running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Minggu, 30 April 2017

PERJALANAN KE EMMAUS YANG MENCELIKKAN" Renungan Minggu Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

PERJALANAN KE EMMAUS YANG MENCELIKKAN (Luk. 24:13-35)
Minggu, 30 April 2017

Yesus menampakkan diri berulang-ulang selama 40 hari, begitu dicatat oleh Lukas (Kis. 1:3), untuk membuktikan bahwa Ia hidup.
Boleh dikatakan 40 hari waktu yang cukup lama untuk belajar tentang kebangkitan, sebab kebangkitan adalah cerita baru, fakta ilahi di kehidupan dunia(wi). Bagaimana mungkin?, begitu bergolak di hati murid, juga di hati kita. Itu yang mereka percakapkan di jalan menuju Emaus. Lalu Yesus menghampiri dan berjalan bersama mereka (ayat 15). Cerita sederhana kan? Ada orang berjalan, ada obrolan, dan ada yang bergabung!

(1) Pertanyaan Yesus memecah kemuraman tetapi awal pencerahan. Ini pertanyaan ilahi seperti Allah bertanya kepada Adam, di manakah engkau? Seorang murid heran karena ada orang yang tidak tahu peristiwa yang baru saja terjadi (bangkitnya Yesus). Mereka juga heran mengapa seorang "nabi yang berkuasa" disalibkan oleh para imam (ay 17-20). Seorang pahlawan pembebasan yang perkasa mengecewakan mereka. Di sini cara berpikir manusia dikecewakan oleh cara berpikir Allah: Yesus, Mesias harus menderita untuk masuk ke dalam kemuliaan (ay 25-26). 

(2) Jangan bodoh! Orang yang tidak mengerti tentang kebangkitan disebut orang BODOH (ay 25). Tuhan membutuhkan orang cerdas agar mampu memahami tindakanNya. Lalu Yesus menjelaskan, mengajar mereka. Kita juga harus belajar agar jangan jadi BODOH. Orang bodoh akan sulit mengerti tentang perubahan/perkembangan, dan cenderung menyalahkan Tuhan. Pengertian lahir karena pengajaran. Apakah kita sudah maksimal belajar?

(3) Setelah Yesus memasuki rumah atas undangan para murid, kembali Ia mengajar, jamuan di Israel salah satu media pengajaran, disebut "table talk" (ay 30-31).

(4) Sesudah perjumpaan dengan Yesus mereka meceritakan perjumpaan itu. Mereka menjadi pencerita (the story tellers) yang mengerti pokok soal dan  inti kebangkitan! Mereka telah berubah: dari muram menjadi ceria, dicerahkan! Sungguh, kasih karunia-Nya memenuhi bumi, Miserikordias Domini. Amin.

Sabtu, 29 April 2017

"DOA UNTUK PEMBERITAAN INJIL" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

DOA UNTUK PEMBERITAAN INJIL


Kolose 4:3, "Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus, yang karenanya aku dipenjarakan".

Satu misteri yang sangat menarik dari hidup Paulus adalah terletak pada prinsipnya dalam pelayanan: Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. (baca Fil 1:21). Kedua hal ini ( hidup dan mati) membuat dia orang yang sangat tidak terbeban menjalani hidupnya. Hidup dan mati adalah kebahagiaan. Itulah sebabnya Paulus bekata: "karena aku hidup bukan lagi aku sendiri yang hidup tetapi Kristus yang hidup di dalam Aku" (Gal 2:20). Jadi apa yang terjadi dalam hidup ini sepenunhnya diperuntukkan untuk Kristus. Hidup demikian menjadikan Paulus sepenuhnya mempersembahakan hidupnya untuk memberitakan Injil sampai ke ujung bumi. Bagi Paulus Injil harus di beritakan sampai ke ujung bumi sebelum Kristus datang dalam kemuliaan. Makanya tak ada waktu baginya untuk berlama-lama tinggal di suatu kota, dia berlari dari desa ke deaa dan dari satu kota ke kota lain agar missinya selesai sebelum kedatangan Kristus. Apapun yang terjadi dalam pemberitaan Injil, Paulus tidak takut dan khawatir, baik itu pengejaran, penganiayaan, penjara dan disesah dan penderitaan lainnya.  Hal terpenting bagi Paulus adalah Injil harus diberitakan sampai ke ujung dunia. Kalau pun dia mati itu adalah keuntungan karena melalui kematian dia akan dimuliakan: hidup bersama dengan Allah dalam kehidupan kekal.

Atas prinsip hidup demikian, maka inilah permohonannya bagi seluruh jemaat: Berdoalah untuk pelayanan Pemberitaan Injil. Jemaat diharapkan Paulus mendukung pelayanannya melalui doa agar dia diberi kekuatan untuk memberitakan rahasia Kristus sampai ke ujung bumi. Kekuatan doa jemaat sangat berarti bagi tugas pelayanan Paulus. Kesediaan berdoa bagi jemaat untuk pelayanan Paulus tentu sangat penting. Membina hubungan atau komunikasi kepada Allah. Jika jemaat rutin dalam doa tentu hubungannya dengan Allah juga akan baik. Hal ini akan meningkatkan spiritualitas jemaat. Kemudian, jika kita berdoa untuk pemberitaan Injil, kita sudah turut ambil bagian dalam misi pemberitaan Injil itu.

Berdoalah untuk pemberitaan Injil, mendoakan hamba Tuhan dan pelayanannya. Banyak asumsi di kalangan jemaat bahwa hamba Tuhan atau pelayan adalah khususnya untuk melayani dan mendoakan jemaat. Maka doa adalah urusan hamba Tuhan.  Itu benar dan hamba Tuhan pasti telah berdoa untuk jemaat dan pelayannnya. Renungan pagi ini menyapa kita agar jemaat berdoa untuk pelayanan hamba Tuhan, agar mereka diberikan kekuatan seperti Paulus yang mempersembahkan hidupnya sepenuhnya untuk memberitakan Kristus. Di beberapa gereja telah ada tim doa yang mendoakan hamba Tuhan dan program gerejanya. Hal seperti ini sangat bagus sehingga hamba Tuhan dan setiap pelayanannya dan program gereja benar-benar untuk kemuliaan Allah. Amin.

Jumat, 28 April 2017

"NEBUKADNEZAR TAKJUB" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

NEBUKADNEZAR TAKJUB:
Daniel DKK Tak Terbakar Oleh Api

Daniel 3:28, "Berkatalah Nebukadnezar: 'Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah mana pun kecuali Allah mereka".

Kisah Daniel dan kawan-kawan (Sadrak, Mesak dan Abednego) dalam pemerintahan Nebukadnezar menjadi inspirasi yang kuat, yang menyalakan motivasi bahwa sehebat apapun tantangan akan ada jalan keluar. Sehebat apapun sikon yang memenjarakan kita tak berkutik,  tetaplah berpengharapan bahwa situasi akan bisa berubah. Jangan larut pada keadaan, tetapi tetaplah setia dan beribadah kepada Tuhan. Esok akan ada perubahan.

Kaum Yehuda terbuang ke Babel di bawah pemerintahan Nebukadnezar. Selain diperbudak, kehidupan mereka sangat tertekan dan menderita. Bukan hanya derita fisik namun juga penderitaan rohani (spiritual) karena pemerintah melarang mereka beribadah dan memaksa untuk sujud pada patung dewa emas. Namun dalam penderitaan itu ada hikmat yang memotivasi bahwa Tuhan tidak membiarkan umatNya mengalami penderitaan itu sendirian, tetapi Dia ada dan hadir, menolong dan membebaskan hambaNya. Sadrak, Mesak dan Abednego: tiga orang Yahudi yang cakap yang lulus seleksi penetapan pegawai istana Nebukadnezaar. Mereka di istana cakap dan pandai, kepintaran mereka melebihi dari rata-rata. Kehidupan religious mereka taat dan setia kepada Allah Israel. Di istana rupanya ada persaingan dan  melihat ada titik lemah Daniel dkk: setiap kepada Allah dan tidak mau menyembah dewa yang diagungkan Raja Babel tersebut. Atas hal inilah ide untuk menjebak Daniel dkk sangat mantap dan jitu, yaitu dengan menetapkan titah raja agar  sujud dan menyembah patung emas yang dipuja dan disembah raja. Barang siapa yang tidak melakukan titah ini akan dihukum mati dengan dibakar hidup-hidup di perapian yang menyala-nyala.

Daniel dkk setia kepada Allah Israel dan tak mau sujud pada patung dewa emas buatan tangan itu. Hal ini membuat Nebukadnezar murka terhadap Daniel dkk dan memerintakan untuk di eksekusi.  Maka Daniel dkk pun dieksekusi untuk dibakar hidup-hidup. Mereka digiring dan dicampakkan ke perapian itu, dan karena sedemikian panasnya api itu orang yang ditugaskan mencampakkan mereka ke perapian mati terbakar, namun Daniel dkk tidak terbakar, sehelai rambut pun tak dimakan oleh api. Hal ini membuat Nebukadnezaar takjub dan luar biasa.  Tuhan menjaga mereka dan kejadian  itu disaksikan oleh raja Nebukadnezar sendiri: mereka yang tiga orang dicampakkan ke perapian menjadi empat. Tuhan mendampingi dan menemani hambaNya dalam penderitaan.

Atas kejadian itulah Nebukadnezar spontan memuji dan memuliakan Allah Israel: Allah yang disembah Daniel dkk.  Bukan  hanya memuji Allah tetapi Nebukadnezar menerbitkan titah baru yaitu kebebasan beribadah bagi Yahudi di Babelonia. Barang siapa yang menghina Allah yang disembah Daniel dkk akan dipenggal kepalanya dan rumahnya dirobohkan. Itulah hukum yang berat bagi kaum yang melanggar kebebasan beragama di Babilonia. Kaum Yahudi yang selama ini tertekan dan mengalami himpitan kebebasan beribadah akhirnya mendapatkan kebebasan. Daniel dkk mendapat promosi jabatan yang lebih tinggi di Istana Nebukadnezar.

Renungan harian ini menjadi inspirasi bagi kita: sehebat apapun kebencian orang yang hendak melihat kejatuhan kita tetaplah setia,  Tuhan tidak membiarkan orang percaya menjalani penderitaan itu sendirian, namun Dia ada dan hadir memberi pertolongan. Sebab kuasa Tuhan jauh lebih hebat dari kehebatan kejahatan. Amin.

Kamis, 27 April 2017

"KECIL YANG BERTUMBUH" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KECIL YANG BERTUMBUH

Lukas 13:19, “Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya."

Pohon sesawi di sini berbeda dengan di Palestina. Sesawi serumpun sayuran atau palawija yang tumbuh dengan ukuran kira-kira 25 cm. Di Palestina, "sesawi" dinamai Brassica nigra atau black mustard (Inggris), pohon tahunan yang tumbuh sampai 5 meter. Acap dipandang tumbuhan liar, tapi bila benihnya ditaburkan akan segera bertumbuh dengan pesat.

Yesus bisa saja memilih jenis pohon besar lain menggambarkan pertumbuhan iman dari bagian terkecil. Tapi tumbuhan sesawi lebih menunjukkan, walau jangkauan pelayanan Yesus nampak kecil di Palestina, namun pelayanan itu akan bertumbuh dan berkembang menjadi besar, tak terbendung, karena pelayanan itu berakar teguh, sehingga padaNya ada hidup, perlindungan, kemurahan dan damai. Inilah pertubuhan yang melampaui imajinasi (Lukas 13:19)

Kita terkesan kepada kehebatan, kebesaran, kekayaan seseorang atau organisasi; biji sesawi menyadarkan kita bahwa kumpulan kecil bisa menjadi besar, berkat, memberi makan, dan melindungi mereka yang dimarjinalkan. Pertumbuhan dahsyat dan menakjubkan ini dinampakkan jemaat Allah yang secara individu maupun kelompok adalah kumpulan kecil, miskin, tidak terpelajar, tidak bangsawan dan hanya sedikit pengikut awal, tetapi mereka dihidupi dan disupport oleh anugerah berkat Tuhan. Mereka adalah petani, nelayan, pemungut cukai, dan miskin yang dirawat Yesus si tukang kayu, menjadi pribadi yang tangguh serta mampu mengasihi dunia. Studi demografis dari 200 negara menunjukkan tahun 2010 terdapat 2,28 milyar orang Kristen di seluruh dunia, sepertiga dari total 6,9 milyar manusia.

Menjadi besar dan sukses, memerlukan strategi dan cara pergerakan yang memakai orang bijak, pintar, handal dan warga terampil, kaya dan hebat; tapi Gereja tidak ditopang jaminan seperti itu. Kuasa Yesus dan iman pasti bertumbuh dahsyat jika menyadari kekecilan dan keterbatasannya. Memang kondisi Yesus yang sederhana acap membuat dunia gagal mempercayaiNya sebagai Mesias. Saat Yesus berkhotbah di kampung-Nya, ia ditolak: “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon?..” (Markus 6:3). Mereka kecewa akan kesederhanaan Yesus. Kegagalan paham ini karena dunia menggunakan logika dan karakter dasarnya. Amin.

Rabu, 26 April 2017

"TUHAN DAN PENDERITAAN" Renungan Harian Pdt.Lucius Pasaribu, S.Th

TUHAN DAN PENDERITAAN

Mazmur 71:20, "Engkau yang telah membuat aku mengalami banyak kesusahan dan malapetaka, Engkau akan menghidupkan aku kembali, dan dari samudera raya bumi Engkau akan menaikkan aku kembali".

"God is Pain", Allah itu adalah penderitaan, demikian tulisan Kosuke Koyama seorang Theolog Asia dari Jepang dalam memahami penderitaan atau theologi krusis di Asia. Penderitaan adalah bahagian dari kehidupan orang beriman. Allah turut hadir dalam penderitaan manusia, Dia ada dalam penderitaan umat manusia, dan penderitaan itu adalah Allah sendiri. Puncak kehadiran Allah dalam penderitaan itu ada pada peristiwa salib. Dia menderita bahkan hingga mati di kayu salib. Allah tidak membiarkan manusia mengalami sendiri penderitaannya, tetapi Ia telah memasuki pengalaman sejarah manusia dan  menjadikan penderitaan itu untuk menyelamatkan manusia. Pandangan ini digali dari makna yang terdalam dari teologi kitab Keluaran: Aku telah memperhatikan dengan sungguh-sungguh kesengsaraan umatKu (Kel 3:4). Allah sendiri akan menuntun umatNya keluar dari kesengsaraan.

Mengapa penting memaknai penderitaan? Sebagaimana dalam mazmur ini bahwa Tuhan sendiri telah memperlihatkan banyak kesulitan dan malapetaka dalam hidupnya. Allah seolah membiarkan itu semua terjadi dalam pengalaman hidup orang beriman, namun penderitaan itu tidak akan menenggelamkan hidup orang beriman; Tuhan sendiri akan mengangkatnya. Allah tidak tinggal diam, tetapi Dia ada bersama kita dalam berbagai kesengsaraan. Allah tidak bekerja dalam kebahagaiaan saja, tetapi dalam segala keadaan; bahagia dan derita sama-sama diciptakan untuk menempa kehidupan orang beriman. Pesan ini sangat penting agar manusia dapat menjalani masa-masa sulit dengan penuh kesetiaan.

Penderitaan adalah bahagian dari kehidupan yang harus dialami orang beriman. Paulus sendiri memaknai penderitaan itu adalah bahagian dari proses penempaan karakter orang beriman hingga tahan uji.  Roma 5:3-4 "Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,
dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan"

Apa makna dari renungan hari ini? Penderitaan adalah bahagian dari kehidupan ini. Semakin besar penderitaan, kesengsaraan dan malapetaka yang kita alami semakin besar pula kita mengalami kuasa Tuhan yang menolong dan mengangkat kehidupan kita. Amin.

Selasa, 25 April 2017

"AKULAH PINTU" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

AKULAH PINTU

Yohanes 10:9, “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.”

PINTU adalah bukaan pada dinding bangunan yang memudahkan sirkulasi antarruang yang dilingkupi oleh dinding itu. Pintu dibuat pada bangunan: rumah, kandang, kendaraan, perabotan, dll. Biasanya terbuat dari kayu, aluminium, besi dan plastic PVC. Semakin kuat bahan pintu dan dipasangkan dengan benar, akan menjamin manfaat pintu, untuk menutup dan membuka akses. Penyebutan istilah ini bagi Yesus, bukan hal asing, sebab sejak remaja umur 13 tahun, Yesus anak Yusuf si tukang kayu juga tukang kayu tahu persis hal itu, dikaitkan dengan kandang dan gembala.

Bagi pendengar Yesus, penyataan “Akulah Pintu” dengan mudah dipahami bawa tiap orang yang masuk (ke dalam Kerajaan Allah) melalui diriNya akan digembalakan dengan "selamat". Mereka akan memperoleh hidup kekal berkelimpahan (Yohanes 10:10), memiliki semua yang diperlukan untuk dibebaskan dari dosa dan hukuman. Yesus adalah satu-satunya pintu keselamatan, tidak ada yang lain (Kisah 4:12). Pernyataan itu, makin mudah dipahami dengan berikut ini: “Akulah Gembala Yang Baik”, Yesus menyatakan DiriNya gembala baik yang dijanjikan. Dialah Tuhan, Gembala yang menjamin hidup kita, takkan kekurangan (Mazmur 23:1). Cara penggembalaanNya mengingatkan umat akan pengajaran Yesaya, bahwa seorang gembala menggembalakan sendiri kawanan ternak-Nya dengan tangan-Nya, menghimpunkan, memangku dan menuntun dengan hati-hati dan kasih sayang (Yesaya 40:11). Di zaman Yehezkiel, Daud, hamba Tuhan ditunjuk akan menggembalakan seluruh bangsa menjadi satu gembalanya. (Yehezkiel 34:23). Itulah tifologi (tanda yang menunjuk) kepada Yesus, Anak Daud, Gembala Agung.

Tuhan telah mengirimkan para gembala bagi kita, di aneka bidang kehidupan: pemerintahan, masyarakat, perusahaan, keluarga dan gereja. Mereka pemimpin formal atau non-formal, dengan nama jabatan atau tanpa jabatan. Banyak dari mereka, seperti gembala sidang yang melayani hanya untuk mencari nafkah, kehormatan dan gembala upahan (Yohanes 10:12-13). Mereka melakukan tugasnya untuk diri sendiri, memperkaya diri dengan merampok hak hidup dan rezeki orang yang dipimpinnya. Namun Gembala sejati adalah PINTU yang membuka akses kehidupan bagi anggotanya untuk hidup sejahtera dan terberkati. Dialah jugalah yang melindungi orang yang dipimpinnya dengan baik.

Dalam keluarga dan gereja, hendaknya “Yesus sebagai Pintu” menjadi keyakinan dan tata-laku yang melihat Yesus sebagai akses untuk berkat dan keselamatan. Mari lebih menyandarkan hidup masakini dan masadepan kita yang kekal dalam Dia, sebab Yesus menjamin hidup yang berkelimpahan. Amin.

Senin, 24 April 2017

"MUSUH MALU TERDIAM" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MUSUH MALU TERDIAM

Mazmur 40:15, "Biarlah terdiam karena malu mereka yang mengatai aku: "Syukur, syukur!"

Mungkin semua kita mengenal kisah Bawang Putih dan Bawang Merah, cerita rakyat yang memberikan pelajaran moral yang sangat berharga di mana kebaikan akan selalu menang melawan kejahatan. Dalam kisah ini diceritakan pertarungan orang yang baik hati dan orang yang jahat. Bawang Putih orang yang baik hati, tulus dan berbakti, sebaliknya Bawang Merah selalu merencanakan kejahatan dan mencelakai Bawang Putih. Bawang Putih menderita dan sering berderai air mata karena perbuatan jahat Bawang Merah. Namun semuanya dapat berlalu. Dalamnya pendidikan moral di cerita Bawang Putih dan Bawang Merah telah digarap lewat sinetron.

Cerita rakyat ini mengingatkan kita akan realitas dunia sekitar kita, dimana hidup ini adalah perlawanan keduanya: si baik hati versus orang fasik. Orang fasik selalu menginginkan kejatuhan orang yang baik hati; berbagai propaganda dan provokasi dilakukan untuk mencelakai dan menjatuhkan orang yang berhati baik. Namun apapun ceritanya kebaikan akan selalu menang. Cepat atau lambat kebaikan selalu akan menang melawan kejahatan.

Daud dalam Mazmur 40 ini menyampaikan doa dan syukur atas segala perbuatan Tuhan dalam hidupnya. Doa orang yang menaruh pengharapan akan Tuhan atas segala kejahatan yang mengelilinginya.

Ibarat seseorang yang telah dikepung, tidak ada jalan untuk menyelamatkan diri, demikian dia terperangkap dalam jebakan musuh. Di depan sudah di tunggu, dari belakang dikejar dan dari samping kiri-kanan sudah dijaga ketat. Musuh-musuhnya akan segera bersuka cita karena celaka yang menimpanya. Namun apakah yang terjadi? Pengalaman Daud dalam berbagai pengejaran Saul membuktikan selalu ada pertolongan Tuhan yang luar biasa menyelamatkan hidupnya. Tuhan tidak membiarkan musuhnya bersorak-sorai karena celaka yang menimpa orang benar, namun sebaliknya akan terdiam dan tersungkur malu karena keselamatan selalu menjagai orang yang menaruh pengharapan kepada Tuhan.

Hidup Daud menjadi kesaksian yang menguatkan kita bahwa orang yang baik hati dan yang selalu menaruh pengharapan kepada Tuhan akan menang dalam pergumulan hidupnya. Jangan berputus asa jika semuanya harus dijalani dan disekitar kita banyak orang yang menginginkan kita jatuh. Tetaplah berdoa dan bersyukur atas segala keadaan. Tuhan akan menolong dan takkan membiarkan kita jatuh. Namun harus kita sadari bahwa pertolongan Tuhan bukan seperti tindakan super hero sebagaimana dalam film dan fiksi-fiksi. Butuh proses, kadang harus menderita dan berderai air mata, bergumul namun akhir perjalanannya akan meraih kemenangan. Amin.

Minggu, 23 April 2017

"DIALAH JALAN KEHIDUPAN" Renungan Khotbah Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

DIALAH JALAN KEHIDUPAN
Ev : Mazmur 16: 1-11

Minggu pertama setelah Perayaan Paskah disebut dengan nama Quasimodegeniti, berarti seperti bayi yang haus akan susu murni. Bayi yang baru lahir tentu tergantung sepenuhnya dari ibunya. Demikianlah orang percaya yang baru diseberangkan dari kematian kepada hidup baru melalui kebangkitan Kristus tergantung sepenuhnya kepada Allah.

Sejalan dengan itu kotbah minggu ini merupakan ungkapan pemazmur (Daud) yang menyerahkan hidupnya sepenuhnya dalam penjagaan dan pemeliharaan Tuhan.  Sejujurnya Daud menyampaikan tiada kebaikan dan kebahagiaan dalam hidup ini selain dari pada Allah. Dia telah menyaksikan sendiri kehidupan orang lain bahwa begitu mulia dan membanggakan hidup orang kudus yang selalu setia kepada Allah, dan sebaliknya begitu fananya kehidupan orang yang meninggalkan Tuhan. Hidup mereka yang meninggalkan Tuhan hanya menambah kesedihan dan kengerian. Namun begitu bahagia dan indahnya kehidupan orang kudus yang menyerahkan hidupnya kepada Tuhan, karena Tuhan menetapkan bahagian yang terbaik baginya.  Bagi Daud tiada kebaikan dan kebahagiaan selain dari pada Tuhan.

Tuhan meberikan penetapan terbaik menjadi warisan Daud sebagai milik pusaka. Ungkapan ini muncul mengingatkan pemahaman Israel akan warisan tanah. Bagi orang Israel warisan tanah adalah pusaka pemberian Allah. Yosua memimpin pembagian warisan tanah Kanaan kepada kepada suku-suku Israel lewat undi dan kemudian diukur dengan tali pengukur. Dengan cara yang sama demikian ditetapkan pembagian warisan bagi setiap suku-suku dan keluarga Israel. Tidak ada orang yang berhak memilih ini dan itu menjadi bagiannya, tetapi melalui undi dan mereka percaya bahwa Tuhan sendirilah yang menetapkan tanah yang terbaik, tersubur dan paling lunak untuk diolah. Tanah yang permai dan paling subur sukacita Israel, demikianlah Daud merasakan begitu bahagianya mengikuti jalan Tuhan. Atas semua kebaikan Tuhan Daud memuji dan memuliakan Tuhan.

Dalam setiap perjalanan hidup tentu tidak semuanya mulus, ada saja duka dan air mata bahkan berhadapan dengan orang-orang yang tidak menghendaki kita bahagia (sms= susah melihat orang senang atau senang melihat kita susah). Ada saja tantangan dan hambatan. Orang yang mengikuti jalan Tuhan tidak terlepas dari iri dan kebencian orang lain. Daud menyampaikan bahwa sehebat apapun usaha orang yang membeci jalan orang yang mengikuti Tuhan, Tuhan tidak akan membiarkan orang-orang yang dikasihiNya jatuh dan binasa. Sehebat apapun propaganda dan provokasi yang dilakukan untuk menjatuhkan anak-anak Tuhan, Tuhan menolong dan memberikan ketenteraman bagi setiap orang yang mengikuti jalanNya. Dunia orang mati takkan menelan orang-orang yang dikasihi Tuhan. Yesus sendiri telah mengalahkan maut melalui kebangkitanNya. Inilah jaminan yang sangat meneguhkan hati kita dari kotbah minggu ini.

Berjalan di jalan Tuhan berarti menempatkan Tuhan di depan dan di sebelah kanan kita. Di depan berarti Tuhan merintis dan penyedia masa depan indah dan cerah. Menempatkan Tuhan disebelah kanan berarti Tuhan penjaga dan pelindung dalam hidup. Dia selalu beserta kita kemanapun kita berjalan; Dia di sebelah kanan kita yang selalu berkenan melindungi dan menjaga. Berjalan di jalan Tuhan akan membawa kita kepada sukacita dan kebahagiaan. Amin.

Sabtu, 22 April 2017

"MEMIKUL KEMARAHAN TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"MEMIKUL KEMARAHAN TUHAN"

Mikha 7:9, "Aku akan memikul kemarahan TUHAN, sebab aku telah berdosa kepada-Nya, sampai Ia memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku, membawa aku ke dalam terang, sehingga aku mengalami keadilan-Nya".

Satu kritik nabi Mikha terhadap umat Allah adalah bagaimana kita menuntut Tuhan melakukan keadilan bagi kita, padahal kita sendiri meninggalkanNya? Mikha yang hidup di jaman Hizkia memiliki pandangan yang sama dengan nabi Amos dan Yesaya bahwa Tuhan akan memakai bangsa asing untuk menghukum umat Allah. Sekalipun Mikha adalah orang desa, namun sangat paham akan keadaan umat Allah dalam pemerintahan Hizkia, korupsi dan kealpaan pemimpin sebagai gembala. Baik imam dan raja bukan lagi sebagai gembala yang membawa kesejahteraan, perlindungan dan keamanan umat Allah. Atas realitas sosial inilah nabi Mikha menyampaikan bahwa Tuhan akan memghukum Yehuda melalui bangsa asing. Hukuman inilah yang disebut Mika dengan: memikul kemarahan Tuhan.

Seperti orang tua yang mengajari anaknya, marah atas perbuatan dan sikap yang tidak baik dari anak dapat diberi hukuman lewat berbagai cara: tidak memberi jajan atau mungkin harus kerja ekstra. Semua itu dilakukan agar anaknya menyadari kesalahannya dan tak berbuat kesalahan yang sama ke depan. Demikian Tuhan membimbing umatNya, marah atas semua dosa dan pelanggaran umat. Inilah yang disebut Mikha: umat Allah akan memikul kemarahan Tuhan.

Memikul kemarahan Tuhan. Kita tahu Allah itu maha baik dan bahkan amat baik, pengasih dan penyayang. Tuhan tidak membalaskan kejahatan kita, namun panjang sabar dan menunggu berbalik. Namun Tuhan itu juga adalah pemarah. Dia akan murka atas sikap dan perbuatan setiap orang yang loba dan melupakan Tuhan.  Tidak ada yang sanggup berdiri menghadapi kemarahan Tuhan. KemarahanNya seperti api yang menghanguskan dan sekejap mengubahnya menjadi debu.

Desakan bangsa asing sudah semakin terasa, Samaria telah jatuh ke tangan Assyur, Yehuda akan segera menyusul. Babelonia menjadi ancaman yang menakutkan. Dari mana akan datang pertolongan? Mengharapkan Tuhan menegakkan keadilan dan kebenaran wajar saja. Namun bagi nabi Mikha pertolongan Tuhan akan datang, keadilan akan ditegakkan atas musuh-musuhNya, tapi setelah menanggung kemarahan Tuhan. Umat akan menanggung kemarahan Tuhan lewat pembuangan Babel. Namun pembuangan bukan akhir dari segalanya. KasihNya akan datang untuk memulihkan, tetapi umat harus merasakan pelajaran dan ganjaran atas pelanggaran selama ini. Kasih Allah lebih besar dari amarahNya.

Inilah yang sangat perlu kita refleksikan dalam hidup ini. Bagaimana kita menikmati anugerah dan pengampunan, tetapi mengabaikan hukuman atas pelanggaran. Kita harus menyadari sepenuhnya bahwa Tuhan akan murka atas setiap dosa dan pelanggaran. Namun pengampunan selalu terbuka di hadapan Allah. AmarahNya akan dosa dan pelanggaran, hal ini mendorong kita agar semakin takut akan Tuhan. Amin.

Jumat, 21 April 2017

"DITINDAS NAMUN TAK DITINGGALKAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"DITINDAS NAMUN TAK DITINGGALKAN"

2 Korintus 4:9,  "Kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa"

Masih ingat cerita Daniel dilemparkan ke tungku api yang menyala-nyala tapi tidak terbakar? Orang yang mencampakkannya ke tungku api sudah mati terbakar karena panasnya namun Daniel tak sehelai rambut pun terbakar, dan anehnya menurut penglihatan raja Nebukadnezar mereka menjadi empat orang. Bukankah mereka dicampakkan tiga namun mengapa mereka jadi empat?  Tuhan menyertai mereka dalam penganiayaan. Tuhan tidak membiarkan hambaNya sendirian dalam menjalani semua penganiayaan.

Hal serupa yang dirasakan oleh Paulus dan rekan sekerjanya dalam memberitakan Injil. Begitu banyak tantangan yang mereka hadapi seolah kesusahan dan penderitaan saja. Dikejar-kejar dan dianiaya penguasa, sering ditangkap dan dipenjarakan. Mereka menghadapi propoganda dari kalangan orang yang tidak menghendaki Injil diberitakan, dibenci kalangan Yahudi dan banyak lagi sungut-sungut dan permasalahan dari jemaat hasil pekabaran Injil. Lain lagi taruhan nyawa dalam perjalanan: binatang yang ganas, perompak dan badai yang menghantam perahu mereka ketika berlayar dan terdampar ditempat yang tidak mereka ketahui. Namun dalam semua itu Paulus merasakan pertolongan Tuhan. Bahkan dalam setiap kesulitan Paulus berkesempatan berbuat baik bagi orang lain. Tuhan tidak membiarkan sendiri, Tuhan itu ada setiap saat menolong mereka dari berbagai penderitaan, sebagaimana disebut di 2 Kor. 4:8-10.

Rencana Tuhan memang selalu di luar pikiran manusia. Dalam semua pengalaman yang dialami sendiri menjadi kekayaan bagi Paulus memberitakan Injil. Semua yang dialaminya menjadi kesaksian berharga membuat orang semakin percaya kepada Injil yang diberitakan oleh Paulus dimana dia melayani. Allah menjadikan tantangan bukan mempersulit Paulus, namun melatihnya untuk mempermudah orang yakin karena kesaksian dari pengalaman hidupnya langsung.

Banyak kisah para pemberinta Injil yang menghadapi penderitaan, bahkan telah mati martyr namun hidup mereka pastilah tidak sia-sia bahkan menjadi benih kebaikan seperti ungkapan Bapak gereja Tertulianus: darah orang martyr adalah benih gereja. Di tanah Batak misalnya penginjil Munson dan Lyman harus mati martyr namun tak membuat missionaris takut datang ke tanah Batak.  Nommensen dkk datang memberitakan Injil dan banyak orang Batak percaya kepada Injil Yesus Kristus. Demikian dengan daerah-daerah lainnya. Kesulitan yang mereka hadapi bukanlah menjadi penghalang dalam Pekabaran Injil, tetapi pengalaman menghadapi kesulitan dan berhasil keluar atas penyertaan dan pertolongan Tuhan menjadi kesaksian berharga. Sehingga setiap orang yang mendengarkan kesaksian hidup missionaris menjadi bukti nyata.

Firman Tuhan pagi hari ini menyatakan kepada kita bahwa Tuhan tidak membiarkan kita sendirian menghadapi kesusahan. Dia ada  dan melindungi kita dari setiap usaha orang yang mau menjatuhkan kita. Kesulitan atau penderitaan akan menempa kita menjadi pribadi yang sabar, tekun dan tahan uji. Karakter demikian akan memuluskan perjalanan kita ke depan. Amin.

Kamis, 20 April 2017

"BERBALIKLAH, TUHAN AKAN MELEPASKANMU" Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"BERBALIKLAH, TUHAN AKAN MELEPASKANMU"

1 Samuel 7:3, "Lalu berkatalah Samuel kepada seluruh kaum Israel demikian: "Jika kamu berbalik kepada TUHAN dengan segenap hati, maka jauhkanlah para allah asing dan para Asytoret dari tengah-tengahmu dan tujukan hatimu kepada TUHAN dan beribadahlah hanya kepada-Nya; maka Ia akan melepaskan kamu dari tangan orang Filistin."

Keadaan buruk sering membuat orang sadar dari kesalahannya. Sebagai contoh kebiasaan makan yang tidak teratur, setelah mengeluh sakit mag baru menyadari pentingnya makan teratur dan menjaga kesehatan. Ini contoh sederhana dalam hidup kita, keadaan buruk atas jalan hidup yang salah akan merindukan indahnya jalan kehidupan yang baik.

Begitu juga kehidupan umat Israel dalam renungan hari ini. Setelah mereka menetap di Kanaan, Tuhan selalu menjaga kehidupan mereka. Tuhan memberkati mereka dengan  hasil panen dan ternak yang berkelimpahan. Tuhan melindungi mereka ketika musuh datang menekan. Tuhan selalu mengirimkan Hakim, sang pemimpin yang membebaskan mereka dari bangsa asing yang hendak merampas dan merompak mereka. Namun, ancaman kali ini datang dari Filistin, musuh bebuyutan bani Israel setelah menetap di Kanaan. Mereka khawatir sekali karena ancaman kali ini sangat berarti. Mereka pun mengeluh dan berseru-seru kepada Tuhan.

Ketika aman dan menikmati kesejahteraan mereka melupakan Tuhan. Mereka berbalik dari Allah menyembah Baal dan dewi kesuburan yang disebut dengan Asytoret. Dewi yang dianggap dapat memberikan kemakmuran dan kesuburan tanah. Ini suatu pelanggaran umat Allah yang tidak setia kepada Tuhan. Namun ketika terancam baru mereka menyadari pentingnya pertolongan Tuhan. Samuel pun bangkit dan menjawab umatnya: jika mereka berbalik, meninggalkan allah lain dan beribadah hanya kepada Allah, Dia akan melepaskan mereka. Dewi Asytoret bukanlah pemberi kemakmuran dan kesuburan, berkat hanya ada pada Tuhan semesta alam yang menciptakan langit dan bumi.

Di sinilah kelebihan Samuel sebagai imam dan pemimpin atas mereka. Dia sangat berwibawa menasihatkan dan menegor kesalahan umatNya. Jalan satu-satunya melepaskan diri dari ancaman Filistin adalah bertobat. Samuel mengumpulkan seluruh umat Israel dan mengajak agar meninggalkan ilah lain. Mereka pun mendengarkan Samuel, mereka berbalik kepada Allah dan beribadah kepadaNya.  Dalam kisah berikutnya diceritakan Israel berhasil memukul dan mengalahkan Filistin. Mereka pun menikmati kehidupan yang aman dari musuh dan menikmati kesejahteraan di tanah perjanjian.

Tuhan setia pada janjiNya, kitalah yang sering ingkar kepadaNya. Tuhan tetap bersabar dan berkenan melepaskan kita dari dampak buruk kehidupan kita yang meninggalkan Tuhan.  Bertobat dan berbaliklah kepadaNya, maka Ia akan melepaskan kita dari beban dan pergumulan berat. Amin.

Rabu, 19 April 2017

"SPIRIT KEBANGKITAN KRISTUS" Renungan Harian Pdt.Lucius Pasaribu, S.Th

SPIRIT KEBANGKITAN KRISTUS

Kolose 3:1, "Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah".

Apakah itu spirit kebangkitan? Spirit kebangkitan adalah semangat baru para murid yang menerima berita kebangkitan Kristus. Jika kita membaca berita Injil, murid-murid berlari memberitakan bahwa kubur telah kosong, Kristus telah bangkit. Bukan hanya itu, Yesus menampakkan diri kepada murid-murid, orang banyak bahwa Dia sungguh bangkit sebagaimana dikatakanNya. Kebangkitan Kristus sungguh-sungguh membuktikan kebenaran bahwa apa yang dikatakan oleh Yesus benar adanya.

Apakah makna kebangkitan itu? Paulus dalam renungan hari ini memberikan suatu pencerahan bahwa  kebangkitan Kristus merupakan kebangkitan kita juga. Kristus buah sulung dari kebangkitan, maka sama seperti Kristus kita akan dibangkitkan pula. Kematian bukanlah akhir dari segala-galanya bagi manusia, sekalipun kita harus mati karena tubuh jasmani, namun tubuh jasmani ini akan dibangkitkan dalam tubuh rohani mewarisi kehidupan kekal. Kematian Kristus telah menyeberangkan kita kepada kehidupan kekal.

Kebangkitan Kristus menjadi garansi (jaminan) bagi kita memperoleh kehidupan kekal. Maka spirit kebangkitan adalah pencerahan budi. Pencerahan dimaksud adalah menjadi orang yang memikirkan perkara diatas. Apa itu perkara diatas? Yaitu Yesus Kristus yang bangkit, naik ke sorga duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Memikirkan perkara diatas adalah memikirkan kehendak Allah dan mewujudkannya dalam kehidupan kini. Sebagaimana doa yang diajarkan Tuhan Yesus: jadilah kehendakMu di bumi seperti di Sorga. Kehendak Allah yang di  sorga diturunkan dalam aktifitas kita, kehendak Allah yang sorgawi membumi dalam perkataan, perbuatan dan tindakan orang-orang percaya. Inilah misi baru dalam spirit kebangkitan Kristus bahwa orang percaya membumikan Kehendak Allah, yaitu: kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Roh (Rom 14:17).

Memikirkan perkara diatas bukanlah seperti paham pietisme yang mebenci dan meninggalkan dunia. Pietisme seolah kepala di sorga namun kaki dan tangannya di bumi. Pietisme cenderung menjauhi dunia dan hendak meninggalkan dunia. Paulus dalam renungan di pagi ini memikirkan perkara diatas adalah membumikan kehendak Allah dalam aktifitas kita sehari-hari yang penuh kebenaran, damai sejahtera dan suka cita.

Kiranya Tuhan Yesus Kristus memberikan kekuatan bagi kita melakukan firmanNya. Amin.

Selasa, 18 April 2017

"DALAM MUJUR DAN MALANG INGAT TUHAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"DALAM MUJUR DAN MALANG INGAT TUHAN"

Pengkhotbah 7:14, "Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang ini pun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya".

Setiap orang pasti menghendaki kemujuran dan bahagia dalam hidupnya. Namun siapa sangka dalam berharap kebaikan justru malang yang terjadi? Bahagia adalah pemberian Tuhan dan malang pun adalah ketentuanNya. Jika keduanya merupakan ketentuan Tuhan maka tak selamanya keadaan buruk menjadi duka yang harus disesali. Ada kalanya keadaan duka menghantarkan kita kepada nikmatnya karunia Tuhan. Jika malang tiba jangan berputus, bukankah dari batu padas dapat keluar air yang memuaskan dahaga? Tuhan lebih tahu apa yang terbaik bagi kita. Dalam kemujuran dan kemalangan keduanya mengingatkan kita kepada Tuhan. Keduanya adalah bahagian hidup yang harus dijalani. Tidak ada kejadian apapun dalam hidup ini yang tidak diketahui Tuhan, semuanya terjadi atas kehendak Allah.

Ini kelebihan Kitab Pengkotbah bahwa keadaan mujur dan malang bukanlah kehendak manusia, tetapi merupakan kehendakNya. Manusia hanya merencanakan dan menjalani hidupnya, namun masa depan adalah ketentuan Tuhan. Kita sukai atau tidak keadaan yang menimpa hidup ini merupakan realitas yang harus dijalani. Baik dalam suka maupun dalam duka, mujur dan malang, bahagia dan menderita adalah keadaan yang ditentukan Allah. Maka baik ketika mujur maupun ketika duka tetaplah mengingat Tuhan. Manusia hanya menjalani hidupnya, masa depan ditentukan oleh Allah.

"Good or bad" atau mujur dan malang siapa yang tahu? Tuhanlah yang menentukan keduanya dalam hidup ini. Bersyukur di hari mujur, selalu setia dan memohon petunjuk kepada Tuhan di hari-hari kemalangan. Tuhan menentukan keduanya dalam hidup manusia dan tak seorang pun yang dapat menentukan dari keduanya baginya. Ada orang yang menghabiskan waktu, tenaga dan pikirannya sekuat tenaga untuk mendatangkan kemujuran baginya jika Tuhan memberkati bahagialah dia. Namun jika pun malang tiba tetaplah mengingat Tuhan karena itupun bahagian kehidupan yang kita jalani seturut kehendakNya.

Masa depan adalah ketentuan Tuhan! Tugas kita adalah merencanakan apa yang baik, keputusannya ada padaNya. Itulah sebabnya firman berkata: manusia berencana, Tuhanlah yang menentukan. Amin.

Senin, 17 April 2017

SUKACITA MULIA DARI ORANG BERIMAN

SUKACITA MULIA DARI ORANG BERIMAN

1 Petrus 1:8, "Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan".

Siapa yang mau menderita untuk seseorang yang tidak dikenal? Ini suatu keunikan orang beriman yang dilihat oleh rasul Petrus dari gereja mula-mula. Jika para rasul percaya dan memberitakan Yesus yang bangkit adalah saksi mata atas perbuatan ajaib Tuhan Yesus, maka gereja mula-mula percaya hanya karena iman dan kesaksian para rasul. Mereka percaya kepada Yesus Kristus yang telah diutus Allah ke dunia ini untuk menyelamatkan manusia dan dunia ini dari kebinasaan kepada kehidupan kekal. Kristus adalah jalan yang ditentukan oleh Allah untuk menyelamatkan dunia. Barang siapa percaya kepadaNya tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.

Jemaat mula-mula sangat gigih mempertahankan iman, mereka ikut menderita karena Kristus dan dianiaya dalm berbagai cara namun tetap percaya. Sekalipun ada yang dipenjarakan dan martyr: bertarung di gua singa bahkan ada yang dibakar hidup dan dijadikan sebagai obor di jalan. Mereka tidak surut justru semakin dibabat semakin merambat, semakin dihimpit semakin melejit, semakin dikejar semakin tersebar, semakin dianiaya semakin berkobar. Apa yang membuat kegigihan iman jemaat mula-mula? Rasul Petrus menjawab: IMAN dan PENGAHARAPAN KEPADA SUKACITA MULIA yang tidak terkatakan, yang disediakan Allah dalam kerajaanNya.

Apakah sukacita mulia itu? Sukacita mulia adalah kehidupan kekal; menikmati hidup yang dimuliakan berama-sama Kristus di dalam kemuliaan. Hidup di dunia ini adalah fana dan hina, namun hidup kekal adalah hidup yang abadi dan mulia bersama-sama dengan Allah.  Mereka yang menikmati suka cita mulia  itu adalah orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang sekalipun belum mereka lihat namun dipercayai dan dikenal di dalam iman, sebagai jalan keselamatan yang ditentukan oleh Allah. Ibarat asuransi, seseorang ikut dalam asuransi jiwa dan kesehatan; dia melunasi premi dan bayaran bulanan rutin sebagaimana ditentukan. Sepintas apakah kita percaya kepada lembaran kertas bermaterai ini membanyar asuransi jiwa dan klaim asuransi kesehatan? Hanya mereka yang setia melunasi boleh menikmati hasil assuransi. Jika orang percaya oleh lembar2 kertas, lebih dari program assuransi, Yesus telah mengasuransikan kita ikut dalam kehidupan kekal dan telah dimateraikan melalui baptisan. Itulah sukacita yang mulia yang tidak terkatakan dari orang beriman.

Bagi rasul Petrus, penderitaan yang dialami gereja mula-mula ibarat pemurnian emas. Emas murni akan dileburkan dan dituang dalam tuangan yang disediakan. Demikian semua kesusahan yang dialami, menguji iman dan ketangguhan kita apakah setia dalam segala penderitaan. Waktunya akan tiba menikmati kehidupan sorgawi, suka cita yang mulia.

Mari bersyukur atas asuransi atau jaminan keselamatan yang kita miliki di dalam Yesus Kristus. Seperti lagu Fanny B Crosby: Blessed Assurancy. ".....Aku bernyanyi bahagia memuji Yesus selamanya, aku bernyanyi bahagia memuji Yesus selamanya."
Amin.

Minggu, 16 April 2017

"YESUS KRISTUS BANGKIT'

Yesus Kristus bangkit ! Christ is risen !
Ini adalah fakta historis yang tidak bisa dihapus oleh tinta sejarah. Yang dibutuhkan adalah IMAN,  yaitu IMAN KEBANGKITAN. Bukan saja percaya bahwa kebangkitan itu terjadi, namun ia benar-benar hidup dalam kebangkitan. Artinya, suatu kelahiran baru dari manusia lama. Kecenderungan "manusiawi" berubah menjadi "manusia baru". Ada yang BERHARGA dari yang kita perjuangkan. Ada yang BERNILAI dari yang kita tawarkan. Dan ada yang BERMAKNA dari yang kita hidupi. Karena hidup kita sekarang berdasarkan sebuah kehidupan yang DIHIDUPI oleh DIA yang hidup.
Soli Deo Gloria. Amin.

Jumat, 14 April 2017

"PENGAMPUNAN ABADI"

Peristiwa kematian Yesus adalah hal terpenting dalam kekristenan, karena kematianNya merupakan jaminan pengampunan dosa-dosa kita. Yesus mengampuni justru pada saat Ia sedang menderita sengsara di kayu salib. Dari atas kayu salib Dia berkata, "Bapa, ampunilah mereka" (Luk. 23:34). Ia minta agar Bapa mengampuni orang-orang yang menganiayaNya. Yesus mengampuni justru di saat Ia dikecewakan, karena sekarang Ia sedang tidak berada di antara murid-muridNya, tetapi ada di antara penjahat. Orang-orang yang dekat dengan Yesus, bahkan yang pernah Ia tolong telah menyangkali dan meninggalkanNya.

PENGAMPUNAN itu harus lahir dari hati yang menyadari keterbatasan dan kekurangan diri. Yesus sadar bahwa manusia itu sifatnya sangat terbatas. Itulah sebabnya Allah menempatkan orang percaya di tengah duni ini, supaya boleh menjadi BERKAT dan TELADAN hidup yang benar. Bahwa pengampunan harus lahir dari hati yang dekat kepada Tuhan dan mengerti kehendakNya.

Bagi Yesus, satu-satunya jalan untuk pembebasan dari musuh adalah dengan mencintai musuh, berbuat baik kepada orang-orang yang membenci, dan berdoa bagi mereka yang memberikan perlakuan buruk (Luk. 6:27-28). Hukuman salib yang harus ditanggungYesus dan kematian-Nya adalah puncak gerakan anti-kekerasan yg Ia lakukan demi membela rakyat yg ditindas penguasa agama yang berkoalisi-berkonspirasi dengan penguasa politik sezaman-Nya. Salib adalah RISIKO tertinggi yg harus ditanggung Yesus dalam kesetiaan dan konsistensiNya membela rakyat yg diperlakukan tidak adil, dan diperas oleh tangan-tangan kotor penguasa agama dan politik pada zaman itu. Salib adalah KONSEKUENSI logis sikap Yesus dalam kerelaan memberi pipi kiri kepada penampar yg telah menghajar pipi kanan dalam rimba kebuasan manusia. Itulah bentuk perlawanan radikal yg memutus siklus kekerasan dan balas dendam dengan cara membawa perdamaian.

Oleh karena itu, siapapun yg pernah menyakiti, mengecewakan, mengkhianati kita, hendaknya kita AMPUNI. Karena pengampunan itu lahir dari hati yg dekat kepada Tuhan dan yg mengerti kehendakNya. Dan semoga kita bersedia membagikan KASIH kepada sesama yg menderita, karena dengan demikian kita dikenal oleh dunia ini sebagai pengikut Kristus. Kiranya PERTOBATAN kita meruntuhkan benteng pementingan diri yg selama ini membuat jarak antara kita dengan sesama atau dengan warga masyarakat umum. Amin.

"REFLEKSI KHOTBAH JUMAT AGUNG" Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"REFLEKSI KHOTBAH JUMAT AGUNG"
Markus 15: 22-41

Peristiwa Jumat Agung memang memiliki dialektika: di satu sisi kita berkabung atas perlakuan kekerasan, geram melihat siasat kaum ulama Yahudi yang membawa kasus Yesus dalam penistaan agama, dan hukum Pilatus yang mendakwa mati orang yang bersalah ditambah beberapa perlakuan sadis dari khalayak ramai yang menampar, mencambuk, meludahi hingga mengolok-olokan Yesus. Tiga tahap sengsara Yesus di Jumat Agung: Gababatha (peradilan), Via Dolo Rosa (jalan sengsara memikul salib) dan Golgatha (penyaliban). Melihat semua itu tentu kita berkabung dan menghukum diri atas korban yang tak berdosa oleh kekerasan dunia. Namun di sisi lain korban kekerasan dunia bukanlah hanya aspek penderitaan ansih, tapi pengorbanan Yesus di kayu salib adalah jalan yang disediakan oleh Allah untuk menyelamatkan dunia. Di sinilah orang beriman melihat sisi lain dari yang dilihat dunia. Bagi anti Yesus tentu peristiwa Jumat Agung menjadi kemenangan mereka yang menghentikan pelayanan Yesus dalam hidupNya. Namun bagi orang beriman melihat salib sebagai pemenuhan Allah menyelamatakan dunia.

Jumat Agung adalah peristiwa dalam sejarah dunia. Hari ini seluruh dunia mencatat libur untuk mengenang peristiwa salib. Bagi saya peristiwa Jumat Agung ini membawa kita pada refleksi:

1. Hentikan kekerasan!
Ajakan Jumat Agung ini bagi seluruh umat adalah menghentikan kekerasan. Mungkin  Anda seperti saya: sejak memasuki Passion telah banyak menerima pesan lewat medsos gambar dan videoshoot tentang penderitaan Yesus yang berlumuran darah. Tak tahan kita melihatnya karena sadisnya dan kejamnya kekerasan yang dibebankan pada Yesus. Inilah kekerasan kekejaman dunia ini. Yesus telah menjadi korban kekerasan, dan kerelaanNya menjadi korban kekerasan hendaknya semua orang mengelus dada dan berniat untuk tak melakukan kekerasan dan mengorbankan orang lain dalam hidup ini. Arus berpikir mencapai tujuan sendiri dengan mengorbankan orang lain harus kita hentikan, justru Jumat Agung ini mengajak kita untuk berkorban agar dapat mendatangkan kebahagiaan bagi orang lain. Dunia ini akan penuh damai jika semua pribadi meneladani  pengorbanan Yesus Kristus.

2. Dunia menawarkan Anggur Asam. Yesus adalah Air Hidup, memberikan air hidup yang sejuk dan memuaskan dahaga setiap orang. Namun apa yang diterimaNya? Di Golgatha Yesus disuguhi anggur asam. Inikah balasan dari seluruh kebaikanNya selama ini? Tangan Yesus selama ini memberkati dan menyembuhkan banyak orang, namun apa yang diterimaNya hari ini adalah pukulan dari tangan orang yang dipenuhi kebencian, tubuhNya harus menerima cambukkan dari tangan-tangan algojo yang haus darah. Bukankah dari mulut Yesus keluar kotbah yang menyejukkan, berkat dan pengajaran akan hal-hal kerajaan sorga, mendidik dan menginspirasi mereka memaknai hidup? Namun hari ini dari mulut orang2 yang dipenuhi kebencian, keluar kata mengumpat, kutukan dan kekerasan verbal. Tuhan Yesus memberikan kebaikan namun dunia membalasnya dengan anggur asam.

3. Apa peran Anda dalam peristiwa salib? Banyak tokoh yang terlibat dalam peristiwa salib: Pilatus yang lebih mengutamakan jabatan dari kebenaran. Para ulama yang pintar memainkan ayat-ayat suci hingga Yesus didakwa penghasut agama Yahudi. Prajurit yang keji, yang haus darah dan bahagia rasanya menyiksa orang, orang banyak dengan seruan-seruan sinis serta murid-murid yang ketakutan bahkan diantaranya tega membuat kesaksian tak mengenal guruNya. Inilah tokoh2 menjadi saksi sejarah Jumat Agung. Dalam perayaan Jumat Agung kini, figuran mana yang kita perankan dalam hidup ini? Realitas yang terjadi dalam kehidupan di sekitar kita masih banyak korban ketidak-adilan, kekerasan, duka dan air mata oleh ulah dan perbuatan sesama.

Semoga kita bukan hanya orang yang termenung melihat semua drama kekerasan ini. Tetapi bersyukur atas keselamatan yang diberikan oleh Allah melalui salib, dan bangkit mengambil peran untuk membawa damai bagi setiap orang. Amin.

Kamis, 13 April 2017

PENGORBANAN ANAK DOMBA ALLAH

PENGORBANAN ANAK DOMBA ALLAH

Yohanes 1:29, "Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia".

Yohanes Pembaptis adalah tokoh yang fenomenal yang menyuarakan pertobatan. Dia adalah suara nyaring yang berseru-seru di padang gurun agar setiap orang bertobat dari perbuatannya karena Kerajaan Allah telah datang. Kehadirannya menghentakkan semua orang, karena dia berterus terang menyuarakan pertobatan termasuk kritis terhadap raja Herodes. Seruan pertobatan Yohanes menjadi gerakan moral bagi setiap orang untuk memperbaharui diri dan berkenan dibaptis sebagai tanda pertobatan menyongosong Yesus.  Dia bukanlah Mesias, namun sebagai pendahulu yang mempersiapkan setiap orang menyambut Mesias. Setiap orang harus siap sedia menyambut Mesias.

Lihat, Anak Domba Allah telah datang yang menghapus dosa dunia. Istilah Anak Domba Allah mengingatkan kita kepada kelepasan orang Israel dari Mesir. Tulah demi tulah disampaikan untuk menghajar Firaun agar berkenan membebaskan Israel. Namun tak bergeming, akhirnya pada tulah kesepuluh seluruh rumah berkabung karena kematian anak-anak sulung di setiap keluarga orang  Mesir. Namun rumah umat Allah tidak mengalaminya karena sehari sebelumnya telah diperintahkan Musa untuk mengurbankan anak domba, dan mengoleskan darah anak domba itu ke tiang pintu rumah. Mesir berkabung dan penuh ratap tangis kematian, namun Israel terlewat dari duka kematian dan terluputkan dari tulah kematian abak sulung karena darah anak domba. Mengenang pertistiwa itulah Israel merayakan Paskah. Allah meluputkan mereka dari kematian karena kuasa darah anak domba.

Yohanes dalam renungan pagi ini menyampaikan bahwa Anak Domba Allah telah datang yang menghapus dosa dunia. Dia melihat dan menyaksikan sendiri kehadiran Yesus. Ketika Yesus dibaptis di sunga Yordan, Yohanes telah mengetahui bahwa Yesus adalah Anak Allah, kepadaNya Tuhan  berkenan. Kehadiran Yesus bagi Yohanes Pembaptis sangat jelas menghapus dosa dunia. Upah dosa adalah maut. Dosa telah memperbudak kita, sama seperti orang Israel yang diperbudak di Mesir. Mereka tak sanggup keluar karena kuasa Firaun yang kuat. Namun Tuhan melepaskan umatNya oleh kuasa darah domba. Demikian Anak Domba Allah akan menghapus dosa dunia, yang telah memperbudak kita hingga berujung pada kematian. Kuasa darah Yesus Kristus yang tercurah di Golgata akan menghapus dosa dunia. Darah-Nya menyeberangkan kita dari kematian kepada kehidupan yang kekal.

Di Kamis terakhir sehari sebelum pengorbanan Yesus di kayu salib, renungan ini mengingatkan dan mengarahkan kita kepada pengorbanan Yesus Kristus. Dia mempersembahkan diriNya untuk tebusan dunia. Maka sungguh indah syair KJ No 35:1 berikut yang dapat kita nyanyikan bersama:

"Tercurah darah Tuhanku di bukit Golgata.
Yang mau berobat di tebus terhapus dosanya
Terhapus dosanya, terhapus dosanya.
Yang mau bertobat ditebus, terhapus dosanya".

Mari memandang salib, dimana Yesus Sang Anak Domba Allah telah berkorban untuk menebus dosa dunia. PengorbananNya hendaknya mengubah hati kita untuk pertobatan. Mari perbaharui diri, Dia telah berkorban untuk kita. Amin.

Rabu, 12 April 2017

TANDUK KEKUATANKU DITINGGIKAN TUHAN

TANDUK KEKUATANKU DITINGGIKAN TUHAN

1 Samuel 2:1, "Lalu berdoalah Hana, katanya: Hatiku bersukaria karena TUHAN, tanduk kekuatanku ditinggikan oleh TUHAN; mulutku mencemoohkan musuhku, sebab aku bersukacita karena pertolongan-Mu".

Kisah Hana dapat menjadi kisah inspiratif bagi kita yang merasakan seolah kalah dalam kehidupan ini. Jangan kecil dan tawar hati, tetaplah berdoa! Anda bukan orang kecil dan hina yang selalu kalah dalam hidup ini serta tidak bisa berbuat apa-apa untuk membahagiakan keluarga. Kita tentu bisa seperti Hana yang akhirnya mendapatkan apa yang dimintanya kepada Tuhan. Bagaimana Hana memenangkan pergumulannya hingga dia bermazmur dihadapan Tuhan dan mengatakan 'Tuhan telah meninggikan tandukku?'

Nats renungan ini merupakan doa syukur dan pujian Hana kepada Tuhan karena telah menjawab doanya, setelah berbagai pengalaman pahit yang dialaminya dalam masalah keluarga. Elkana, suaminya memiliki dua isteri Hana dan Penina. Di dalam  keluarga Hana selalu dicemoh oleh Penina. Penina meninggikan diri karena dia merasakan dapat memberikan kebahagiaan bagi suaminya dengan buah rahimnya yang melahirkan anak. Berbeda dengan Hana, rahimnya telah tertutup. Hana terus mendapat perlakuan yang menyakitkan bukan hanya di rumah, bahkan dalam rumah doa pun dia seolah dikucilkan. Terkesan Penina menunjukkan kelebihannya dibanding Hana. Dalam setiap memberikan kurban Hana hanya mendapat satu bahagian, sementara Penina dan anak-anaknya seolah mendapat lebih. Namun Hana tidak berputus asa, dalam pergumulannya yang berat dia yang terus berurai air mata datang memohon kepada Tuhan agar  memberkatinya dan membuka rahimnya. Dia pun bernazar: jika Tuhan membuka rahimnya dan memberikan anak, maka ia akan mempersembahkannya menjadi hamba Tuhan. Imam Eli melihat Hana berdoa; mulutnya komat kamit namun suaranya tidak keluar. Eli hampir saja menganggapnya gila dan menyuruh pulang, namun Hana terus berdoa sebelum mendapat berkat dari Tuhan. Imam Eli pun memberkatinya. Waktu pun berjalan, doa Hana dikabulkan. Hana mengandung dan  melahirkan seorang anak bagi Elkana bernama Samuel. Tuhan pun mendengarkan doanya.

Atas hal inilah Hana menyampaikan mazmur bagi Tuhan. Dari pujian ini Hana menyampaikan sukacitanya yang besar. Tuhan telah meninggikan tanduknya dan mengalahkan musuh-musuhnya. Tanduk kemenangan adalah istilah yang sangat menarik, karena tanduk adalah simbol kekuatan dan mahkota. Hal itu dapat kita lihat pada binatang bertanduk seperti: domba, rusa, kerbau, jerapah dll. Kekuatan mereka ada pada tanduk. Jika berhadapan dengan musuh maka tanduk siapa yang lebih kuat dialah pemenang. Tanduk kemenangan menjadi ungkapan akan kekuatan yang sering diungkapkan dalam lagu dan pujian.

Tuhan meninggikan tanduk Hanna, yang telah memberkati rahimnya dan memberikan anak baginya. Selama ini Hana dianggap tak berguna dan tak mampu memberikan kebahagiaan bagi rumah Elkana berakhir sudah. Hana wanita yang berharga dan rahimnya diberkati Tuhan untuk melahirkan tokoh besar dalam sejarah perjalanan bangsa Israel. Dalam kisah selanjutnya Samuel dipersembahkan menjadi hamba Tuhan dalam asuhan imam Eli.

Renungan harian ini, tentu menjadi inspirasi bagi kita agar jangan menghukum diri tidak berguna dan seolah Tuhan telah menutup telinga atas jeritan batin kita. Jangan patah arang jika dalam berbagai kompetisi dalam hidup ini berakhir dalam kekalahan. Pupuklah percaya diri dan tetaplah berdoa. Tuhan akan menjawabnya tepat pada waktunya. Tuhan tidak pernah menutup telinga atas doa yang kita sampaikan bahkan Dia memberikan lebih dari apa yang kita minta. Namun ketika Tuhan menjawab doamu jangan lupa akan Dia; sampaikan syukur dan bayarlah nazarmu. Amin.

Selasa, 11 April 2017

"MENGHADAPI FITNAH ATAU UJARAN KEBENCIAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"MENGHADAPI FITNAH ATAU UJARAN KEBENCIAN"

Kisah Para Rasul 2:13, "Tetapi orang lain menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis."

Jika Anda pernah dibully atau difitnah, Anda pasti setuju dengan ungkapan ini: fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Mengapa demikian? Karena ulah semacam itu akan membunuh karakter. Menjelaskan fitnah, bisa saja menjadi semakin lebar, membiarkannya, perasaan pasti tidak enak karena terus mengganggu pikiran dan perasaan. Jadi jangan sekali-kali menyebarkan fitnah. Apalagi Undang-undang IT sekarang ini semakin ketat hukum terhadap orang yang melakukan bully dan ujaran kebencian.

Bagaimana mengahadapi hasutan, fitnah atau ujaran kebencian? Pengalaman rasul-rasul dalam renungan hari ini menjadi inspirasi yang baik bagi kita.

Sevelum Yesus Kristus naik ke Sorga, Dia berjanji bahwa Roh Kudus akan turun atas murid-murid yang akan menghibur, mengajar, menolong dan memberikan kekuatan bagi mereka menjadi saksi Kristus. Peristiwa itu benar-benar terjadi ketika para rasul berkumpul di Yerusalem. Mereka dihinggapi Roh Kudus berupa nyala api yang menyala-nyala dan masing-masing mereka berkata-kata dalam bahasa roh. Dari sekian banyak suku bangsa yang hadir dari bawah kolong langit mereka mengucapkan kata-kata menurut bahasa daerah masing-masing, namun dapat dimengerti yang satu dengan yang lain. Ini suatu mujizat yang luar biasa dalam sejarah dunia. Bagaimana bahasa yang berbeda dimengerti oleh orang lain. Peristiwa ini menjadi viral di kalangan masyarakat.  Melihat kejadian itu, dari kalangan Yahudi yang selalu membenci kekristenan menyampaikan hasutan dengan berkata:  mereka  ini orang yang mabuk dan penuh anggur. Itulah tuduhan singkat dan menohok para murid Yesus. Fitnah atau ujaran kebencian ini menjadi viral dikalangan Yahudi dan sampai kepada orang-orang di sekitar. Di kalangan Yahudi tentu minum anggur baik, namun jika mabuk anggur sangat keterlaluan. Bagaimana mungkin orang percaya kepada kata-kata orang yang mabuk wine?

Namun murid-murid tenang menghadapinya, mereka tidak panik dan tidak terlalu memikirkan fitnahan dan tuduhan semacam itu. Petrus sangat bijak dan tampil menjelaskan apa adanya bahwa peristiwa turunnya Roh Kudus benar adanya. Mereka berbahasa roh, namun orang-orang dari berbagai bangsa yang hadir saat turunnya Roh Kudus bisa mengerti seorang terhadap yang lain. Hal yang paling mendasar jika mereka mabuk anggur sebagaimana tuduhan dan fitnahan kalangan Yahudi itu terjadi ketika masih jam 09.00. Jadi itu adalah fitnah.  Tak mungkin ada orang yang mabuk anggur di pagi hari. Hasutan ini menjadi kesempatan bagi Petrus untuk menjelaskan Yesus Kristus kepada orang banyak dan ketika itu orang percaya lebih dari 3.000 orang.

Hasutan dan fitnah menjadi kesempatan untuk memberitakan kebenaran. Para Rasul difitnah dan dibully dengan mabuk anggur, namun moment ini menjadi kesempatan untuk memperkenalkan missi mereka yang lebih luas: memberitakan Injil Yesus Kristus. Fitnah dan bully tidak membuat mereka ciut dan semakin tersisih, namun telah menjadi moment untuk memberitakan Injil kepada halayak luas.

Oleh karena itu, jangan ciut jika dibully dan difitnah dalam hidup ini. Hadapi dengan tenang dan jelaskan apa adanya dengan jujur. Cerita yang benar akan mengalahkan sejuta provokasi. Orang benar tak akan tenggelam oleh kejahatan. Siapa tahu semakin dibully dan difitnah akan semakin memperkenalkan pribadi Anda dan menempa pribadi yang semakin teliti, cermat dan teruji. Amin.

Senin, 10 April 2017

"PENGHIBURAN ABADI" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

PENGHIBURAN ABADI

Yesaya 25:8, “Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari pada segala muka; dan aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab TUHAN telah mengatakannya.”

Nabi Yesaya memuji Tuhan atas kekalahan setiap orang dan tiap hal yang menentang kerajaan Allah. Juga untuk peranan-Nya selaku pembebas dan penghibur umat. Itu tertuang di perikop “Syukur Bagi Nama Tuhan” (Yesaya 25:1-12). Di ayat 6 dinubuatkan kerajaan dan keselamatan yang akan datang setelah Kristus datang kembali ke bumi (sama dengan Wahyu 19:1-21:27) yang menyebut "Gunung Sion" menamai Yerusalem (Wahyu 21:1-2) kota di mana "segala bangsa-bangsa" akan menikmati perjamuan besar, sebagai tanda keberhasilan pemberitaan Injil ke seluruh dunia.

Perjamuan mewah di Sion adalah pesta akbar yang akan dinikmati warga Kerajaan Allah. Menunya adalah berkat-berkat indah. Suatu perjamuan dengan menikmati "anggur yang tua" (Ibr. shemarim) secara harfiah berarti "perjamuan keawetan", yang mengacu kepada sari buah anggur yang telah diawetkan untuk waktu lama; amat berbeda dengan sari anggur lain yang mudah basi dan berubah. Juga disajikan makanan berminyak, di mana anggur dan zaitun adalah simbol berkat dan kebahagiaan kekal.

Dalam perjamuan itu Tuhan akan mengoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan kepada segala suku bangsa dan tudung yang ditudungkan kepada segala bangsa. Itu berarti Tuhan meniadakan untuk seterusnya dan menghapuskan air mati. Inilah makna perjamuan Allah. Kelak, kesedihan, kesusahan, dan kematian yang kini merajalela akan disingkirkan dan tidak akan terjadi lagi. Bagaikan orangtua yang penuh perhatian, Allah akan menghapuskan air mata dari mata anak-anak-Nya, dan tidak akan ada lagi alasan untuk menangis atau berkabung. Tapi berkat-berkat yang mulia ini baru akan terjadi bila Kristus datang kembali ke bumi, mengalahkan kejahatan dan memerintah seluruh ciptaan.

Sebagai orang percaya, kita patut menerima dan meyakini janji-janji mulia ini sebagaimana diamanatkan Injil. Itu membuat kita semakin melihat kasih dan belas kasihan Tuhan. Marilah memegang janji ini dan meyakininya agar memperteguh kita berdoa dan melayani Tuhan. Lihat, tanda kemenangan sudah dinyatakan, mari tidak berputus asa menantikan penggenapan mulia itu. Amin.

Minggu, 09 April 2017

TUHAN MENOLONGKU, Minggu Palmarum

TUHAN MENOLONGKU
Nas Ev: Yesaya 50: 4-9a
Minggu Palmarum, 09-04-2017

Firman ini mengajarkan kita kepada ketaatan Hamba Tuhan yang menderita dalam melaksanakan pengutusan. Beberapa pelajaran berharga dari kotbah ini, antara lain:

01. Lidah seorang murid. Mengapa harus lidah seorang murid, mengapa bukan lidah seorang guru yang cakap mengajar misalnya? Lidah seorang murid adalah kesediaan dan kesungguhan untuk belajar; rajin, kerja keras, disiplin dan memiliki keinginan yang kuat untuk memperoleh berbagai ilmu pengetahuan, pandangan dan falsafah kehidupan sebagai bekal dalam hidup. Dalam hal ini pendidikan untuk memberikan semangat baru dan kelegaan bagi yang letih lesu.

Kebutuhan lidah seorang murid dilengkapi dengan telinga yang tajam untuk mendengar. Seperti Samuel, yang senantiasa tajam mendengar ketika Tuhan memanggilnya. Sekalipun tidur lelap namun telinganya tajam mendengarkan ketika Tuhan bersabda. Dalam tidur yang lelap pun dia berseru: "berbicaralah Tuhan sebab hambaMu telah siap untuk mendengar". Telinga seorang murid tajam untuk mendengarkan Firman Tuhan.

Mendengar bukan saja hanya mendengar ansih seperti mendengar mata pelajaran, namun mendengar dalam arti luas yaitu peka dan peduli terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Mau mendengar adalah kualitas pribadi yang unggul karena bukan hendak didengar, tetapi mendengar dan memahami orang lain. Sadar akan konteks sehingga kita terpanggil untuk melakukan sesuatu menurut kehendak Allah.

02. Rela berkorban. Nubuatan Yesaya ini akan hamba yang menderita persis seperti yang dialami oleh Yesus di jalan sengsara. Memberi punggungNya dipukul, pipiNya untuk ditampar dan tak menghindar dari segala kebencian yang dituduhkan padaNya. Dia rela menjalani semua kesengsaraan ini untuk menyelamatkan dunia dari kebencian, kekejaman, kekerasan dan kematian agar memasuki suatu era baru dalam damai sejahtera dan kehidupan.

Rela berkorban ini mengingatkan kita akan makna kehadiran Yesus di Yerusalem. Dia dielu-elukan oleh orang banyak: meletakkan daun palma di jalan-jalan menyambut mesiasnya dan berseru: Hosanna! Pekik deru yang bergemuruh untuk menyambut Yesus. Namun pujian dan sambutan hormat ini tak lama, segera sesudah itu suasana berubah berseru: "Salibkan Dia, salibkan Dia!". Yesus sudah tahu bahwa waktunya sudah tiba bahwa Anak Manusia menjalani jalan sengsara untuk menyelamatkan manusia. Sebagaimana nubuatan firman ini, Yesus menjalani semua missi menurut kehendak Allah serta taat menjalani: proses hukum yang lalim, vonnis hutang nyawa bagi terdakwa yang tak bersalah karena Pilatus lebih takut kehilangan jabatan, sekalipun dia berkata atas penyelidikan tidak ada kesalahan. Yesus menjalaninya (via dolorosa) yang penuh sengsara hingga Golgata. Pengorbanan diri untuk menebus dosa manusia.

03. Tuhan menolong aku. Dari semua penderitaan dan kesengsaraan yang dijalani, hamba Allah yang menderita tak ada niat untuk memohon grasi atau keringanan hukuman atau usaha lainnya dari penguasa atau dari sekeliling orang-orang yang mengerumuni kesengsaraannya. Namun semuanya dijalaninya dan hanya berpengharapan pada Tuhan. Hanya Tuhanlah yang menolongnya dalam semua derita ini. Tuhan sendiri penolong yang setia dan pertolongannya tepat pada waktunya.

Penguasa dunia ini bisa saja merencanakan apapun dalam kekuasaannya, seperti Pilatus dalam peradilan lalim; melakukan penindasan sehingga orang-orang yang tidak bersalah mengalami kesengsaraan. Namun ay. 9 mengingatkan kita bahwa kekuasaan seperti itu akan memburuk dan cepat berlalu karena ngengat akan memakannya. Maka, jika diperlakukan tidak adil dan seolah sang waktu membiarkan kita menjalani masa-masa sulit, jalanilah dalam pengharapan. Sebab pertolongan Tuhan akan menghantarkan kita kepada kebahagiaan yang abadi. Amin.

Sabtu, 08 April 2017

Pelayanan Parompuan: Gerak Jalan Sektor dalam Rangka Parheheon Parompuan




HILANGNYA KEPEDULIAN DARI KALANGAN MAPAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

HILANGNYA KEPEDULIAN DARI KALANGAN MAPAN

Amos 6:6, "Yang minum anggur dari bokor, dan berurap dengan minyak yang paling baik, tetapi tidak berduka karena hancurnya keturunan Yusuf!".

Ada ungkapan dalam bahasa Batak tentang peringatan penyesalan: "tinallik bulung siupi pinarsaung bulung siala, unang sumolsol di pudi sipasingot na soada." Inti ungkapan dimaksud adalah: Jangan menyesali keadaan kelak, karena berbagai nasihat dan peringatan sudah disampaikan. Siapa yang tidak kesal, sudah ada peringatan namun tak diindahkan, jika hal buruk terjadi janganlah menyesali keadaan, sudah berulang kali diberi peringatan dan nasihat namun tak diindahkan. Gambaran seperti inilah yang disampaikan oleh nabi Amos yang hidup pada masa-masa akhir Kerajaan Israel Utara. Dia menyampaikan berbagai peringatan dan hukuman yang hendak menimpa umat Israel, namun tak diindahkan dan digubris oleh pemangku kebijakan dan umat itu sendiri. Telinga terhadap peringatan dan kotbah2 nabi Amos tertutup tak bergeming. Inilah kejengkelan nabi Amos yang disampaikan dalam pasal 6 berisi hukuman.

Untuk mengetahui isi hukuman itu bacalah keseluruhan pasal 6 ini, kita akan menemukan bagaimana pedasnya kritik nabi Amos kepada orang-orang yang hidup dalam kemapanan atau zona nyaman di jaman itu. Kritik pertama adalah bagi mereka yang hidup dalam zona nyaman dan kemapanan nampaknya tidak mengindahkan dampak dari ketidak adilan sosial. Kotbah dan penglihatan Amos diabaikan, mereka menyebut aman dan damai, tidak ada bahaya dan negeri aman-aman saja padahal ancaman diatas kepala. Seperti awan hitam dan berat pertanda hujan segera turun, namun mereka mengabaikan dan berkata: hujan takkan turun.  Mereka terus menikmati keadaan mapan dari istana, raja menetapkan pajak terlalu tinggi sehingga memberatkan rakyat dan semakin sengsara, mereka yang memiliki rumah dari beton tidak peduli akan realitas kemiskinan di sekitarnya. Dalam pikiran mereka hanya menikmati anggur kebahagiaannya dan fasilitas jabatannya tanpa peduli nasib rakyat yang tidak makan atau dirundung duka.

Sasaran kritik Amos adalah mereka di lingkaran kekuasaan; yaitu "yang minum anggur dari bokor" (semacam cawan) atau piala. Yang memiliki tempat minuman seperti itu tentu mereka yang hidupnya makmur. Istilah kedua adalah Mereka yang "berurap dengan minyak" adalah para pemangku kekuasaan, pejabat yang dilantik untuk jabatan2 disekitar istana. Apa kesalahan mereka-mereka ini? Mereka tidak mementingkan bangsa, mereka tidak peduli kesengsaraan masyarakat dan mereka tidak peduli akan hancurnya keturunan Yusuf. Yusuf adalah anak Yakub, dia memiliki dua anak yaitu: Manasye dan Efraim (Kej 48:1). Manasye dan Efraim memiliki sejarah khusus di kalangan suku-suku Israel, terlibat dalam mendukung Daud menggulirkan Saul, namun akhirnya juga bergabung dengan Israel Utara melawan Rehabeam. Pada zaman nabi Amos ia menyebutkan kehancuran keturunan Yusuf mengkin merujuk pada ancaman Assyur yang telah menangkap Manasye. Baca 2 Tawarikh 33:11. Oleh sebab itu TUHAN mendatangkan kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel.

Siapa yang peduli? Sungguh tidak ada solidaritas dan kepedulian. Orang2 yang berada di lingkungan kemapanan hanya mementingkan diri sendiri tak peduli lagi dengan anak-anak bangsa yang sengsara, mereka tidak berduka atas kesengsaraan saudaranya sendiri. Namun bukan hanya Manasye menjadi korban, tahun 720 Israel Utara ditawan Assyur, mereka diangkut ke pembuangan jajahan Assyur hingga kehilangan identitasnya sebagai umat Allah. Israel Utara tinggal kenangan, dan akhirnya mereka disebut dengan Samaria, yang di kemudian hari kehilangan identitas karena hidup synkritisme.

Renungan ini menyapa kita: apapun keadaan kita, hidup sederhana atau berkecukupan, menikmati anggur atau kopi-teh, punya jabatan atau tidak, tetaplah peduli kepada sesama dan rendah hati. Jabatan adalah amanah! Mari lakukan dengan penuh tanggung jawab. Amin.

Jumat, 07 April 2017

KEBENCIAN: BARABAS LEPAS, YESUS DISESAH!" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KEBENCIAN: BARABAS LEPAS,
YESUS DISESAH!

Lukas 23:25, "Dan ia melepaskan orang yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka, tetapi Yesus diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya".

Jika kebencian muncul maka pikiran logis pun sirna, bahkan bahayanya jatuh pada membenarkan yang salah dan menyalahkan kebenaran. Itulah yang terjadi dalam detik-detik pengambilan keputusan Pilatus dalam kasus pengadilan penistaan agama yang dituduhkan imam-imam kepada Yesus. Dalam tuduhan itu sesungguhnya tidak ada bukti, dan Pilatus sendiri menyatakan bahwa menurut penyelidikan tidak ada kesalahan Yesus. Namun desakan massa terus bergelora dan bergerumuh semakin keras: "Salibkan Dia! Salibkan  Dia!". Pilatuas makin terpojok oleh massa hingga takut dituduh bukan sahabat kaisar. Maka Pilatus mencoba menawarkan sebagaimana tradisi perayaan Paskah selalu ada 'amnesty' atau 'gratia', pembebasan seorang penjahat. Momen itu dipakai Pilatus untuk membuat pilihan di hadapan massa: mana lebih baik melepaskan Barabas atau Yesus. Massa yang dirasuki kebencian makin menggila, mereka berseru: "Barabas! Barabas!". Seorang penjahat besar yang menakutkan, harus dibenarkan dan dibebaskan karena kebencian kepada Yesus yang penuh dengan kasih. Inilah hilangnya pikiran logis karena kebencian.

Bukankah Yesus bersama-sama dengan mereka? Bukankah di antara mereka sudah menyaksikan dan bahkan merasakan kasihNya yang besar menyembuhkan orang sakit? Mengajar dengan penuh kharisma dan  khotbahNya menggugah hati. Yesus telah bersama-sama dengan orang banyak untuk melayani mereka. Bahkan ketika Yesus mau memasuki gerbang Yerusalem, Dia disambut laksana raja dengan peristiwa Palmarum. Inilah kebencian mengubah segalanya: kasih menjadi kebencian, benar menjadi kesalahan, niat baik dianggap jahat. Kebencian memutarkan logika: lebih baik melepaskan Barabas, penyamun yang ganas, penjahat yang sadis. Sebaliknya Yesus yang baik hati, mengajar dengan lembut dan tanganNya yang penuh kasih harus disesah! Pilatus memutuskan atas desakan dan amarah massa: lepaskan Barabas, dan Yesus pun disesah. Dalam nats ini dikatakan; "....Yesus diserahkan kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya."

Mengapa pikiran logis bisa sedemikian hilang dan lenyap? Kuncinya adalah karena dirasuki oleh kebencian. Kebencian bukan hanya menyakiti orang lain, namun menjerumuskan diri sendiri kepada kesalahan yang tidak termaafkan. Kebencian akan mencari kepuasan, seperti anak panah yang hendak dilepaskan. Sasaran kebencian akan menembus siapa saja jika kebencian sudah tak terbendung. Amarah dan kegeraman serta kalap mata oleh luapan emosi yang tak terkendalikan. Bagai anak panah yang terlepas memakan korban yang tersasar. Jika kebencian tidak bisa dibendung akan melupakan segalanya yang ada: puas melampiaskan emosi kebencian.

Barabas dilepas dan Yesus disesah, suatu peristiwa kebencian yang sangat menggugah hati. Mengingatkan kita selalu agar waspada terhadap kebencian. Bisa saja kita tidak menerima kesalahan, namun jangan sampai kebencian yang tak terkendali. Jika amarahmu ada, berdoalah dan jangan sampai matahari terbenam amarahmu tidak padam sebagaimana pesan firman Tuhan: "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" (Efesus 4:26).

Kamis, 06 April 2017

"MELAWAN LUPA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MELAWAN LUPA

Yeremia 5:24, "Mereka tidak berkata dalam hatinya: Baiklah kita takut akan TUHAN, Allah kita, yang memberi hujan pada waktunya, hujan pada awal musim maupun hujan pada akhir musim, dan yang menjamin bagi kita minggu-minggu yang tetap untuk panen".

Apakah ada yang tidak dilakukan oleh Allah kepada umatNya? Semuanya yang terbaik telah Tuhan lakukan kepada umatNya karena cinta dan kasihNya kepada umat pilihanNya. Allah memilih mereka menjadi umat pilihan dari sekian banyak suku bangsa di bumi ini. Allah menempatkan mereka di tanah yang subur yaitu tanah perjanjian, tanah Kanaan yang penuh susu dan madu. Umat Allah adalah umat yang teristimewa dalam sejarah keselamatan.  Tetapi mengapa mereka melupakan Tuhan? Inilah yang dituntut oleh nabi Yeremia dalam pasal 5 ini. Yeremia membeberkan segala pelanggaran dan sikap umat Israel yang berbalik dari Allah dan meninggalkanNya.

Sesungguhnya tidak ada alasan untuk melupakan apalagi meninggalkan Tuhan karena hidup yang kita hidupi sehari-hari adalah kasih dan rahmatNya. Yeremia mengulas sikap umatNya yang melupakan Tuhan bahwa tidak ada lagi niatan atau ingatan yang membuat mereka takut akan Tuhan.  Kita hidup dan boleh menghirup udara itu karena rahmatNya. Petani pergi ke ladang, benih yang ditaburkannya bisa tumbuh karena Tuhan yang memberikan kehidupan. Tuhan mendatangkan hujan dan matahari pada waktunya hingga petani dapat memetik hasil panennya semata-mata oleh karuniaNya. Dan bukan hanya itu, seorang petani tidak akan bisa melepaskan seluruh lahannya dari hama penyakit jika bukan Tuhan yang berkehendak.  Dari aktifitas yang nyata sehari-hari sesungguhnya kita tidak bisa melupakan Tuhan. Justru dengan apa yang kita terima dalam hidup ini menjadikan kita semakin takut akan Tuhan. Seorang petani tidak dapat menikmati hasil panennya jika bukan karena rahmat Tuhan. Tak berhenti musim menanam dan menuai, segala kebutuhan kita disediakan oleh Tuhan asa kita mau bekerja. Tuhan akan melindungi umatNya dari segala ancaman dan tantangan asal mereka tetap percaya kepadaNya.  Namun umatNya Israel (Yehuda) melupakannya karena itu mereka akan menerima konsekwensinya yaitu mereka akan dirampas dari kotanya dan akan hidup dalam pembuangan.

Melawan lupa, itulah pesan bermakna dari firman Tuhan di pagi hari ini. Jangan sekali-kali melupakan Tuhan. Dia mengasihi dan memberkati kita senantiasa. Kita harus mengakui dihadapanNya bahwa  segala apa yang kita peroleh dan raih dalam hidup ini sesungguhnya merupakan  pemberian dan rahmatNya. Hanya kacang yang lupa akan kulitnya. Umat Tuhan tidak akan pernah melupakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Amin.

Rabu, 05 April 2017

"TETAP BERSAMA YESUS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TETAP  BERSAMA YESUS

Lukas 22:28, "Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami".

Ayat ini merupakan salah satu dari pesan yang disampaikan oleh Yesus ketika perjamuan malam terakhir. Saat itu ada situasi rawan di antara murid karena mereka bertengkar hebat tentang siapa yang terbesar diantara mereka. Yesus menasihatkan murid bahwa Kerajaan Sorga tidak seperti pemerintahan dunia ini. Siapa yang terbesar itulah yang menjadi pelayan sesamanya. Inilah yang disebut pemimpin yang melayani. Selanjutnya Yesus menyampaikan pesan ini bahwa setia dalam suka dan duka; bersama Dia dalam berbagai pencobaan menjadi penting untuk ikut bersama-sama denganNya menikmati Kerajaan Sorga. Kesetiaan itu sangat menentukan tujuan akhir yaitu bersama-sama dengan Yesus untuk duduk menikmati makan dan minum dalam jamuan di Kerajaan Allah. Siapa yang setia dialah yang bersama-sama dengan Yesus  memerintah dan menghakimi di sorga.

Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku. Disini Yesus menyampaikan harapan kepada murid-muridNya. Hal itu disampaikan karena saatNya akan segera tiba bahwa Anak Manusia akan diserahkan. Ini adalah perjamuan malam terakhir bersama murid. Pesan terakhir dari seorang sahabat tentu sangat penting untuk dilaksanakan. Yesus berharap kepada kedua belas murid untuk setia mengikuti Dia dalam pencobaan yang segera dimasukiNya, karena saatnya sudah tiba.

Apa yang terjadi? Seperti ungkapan orang Batak: "dongan mengkel do godang, dongan tangis soada" (banyak teman berbagi suka, namun tiada teman berbagi dalam duka). Mengenang minggu sengsara hal ini sangat mengundang pilu. Harapan Yesus kepada murid-murid seolah sia-sia. Mulai dari peristiwa Getsemane, peradilan Pilatus, via dolo rosa hingga peristiwa salib di Golgata, siapakah di antara murid yang bertahan? Ketika Yesus berdoa di Getsemane mereka tidur terlelap tak tahan melawan rasa kantuk. Ketika Yesus ditangkap memang Petrus mencoba menghunus pedang melawan prajurit yang menangkap Yesus membuktikan kesetiaannya. Yesus memerintahkan agar menyarungkan pedangnya karena barang siapa yang mengandalkan pedang akan binasa oleh pedang. Semangat Petrus hanya sampai di situ, sebelum ayam berkokok tiga kali dia sudah menyangkal Yesus. Murid-murid menjauh satu persatu ketika Yesus disidang, disesah hingga di kayu salib.

Rumus kebahagiaan adalah kesetiaan. Rumah tangga yang bahagia tentu adalah rumah tangga yang bertahan dalam suka dan duka. Bersama melewati kesusahan dan kesukaran hingga bisa tertawa dan bahagia dalam berbagai berkat dan karunia. Hal itu juga berlaku dalam iman, setia dan bertahan bersama-sama dengan Yesus menjadi janji setia orang beriman.

Tentu, Yesus hingga saat ini menyampaikan harapan itu kepada murid-muridNya. Murid-murid itu adalah kita pengikut Yesus. Yesus mengharapkan kita tinggal bersama Dia di dalam suka dan duka. Apapun yang terjadi dalam susah dan senang tetaplah setia mengikut Yesus. Yesus telah berjanji berjalan dan mendampingi kita hingga akhir jaman. Jangan tinggalkan Yesus. Dia mengharapkan kita setia sampai kesudahannya. Tetaplah percaya dan memelihara iman yang teguh hingga kedatanganNya. Maranatha! Amin.

Selasa, 04 April 2017

"DALAM GELAP ATAU TERANG; TUHAN MAHA TAHU" Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

DALAM GELAP ATAU TERANG; TUHAN MAHA TAHU

Mazmur 139:11-12, "Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,
maka kegelapan pun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang".

Tuhan maha tahu, tiada yang tersembunyi dihadapanNya. Segala yang terjadi diketahuiNya dan rahasia yang paling tersembunyi pun Dia diketahui.Judul Mazmur 139 ini menurut LAI disebut dengan "Doa Di Hadapan Tuhan Yang Maha Tahu". Dari uraian-uraian syair yang disebutkan menunjukkan kemahatahuan Tuhan. Tidak ada kejadian atau peristiwa yang terjadi di bawah kolong langit ini tanpa sepengetahuan Allah. Dalam rahasia yang sulit sekalipun Tuhan tahu, bahkan dalam gelap sekalipun bagi Tuhan semuanya terang benderang.

Dalam ayat ini nampaknya Pemazmur hendak meyakinkan bahwa tidak ada pilihan kita menghindar dari Tuhan. Karena baik hidup di dalam terang maupun gelap sama saja di hadapan Tuhan. Tuhan Mahatahu dan semuanya bergantung padaNya. Seandainya ada masalah yang membuat kita gelap hati, hidup ini sesak dan seolah berjalan di dalam kegelapan yang tak tentu arah, seakan beban terus menimpa dan  frustasi selama berjalan di jalan Tuhan; cape, letih dan berlelah serta hendak meninggalkan jalanNya dan hendak memasuki jalan gelap, tidak ada gunanya karena tak seorang pun dapat menghindar dari Tuhan. Semuanya hidup kita di bawah naunganNya baik di dalam terang maupun di dalam gelap. Demikian dengan niat dan perlakuan manusia di hadapan Allah. Sehebat apapun manusia menyembunyikan rencana jahat atau kegelapan  semuanya terang di hadapan Tuhan. Semuanya diketahui Tuhan dan harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan.  Sehebat apapun rencana atau strategi untuk menghindar dari Allah dengan memasuki dunia kegelapan, manusia tidak dapat keluar dari pengawasan Allah. Karena baik malam maupun siang atau baik gelap maupun terang sama saja di hadapan Tuhan.

Apa yang mau disampaikan pada kita? Dalam menghadapi situasi sulit, tidak ada gunanya memasuki dunia gelap atau lari dari tanggungjawab dengan menyiksa diri dan mengutuki diri menghadapi situasi sulit. Seberat apapun beban yang kita jalani, dimana kita tidak tahu jalan dan seolah memasuki lorong kegelapan, tetaplah berdoa dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan karena Dia Mahatahu. Apapun terjadi, kenyataan pahit dan manis hiduplah di dalam Terang Tuhan. Amin.

Senin, 03 April 2017

"MAKANAN SECUKUPNYA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MAKANAN SECUKUPNYA

Lukas 11:3, “Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya”

Sepenggal kalimat hari ini adalah satu permintaan dalam doa yang diajarkan Yesus, saat seorang murid meminta kepadaNya agar diajari berdoa, seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya. Lalu Yesus mengatakan: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan."

Yesus menekankan hal ini dalam doa Bapa Kami di Injil Lukas, dan lebih rinci dalam tuturan Matius 6:9-13. Tapi menarik, soal makanan yang secukupnya, kedua Injil menuliskan sama, berarti “makanan” tidak hanya urusan manusia tapi juga urusan umat. Makanan tidak hanya roti, tetapi juga Firman Tuhan. Fisik maupun roh sama-sama membutuhkan makanan yang tepat. Bila tubuh membutuhkan makanan sehat dan bergizi agar menyehatkan raga, roh pun harus mengkonsumsi makanan rohani yang membugarkan rohani. Keduanya harus diperhatikan sama.

Yang perlu, sejauh mana kita memahami “makanan” juga urusan Tuhan dan untuk itu harus kita doakan?. Mulai doa permohonan sesuai kehendak Allah dan demi kemuliaanNya (1 Korintus 10:31). Lalu kita harus menginginkan agar Allah mempertunjukkan kasih kebapaanNya (Mat 6:9). Dan meyakini persediaan kebutuhan itu memenuhi kebutuhan dasar kita dan memampukan kita melakukan pelayanan (1 Tim 6:8). Kita boleh memohonnya, hanya setelah kita dengan setia memberi kepada Allah dan sesama (2 Kor 9:6) Jadi kita tidak meminta secara, tapi juga bagi sesama. Itu adalah tugas dan tanggung jawab kita yang terberkati.

Yang kita butuhkan adalah makanan yang secukupnya, bukan yang sebanyak-banyaknya, agar kita tidak rakus dan materilistis. Secukupnya berarti untuk hari ini dan besok. Untuk itu perlu perencanaan hidup yang lebih baik dan bermanfaat, dengan belajar merasa cukup dan bahagia. Sebab manusia tidak pernah puas (Pengkhotbah 5:9). Dan lagi kita tidak dapat meraup apa yang tidak dapat kita jangkau. Oleh sebab itu, marilah kita lebih menyakini kasih karunia Tuhan yang mencukupkan kita pada waktunya (Amsal 27:1). Hari ini kita butuh makanan, dan besok pun Tuhan akan menyedikannya. Itulah keyakinan dan pokok doa kita. Marilah lebih menyakini hidup kita kepada pengedalian karunia Tuhan. Amin.

Minggu, 02 April 2017

Pelayanan Parompuan: Pelayanan Kesehatan dalam Rangka Parheheon Parompuan



BERTAMBAH-TAMBAH DAN BERKELIMPAHAN DALAM KASIH

BERTAMBAH-TAMBAH DAN BERKELIMPAHAN DALAM KASIH

 1 Tesalonika 3:12, "Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu".

Kasih bukanlah benda yang indah, berharga dan menarik dipandang mata, ibarat berlian atau permata atau giok yang mahal sekalipun. Jika dia benda, kasih hanyalah sebagai obyek, pasif dan tak mampu berbuat apa-apa. Kasih adalah power atau kekuatan yang mampu menggerakkan seseorang untuk berbuat dan melakukan sesuatu. Semakin besar cintanya semakin kuat pula dorongan untuk menggerakkan hati berbuat sesuatu. Itulah kekuatan cinta atau "the power of love". Kekuatan cinta itu hendaknya bukan statis namun berkembang, bertambah-tambah bahkan berkelimpahan.

Paulus dalam renungan hari ini juga menceritakan hal kasih yang harus bertambah-tambah dan berkelimpahan. Kasih yang bertumbuh di kalangan jemaat haruslah bertambah-tambah dan berkelimpahan, demikian juga dalam setiap pribadi jemaat, dalam rumah tangga, dalam pekerjaan dan tanggungjawab yang diemban. Semakin bertambah hari semakin bertambah pula cinta kasih, bukan sebaliknya, semakin berkurang hingga habis dan gersang dan kosong. Atas hal ini jadi ingat kisah keluarga miskin yang menjadi kaya. Sepasang suami istri saling mengasihi, suami kuli bangunan dan istrinya di rumah. Karena semakin terhimpit ekonomi isterinya mencoba berdagang, suaminya sekali-sekali mendampingi berjalan kaki ke pasar pagi. Puji Tuhan, ekonomi mereka membaik suminya berhenti kuli dan mendampingi isterinya berdagang hingga mereka mampu beli beca dorong. Suminya rajin mendampingi isterinya berdagang dan mereka berbagi dalam segala hal, sampai orang semakin suka melihat kasih mereka yang bertambah-tambah dan makin banyak pula dagangan mereka yang terjual karena semua orang senang atas pribadi mereka. Ekonomi pun bertumbuh demikian juga kekompakan mereka. Isterinya kasihan melihat suaminya terus mendorong gerobak becak hingga mereka beli sepeda motor. Suaminya semakin bahagia atas perhatian istrinya dan dia pun semakin rajin mendampingi istrinya berdagang. Demikianlah hari-hari berlalu tak terasa dan sudah beberapa tahun. Akhirnya mereka pun mampu membeli mobil. Semuanya berkat Tuhan atas kasih yang berumbuh di kalangan mereka. Suminya makin rajin mengantarkan isterinya ke pasar. Setelah diantar, suaminya kembali dan mencoba bisnis lain, berusaha buat janji dan alasan meeting sana sini. Kemajuan yang luar biasa, namun sayang suaminya jadi sering tak pulang ke rumah bahkan paling mengejutkan bahwa yang sering dibawa dalam mobil bukanlah isterinya namun wanita lain. Istrinya sangat shock dan tak berterima akan hal ini. Cinta yang begitu besar selama ini; bersakit-sakit, berbagi dalam segala hal namun harus begini. Isterinya menyesali diri dan berkata dalam hatinya: lebih baik kembali miskin. Cinta yang bertambah-tambah ternodai oleh godaan. Mereka saling bertengkar dan berakhir dalam perceraian. Ini contoh cinta yang bertumbuh pada awalnya namun akhirnya berkurang dan saling menyakiti. Kasih yang bertumbuh harus setia dalam segala hal dimulai dari rumah tangga. Bagaimana kita keluar memancarkan kasih padahal dalam rumah tangga sendiri belum berbuahkan kasih.

Cinta yang bertumbuh, bertambah-tambah dan berkelimpahan harus diikuti dengan kesetiaan. Setia dalam hal suka dan duka serta setia dalam pertumbuhan. Ada banyak dinamika dalam hidup semakin besar peran kita dalam pekerjaan semakin besar pula tanggungjawab dan tantangannya.

Kembali kepada pemahaman akan kasih haruslah bertumbuh (cresendo), jangan berkurang (descresendo). Jika semakin berkurang maka akan semakin kerdil dan kering. Kasih kita harus semakin bertambah-tambah dan berkelimpahan karena Yesus telah melimpahi kita dengan kasihNya. Dan kasih bagi orang percaya adalah kuasa untuk berbuat baik bagi sesama, termasuk bagi musuh atau yang membenci kita. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita untuk bertumbuh, bertambah-tambah, dan berkelimpahan dalam kasih. Amin.

Sabtu, 01 April 2017

"KASIH DAN PERINTAH ALLAH" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KASIH DAN PERINTAH ALLAH

1 Yohanes 5:3, "Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat".

Orang yang jatuh cinta pasti menuruti apa yang diminta oleh sang kekasih. Pembuktian cinta sangat penting dengan kesetiaan dan komitmen. Itulah sebabnya jika seseorang mencintai sang kekasihnya dia akan membuktikan kata-katanya,  menepati setiap janji yang diucapkan dan berusaha membuat bahagia orang yang dikasihinya.

Analogi di atas sangat tepat untuk menjelaskan hubungan kasih Allah dan melakukan perintah Allah. Allah telah lebih dahulu mengasihi kita dengan mengutus Yesus Kristus. Pengorbanan kasih Yesus ditunjukkan lewat kesediaanNya hingga mati di kayu salib. Tiada kasih yang lebih besar dari mengorbankan diri sendiri untuk kebaikan orang lain. Itulah yang dilakukan oleh Yesus karena kasihNya yang besar untuk menyelamatkan manusia.

Apakah respon kita? Jawabnya: mengasihi Allah. Rumus membuktikan apakah kita sungguh-sungguh mengasihi Allah dijelaskan dalam renungan hari ini: melakukan perintah Allah. Yesus juga telah menyampaikan hal ini kepada murid-muridNya: "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku" (Yoh. 14:15).

Menuruti segala perintah Allah adalah bukti komitmen, kesetiaan dan keteguhan hati untuk sungguh-sungguh hidup di dalam kasih Allah. Bagi penulis Yohanes sangat sederhana membuktikan apakah seseorang mengasihi Allah, yaitu dengan kasih terhadap sesama. Bagaimana mungkin seseorang mengasihi Allah yang tidak kelihatan namun tidak mengasihi saudaranya yang kelihatan. Jika dia membenci saudaranya, maka dia adalah pembohong (1 Yoh 4:20)

Inilah perintah Allah yaitu agar kita hidup di dalam kasih.  Kasih senantiasa harus melekat di dalam diri orang percaya karena menyadari bahwa hidup ini adalah kasih Allah maka kita harus mengasihi. Di mana ada orang-orang yang mengasihi Allah akan terpancar kasih sayang dan penuh damai sejahtera. Di mana ada anak-anak Tuhan, kasih akan mengalir, damai sejahtera berdiam di tengah-tengah persekutuan, jauh dari kebencian, permusuhan dan saling menggigit. Karena kasih lebih berkuasa di dalam hidup orang beriman.

Apakah perintah Allah yang harus kita lakukan hari ini? Yesus menginginkan kita untuk melakukan kasih. Buahkanlah kasih karena itu perintah Allah dimana pun dan kapan pun tanpa mengenal batas suku, ras dan agama. Agama tidak mengajar kita untuk membenci orang lain, justru memerintahkan kita untuk mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Amin.