running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Selasa, 13 Februari 2018

"TIDAK BERCACAT DI HADAPAN ALLAH" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TIDAK BERCACAT DI HADAPAN ALLAH

1 Tesalonika 3:13, "Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya".

Badan Pemeriksa Keuangan biasanya menerbitkan hasil pemeriksaan penggunaan anggaran keuangan negara dengan suatu penilaian. Penilaian tertinggi adalah sertifikat wajar tanpa pengecualiaan atau disingkat dengan WTP.  Penilaian ini adalah kategori terbaik dimana tidak ada cacat dalam pemakian anggaran. Namun dengan istilah wajar, ini sebenarnya sudah memiliki arti memaklumi suatu kesalahan tapi pada tingkat kewajaran. Dengan adanya kontrol yang demikian setiap pimpinan daerah dan pengguna wewenang memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebaik mungkin tanpa cacat dan kesalahan. Jika pun ada kekeliruan kita bersedia dikoreksi dan diperbaiki demi kesempurnaan

Tidak bercacat di hadapan Allah, merupakan suatu tugas dan tanggung jawab orang percaya. Kita telah menerima anugerah yaitu keselamatan di dalam Yesus Kristus, maka keselamatan itu harus kita kerjakan sampai kedatangan Yesus Kristus keduakalinya. Jika Tuhan datang, bagaimana hidup kita? Inilah yang diajarkan oleh renungan di pagi ini, jangan tergoda tetapi tetaplah terjaga memelihara iman yang tak bercela. Jika Tuhan datang kita ditemukan hidup kudus dan tak bercacat di hadapan Allah.

Dalam pemahaman Yahudi, istilah tak bercacat dihadapan Allah adalah suatu istilah peribadahan dalam mempersembahkan kurban. Imam telah menentukan jenis-jenis hewan korban (Bil 7:87-88). Jika seseorang menyampaikan kurban bakaran maka imam akan memeriksa ternak yang akan dikurbankan dan dipastikan tidak bercacat atau bercela (Im 22:20-21). Demikian dengan pribadi yang mempersembahkan korban harus benar-benar kudus dan tidak najis. Peratuan ibadah yang sangat ketat demikian menekankan Allah menghendaki pribadi yang menyerahkan korban harus benar-benar kudus dan kurban yang dipersembahakan juga tak bercatat. Itulah yang diingatkan Paulus kepada jemaat Tessalonika bahwa Tuhan menghendaki kita kudus dan tidak bercela. Dalam hidup dan aktifitas keseharian kita janganlah bercela dan bercacat, karena itu yang dikehendaki Allah.

Bagaimana kita tidak bercacat di hadapan Allah? Bukankah kita manusia adalah orang berdosa, tercela dan bercacat di hadapan Allah? Sesungguhnya kita tak layak di hadapan Allah. Namun Tuhan telah menerima kita dengan suatu korban pendamaian dan penghapusan dosa di dalam Yesus Kristus. Kita datang ke hadapaan Allah bukan karena kita layak, tetapi dilayakkan oleh Yesus Kristus. Cela dan dosa kita telah dihapuskanNya melalui kerelaanNya menjadi kurban perdamaian di hadapan Allah dengan kematianNya di kayu salib. Maka di dalam Yesus Kristus, Allah menerima kita. Dengan demikian kita yang telah menerima pengampunan dan penghapusan dosa harus memelihara pengampunan itu sampai kedatangan Kristus kelak. Dosa kita telah diampuniNya, maka dengan segala kekuatan yang ada pada diri kita harus memelihara keselamatan itu dengan tidak berbuat dosa lagi. Tuhan menghendaki kita sempurna sebagaimana pesan Yesus di Matius 5:48, "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Karena itu marilah kita pelihara keselamatan yang telah dianugerahkan kepada kita dengan bersedia melakukan pekerjaan yang terbaik dan berusaha tak bercacat dalam segala tugas dan tanggungjawab yang kita emban. Amin.