan Pemberdayaan HKBP:
Ketua                  : Baharuddin Sihombing
Wakil Ketua        : Jon Sahat Munte
Sekretaris            : Cst.Purbanuara Sitorus
Wakil Sekretaris  : K.Simbolon
Bendaha              : Ny.St.S.Lumban Gaol S.br.Nadeak
Wakil Bendahara : Ny.FL.Gultom Cst.M.br.Pasaribu
beserta seluruh Koordinator dan anggota.
Setelah usai kebaktian, dilanjutkan Perayaan Ulang Tahun HKBP Sutoyo yang Ke-43 secara seremonial berdoa dan pemotongan kua Ulang Tahun yang di pimpin Pendeta Resort Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th dan pada kebaktian pkl.10.00 di pimpin bapak Pdt.Midian K.H.Sirait, M.Th Praeses Distrik VIII DKI Jakarta.
Tema : "Ale Jahowa, huhaholongi do hajongjongan ni bagasMu dohot hasonggopan ni hamuliaonMu" Psalm 26 : 8


Foto Pelantikan Panitia Tahun Pendidikan & Pemberdayaan.

Sabtu, 25 Maret 2017

"KEKUASAAN KRISTUS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KEKUASAAN KRISTUS

Efesus 1:20-21, "Yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga,
jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang".

Dalam nats renungan ini, ada dua hal yang disampaikan oleh Paulus tentang kekuasaan Kristus;

1. Kristus menyeberangkan kita dari dunia fana kepada dunia yang akan datang, dari dunia orang mati kepada kehidupan yang kekal. Kuasa kebangkitanNya bukan hanya membuktikan bahwa kuasa dosa dan maut bertekuk lutut di dalam Kristus, tetapi kematian dan kebangkitanNya adalah berkuasa untuk menyeberangkan kita dari kematian kepada kehidupan yang kekal. Penjelasan ini meyakinkan kita akan adanya kehidupan setelah kematian. Tidak ada seorang pun yang dapat memasuki kehidupan kekal oleh karena kekuatan diri sendiri, hanya Allah sendiri yang mengerjakannya melalui kebangkitan Yesus Kristus. Hidup kita bukanlah hanya berpengharapan pada dunia yang fana ini, karena hidup di dunia ini hanya sementara. Namun suka duka dan pahit manisnya kehidupan di dunia ini harus menguatkan pengharapan kita kepada kehidupan yang kekal yang dipersiapkan Allah kepada kita melalui karya Kristus.

2. Menempatkan Kristus paling tinggi dari segala pemerintah dan kuasa-kuasa dan kerajaan yang ada di dunia ini hingga di dunia yang akan datang. Apa yang dijelaskan di sini menyangkut kedaulatan Kristus. Kristus berdaulat atas segala kuasa dan kerajaan. Tidak ada kuasa pemerintah yang tidak berasal dari Allah (Band. Rom 13), Allah sendiri akan meminta pertanggungjawaban akhir dari setiap kuasa dan perbuatan manusia. Kristus yang duduk di sebelah kanan Allah akan menghakimi setiap orang. Tidak ada seorangpun yang luput dari pertanggungjawaban perbuatannya di dalam hidupnya.

Inilah peran Kristus yang sangat penting yang selalu kita hayati. Pandangan ini mendorong dan meyakinkan kita untuk setia di dalam iman. Kristus sendiri telah menjamin hidup kita di dunia ini dan di dunia yang akan datang. Tidak perlu takut akan kuasa pemerintah dan kerajaan di dunia ini yang memperlakukan kuasanya baik untuk menindas, menganiaya dan segala kebijakannya yang tidak adil karena pada akhirnya segala pemerintah, kuasa-kuasa dan kerajaan yang ada akan bertekuk lutut di dalam satu nama yaitu Yesus Kristus.

Maka pengharapan kita bukanlah hanya hidup di dunia ini, lebih baik menderita sesaat hidup di dunia ini, namun kita hidup dimuliakan bersama Kristus dalam kehidupan kekal. Amin.

Jumat, 24 Maret 2017

"ALLAH AKAN BERTINDAK" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

ALLAH AKAN BERTINDAK

Yesaya 11:4, “Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik.”

1. Yesus Kristus adalah tunas yang keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang tumbuh dari pangkalnya. Pernyataan ini mencatat bahwa Yesus, Mesias yang diutus ke dunia. Bahwa Roh Tuhan ada padaNya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan; ya, kesenanganNya ialah takut akan Tuhan. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang. Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang tertindas dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya, dan dengan nafasNya ia akan membunuh orang fasik.

2. Kehadiran Mesias sudah dinantikan berabad-abad. Israel melihatNya sebagai tunas dari tunggul Isai, keturunan Daud yang melanjutkan janji keselamatan dan kerajaan kekal yang disampaikan dengan sumpah setia kepada Daud. Yesus adalah taruk yang tumbuh dari pangkalnya dan memberi buah. Ini menunjukkan pengharapan yang hampir padam, bahkan pohonnya sudah ditebang (berkali-kali dibuang), tapi ajaib, ia bertunas lagi dan taruk berbuah. Inilah jawaban pengharapan Mesianis.

3. Selama ada pengharapan, akan memberikan jalan keluar atas semua persoalan. Semua orang membutuhkan Mesias sebagai HAKIM yang memberi keadilan dan kebenaran. Orang tertindas akan mendapat pembelaan hukum dan orang-orang fasik akan dihukum. Tuhan akan memberi keadilan bagi orang lemah, sehingga tidak ada lagi penindasan bagi orang miskin. Tuhan memberi kejujuran bagi orang-orang yang tertindas; dan akan menghajar bumi dengan perkataannya, dan dengan nafas mulutnya membunuh orang fasik. Cara bertindak Allah menunjukkan absolutitas yang tak terbantahkan.

4. Keadilan dan kejujuran adalah buah pekerjaan Mesias bagi manusia yang tertindas, tetapi hukum dan murka yang keras akan menghantam orang yang melakukan kelaliman. Inilah tindakan Tuhan, bahwa Dia pasti melakukan pengadilan yang benar dan tidak akan ragu-ragu. Penderitaan yang dialaminya adalah bagian dari kasih sayang dan pengorbananNya mengasihi dunia ini. Amin.

Kamis, 23 Maret 2017

"AKU TELAH MELIHAT KESELAMATAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

AKU TELAH MELIHAT KESELAMATAN

Lukas 2:30-32, "Sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa- bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umatMu, Israel".

01. Penantian Mesias adalah spiritualitas yang melekat bagi orang Yahudi. Mereka menantikan Mesias kelepasan dan keselamatan Israel sebagaimana disampaikan oleh para nabi. Namun tidak semua lagi yang setia menantikannya. Di dalam pembuangan hanya sisa-sisa Israel yang setia menantikan Mesias. Hingga jaman Perjanjian Baru masih ada komunitas-komunitas religius yang menantikan kedatangan Mesias, seperti golongan Esseni yang menunggu Mesias dengan bertapa dan retreat mengasingkan diri ke goa-goa atau gurun. Namun ada juga seperti Simeon dalam nats ini yang menantikan  kedatangan Mesias dengan rutin datang ke Bait Suci Yerusalem.

02. Dalam Lukas 2 ini Simeon salah satu dari sisa-sisa Israel yang memiliki spiritualitas penantian Mesias. Dia telah memperoleh nazar melalui roh bahwa dia tidak akan meninggal sebelum melihat Mesias. Lukas menceritakan kelahiran Mesias tidak segempar Injil Matius; yang mengisahkan kegemparan Herodes hingga berdampak pada pembunuhan bayi-bayi di jaman itu. Namun Lukas mengisahkan spiritualitas orang-orang sederhana yang menantikan Tuhan seperti Simeon dan Hanna.

Tepat hari ke delapan sebagaimana Hukum Taurat, Yusuf dan Maria membawa Yesus ke Bait Allah untuk disunat dan memberikan kurban bakaran di Bait Allah (baca: Imamat 12:3). Di sinilah peristiwa yang sangat menarik, ketika Simeon melihat bayi Yesus spontan menyambut dan menatangnya dan menyampaikan pujian dan mazmur. Dia bahagia dan  menyampaikan doa, nazarnya telah dipenuhi bahwa dia tidak akan mati sebelum melihat Mesias. Akhirnya penantian Simeon akan Mesias telah digenapi bahkan telah pasrah untuk menghadap Tuhan karena telah melihat Mesias yang membawa keselamatan bagi Israel. Yesus adalah kepenuhan janji Allah untuk menyelamatkan Israel dari penjajahan bangsa asing, tetapi keselamatan yang menyeluruh, keselamatan manusia dari dosa dan maut. Dia adalah jalan pendamaian Allah dan manusia. Peristiwa salib, kematian dan kebangkitanNya menyeberangkan manusia dari kematian kepada kehidupan kekal.

03. Mataku telah melihat keselamatan, suatu kalimat pembuktian iman yang nyata di dalam diri Simeon sekaligus menjadi teladan bagi setiap orang percaya. Kita percaya bahwa keselamatan itu telah nyata di dalam diri Yesus Kristus yang menebus kita dari dosa. Seperti kesetiaan Simeon menantikan keselamatan, demikian kita setia menunggu dan penuh pengharapan akan kepenuhan keselamatan sampai "maranatha", kedatangan Yesus Kristus kedua kali dalam kemuliaan. Amin.

Rabu, 22 Maret 2017

Serah Terima Laporan Pertanggung Jawaban Panitia Natal Bersama tahun 2016

Serah terima laporan pertanggung jawaban Panitia Natal Bersama tahun 2016 dari Panitia diwakilkan oleh Ketua Panitia amang CSt. E. Sigalingging dan di serahkan mewakili Huria amang Pdt. Lucius TB. Pasaribu, S.Th.



"KUASANYA BESAR DAN KERAJAANNYA KEKAL" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KUASANYA BESAR DAN KERAJAANNYA KEKAL

Daniel 4:3, "Betapa besarnya tanda-tanda-Nya dan betapa hebatnya mujizat-mujizat-Nya! Kerajaan-Nya adalah kerajaan yang kekal dan pemerintahan-Nya turun-temurun!".

Kalau kita baca sebelum teks ini kita akan mengetahui bahwa nats diatas lahir dari Nebukadnezar. Suatu pengakuan atas apa yang disaksikannya di depan matanya sendiri. Tiga orang Yahudi yang dicampakkan ke perapian panas yang menyala-nyala yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak terbakar sehelai rambut pun. Malah penjaga yang mecamppaknya saja sudah mati terbakar hangus . Mereka dicampakkan ke perapian panas yang menghanguskan karena tidak mau menyembah dewa tuangan yang dititahkan raja.

Itulah kehebatan Allah Israel,  yang dikisahkan kitab Daniel. Dalam segala penindasan umat Allah di pembuangan, Allah bekerja dan berkarya melalui hamba-hambaNya bahwa Tuhan itu besar dan berkuasa serta kerajaanNya kekal. Sekalipun dihimpit, ditindas dan berbagai tekanan berat dilakukan, namun ada saja mujizat bahwa Tuhan menolong, melindungi dan memelihara umatnya. Bahkan Nebukadnezar sendiri yang merencanakan langsung upaya menekan Daniel dan kawan-kawan justru berubah pikiran, bahkan memuji Tuhan atas segala mujizat yang terjadi di depan matanya.

Siapa yang tidak takjub akan kebesaran Tuhan yang memelihara dan melindungi Daniel dan kawan-kawan di istana Nebukadnezar? Sekeras apapun upaya untuk menindas Daniel dkk, Tuhan menjaga dan memeliharanya. Sehebat apapun kebencian yang dihasutkan para cerdik pandai di istana untuk mengucilkan Daniel, tetapi tetap tampil sebagai orang terbaik, dia tabah menjalani dan tidak membalas kejahatan.  Atas apa yang disaksikan sendiri Nebukadzar akhirnya mengakui kebesaran dan hebatnya Tuhan itu. Daniel tetap setia kepada Tuhan, dia tidak membalaskan kejahatan dan tetap melakukan kebaikan. Hidup Daniel dan apa yang terjadi padanya telah menjadi kesaksian bagi orang lain bahkan turut memuji dan memuliakan Allah.

Renungan ini menguatkan iman kita bahwa Tuhan itu besar kuasaNya untuk melindungi orang-orang yang dikasihiNya. Kuasa dan mujizatNya nyata,  KerajaanNya kekal dan abadi tiada banding, tidak seperti kekuasaan dan kerajaan dunia ini yang timbul tenggelam, rezim berganti rezim silih berganti. Marilah kita memuji dan memuliakan Tuhan yang kekal dan abadi dalam hidup kita. Amin.

Selasa, 21 Maret 2017

"KEBENCIAN: BARABAS LEPAS, YESUS DISESAH!" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KEBENCIAN: BARABAS LEPAS,
YESUS DISESAH!

Lukas 23:25, "Dan ia melepaskan orang yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka, tetapi Yesus diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya".

Jika kebencian muncul maka pikiran logis pun sirna, bahkan bahayanya jatuh pada membenarkan yang salah dan menyalahkan kebenaran. Itulah yang terjadi dalam detik-detik pengambilan keputusan Pilatus dalam kasus pengadilan penistaan agama yang dituduhkan imam-imam kepada Yesus. Dalam tuduhan itu sesungguhnya tidak ada bukti, dan Pilatus sendiri menyatakan bahwa menurut penyelidikan tidak ada kesalahan Yesus. Namun desakan massa terus bergelora dan bergerumuh semakin keras: "Salibkan Dia! Salibkan  Dia!". Pilatuas makin terpojok oleh massa hingga takut dituduh bukan sahabat kaisar. Maka Pilatus mencoba menawarkan sebagaimana tradisi perayaan Paskah selalu ada 'amnesty' atau 'gratia', pembebasan seorang penjahat. Momen itu dipakai Pilatus untuk membuat pilihan di hadapan massa: mana lebih baik melepaskan Barabas atau Yesus. Massa yang dirasuki kebencian makin menggila, mereka berseru: "Barabas! Barabas!". Seorang penjahat besar yang menakutkan, harus dibenarkan dan dibebaskan karena kebencian kepada Yesus yang penuh dengan kasih. Inilah hilangnya pikiran logis karena kebencian.

Bukankah Yesus bersama-sama dengan mereka? Bukankah di antara mereka sudah menyaksikan dan bahkan merasakan kasihNya yang besar menyembuhkan orang sakit? Mengajar dengan penuh kharisma dan  khotbahNya menggugah hati. Yesus telah bersama-sama dengan orang banyak untuk melayani mereka. Bahkan ketika Yesus mau memasuki gerbang Yerusalem, Dia disambut laksana raja dengan peristiwa Palmarum. Inilah kebencian mengubah segalanya: kasih menjadi kebencian, benar menjadi kesalahan, niat baik dianggap jahat. Kebencian memutarkan logika: lebih baik melepaskan Barabas, penyamun yang ganas, penjahat yang sadis. Sebaliknya Yesus yang baik hati, mengajar dengan lembut dan tanganNya yang penuh kasih harus disesah! Pilatus memutuskan atas desakan dan amarah massa: lepaskan Barabas, dan Yesus pun disesah. Dalam nats ini dikatakan; "....Yesus diserahkan kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya."

Mengapa pikiran logis bisa sedemikian hilang dan lenyap? Kuncinya adalah karena dirasuki oleh kebencian. Kebencian bukan hanya menyakiti orang lain, namun menjerumuskan diri sendiri kepada kesalahan yang tidak termaafkan. Kebencian akan mencari kepuasan, seperti anak panah yang hendak dilepaskan. Sasaran kebencian akan menembus siapa saja jika kebencian sudah tak terbendung. Amarah dan kegeraman serta kalap mata oleh luapan emosi yang tak terkendalikan. Bagai anak panah yang terlepas memakan korban yang tersasar. Jika kebencian tidak bisa dibendung akan melupakan segalanya yang ada: puas melampiaskan emosi kebencian.

Barabas dilepas dan Yesus disesah, suatu peristiwa kebencian yang sangat menggugah hati. Mengingatkan kita selalu agar waspada terhadap kebencian. Bisa saja kita tidak menerima kesalahan, namun jangan sampai kebencian yang tak terkendali. Jika amarahmu ada, berdoalah dan jangan sampai matahari terbenam amarahmu tidak padam sebagaimana pesan firman Tuhan: "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" (Efesus 4:26).

Senin, 20 Maret 2017

"WARISAN PEMBERIAN ALLAH" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

WARISAN PEMBERIAN ALLAH

Mazmur 16:6, /Tali pengukur jatuh bagiku di tempat-tempat yang permai; ya, milik pusakaku menyenangkan hatiku".

Bagi orang Israel tanah adalah milik pusaka pemberian Allah. Hingga saat ini menurut Israel tanah tak boleh dijual sembarangan karena itu pusaka, ada aturan atau hukum yang ketat dalam menjual tanah. Hal ini diyakini karena tanah adalah pemberian Allah, manusia hanya mengolahnya. Sejarah pembagian tanah bagi umat Allah ketika mereka memasuki tanah Kanaan. Yosua memimpin pembagian tanah disaksikan oleh tua-tua Israel. Undi pun dibuang dan tali pengukur ditetapkan untuk menetapkan batas-batas masing-masing. Demikianlah keduabelas suku Israel mendapatkan warisan dan milik pusakanya, kecuali Levi karena mereka hidup dari perpuluhan. Tidak ada yang komplain, apakah itu tanah yang subur, berbukit atau lembah atau berbatu atau berpasir, mereka menerimanya dengan penuh sukacita karena mereka percaya itu adalah pemberian Tuhan. Tidak ada yang bersungut-sungut dengan membandingkan pemberian kepada yang lainnya. Demikian pulalah setiap suku-suku Israel membagi tanah warisan masing-masing keluarga dengan membuang undi dan menetapkan tali pengukur.

Ungkapan seperti itu juga diungkapkan oleh Daud dalam mazmur pujian ini. Bahwa bahagian yang ditetapkan bagi dia adalah pemberian Allah. Tali pengukur yang menetapkan warisan tanah baginya menunjukkan pada tanah yang subur, permai dan menguntungkan itu bukanlah karena kekuatan dia atau budi baiknya, namun karena penentuan Tuhan. Warisan dan pusakanya adalah pemberian Allah. Pemberian Allah itu dia sukai dan membuat hatinya senang dan bahagia.

Apa yang disampaikan pemazmur disini menjadi inspirasi bagi kita. Semua yang ada dalam hidup kita adalah pemberian Allah. Apa yang kita miliki bukanlah karena kita sendiri yang mengambil bahagian yang kita kehendaki, tetapi kita percaya campur tangan Tuhan dalam menetapkan apa yang ada dan terjadi dalam hidup ini haruslah kita syukuri. Tuhan telah menetapkan bahagian kita masing-masing atau jalan hidup yang harus kita lalui, dan kita harus jalani dengan syukur dan bersukacita. Jangan bandingkan hidupmu dengan yang lain. Kalaupun membandingkannya lihatlah ke bawah atau kesamping kiri kanan, jangan hanya melihat keatas yang Anda anggap lebih darimu. Tak ada alasan untuk tidak bersyukur karena banyak hal yang menyenangkan hati kita yang tidak dimiliki oleh orang lain. Allah menetapkan yang terbaik untuk kita.

Apapun yang terjadi dalam hidup kita mari jalani dengan senang hati; ketika suka duka, manis pahit, tertawa atau menangis semuanya ditetapkan Tuhan untuk kita lalui demi kebahagiaan kita. Amin.

Minggu, 19 Maret 2017

"YESUS AIR HIDUP" Jamita Minggu Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

YESUS AIR HIDUP (Yoh 4:5-26)
Minggu Okuli, 19 Maret 2017


Firman Tuhan Minggu ini merupakan dialog Yesus dengan perempuan Samaria yang mengubah kehidupannya.  Perikope ini sangat kaya makna yang dapat kita pelajari dalam hidup ini. Satu hal penting dari itu adalah kita sama seperti perempuan Samaria yang selalu haus dalam kehidupan ini mencari kepuasan diri, akhirnya jatuh pada dosa, asusila, ketidak jujuran dan rumah tangga yang berantakan hingga terasing dari masyarakat. Perempuan Samaria adalah contoh kehidupan yang kehilangan kebahagiaan. Yesus datang dan berkenan memberikan air kehidupan yang memulihkan orientasi hidup kita kepada kebenaran.

Dari dialog Yesus dengan perempuan Samaria, Yesus berkenan memberikan air kehidupan dengan kesediaan kita mengubah kehidupan kita. Kita menemukan berbagai pelajaran yang sangat berharga dalam kotbah minggu ini: dari etika, kepribadian hingga doktrin keagamaan.

Ada beberapa ajakan yang sangat berharga dari kotbah ini:

1.  Mengubah persepsi yang dikungkung oleh perbedaan, permusuhan dan tembok-tembok pemisah bahkan kebencian kepada hidup rukun dan damai, rasa persaudaraan yang tinggi dan hidup saling memberi. Yesus berkenan datang, menyapa dan berkomunikasi dengan perempuan Samaria. Bagi seorang Yahudi ini adalah sesuatu yang tidak biasa. Yahudi sangat membenci Samaria. Kebencian ini merupakan akumulasi benturan sejarah dari perpecahan Israel menjadi dua kerajaan hingga hukum kawin campur. Bagi Yahudi, Samaria telah hidup kawin campur ketika jatuh di tangan Assyur hingga terlibat berbagai perang. Setiap melihat orang Samaria, Yahudi selalu memalingkan muka, mungkin saja bagi Yahudi lebih baik terantuk kaki karena menutup muka ketika berjalan dari pada harus melihat seorang Samaria. Warisan permusuhan, kebencian dan berbagai tembok pemisah demikian diruntuhkan oleh Yesus dan membangun persekutuan dan persaudaraan yang rukun dan damai

2. Bergegas membenahi diri yang ambisi dan   haus akan kepuasan diri serta ketidak jujuran. Selama demikian hidup kita lebih parah dari perempuan Samaria sebelum bertobat. Selagi hidup hanya mencari kepuasan diri akan semakin jatuh dalam dosa yang semakin jahat. Semakin kuat ambisi untuk memenuhi kepentingan diri semakin terasing dari sosial masyarakat, semakin kuat mengejar kepuasan diri semakin jauh dari kejujuran. Hidup hina dan terasing, menyiksa diri dan terus dalam kepura-puraan yang akhirnya kehilangan kebahagiaan. Yesus tahu dan mau memberikan kebahagiaan. Dialah air kehidupan bagi kita. Yesus menawarkan diriNya menjadi kebutuhan yang terpokok dalam hidup manusia.  Manusia terdiri dari 80% air dan tak seorangpun manusia bisa hidup tanpa air. Mari bergegas memberikan hidup ini berpaut kepada Yesus Kristus yang berkenan memberikan kebahagiaan.

3. Kehadiran Yesus mengubah pemahaman religius yang benar. Allah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu bahkan dengan hukum dan persyaratan2 agama. Allah itu adalah Roh dan kebenaran. Kita beribadah bukan dibatasi ruang dan waktu. Dimana ada kebenaran di situ Allah hadir. Kehidupan religius yang benar bukan karena mengikuti persyaratan formal keagamaan. Tetapi ketika manusia mau menerima kebenaran. Maka yang dibutuhkan adalah bukan dengan membenarkan diri dan melegitimasi kebenaran diri dengan doktrin-doktrin yang membatasi Tuhan. Sekali lagi, penyembahan dan ibadah yang benar bukanlah oleh persyaratan agama formal tetapi kesediaan manusia yang berkenan hidup di dalam kebenaran.

Selamat hari Minggu, dan selamat beribadah.

Sabtu, 18 Maret 2017

"ORANG SURGA DI BUMI" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

ORANG SURGA DI BUMI

Filipi 3:20, “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat.”

1. Kita adalah warga sorga, dan otomatis “warga pendatang” di mana kita hidup. Sebagai pendatang sebenarnya kita tidak punya hak apapun atas bumi yang kita tinggali, semua itu hanya boleh kita nikmati sebagai anugerah untuk sesaat saja dan segera akan berlalu. Status itu membuat sangat wajar kita tidak nyaman di bumi ini karena perilaku, tabiat, kepentingan dan orientasi hidup kita yang berbeda. Orang lain mengutamakan ‘penikmatan’ atas berkah bumi sedangkan bagi kita ada tanggungjawab pengelolaannya, sampai titik pengharapan akan kembali ke sorga dimana Yesus akan datang menjemput setiap orang percaya.

2. Sangat banyak  hal yang boleh dikaitkan dengan pokok pikiran ini. Nas ini berada dalam perikop nasehat-nasehat akhir dari Paulus kepada jemaat Filipi yang relevan menguatkan hati setiap orang akan siapa dirinya, dimana dia berada dan kemana dia mau pergi. Bagi orang yang teraniaya oleh berbagai kejahatan, penyakit dan hiruk pikuk dunia, nas ini menjadi penghibur yang ajaib: bahwa ada Yesus mengasihi kita dan segera datang sesuai kerinduan imn kita.

3. Sekiranya setiap orang sadar akan siapa dan mau kemana dia hidup, dia tidak akan pernah menyia-nyiakan maklumat ini: Aku segera datang untuk menjemput orang yang percaya kepadaKu, peganglah apa (keselamatan) yang ada padamu. Itulah yang meneguhkan hidup kita dalam rumah tangga yang bermasalah, dalam kekurangan uang, dalam keterbatasan akses, dan dalam kebuntuan komunikasi. Yesus segera datang. Bertobatlah!

4. Marilah fokus berjalan menuju Sorga. Kita bereskan pertanggung-jawaban kita ini. Bersikaplah sebagai pendatang yang baik dan bertanggung jawab, yang berkontribusi kepada hidup bersama. Mari melaksanakan amanat pembangunan hidup dengan memberikan dirimu sebagai saluran berkat bagi sesama. Sadari hidup ini akan segera berakhir, tapi perjalanan kita akan tiba di sorga. Amin.

Jumat, 17 Maret 2017

"TUNJUKKANLAH JALANMU!" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TUNJUKKANLAH JALANMU!

Mazmur 86:11, "Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu".

Penunjuk jalan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Dapat kita bayangkan bagaimana seorang sopir akan kebingungan dan bisa tersesat tak tahu arah tanpa petunjuk jalan. Sekarang agak mudah dengan adanya aplikasi GPS, kita input data alamat dan kita jalan maka GPS akan mengarahkan kita ke jalan yang hendak dituju sampau ke tujuan. Sebegitu canggihnya GPS kadang juga kita tersesat dan salah. Namun itu sudah membantu kita dalam perjalanan.  Dalam perjalanan petunjuk jalan sangat penting agar sampai ke tujuan.

Bagaimana jika kita berjalan dalam traveling di hutan yang tidak ada petunjuk? Tak ada orang tempat bertanya.  Sungguh gelap dan berjalan dalam ketidak-pastian. Jika dia berjalan ke utara atau selatan takut semakin terjebak dalam hutan, diam di tempat sama saja  tak ada jalan pulang.  Pengalaman seperti inilah yang dirasakan oleh pemazmur dalam menjalani hidup ini. Dia tidak mau berjalan tanpa petunjuk Tuhan. Dia hanya mau berjalan melalui petunjuk Tuhan.

Dalam hidup ini banyak hal yang tidak kita tahu, jalan yang nampak seolah mulus seperti jalan tol namun di jalan tol banyak kenderaan tabrakan beruntun. Ada jalan yang seolah sulit, terjal dan seram berliku namun orang lalu lalang dan selamat. Jalan hidup ini memang demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi hari ini, kita tidak tahu apa aral yang ada di depan kita; mungkin jebakan, ancaman, intimidasi dan teror. Sekalipun demikian kita tidak boleh berhenti, karena hidup ini harus tetap berjalan. Namun jalan yang harus kita lalui adalah jalan yang berdasarkan petunjuk Tuhan. Janganlah lalui jalan yang tidak dikehendaki oleh Allah. Firman telah memberitahukan kepada kita apa yang harus kita lakukan dan yang tidak kita lakukan. Berjalanlah bersama terang Tuhan. Itu pesan PERTAMA dari renungan ini.

KEDUA, pemazmur memohon kepada Tuhan agar hatinya bulat untuk takut kepada nama Tuhan. Hati ibarat mesin yang menggerakkan dalam kenderaan. Demikian hati manusia menggerakkan manusia melakukan sesuatu. Hati nurani yang disertai takut akan Tuhan akan berjalan sesuai dengan kehendakNya. Namun hati yang sudah tidak ada nurani, yang di dalamnya ada kebencian, ambisi, hawa nafsu, dan keinginan yang tinggi menggapai kepentingan diri bisa saja berjalan tanpa petunjuk Tuhan. Tidak sedikit ada tindakan konyol dan tega menghabisi orang lain demi mencapai kentingan diri. Di sinilah pemazmur meminta pertolongan Tuhan agar tetap menjaga hatinya selalu takut akan Tuhan.

Oh Tuhan berilah petunjuk-Mu, doa permohonan minta tolong yang selalu menguatkan kita dalam perjalanan hidup ini. Demikian kita dalam menjalani hari-hari kita, yang terkadang bergumul, berbeban berat dan berjalan di jalan yang tidak tahu arah. Mintalah petunjuk Tuhan, Dia selalu berkenan memberikan petunjuk jalan bagi hidup ini. Amin.

Kamis, 16 Maret 2017

"SEMAKIN JELAS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SEMAKIN JELAS

1 Korintus 13:12, “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”

1. Kasih bukanlah sesuatu barang yang sekali jadi, langsung dan paten, tetapi itu adalah proses yang membutuhkan perawatan disiplin dan tujuan luhur. Ada orang berpikir sudah mengasihi walau sikap dan perbuatannya jauh dari kasih. Sebaliknya ada orang yang nampaknya marah-marah, cuek, cari perhatian, rupanya karena dia mencintai. Sungguh kasih itu rumit untuk dipahami, yang jelas kasih-lah yang menjadi dasar setiap kebajikan, pengorbanan, perbuatan baik dan tindakan-tindakan orang percaya. Semua itu jika tanpa kasih dianggap sia-sia. Begitu misteriusnya kasih, pengharapan kita atas sorga pun harus mengalami proses, semakin bertumbuh, semakin jelas, semakin pasti hingga iman percaya kita tak tergoyahkan. Sorga hanya milik orang-orang yang setia sampai akhir.

2. Apakah di hati kita masih ada kasih? Berapa derajat kah suhunya? Berapa kilo bobotnya? Apakah kasih itu sudah tahan uji? Adakah pengorbanan dan sukacita dalam implementasi kasih itu? Apakah kita semua dalam arak-arakan ke sorga? Masih adakah program lain sebelum menuju kesana? Sudah pastikah sorga yang Anda tuju? Sudah siapkah Anda ke sorga kapanpun, hari ini, besok dan esok? Semua itu harus kita mantapkan hari ini.

3. Yesus sudah mengasihi kita dengan kasih yang sempurna, kasih yang tidak perlu didistorsi oleh apapun. Kasih yang tidak perlu di formulasikan dengan pola pikir dunia, tetapi kasih itu menyelamatkan, kasih itu membebaskan kita dan menuntun kita ke sorga. Mari, terimalah itu dan hiduplah dalam kasihNya. Amin.

Selamat pagi Amang-Inang, dan selamat berkarya bersama Tuhan Yesus.                      
[06:47, 3/16/2017] Pdt. Lucius TB. P: MENGENAL WAJAH DI CERMIN
(Dari Samar-sama kepada Kepastian)

1 Korintus 13:12,  "Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal".

Semua kita sudah pernah mengamati wajah kita di cermin, bukan? Setiap kali di depan cermin mungkin kita senyum atau sedikit bergaya, mungkin ada yang memuji wajahnya atau mungkin ada juga wajahnya jelek, tapi kita diingatkan akan keberadaan  kita. Namun setelah beranjak dari cermin coba kita ingat kembali akan wajah di cermin pasti tidak sepenuhnya kita ingat. Pasti meraba-raba akan bagaimana wajah kita yang sesungguhnya. Sekarang orang sudah lebih mudah mengabadikan wajahnya dengan selfie atau photo bareng dan mempostingnya di FB atau aplikasi apapun yg dipakai instagram, path, dll. Namun setiap kali kita meninggalkan akun tersebut pasti ingatan kita tidak sempurna akan wajah kita. Sehebat apapun ingatan kita dalam cermin masih banyak yang terlupakan dan samar tetapi yang pasti wajah itu ada dan milik kita. Apakah hubungannya mengenal wajah dicermin dengan iman?

Paulus memakai istilah mengenal wajah dalam cermin sebagai contoh dalam beriman. Kita hidup di dunia ini di dalam iman; kasih Allah yang telah nyata dalam hidup ini kita syukuri dan kehidupan kekal adalah warisan yang sangat berharga. Namun bagaimana itu dapat kita rasakan? Selama di dunia ini pengenalan kita masih samar tetapi pasti, kepastian ini akan jelas ketika kita berhadapan muka dengan muka dalam kehidupan kekal. Pengetahuan kita terbatas, ingatan dan ratio kita pun memiliki limit kemampuan untuk menjelaskan kasih Allah dalam hidup ini. Ibarat anak yang bertumbuh, dari minum susu, kemudian semakin bertumbuh menjadi makan bubur dan akhirnya semakin dewasa memakan nasi keras. Pada akhirnya semuanya akan jelas dan nyata.

Apa yang digambarkan oleh Paulus dalam renungan ini adalah pengenalan kita tentang iman dan kasih Allah terbatas, ada banyak pertanyaan, ada mungkin juga terkadang keraguan sehingga masih banyak yang belum jelas, baik tentang hidup kini dan esok itu merupakan hal yang bisa saja terjadi, namun tetaplah bertumbuh sampai tiba waktunya semua ini jelas ketika kita berhadapan muka dengan muka bersama Bapa di Sorga.

Paulus menjelaskan ada tiga hal yang pasti yang menuntun kita dalam hidup ini dan ketiga hal ini tidak boleh lepas dari hidup orang percaya, yaitu iman, kasih dan pengharapan.

Dalam hidup ini kita masih bergumul dan berjuang, terkadang ada keraguan, kasih Allah seolah samar-samar dalam hidup ini. Jangan berputus asa, tetaplah setia dan bertahan dalam setiap cobaan. Tiga hal utama kekuatan kita menuju kepastian yaitu iman, kasih dan pengharapan harus tetap kita pelihara dalam hidup ini sampai tiba waktunya memasuki kepastian. Maranatha!

Selamat pagi dan selamat beraktivitas...

Rabu, 15 Maret 2017

"JANJI TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

JANJI TUHAN

Mazmur 119:148, "Aku bangun mendahului waktu jaga malam untuk merenungkan janji-Mu".

Cobalah kita ingat bagaimana sikap dan perasaan kita menanti janji. Apalagi janji itu adalah hal yang kita tunggu-tunggu dan impikan dalam hidup. Ibarat seorang pemuda yang menyampaikan isi hatinya kepada kekasihnya namun kekasihnya belum memberikan jawaban,  dan meminta memberikan waktu satu atau dua bulan menjawabnya. Tentu dalam menunggu ini banyak rasa yang dialami; memikirkan apakah kasihnya bersambut atau tidak, dia memikirkannya siang dan malam, sungguh  bahagianya dirinya jika kasihnya bersambut dan sebaliknya tak tahu bilang apa jika kekasihnya menolaknya. Kadang optimisme muncul jika janji sesuai dengan harapan akan membuatnya semakin bersemangat, dan sungguh alangkah bahagianya dirinya membayangkan masa depan yang indah bersama kekasihnya. Namun sebaliknya jika kemungkinan jawaban seperti yang tidak diharapkan akan membuat tak bergairah; mungkin sudah ada yang lain di hatinya, sungguh tak terbayangkan perasaan hati. Mungkin rasa nano-nano kehidupan menunggu jawaban ini, merenungkannya siang dan malam sampai janji yang ditunggu tiba.

Perasaan gelisah demikianlah pengalaman pemazmur dalam renungan harian ini, rasanya tak sabar menunggu waktu, dia seolah berkejaran dengan sinar fajar mendahului waktu bangun pagi untuk merenungkan janji Tuhan dalam hidupnya. Demikian dengan malam, dia tidak tidur seolah berkata: oh malam cepatlah berlalu besok janji Tuhan akan dipenuhi untuknya. Perenungan pemazmur ini menjadi gambaran kegundahan setiap orang dalam hidup ini, seolah bergumul mempertanyakan apakah Tuhan mengabulkannya atau tidak. Padahal sesungguhya jiwa kita yang goyah dan bimbang karena Tuhan adalah setia.

Apa yang dirasakan pemazmur ini merupakan perasaan kita dalam hidup sekarang ini. Sering melangkah dalam keraguan dan kegamangan dan diombang-ambingkan oleh ketidak pastian. Tidak usah gundah dan galau dalam hidup ini, tetapi melangkahlah dalam kepastian bahwa Tuhan itu setia menepati janjinya dan tidak pernah mengecewakan. Seperti kepastian fajar merekah setiap pagi demikian janji Tuhan nyata dalam kehidupan ini. Tuhan setia pada janjiNya , justru manusia yang sering melupakan janji Tuhan.

Bagaimanakah pemazmur memelihara dan menjaga janji Tuhan dalam hidupnya? Renungan hari ini memberikan contoh yang sangat menarik. Dia memelihara janji Tuhan dalam hidupnya lebih cepat dari seperti seorang penjaga malam. Seorang penjaga malam tentu tidak terpengaruh oleh gelapnya malam, dia tidak akan tertidur oleh beratnya rasa ngantuk atau keinginan tidur yang kuat, tetapi tetap berjaga berlomba dengan waktu sampai fajar merekah. Dia terus terjaga dan tak terlelap sedikit pun hingga fajar tiba. Jika subuh sudah tiba penjaga akan mengumumkan agar warga bangun dari tidur dan melakukan aktifitasnya di pagi hari.

Dalam kehidupan desa, umumnya memahami dan itu realita jika ayam berkokok pertanda pagi telah merekah. Masyarakat akan bangun dan bekerja melakukan aktifitasnya. Maka pemazmur dalam hal ini sebelum ayam berkokok dia telah bangun menyongsong janji dan berkat Tuhan. Mungkin perlu juga direnungkan agar bangun sebelum ayam berkokok, jika bangun setelah fajar merekah rejeki kita telah dipatok ayam.

Mari bangun lebih cepat, mendahului waktu dari penjaga malam, demikianlah kesiapan dan kesediaan pemazmur menapaki hari-harinya menanti berkat dan janji Tuhan dalam hidupnya. Hidup demikian pasti lebih optismis dan lebih berhasil dalam hidup ini. Amin.

Selasa, 14 Maret 2017

"KASIH KRISTUS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KASIH KRISTUS

Roma 8:35+37, “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita”

1. Hidup bersama Tuhan tidak serta merta menghilangka masalah dan berbagai kemelut. Semua masalah yang terjadi berusaha memisahkan kita dari kasih Kristus. Biasanya alat pemisah bagi kita adalah: penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang. Semua itu membawa kita kepada bahaya maut sepanjang hari, yang mengibaratkan kita di dalam Kristus bagaikaan domba-domba sembelihan. Namun semua sikap permusuhan kepada orang percaya, akan balik merasa bersalah, karena Yesus menjadi pembela bagi orang percaya.

2. Aneka peristiwa mendera kita dalam menguatkan iman. Kita tidak bohongi, kelaparan sering  menggoda kita untuk berbuat dosa. Apalagi jika dalam pelaksanakaan tugas kemanusiaan itu, kita diperlakukan sebagai domba-domba sembelihan. Situasi itu terjadi dalam masyarakat, dalam gereja dan dalam negara, selalu ada orang yang dimarjinalkan dan dianggap tanpa hak hidup layak. Orang-orang miskin, asing dan papa ini hanya dapat mengadu kepada Tuhan.

3. Inilah tantangan dan menjadi PR kita untuk mengatasinya. Apapun  penderitaan yang kamu alami, dan siapa pun yang melakukannya, percayalah semua itu tidak dapat memisahkan kita dari kasih sayang Tuhan yang mengasihani kita. Yang perlu jangan mau dihianati rasa sakit, pilu dan kepahitan. Penderitaan adalah potret dunia berdosa, kita harus maklum di dalamnya, namun yang penting jangan mau dikalahkan dunia, sebab Kristus sudah memanangkannya.

4. Marilah melihat tantangan sebagi peluang. Dari sengat lebah kita akan mendapatkan madu manis dan berkhasiat. Dari pasir yang teronggok melukai di perut kerang akan menjadi mutiara yang menawan. Semua itu diproses penderitaan dan kesengsaraan di dalam kasih Kristus. Marilah taat dan tidak perlu kecewa. Amin.

Senin, 13 Maret 2017

Pensiun Sintua St.Drs.MP.Silalahi

Hari Minggu 12 Maret 2017 telah dilaksanakan acara Pensiun Sintua yang telah mencapai umur 65 tahun yaitu bapak St.Drs.Manthon Pahala Silalahi ibu br.Ompusunggu dari Sektor Kalibata Jakarta Selatan yang dipimpin Pendeta Resort Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th
Huria menyerahkan kenangkenangan Ulos, Cincin emas 15 garam untuk St.Manthon Pahala Silalahi dan ibu 15 gram. (narasi: St. JP. Panjaitan/photo: St. H. Manullang)


"HUKUMAN TUHAN TERHADAP HOPNI DAN PINEHAS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

HUKUMAN TUHAN TERHADAP HOPNI DAN PINEHAS

1 Samuel 2:30, "Sebab itu — demikianlah firman TUHAN, Allah Israel — sesungguhnya Aku telah berjanji: Keluargamu dan kaummu akan hidup di hadapan-Ku selamanya, tetapi sekarang — demikianlah firman TUHAN —: Jauhlah hal itu dari pada-Ku! Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah".

Siapa yang tidak marah dan geram atas perlakuan Hopni  dan Pinehas? Mereka adalah anak-anak imam Eli di Rama. Imam Eli telah tua, sesungguhnya sangat dibutuhkan  penggantinya untuk melayani Tuhan sebagai pusat peribadahan. Warga sangat mengeluh karena Hopni dan Pinehas melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Mereka membuat garpu khusus sehingga kurban yang dipersembahan untuk Tuhan diambil. Bukan hanya itu, perlakuan mereka buruk dan mencemari pusat peribadahan dengan perlakuan dursila.

Kelakuan anaknya itu telah sampai kepada imam Eli, dan dia menegur kedua anaknya itu agar merubah kelakuan namun tak diindahkan. Sungguh suatu kesedihan bagi imam Eli karena perlakuan kedua anaknya. Dalam siatuasi demikianlah Samuel hadir yang direncanakan Tuhan untuk pelayanan yang besar bagi umatNya.

Seorang abdi Allah menyampaikan nubuatan mengenai perilaku Hopni dan Pinehas serta akhir hidup mereka. Mereka akan mati dalam hari yang sama, dan tidak.mempunyai keturunan. Apa yang disampaikan itu benar-benar terjadi sebagaimana sebagaimana disebut dalam renungan hari ini.

Tuhan memang telah berjanji untuk memberkati  umatNya Israel, sebagai umat pilihan dan umat yang diberkati. Namun barang siapa yang menghormati Tuhan akan dihormati dan siapa yang menghinakan Tuhan akan dipandang rendah.  Hopni dan Pinehas telah menghinakan Tuhan dengan segala perbuatannya yang memilukan hati Tuhan dan mereka mendapat hukuman.

Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan penuh kasih setia. Tidak dibalaskannya perbuatan  kita setimpal dengan yang kita lakukan. Tuhan tidak langsung menghukum, namun diberi waktu dan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan. Baginya ada pengampunan tetap terbuka, namun jika tidak mengindahkannya murka Tuhan akan datang.

Marilah ambil bahagian dalam hidup ini dijalan yang menghormati Tuhan melalui sikap dan perbuatan yang terpuji. Maka Tuhan akan memberkati dan mengangkat hidup kita kepada sinar kemuliaan. Amin.

Minggu, 12 Maret 2017

"MINGGU REMINISCERE" Renungan Minggu Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MINGGU REMINISCERE
Ev: Mazmur 121: 1-8

Firman Tuhan minggu ini meyakinkan kita bahwa Tuhan adalah Penolong dan Penjaga  serta Pemelihara hidup kita. Manusia lahir bukanlah kehendak dirinya sendiri, kita mesti berjalan seiring waktu. Dalam perjalanan kehidupan banyak tantangan, kadang berliku disertai sisi kiri kanan dengan tebing terjal, salah-salah akan terjungkal dan habis. Kadang  harus naik turun begitu melelahkan, mungkin harus menangis, lelah dan pasrah karena tiada pertolongan. Hidup ini penuh perjuangan, bertarung ibarat menyabung nyawa tidak tahu siapa kawan dan lawan, masing-masing mengayuh hidupnya demi kepentingan diri, bahkan sadis menikam sesama demi kesuksesan pribadi.

Dari mana datang pertolongan? Dari mana datang kekuatan? Kita manusia lemah, terbatas kemampuan dan daya kita dalam hidup ini melindungi dan menjaga diri sendiri. Jangan berputus asa, Tuhan adalah Penolong dan Penjaga hidup kita.

PertolonganNya tepat pada waktunya. Dia tidak pernah tertidur dan terlelap, 24 jam Tuhan menjaga dan memelihara kita, tak sekedip pun Dia terlelap. Dia menyoroti dan mengawasi lebih tajam dari cctv atau pos penjaga manapun.

Firman ini meneguhkan kita bahwa Tuhan tidak membiarkan kaki goyah, Dialah penolong yang setia. Dia menjaga dan menghantarkan kita sampai ke tujuan akhir perjalanan hidup ini. Amin.

Sabtu, 11 Maret 2017

"ALLAH, PEMBEBAS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

ALLAH, PEMBEBAS

2 Korintus 3:17, “Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.”

TUHAN dan KEMERDEKAAN adalah dua hal yang amat kita butuhkan. Siapa yang percaya akan Tuhan otomatis dibebaskan dari dosa dan kegelapan dunia. Tuhan dapat membebaskan karena Dialah Roh sang Maha Pencipta, pemberi nafas, pemberi kekuasaan, dan kehidupan kepada semua makhluk. Manusia hanya dapat mengenal Allah
dengan mempercayai Allah itu sebagai Roh. Alat manusia mempercayai Allah adalah roh yang ada di hatinya yang mengajari, menuntun, dan memberi pengetahuan. Setiap kali orang ingin bebas dari belenggu-belenggu dunia ini, hanya kuasa roh yang ada pada Allah itulah yang membebaskannya.

Nas ini menceritakan kedekatan manusia yang percaya kepada Tuhan, tidak lagi diselubungi oleh dosa dan kejahatan, sebab Tuhan sudah menyelesaikannya. Hubungan setiap orang kepada Tuhan kini terbuka lebar di dalam Yesus Kristus. Tidak ada lagi selubung pemisah yang membuat manusia tetap terjerat dalam dosa dan perhambanya.

Darimana kita mau dibebaskan? Pertama,tentu dari kuasa dosa. Belenggu dosa itu sudah diselesaikan lewat baptisan kudus, dimana baptisan itu sudah menghapuskan dosa asali (dosa warisan). Yang kedua, kita dibebaskan dari sengat maut sehingga kematian itu dan iblis sudah kita kalahkan. Kita juga harus bebas dari penyakit dan ketakutan. Dia tidak dapat lagi berkuasa atas kita. Yang ketiga, sepatutnya kita bebas dari perilaku-perilaku kegelapan: kebodohan, kekafiran, percideraan, perkelahian, dendam dan segala bentuk yang sama dengan itu. Yang keempat, kita harus bebas dari rasa egoisme kekikiran dan ketegaan sehingga kita gagal mengasihi Allah, diri sendiri apalagi sesama.

Marilah kita melihat, menangkap, dan memaknai pembebasan itu sudah menjadi milik kita. Mari bebaskan keluargamu dari kuasa roh kegelapan dan roh perbantahan. Mari kita bebaskan anak-anak kita dari narkoba, pergaulan bebas dan sikap ketidakpedulian yang berlebihan. Mari bebaskan Gerejamu dari ibadah formalistik dan hidup suam-suam kuku. Mari bebaskan bangsa dari percideraan unsur SARA dan yang terakhir mari bebaskan dirimu dengan mencabut 4 hal ini: akar kekafiran, akar kepahitan, akar kekerasan, dan akar kemunafikan. Kiranya Tuhan sungguh-sungguh mendekap kita dalam pelukan pembebasanNya. Amin.

Jumat, 10 Maret 2017

"HATI YANG PAHAM MENIMBANG PERKARA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

HATI YANG PAHAM MENIMBANG PERKARA

1 Raja-raja 3:11-12, "Jadi berfirmanlah Allah kepadanya: "Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum,
maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorang pun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorang pun seperti engkau".

Salomo dikenal dengan hikmatnya yang luar biasa dan tidak ada raja yang bijaksana seperti dia baik sebelum dan sesudahnya. Hikmat ini diminta Salomo sejak ditahbiskan menjadi raja. Dia tidak meminta kemuliaan, kekayaan, kekuatan senjata untuk mengalahkan musuh dan segala fasilitas seorang raja yang berkuasa. Ketika dilantik menjadi raja Salomo memohon kepada Tuhan agar diberikan hati yang paham menimbang perkara, untuk membedakan mana yang baik dan jahat. Tuhan sangat berkenan atas permintaan Salomo ini. Menjawab doa Salomo, Tuhan memberikan hikmat dan hati yang mengerti menimbang perkara.

Sebagai pemimpin yang berhadapan dengan permasalahan di tengah-tengah masyarakat, memutuskan kebijakan-kebijakan yang membawa kesejahteraan bagi umat serta kebijakan-kebijakan lainnya baik internal dan hubungan luar negeri, ini harus ditetapkan oleh raja. Semua ini membutuhkan hikmat dan hati yang paham menimbang perkara sehingga kebijakan dan keputusan raja berdasarkan kebenaran dan keadilan.

Apa yang diminta Salomo ini sangat berkenan bagi Tuhan. Bukan harta, bukan kekayaan, bukan kemuliaan dan wibawa yang dikejarnya dalam memimpin. Tetapi bagaimana memimpin dan mengendalikan kepemimpinannya itulah yang dia minta kepada Allah. Atas permintaan ini Tuhan menambahkan kekayaan, kemuliaan dan musuh-musuhnya di tangan Salomo serta umur yang panjang.

Permintaan Salomo ini tentu sebagai inspirasi bagi kita dalam melakukan tugas dan pekerjaan. Apalagi diberi kesempatan dalam memimpin pekerjaan apapun yang ditugaskan pada kita. Mintalah hikmat kepada Tuhan, kuasai pekerjaan, kontrol diri agar kebijakan dan keputusan-keputusannya benar dan adil. Dalam setiap keputusan mintalah petunjuk kepada Tuhan. Kepemimpinan demikian akan menjadi amanah dan berkat.

Godaan sebagai pemimpin pasti banyak; godaan korupsi, menggunakan kekuasaan untuk kepentingan diri dan kemudahan lainnya yang dapat menjerumuskan kepada penyelewengan kekuasaan. Seorang pemimpin yang berhikmat pasti akan menguasai dan mengendalikan diri sehingga kepemimpinanya mendatangkan kebaikan.

Jika kita membaca Amsal, rahasia dibalik hikmat Salomo adalah takut akan Tuhan. Maka kepemimpinan yang berhikmat dan mendatangkan kebaikan hanya datang dari pemimpin yang takut akan Tuhan. Amin.

Kamis, 09 Maret 2017

"TUHAN SETIA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TUHAN SETIA

2 Tesalonika 3:3,  "Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat".

"Aku menyertai kamu sampai akhir jaman" (Mat 28:19) merupakan  janji Tuhan Yesus kepada murid-murid dalam pengutusan sekaligus kalimat penutup dalam Injil Matius. Ini adalah janji penyertaan Tuhan Yesus yang menguatkan dan  memberikan jaminan atas hidup para rasul dan orang percaya. Janji setia Tuhan atas penyertaan umatNya menjadi sukacita dan pengharapan bagi setiap orang percaya.

Tuhan setia, tidak pernah lupa apalagi ingkar janjiNya. JanjiNya bukanlah seperti janji politisi entah kapan diwujudkan. Janji penyertaan Tuhan itu nyata sebagaimana dialami oleh Paulus dalam perjalanan Pekabaran Injil: dipenjarakan, dianiaya, disesah dan berbagai kesulitan lainnya, namun tetap hidup dalam penyertaan Tuhan dan masih tetap berkarya memberitakan Injil sampai ke Roma. Demikian dengan pengalaman para pemberita Injil di seantero dunia ini; mereka tidak lagi mengkhawatirkan dirinya sendiri karena garansi Tuhan Yesus. Dalam pengalaman pahit Tuhan memberikan kekuatan bagi jiwa mereka agar tidak berputus-asa, dan kalah atas beban. Kekuatan hati menahan rasa sakit dan resistensi atau daya tahan terhadap penderitaan dan tantangan menjadi modal utama bagi rasul dan jemaat mula-mula menjalani segala pergumulan yang mereka alami. Semakin dibabat semakin merambat, semakin dihimpit semakin melejit, semakin ditekan semakin menyebar. Itu fakta sejarah penyebaran Injil. Semua itu terjadi karena ada spirit dan kekuatan serta keteguhan hati orang percaya mempertahankan iman.

Selain memberikan kekuatan bagi hati dan batin, hal kedua dari renungan ini adalah jaminan Tuhan kepada kita yang tetap menjaga dan memelihara kita dari yang jahat. Kita tidak tahu di jalan yang hendak kita lalui ada berbagai perangkap dan jebakan jahat; dari rancangan kejahatan yang halus hingga kasar pun bisa saja terjadi atas hidup kita. Namun jika kita berjalan di jalan Tuhan, kita yakin dan percaya malaikatNya akan menjaga kita. Masih ingat cerita Yusuf; dia dijual menjadi budak, dipenjara karena fitnah, namun menjadi jalan Tuhan menghantarkan dia menjadi perdana menteri di Istana Mesir.  Oran jahat bisa saja merancang kejahatannya dan bahkan mungkin seolah berhasil melakukan kejahatannya atas orang beriman, namun sesungguhnya Tuhan memelihara. Lihatlah betapa tulusnya orang Majus bertanya dimanakah Mesias yang lahir itu karena mereka melihat bintangnya. Herodes memanggil imam dan menunjukkan Bethlehem kota kelahiran Mesias. Herodes berpesan jika sudah menemukannya supaya memberitahukan agar dia ikut bersujud. Orang Majus yang tulus menemukan Bayi Yesus di kandang domba. Ketika mereka hendak kembali malaikat memberitahukan agar tidak kembali ke Herodes.

Dalam ketidak-tahuan kita akan rencana jahat orang, hal yang harus kita sadari adalah TUHAN memelihara dan melindungi kita dari kejahatan.  Malaikat Tuhan dari delapan penjuru mata angin akan mengawasi dan menjagai kita senantiasa. Salah satu permohonan dalam doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus adalah: "...jauhkanlah kami dari pada yang jahat." Ini garansi bahwa Tuhan menjaga dan melepaskan kita dari yang jahat. Amin.

Rabu, 08 Maret 2017

"BERMAZMUR DAN BERSORAK" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BERMAZMUR DAN BERSORAK

Efesus 5:19, “Dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.”

Hidup dalam kekristenan adalah hidup yang diubahkan dari kegelapan kepada terang, dari penyembahan berhala kepada menyembah Allah, dari percabulan kepada yang terhormat. Pokoknya, orang yang hidup dalam Kristus dipastikan mengalami perubahan menjadi lebih teratur, terhormat, bersukacita dan terpuji. Kita menjadi penurut-penurut Allah, anak kekasih Allah. Selain itu, perkataan kita pun dijamin sopan, penuh rasa syukur, jauh dari perkataan kotor, yang kosong atau yang sembrono. Perbedaan itu sekaligus membatasi pergaulan kita

Mengapa pergaulan harus kita batasi? Sebab dengan bebas bergaul dengan dunia ini, akan membuat kita ambil bagian dalam kesesatan mereka. Padalah segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang akan menjadi  nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. Maka apabila kita sudah sempat larut dan terbenam dalam lumpur dosa, kita harus bangun dan bangkit dari antara orang mati itu, maka Kristus akan bercahaya atas kita. Dalam kebangkitan itulah kita mengusahakan pengertian akan kehendak Tuhan, pengendalian diri, sopan dan penuh dengn Roh. Lebih dari itu kita akan berkata-kata seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Dengan sungguh kita bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan dengan segenap hati.

Memaknai “hidup kristen” acap kita pahami secara sempit, simbolik dan terjebak dalam seremoni.
Kita diharapkan hidup dengan benar, memuji dan bermazmur. Baik pikiran, nyanyian, perkatan dan semua keluhan kita, harus mencerminkan hidup sebagai kekasih Tuhan. Marilah kita hidup secara biasa-biasa saja, dengan mengutamakan Kristus dalam setiap langkah. Dengan maksimal harus kita hindari hidup yang munafik – muka orang baik, tapi pikiran kotor, Hidup dengan seadanya dan berterimakasih, akan membuat kita penuh sukacita dan syukur pada Tuhan. Amin.

Selasa, 07 Maret 2017

"JANJI SETIA SEORANG MENANTU" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

JANJI SETIA SEORANG MENANTU

Rut 1:16, “Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku.”

Menantu atau parumaen adalah orang yang menentukan kebahagiaan keluarganya. Banyak keluarga merasa malang karena anak-anaknya belum berhasil membonyong parumaen ke rumah ayah-ibunya. Atau si anak berhasil menikah, tapi yang dinikahi wanita asing bagi keluarganya. Kita bisa bayangkan dialog macam apa selalu diperdengarkan di sana. Sebaliknya, jika seorang pria dewasa berhasil mengawini paribannya atau wanita idaman keluarganya, pastilah sukacita keluarga itu berkelimpahan.

Kekuatiran seperti itu terjadi dalam hidup Elimelekh dengan istrinya Naomi, warga Betlehem saat para hakim memerintah di tanah Yehuda. Beserta kedua anaknya laki-laki, Mahlon dan Kilyon beremigrasi ke Moab dan menetap di sana. Di sana matilah Elimelekh, suami Naomi, maka Naomi tertinggal sebagai janda dengan dua anaknya. Lalu Mahlon mengambil perempuan Moab bernama Orpa, dan Kilyion menikahi Rut juga orang Moab. Sepuluh tahun kemudian matilah Mahlon dan Kilyon, sehingga Naomi berkemas hendak pulang ke Betlehem. Saat keluar dari Moab, berkatalah Naomi: "Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; Tuhan kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu,..” Lalu Orpa mencium mertuanya minta diri, tapi Rut tetap berpaut padanya. Ketika didesak, Rut berkata: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku".

Luar biasa komitmen Rut: ia setia hidup bersama mertuanya, ia setia menjadi warga negara mertuanya,  ia setia sebagai bangsa dan umat agama mertuanya Naomi. Hebat sekali, pernyataan itu membuat hati Naomi lega dan mempermulus perjalanannya pulang ke Yehuda. Tidak itu saja, pada dirinya ada ketentraman sebab doa-doanya didengarkan Tuhan.

Marilah kita tiru  komitmen Rut yang agung dan luhur. Pasti banyak parumaen yang baik yang patut kita syukuri di antara parumaen yang tega-teganya meninggalkan keluarganya. Tugas kita mari lebih sungguh mengikatkan iman, kebangsaan dan kekeluargaan dengan suami, agar identitas dan harga diri kita semakin utuh, mulia dan terpuji. Amin.

Senin, 06 Maret 2017

"MENGAPA TERTEKAN HAI JIWAKU?" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MENGAPA TERTEKAN HAI JIWAKU?

Mazmur 42:9, "Aku berkata kepada Allah, gunung batuku: "Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?"

Mazmur 42 ini merupakan gubahan syair indah dari Bani Korah yang merindukan Tuhan. Syairnya bait demi bait menggambarkan isi hati yang  terdalam, luluh tak berkekuatan, jiwa tertekan dan tiada semangat. Allah sebagai gunung batu dan benteng kekuatan tidak berdaya atas olok-olokan musuh. Perasaannya melebihi seorang yang optimis menang dalam pertandingan namun kehilangan mahkota karena kalah. Bukan hanya sekedar kalah namun telah menjadi buah bibir yang menyakitkan. Jiwanya tertekan dan tak mampu menghadapkan muka ke publik.

Berulang kali Mazmur ini mengungkapkan perkataan musuh: dimanakah Allah-Mu? Pemazmur sangat membanggakan Tuhan dalam hidupnya, sumber kekuatan dan energi yang tak berkesudahan, namun tak hadir memberikan pertolongan dalam pertarungan hidupnya. Musuh-musuhnya menekan dan menindasnya dengan keras. Tiada gairah, tulang-tulangnya serasa remuk dan tak berdaya. Pemazmur berkesimpulan, Tuhan telah meninggalkannya. Yesus juga di kayu salib pernah berseru: "Eloi, eloi lama sabaktanei". Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?

Dalam keadaan tak berdaya, hilang harapan dan tiada pertolongan. Ini merupakan doa bagi bani Israel ketika menghadapi pergumulan berat. Sama sekali tidak ada pengajaran bahwa Tuhan meninggalkan umatNya. Namun tidak selamanya Tuhan hadir membawakan kemenangan dan kesuksesan. Ada kalanya suatu keadaan tak berdaya mendorong kita untuk bersandar kepada Tuhan. Tuhan seolah membiarkan kita berjalan ke titik nadir atau dalam keadaan zero agar kita tahu bahwa sesungguhnya tanpa Tuhan kita tidak mampu. Tangan yang kuat membutuhkan latihan yang kuat. Iman yang kokoh tentu akan teruji dengan menghadapi pergumulan berat.

Banyak kisah dari zero ke hero; keadaan pahit dan getirnya kehidupan ini, mesti dijalani namun harus merangkak perlahan, berjalan tertatih-tatih dan kadang harus dipapah membuat  kita harus tetap bersandar dan pasrah diri di jalan Tuhan. Dalam keadaan sesulit apapun, dalam tekanan jiwa yang terdalam sekalipun kita harus percaya bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita. Pertolongannya akan datang tepat waktusesuai dengan rencana Allah bukan sesuai dengan harapan kita. Amin.

Minggu, 05 Maret 2017

"DIKASIHANI UNTUK HIDUP KEKAL" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

DIKASIHANI UNTUK HIDUP KEKAL

1 Timotius 1:16, “Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal".

Mengakui sebagai orang yang paling berdosa adalah pengakuan yang luar biasa. Dosa yang dilakukannya adalah salah memahami siapa Yesus yang sesungguhya, sehingga oleh buah pengertian yang salah itu, ia menganiaya, mengejar, menangkapi dan menyiksa orang Kristen, atas mandat yang diterimaya dari para tokoh agama Yahudi. Dia merasa paling bertanggungjawab membela agama Yahudi, bahkan membela Allah sediri, sehingga Saulus melakukan tindakan kekerasan dan pembunuhan terhadap para pengikut Tuhan. Stefanus sebagai contoh konkret.

Dihubungkan dengan sikap Allah yang mengasihani si pendosa dalam kesabaran, dan yang memberikan hidup kekal, kita perlu bertanya: sejauh mana Tuhan mampu sabar mengampuni keberdosaan kita? (1) Tuhan pernah memberikan perumpamaan orang berhutang, lalu ditanyakan: kepada siapa  Tuhan memberikan lebih banyak pengasihanan? Dan siapa yang paling banyak diampuni dosa-dosanya. Jawabannya: mereka yang lebih besar hutang dosanya. (2) Berpikir untuk menghitung kesalahan yang kita lakukan adalah tidakan dan perilaku kita terhadap firman Tuhan dan hukum-hukumNya, tapi yang terbesar adalah sejauh mana kita mengabaikan kasih keselamatan yang dilakukan Yesus Kristus.

Nas ini menegaskan, bahwa kita adalah orang paling beruntung  dan orang yang sudah dimpuni Tuhan, sehingga semua dosa dan kejahatan kita tidak lagi diperhitungkan oleh Tuhan Yesus, melainkan kita sudah diampuni dan dosa-dosa kita tidak Dia ingat lagi. Pengampunan yang kita terima bukan karena kita membelinya dengan moralitas, amal, segala perbuatan baik dan semua doa-doa ritual kita, tidak sama sekali.Tetapi karena Tuhan berinisiatif dan berkarya melakukan pengorbanan diriNya di salib.

Itulah sukacita sebagai orang percaya. Kita sudah diseberangkan dari maut ke dalam hidup kekal. Kita menjadi harapan bagi semua orang untuk turut diampuni, sebab semua orang diberi peluang yang sama, asalkan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Mari bersyukur akan kasih pengampunanNya yang luar biasa. Mari jangan sia-siakan kasih sayangNya, tapi bagikanlah kepada orang lain.  Amin.

Sabtu, 04 Maret 2017

"JANJI DAN PENGGENAPAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

JANJI DAN PENGGENAPAN

1 Rajaraja 8:24, “Engkau yang tetap berpegang pada janjiMu terhadap hambaMu  Daud, ayahku, dan yang telah menggenapi dengan tanganMu apa yang Kaufirmankan dengan mulutMu, seperti yang terjadi pada hari ini.”

ALLAH membuat janji dengan raja Daud, dan janji itu telah digenapi, baik kepada Daud sendiri, dan kesetiaan yang sama diharapkan Salomo atas dirinya. Itulah kepribadian Allah: selalu setia dengan apa yang dijanjikanNya. Namun tidak demikian denga manusia. Umat Israel sering melalaikan janjinya sehingga mereka hidup dalam kesesatan dan pemberontakan kepada Allah.

Kalau Allah berjanji, maka umat Israel mengenal tradisi ini dinamai "Karat Berit", memotong domba perjanjian. Pada saat itu darah domba dicurahkan ke tanah, sambil mengatakan: Darah ini adalah perjanjian hidup dengan Allah. Kalau kamu setia dengan janji ini, kamu akan hidup, tetapi jikalau kamu mengingkarinya, maka darahmu juga akan dicurahkan seperti darah domba ini. Artinya, resiko janji itu adalah antara HIDUP dan MATI.

Kalau kita perbandingkan dengan tradisi orang Batak, ada kesamaannya, yang memakai ikan sebagai medium perjanjian: “Dengke ni Sabulan tu tabona tu tonggina, manang ise sioloi padan tu sonangna tu gabena, alai manang ise siose padan tu ripurna tu magona". Dibayangan seperti ikan itu hidup dan manis, maka kehidupan bagi orang yang setia akan janji itu, tetapi ikan yang mati dan busuk merupakan gambaran resiko bagi yang mengkhianati janjinya. Ancaman itu agaknya membuat orang Batak lebih mengingat ikatan "parpadanan" dari ikatan darah. Dikatakan “Togu urat ni bulu toguan urat ni padang, togu ni ihot ni uhum tumoguan niihot ni padan.”

Dalam hidup kekristenan kita, kita sudah mengadakan perjanjian dengan Allah, mulai dari janji semasa di kandungan, saat dibaptiskan, mengikuti sidi, menikah, menerima tohonan di gereja maupun di keluarga, pada saat perjamuan kudus, dan janji-janji secara spontan dalam berbagai kejadian. Pertanyaan serius: masihkan kita setia dengan perjanjian kita? Apakah kita menghidupi perjanjian itu sebagaimana Allah setia dan menggenapinya?

Marilah setia, konsisten dan taat atas janji yang kita adakan, sebab Allah sudah memberi keteladanan bagi kita. Janji itulah kekuatan dan kepribadian kita. Dengan menaati janji itu kita akan hidup dan diberkati. Tuhan itu menghidupi kita dengan janjiNya yang agung dan rahmani. Mari melakukannya sebagai kepribadian orang percaya. Amin.

Jumat, 03 Maret 2017

"BERPENGHARAPAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BERPENGHARAPAN

Roma 8:23-24, “Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya.”

MENGELUH merupakan hal lazim dalam diri kita, walau kita orang percaya sudah memiliki Roh Kudus dan berkat-berkat-Nya. Dua alasan mengapa itu terjadi. (1) Kita hidup di dunia yang berdosa, yang acap menyusahkan. Di sini kita alami ketidaksempurnaan, rasa sakit, dan kemalangan. Keluhan itu mengungkapkan kesedihan kita sesungguhnya. “Selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan,...” (2)  Kita merindukan penebusan penuh dan kepenuhan Roh Kudus pada saat kebangkitan. Kita merindukan kemuliaan yang akan dinyatakan dan hak istimewa dari hak penuh sebagai anak (2 Korintus 5:4).

Bagaimana kita berpengharapan? Kita dengan sakit seberat apapun, bila masih ada pengharapan, maka pengharapan itu akan menuntun kita menuju kesembuhan. Kita dalam segala kesulitan, apabila ada harapan, itu akan membuat kita lebih optimis. Pengharapan adalah energi terbesar bagi orang percaya. Pengharapan mengajari kita akan perkara-perkara yang sulit dan misterius menjadi hal yang sangat rasional.

Hebatnya, pengharapan kita bukan pada hal-hal materi dan duniawi saja, tapi pada keselamatan yang dijanjikan oleh Allah dalam Yesus Kristus. Pengharapan itu juga melatih kita tabah, bersabar, tahan uji dan tetap yakin akan kasih Tuhan. Memang kita tidak layak meminta agar jangan ada masalah dan kesulitan, tapi orang percaya meminta ketabahan menghadapi semua tantangan. Itulah buah pengharapan kita. Amin.

Kamis, 02 Maret 2017

"WAJAH ALLAH" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

WAJAH ALLAH

Keluaran 33:20, “Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup.”

WAJAH ALLAH adalah wibawa Allah, yang memancarkan kemuliaan dan keagungan yang tidak dapat disetarakan dengan apa pun. Pada wajah itu ada keagungan dan ke-maha-mutabir-an (Batak: hasongkalon) yang tidak dapat disentuh oleh manusia. Tapi para teolog berpendapat: Musa dapat berhadap-hadapan muka dengan Allah. Padahal sesudah nas itu Tuhan berfirman: "Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku..."(Kel. 33:21-23). Satu toleransi Allah bagi Musa.

Di sini ada perlakuan khusus bagi Musa, Allah mau menampakkan punggung-Nya. Dan itu tetap menegaskan “Tuhan tidak pernah dilihat manusia dan manusia memang tidak dapat melihat-Nya” (1 Tim. 6:16). Tapi di tiga nas ini pernyataan itu kurang pas. Kel. 33:11 “Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya”. Kel. 24:10 “Lalu mereka (Musa, Harun, dan 70 orang lainnya) melihat Allah.” Kej. 32:30 “Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: ”Aku telah melihat Allah berhadapan muka,..” Di sana ada kedekatan hubungan dan pengalaman spiritual Musa dengan Allah.

Dalam ungkapan khas Ibrani dikenal istilah "Panim El-Panim" yang artinya “wajah kepada wajah” menjelaskan hubungan tatap muka antara seseorang kepada temannya. Di sana ada keakraban, persekutuan yang luar biasa sehingga tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi. Itulah pengalaman Yakub di Pniel, saat seseorang malaikat bergumul dengan dia. Jadi malaikat itulah yang menjadi wajah Allah bagi dia di sana.

Dalam diri Yesus Kristus kita melihat wajah Allah. “Barangsiapa menyam-but kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku.” (Mat. 10:40). Menyambut adalah menerima, bertemu muka dan bergaul yang memberikan hidup kekal. “Inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal,.” (Yoh. 6:40) Inilah makna baru memandang wajah Allah, yakni Yesus Kristus, yang sudah merobek tirai Bait Suci, agar kita dapat langsung bergaul dengan Allah, dan beroleh hidup kekal. Mari, pandanglah wajah Yesus. Amin.