running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Sabtu, 30 Desember 2017

"MENERIMA KASIH KARUNIA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MENERIMA KASIH KARUNIA

Yohanes 1:16, "Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia".

Ada hal menarik dari penjelasan Injil Yohanes tentang keselamatan. Jarak keselamatan itu diungkapkan dengan pendek dan mudah dipahami: pada mulanya adalah firman dan firman itu besama-sama dengan Allah dan firman itu adalah Allah. Firman telah menjadi daging. Dengan membaca pasal 1 Injil Yohanes kita sangat memahami akan missi Allah kepada manusia di dalam diri Yesus Kristus. Manusia ibarat seorang yang berjalan menuju tersesat, jika melanjutkan perjalannya akan menuju jurang kebinasaan. Namun di dalam Yesus Kristus manusia menemukan jalan keselamatan. Itulah kasih karunia Allah yang nyata, Yesus Kristus adalah jalan keselamatan yang ditetapkan Allah. Barang siapa yang percaya memperoleh keselamatan. Yesus berkata: Akulah jalan, kebenaran dan hidup (Yoh 14:6).

Rencana keselamatan itu di dalam diri Yesus Kristus adalah kepenuhan Allah untuk menyelamatkan manusia.  Keselamatan itu telah sempurna dan sudah selesai dikerjakan oleh Yesus Kristus. Itulah kasih karunia yang besar bagi kita. Allah telah memenuhi keselamatan melalui kehadiran Yesus Kristus di dunia ini. Atau dengan kata lain di dalam Yesus Kristus janji Allah dipenuhi. 

Dalam kasih karunia diterjemahkan dari kata 'xaris' menggambarkan seseorang yang tidak layak menerima sesuatu namun dia menerima suatu pemberian.  Seperti seorang dalam pengadilan, sesungguhnya jika ditimbang dari perbuatannya dia akan divonnis bersalah bahkan vonnis mati, namun apa yang diterimanya dia dinyatakan bebas. Kebebasannya bukanlah karena dia benar dan layak bebas. Dia bebas hanya karena 'xaris' atau kasih karunia. Demikianlah manusia memperoleh  kasih karunia di dalam diri Yesus Kristus. 

Hidup di dalam kasih karunia adalah kebalikan dari Adam yang pertama yang dikeluarkan dari Eden. Itulah sebabnya Paulus dalam surat Roma menjelaskan melalui satu orang (Adam) manusia telah jatuh di dalam dosa. Melalui satu orang yaitu Yesus Kristus kita hidup di dalam kasih karunia.

Penjelasan Injil Yohanes ini menegaskan bahwa rencana keselamatan itu sesungguhnya ada pada Allah. Pertanyaannya adalah, jika kita orang yang memperoleh kasih karunia apakah tugas dan tanggung jawab kita? Ada ungkapan: pemberian adalah tanggung jawab. Seorang yang menerima job atau posisi baru tentu dia akan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Maka kita harus bersyukur dan memelihara kebebasan. Satu hal yang ditekankan oleh Yohanes bahwa dunia kita ini diperhadapkan pada perlawanan gelap dan terang. Dengan menerima xaris kiranya hidup kita diterangi Kristus dan terang yang ada pada kita mengusir kegelapan.  Jangan lelah bekerja di ladang Tuhan tetaplah bersinar seperti lilin kecil, sekalipun kegelapan melingkupi sekitar, lilin kecil  sangat berpengaruh menerangi sekitar yang dilingkupi kegelapan. Amin.

Jumat, 29 Desember 2017

"TUHAN BERSAMA ORANG YANG REMUK HATI " Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TUHAN BERSAMA ORANG YANG REMUK HATI

Yesaya 57:15, "Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk".

Ada yang menarik dari renungan di pagi ini, di satu sisi keberadaan Allah itu adalah Allah yang transenden: berada jauh di tempat yang maha tinggi, tidak terjangkau oleh manusia. Tetapi lihatlah, di sisi lain Allah itu adalah immanen. Dia berada di tengah-tengah manusia yang mengalami penderitaan, berbeban bahkan yang remuk hati. Remuk hati adalah suatu istilah untuk menjelaskan keadaan seseorang yang frustrasi atau stress. Orang yang berjuang dalam hidupnya namun usahanya gagal dan seolah penuh kesia-siaan. Remuk hati, seolah tiada lagi tenaga dan kekuatan untuk bangkit berdiri, pasrah atas keadaan dan tak berdaya. Namun dalam situasi seperti inilah Yesaya memberitakan tentang penghiburan bagi umatNya, Allah hadir di tengah-tengah orang yang remuk hati. 

Penjelasan Yesaya tentang keberadaan Allah di tengah-tengah orang yang remuk hati menjadi penghiburan yang sangat berarti. Seberat apapun beban hidup dan pergumulan seseorang, dia tidak sendirian tetapi ada Tuhan bersama-sama mereka dalam menanggung beban hidupnya. Dalam keadaan tak berdaya dan ketidak-mampuan untuk bangkit berdiri ada Tuhan penopang dan penolong orang yang berkesusahan. Allah tidak membiarkan umatNya tenggelam oleh beban, tetapi Ia memberikan penghiburan dan pertolongan. Penghiburan Allah tidak pernah terlambat, Ia datang tepat waktu, tinggal kita harus setia dan bersabar menantikan pertolonganNya.

Inilah penghiburan bagi orang percaya. Dalam banyak pengalaman kita sering mengandalkan diri, kekuatan dan kemampuan diri. Kadang menjadi sombong seolah seluruh beban hidup bisa diatasi oleh karena kemampuan diri. Namun ketika tidak mampu lagi, dia remuk dan pukulan bathin yang susah disembuhkan. Renungan di pagi hari ini mengajak kita: andalkan Tuhan yang senantiasa hadir dalam pergumulan hidup kita. Jika beban hidup terasa berat, jangan pernah berputus asa. Allah itu ada di tengah-tengah kita. Dia memberi pertolongan dan berkenan mengambil beban yang menimpa kita asalkan kita mau menyerahkan semua beban itu padanya. 1 Petrus 5:7, "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu". Amin.

Kamis, 28 Desember 2017

"PENEBUSAN KRISTUS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

PENEBUSAN KRISTUS

Galatia 4:4-5, "Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak".

Istilah penebusan dalam Perjanjian Baru, muncul dari konteks perbudakan. Makna penebusan ini dipakai oleh Paulus agar lebih mudah dipahami arti penebusan Yesus Kristus dari kuk perhambaan dan kuasa dosa. Sejak manusia jatuh dalam dosa, manusia menjadi hamba dosa. Seperti seorang budak tidak akan pernah bisa menjadi seorang merdeka, dia terikat kepada tuannya. Jika dia ditebus oleh seorang tuan, maka dia akan merdeka dari tuannya yang pertama dan terikat atau diperhamba kepada tuan yang baru menebusnya. Tidak ada lagi ikatan kepada tuan yang pertama tetapi sepenuhnya telah terikat pada tuan yang menebusnya. Seorang budak biasanya dibeli dengan uang tebusan.

Konsep ini dipakai oleh Paulus untuk menjelaskan keberadaan manusia atas dosa dan penebusan Allah. Manusia telah jatuh di dalam dosa dan tak seorang pun mampu keluar dari kuasa dosa. Demikian dengan umat Allah ketika mereka menerima hukum Taurat berjanji akan melakukan apa yang diperintahkan oleh Taurat, dan umat itu berkata amin. Dan terkutuklah orang yang melanggar hukum Taurat dan umat itu mengatakan amin (Baca. Ulangan 26-27). Namun hukum Taurat menegaskan bahwa manusia berdosa karena tak seorang pun yang mampu melaksanakan hukum Taurat (Rom 3:10). Maka dengan penjelasan ini jelaslah bagi kaum Yahudi yang menganggap dirinya benar oleh karena mereka memelihara Taurat justru semakin menegaskan bahwa tak seorang pun benar dan kita telah diperhamba dosa. Upah dosa adalah maut (Roma 6:23).

Selama kita takluk di dalam hukum Taurat kita diperhamba dosa.  Itulah sebanya Yesus Kristus datang ke dunia ini untuk menggenapi hukum Taurat. Yesus datang untuk menebus kita manusia yang telah diperhamba oleh dosa. Penebusan Yesus dari kukuk hukum Taurat dilakukan dengan mengorbankan diriNya di kayu salib (Band Gal 3:10; Efs 1:7; Yoh 1:17).

Dengan penebusan Yesus Kristus kita telah bebas dari kuasa dosa, kita menjadi umat kepunyaan Allah. Kita ditebus bukan diperlakukan sebagai hamba di hadapan Kristus, tetapi kita diangkat dan ditetapkan sebagai anak yang menyebut Allah sebagai Bapa atau Abba; anak-anak Allah yang ditetapkan untuk menerima warisan kehidupan yang kekal.

Inilah sukacita kita, kita ditetapkan sebagai anak-anak Allah, ahli waris dalam kerajaan Allah. Penetapan kita menjadi ahli waris bukan karena kemampuan kita memenuhi kehendak Allah sebagaimana dituntut oleh hujum Taurat, tetapi ditetapkan karena penebusan dan pengorbanan Yesus Kristus. Mari kita pelihara status baru ini. Mari kita tunjukkan sikap, perkataan dan perbuatan sebagai anak-anak Allah di manapun kita berada. Kita telah ditebus bukan dengan perak atau emas namun dengan darahNya yang mahal. Pengorbanan Kristus sungguh luar biasa karena kita sangat berharga di mata Tuhan. Amin.

Sabtu, 16 Desember 2017

"SIAPA YANG TERBESAR?" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SIAPA YANG TERBESAR?
(Markus 10:42-43)

"Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.  Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu".

Siapa yang terbesar, adalah awal titik rawan bagi kedua belas murid. Jika kita perhatikan bacaan Injil Markus 10 ini, ada reaksi kemarahan dari murid-murid lainnya ketika Yakobus dan Yohanes meminta sesuatu kepada Yesus: yakni, kelak dalam KerajaanNya agar diijinkan mendapat jabatan terbesar: satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiriNya.  Mendengar itu murid-murid lainnya marah dan  menjadi titik rawan di kalangan para murid, seperti disebut di Mrk 10:41, "Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes"

Yesus sangat paham perasaan murid-murid yang lain, karena sipapun orang pasti berlomba menjadi orang terdekat, berlomba menjadi orang nomor satu dan terbaik dan tidak suka menjadi orang pinggiran. Selain menyadari titik rawan ini Yesus juga paham betul letak kesalahan permintaan Yakobus da Yohanes, karena dalam Kerajaan Allah yang diajarkan Yesus bukan sama seperti kerajaan dunia ini, menjadikan panglima terdekat, orang-orang terdekat dan berlomba menjadi nomor satu dengan kuasa dan kekerasan. Tidaklah demikian dengan Kerajaan Allah. Yesus mengajarkan: siapa yang mau terbesar harus bersedia menjadi hamba. Menjadi yang terbesar adalah siapa yang mau melayani. Karena anak manusia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani (Mrk 10:45)

Bersedia menjadi hamba yang melayani orang lain, ini sangat penting. Ibarat seorang hamba terhadap tuannya, maka siapa yang terbesar harus bersedia mengosongkan diri dan mau melayani orang lain. Ini sungguh terbalik dari keinginan setiap orang, menjadi terbesar umumnya bertujuan agar banyak orang yang melayaninya. Namun inilah kelebihan Yesus sang Guru Agung, Ia menawarkan moralitas baru bagi umat manusia. Siapa yang terbesar bukan berlomba menjadi mental tuan yang dilayani atau memiliki kemampuan menundukkan orang lain sebanyak-banyaknya, tetapi berlomba menjadi hamba yang melayani orang lain.

Renungan di pagi hari ini memberikan arah baru tentang karakter pribadi yang luhur bagi kita. Siapa terbesar jadilah pelayan bagi sesama. Pemimpin besar bukanlah ditentukan kemampuannya mencapai puncak kepemimpinan, tetapi sejauh mana jabatan yang diembannya untuk melayani orang lain. Kepemimpinan inilah yang kita kenal dengan kepemimpinan hamba (humble leadership). Pemimpin besar bukan seorang yang memiliki kemampuan untuk memaksa orang lain mencapai tujuan, tetapi kesediaan merendahkan diri menjadi pelayan bagi sesamanya. Marilah memulainya dalam lingkungan kita masing-masing: melayani, melayani lebih sungguh! Amin.

Jumat, 15 Desember 2017

"BANGKITLAH! JANGAN TAKUT" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BANGKITLAH! JANGAN TAKUT

Yesaya 54:4, "Janganlah takut, sebab engkau tidak akan mendapat malu, dan janganlah merasa malu, sebab engkau tidak akan tersipu-sipu. Sebab engkau akan melupakan malu keremajaanmu, dan tidak akan mengingat lagi aib kejandaanmu"

Ada dua analogi yang dipakai oleh Yesaya dalam renungan pagi ini mengenai umat Allah dalam pembuangan: masa remaja dan kejandaan. Kedua istilah ini dipakai sebagai kiasan untuk menjelaskan sikap dan realitas bangsa Israel agar bangkit dari kekurangan dan kesalahan mereka, yang menyebabkan mereka dibuang ke Babel.

(1). Masa remaja adalah masa muda dimana sikap kekanak-kanakan, melakukan  hal menjengkelkan dan sikap kurang dewasa. Mungkin juga sering membuat orangtua kesal karena usaha menunjukkan jati diri. Kadang merasa mampu padahal tak dapat berbuat apa-apa. Berani kritik, bicara yang ideal, namun belum dapat berbuat apa-apa yang membangun. Apa yang disampaikan oleh Yesaya di sini jika diteliti dari sudut psikologi, itu benar.  Biarlah begitu. Dari diri Allah sendiri Yesaya menyatakan Tuhan maklum, bahkan Tuhan meneguhkan mereka agar tidak merasa malu atas segala sikap ketidak dewasaan mereka.  Ketidak dewasaan mereka akan bertumbuh akhirnya bisa dewasa.  Mereka masih dalam pertumbuhan, kelak setelah dewasa mereka akan belajar dari pengalamannya untuk berbuat yang lebih dewasa. Di sini Tuhan memahami dan berkenan mengampuni dan memaafkan sikap umatNya. Jadi jangan merasa malu atas segala sikap yang kurang dewasa selama ini. Mulailah berubah, Tuhan memakluminya.

(2). Janda adalah kemalangan yang luar biasa menurut kaum Yahudi. Alkitab mewarisi budaya patriakhal bahwa istri adalah milik suami. Maka seorang janda akan memiliki pergumulan berat, karena status kepemilikan hartanya tidak diwariskan padanya namun kepada saudara laki-lakinya. Seorang janda hanya diijinkan menikah dengan saudara suaminya, jika tidak ada yang mau baru keluarga terdekat. Pergumulan janda adalah sering hak-hak mereka diabaikan di tengah masyarakat. Maka Alkitab sangat menekankan agar jangan ada penindasan terhadap janda (Kel 22:22) dan kalau kita baca kitab nabi-nabi, mereka sangat keras menyuarakan perlindungan pada janda.  Dalam status sosial demikian janda sering dianggap sebelah mata.  Karena sikap-sikap masyarakat terhadap janda pada jaman itulah, maka Allah mengatakan "jangan takut". Tuhan sendiri menjadi Bapak bagi mereka. Allah pembelanya, Allah pelindung dan pemelihara bagi mereka, seperti diaebut di Yes 54:5, "Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi".

Renungan di pagi hari ini merupakan nasihat dan anjuran yang memotivasi kita agar bangkit berdiri. Bangkit dan mulailah beranjak dari ketidak dewasaan, dari kesalahan dan dari berbagai kekurangan untuk membuat perubahan. Jangan merasa malu atau takut sebelum bertindak. Orang yang takut dan tidak mau melakukan perubahan tidak akan pernah mengalami perubahan itu sendiri. Sama seperti seorang marketing, bagaimana publik tahu produknya ditolak orang, jika dia sendiri belum menawarkannya ke publik.

Ada juga keluarga, sudah bertahun-tahun tak bergereja, setiap diajak bergereja dia selalu menolak. Akhirnya tiba pada kesimpulan pada dirinya kalau orang tidak menghendakinya bergereja. Akhirnya rasa takut dinilai orang muncul. Padahal orang merindukannya untuk ikut berpartisipasi dalam ibadah gereja. Mari lakukan perubahan. Jangan takut salah dan jangan merasa malu. Semuanya bisa belajar. Tidak ada manusia yang sempurna, Tuhan akan menguatkan dan menyempurnakan. Amin.

Rabu, 13 Desember 2017

Serah Terima Laporan Pertanggungjawaban - Tahun Pendidikan dan Pemberdayaan, HKBP Sutoyo Bermazmur, Pesta Gotilon dan Parheheon Ama


"SEMAKIN MENGENAL ALLAH" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SEMAKIN MENGENAL ALLAH

Yehezkiel 20:12, "Hari-hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan di antara Aku dan mereka, supaya mereka mengetahui bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka".

Kita pasti tahu akan ungkapan "tak kenal maka tak sayang, setelah kenal maka sayang!". Ungkapan ini muncul dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. Sesudah saling kenal bisa saling menyapa dimanapun ketemu. Idealnya relasi seseorang semakin akrab jika saling kenal, yang pada akhirnya bisa menjadi sahabat. 

Namun lain halnya dengan apa yang disampaikan oleh Yehezkiel dalam renungan di pagi hari ini. Ia berdialog dengan tua-tua Israel yang meminta petunjuk kepadanya tentang apa yang harus mereka perbuat agar krisis yang dialami bangsa itu pada masa-masa akhir raja-raja Yehuda. Yehezkiel berbicara tentang sejarah pengalaman bangsa Israel: dalam susah dan senang dan dalam berkat dan kutukan yang mereka alami; umat Allah telah lupa dan mengabaikan perbuatan Allah dalam sejarah bangsa Israel. Mereka tidak mengenal Allah dari sejarah yang mereka lalui. Lihatlah, bukankah Allah telah membebaskan mereka keluar dari perbudakan Mesir dengan tangan yang kuat? Siapakah mereka sehingga bisa keluar dari raja Firaun yang keras kepala itu? Kalau bukan Tuhan niscaya umat itu tidak bisa berbuat apapun terhadap Firaun. Tuhan juga menuntun mereka di gurun dan memberi perintah dan ketetapan-ketetapan agar mereka menunjukkan kehidupannya sebagai umat Allah. Mereka ditetapkan beribadah setiap Sabath: berhenti melakukan aktifitas dan beribadah kepada Tuhan. Tuhan menguduskan dan mentahirkan bangsa itu berbeda dari bangsa-bangsa lain di dunia ini karena mereka adalah milikNya. Namun apa yang terjadi? Mereka tegar tengkuk, mereka tak setia, berhala masih di pelihara dan tidak sungguh-sungguh beribadah dan berbakti kepada Allah.

Dialog Yehezkiel dengan para tua-tua Israel ini menarik, umat itu seolah menuntut haknya sebagai umat Allah yang semestinya memperoleh keselamatan, jaminan pemeliharaan sebagaimana janji Tuhan kepada Abraham, Ishak dan Yakub. Bukankah mereka umat Allah, namun mengapa krisis dan tekanan dari bangsa-bangsa asing semakin membuat mereka terpuruk? Yehezkiel sendiri menubuatkan pembuangan bangsa Israel sebagai hukuman Tuhan atas ketidak setiaan mereka memelihara perintah dan ketetapan-ketetapanNya.

Semestinya dari seluruh pengalaman sejarah yang terjadi, pemberian ketetapan dan perintah yang mereka terima harus semakin mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah-ibadah mereka. Pengalaman mereka bersama menyaksika mujizat dan perbuatan besar Allah semestinya membuat mereka semakin takut dan takjub.  Penetapan Sabath atau peristirahatan seharusnya membuat umat Allah berhenti dari berbagai aktifitasnya dan mengkhususkan diri beribadah: memuji dan memuliakan Tuhan dan memohon berkatNya.

Renungan ini mengajak kita untuk semakin mengenal Allah lewat pengalaman kita.  Jika kita sadari, kita pasti bersyukur: apa adanya hidup kita saat ini semua itu adalah karena kasihNya dan karena berkatNya. Karena itu jangan lupa diri, seperti "kacang lupa akan kulitnya". Tetapi dari semua yang kita terima mari semakin mengenal dan mendekatkan diri kepadaNya. Allah itu baik,  penolong dan pemelihara kita. Allah melakukan lebih dari apa yang kita butuhkan dalam hidup ini. Seperti syair lagu Josh Groban: "you raise me up more than I can be."
Mari sampaikan syukur terima kasih atas segala kebaikan Tuhan! Amin.

Selasa, 12 Desember 2017

"SALING MENGUATKAN LEWAT FIRMAN , NYANYIAN ROHANI DAN DOA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"SALING MENGUATKAN LEWAT FIRMAN , NYANYIAN ROHANI DAN DOA"

Kolose 3:16, "Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu".

Sangat menarik penjelasan Paulus dalam renungan pagi ini bahwa segala aktifitas pelayanan gereja haruslah didasari dari pemahaman dan penghayatan akan firman Tuhan. Jika firman Tuhan diabaikan maka gereja itu akan kehilangan fondasi dan disorientasi dalam pelayanannya. Inilah kelebihan persekutuan orang percaya dibanding dengan perskutuan lainnya di dunia ini, karena dasar berpijak dari seluruh aktifitas pelayanan kita adalah firman Tuhan. Firman Tuhan merupakan kekuatan bagi kita dalam melakukan aktifitas persekutuan orang percaya.

Firman Tuhan sebagai sumber kekuatan karena memiliki kuasa, kuat dan lebih tajam dari pedang bermata dua, sebagaimana disebut dalam Ibrani 4:12, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. (Band Efesus 6:17 "pedang rohani"). Firman itu adalah sumber hidup, karena manusia hidup bukan hanya dari roti tetapi dari firman (Matius 4:4). Firman itu menegor, memperbaiki kesalahan dan memperlengkapi orang percaya (2 Tim 3:16) dan firman menumbuhkan iman (Rom 10:17). Itu beberapa contoh tentang pentingnya firman Tuhan dalam hidup orang percaya.

Dalam renungan pagi ini Paulus memberikan suatu nasehat bahwa firman itu harus tinggal di dalam persekutuan. Firman yang dibaca dan didengarkan menjadi fondasi bagi persekutuan untuk saling meneguhkan yang satu dengan lainnya. Selain firman, jemaat hidup dalam nyanyian rohani, kidung pujian dan doa. 

Firman harus tinggal di tengah jemaat, hal ini penting karena ketersediaan bacaan Alkitab bukan seperti keadaan zaman sekarang, tersedia buku cetak dan elektronik, tetapi jaman itu firman yang dibacakan merupakan suatu surat edaran yang dituliskan dengan tangan dan dikirimkan oleh rasul-rasul dan dibacakan di jemaat-jemaat secara bergiliran (semacam surat keliling). Jika firman yang dibaca diabaikan saja maka sangat sia-sia rasanya rasul menuliskannya. Paulus mendorong agar jemaat memahami, menghayati dan melakukan firman dalam kehidupan jemaat. 

Selain firman, Paulus juga menekankan pentingnya aktifitas persekutuan orang percaya hidup dalam mazmur, kidung pujian, nyanyian rohani dan doa ucapan syukur kepada Allah. Melalui nyanyian dan mazmur kita mengagungkan Tuhan. Dalam banyak hal lagu rohani sangat menghibur dan menguatkan kita dalam segala pergumulan yang kita hadapi. Tidak jarang warga jemaat menangis tersedu ketika lagu yang dikumandangkan berkenaan dengan pergumulan hidupnya. Lagu rohani telah menjadi kesaksian yang meneguhkan dan menguatkan orang percaya di sepanjang zaman.

Demikian juga dengan doa, persekutuan orang percaya hidup di dalam doa. Doa adalah nafas hidup orang percaya. Kita berdoa agar kita beroleh kekuatan dalam menjalani hidup ini. Di dalam persekutuan jemaat doa adalah mesin yang menghidupkan persekutuan. 

Firman Tuhan, lagu rohani dan doa merupakan tiga unsur yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan orang percaya agar dapat saling meneguhkan dan menguatkan. Renungan pagi ini mengajak kita untuk ikut mencari kebenaran firman lewat khotbah, renungan dan PA. Turutlah dalam lagu pujian dan persekutuan doa di gereja Anda, maka Anda akan merasakan pertumbuhan rohani. Amin.

Sabtu, 09 Desember 2017

"MENELADANI KRISTUS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MENELADANI KRISTUS

Filipi 2:5, "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus"

Mungkin kita pernah melihat stiker yang ditempelkan di belakang mobil yang bertuliskan: "FOLLOW ME, I HAVE JESUS".  Stiker ini pastilah dituliskan oleh orang Kristen untuk menganjurkan bagi siapa yang membacanya agar mau mengikut Yesus. Namun mungkin Anda akan berpikir ulang, jika sang pengemudi mobil tersebut ugal-ugalan, melanggar rambu-rambu lalu lintas dan membuang sampah dari kaca mobil? Sungguh orang yang melihatnya akan geram dan marah. Maksud hati mengajak orang lewat stiker tertempel, namun justru membuat orang memiliki penilaian yang negatip bagi pengikut Yesus. Jadi pengikut Yesus harus mencerminkan sikap dan pribadi Yesus. 

Renungan di pagi hari ini merupakan ajakan Paulus agar orang percaya mengikuti teladan Yesus Kristus.  Gaya hidup pengikut Yesus harus sungguh-sungguh meneladani hidup Yesus Kristus. Dalam gereja mula-mula, ketertarikan orang menjadi Kristen adalah karena gaya hidup mereka yang bersekutu, masing-masing milik kepunyaannya menjadi milik bersama, adanya solidaritas dan menopang yang satu dengan yang lain.  

Bagaimana kita menaruh pikiran-pikiran dan perasaan yang terdapat juga di dalam Kristus Yesus? Yesus Kristus adalah teladan bagi setiap orang: hidupNya, perkataanNya, perbuatanNya dan kesetiaanNya hingga mati di kayu salib. Dia rela berkorban dan menyerahkan hidupNya untuk tebusan banyak orang. Kemanapun  Yesus pergi selalu melakukan pelayanan kasih: menyembuhkan, memberikan motivasi bagi orang remuk hati, memberi pengampunan bagi yang berdosa dan mendidik orang mengenal Kerajaan Allah.  Seluruh hidupNya diabdikan untuk memenuhi missi Allah: menyelamatkan manusia (Baca Yoh 3:16). Jika Paulus menyerukan, hendaklah kamu menaruh pikiran dan perasaan di dalam Yesus Kristus ini berarti, hidup kita: sikap, kata dan perbuatan sepadan dengan karakter Kristus.

Apakah itu karakter Kristus? Jika kita baca Filipi 2 ditekankan tentang kesediaan 'mengoskngkan diri'. Mengosongkan diri diterjemahkan dari 'kenosis' (Yunani): bersedia meyangkal keberadaan dirinya dan menerima adanya status dan keberadaan baru bagi dirinya. Meninggalkan segala kelebihan dan kemuliaannya masuk pada status baru. Seperti kisah seorang raja dari istana yang blusukan menjadi rakyat biasa, hidup dan tinggal bersama rakyat biasa, merasakan apa yang mereka rasakan tanpa diketahui oleh rakyat. Lebih dari itu Yesus Kristus yang turun ke bawah, meninggalkan kemuliaanNya dan mengambil rupa seorang hamba, agar dia dapat menyelamatkan manusia. Allah yang Mahatinggi berkenan  turun ke dunia. Suatu sikap rendah hati dan berkorban, setia melakukan missiNya hingga mati di kayu salib. Kesediaan mengosongkan diri dengan merendahkan diri menjadi sama dengan manusia membuat Yesus Kristus ditinggikan diatas segala nama (Filipi 2:9).

Panggilan untuk meneladani Kristus pada renungan pagi ini mengingatkan kita sebagai pengikut Yesus harus mengikuti jejakNya. Hendaklah kamu menaruh perasaan dan perbuatan yang ada di dalam Kristus adalah panggilan bagi kita semua agar meneladani Kristus untuk rendah hati, mengabdikan diri dalam pelayanan kasih, rela berkorban, mengampuni dan memaafkan, tidak pernah membalaskan serta setia kepada missi dan kehendak Allah. Apa yang dilakukanNya adalah untuk mendatangkan sukacita dan keselamatan bagi setiap orang. Kenosis Kristus, Kristus yang mengosongkan diri menjadi sumber motivasi yang kuat bagi kita untuk selalu menempa diri rendah hati dan melakukan kasih yang tulus tanpa pamrih. Amin.

Kamis, 07 Desember 2017

"PENGURUS YANG BAIK" (Memaknai Kerja) Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"PENGURUS YANG BAIK" (Memaknai Kerja) 
1 Petrus 4:10, "Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah".

Pemberian adalah tanggungjawab, demikian ungkapan orang Jerman ini diterjemahkan dari kata "Gabe itz aufgabe". Makna ungkapan ini sangat penting agar setiap orang memelihara dan melakukan tugasnya dengan baik penuh dengan tanggung jawab sebagai petugas yang baik. Jika Anda diberi tugas dan wewenang itu adalah amanah yang harus dipertanggung-jawabkan dengan baik. Dari ungkapan ini kita hendak diarahkan bahwa jabatan bukanlah kekuasaan tetap alat pelayanan yang diabdikan dengan penuh tanggungjawab demi kebaikan banyak orang.

Sejajar dengan itulah rasul Petrus mengingatkan jemaat mula-mula agar tugas dan tanggung jawab apapun yang dipercayakan kepada mereka di tengah-tengah masyarakat, pekerjaan dan persekutuan, mereka harus memaknainya sebagai pelayanan. Memang, jemaat mula-mula terdiri dari masyarakat awam,  mereka banyak dari kalangan budak, masyarakat marjinal dan yang  tidak terpandang, kalaupun ada beberapa di antara mereka yang terpandang masih relatif sedikit. Inilah kelebihan orang percaya memahami pekerjaan dibanding dengan lainnya. Rasul mengajarkan dan memberikan pembekalan sejak awal dan membedakan dengan orang lain bahwa apapun pekerjaan, professi yang mereka geluti dan tugas dan tanggung jawab yang mereka terima harus dipertanggungjawabkan dengan baik seperti seorang pengurus yang baik.

Renungan pagi ini mengingatkan kita akan tugas dan tanggung jawab kita. Apapun pekerjaan yang kita geluti pahamilah sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Jadilah pengurus yang baik: pemberi motivasi, mengakomodir semua kepentingan dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Dalam suatu organisasi pengurus yang baik sangat menentukan kemajuan organisasi yang dipimpinnya. Sebanyak apapun potensi sumber daya manusia dan sumber daya ekonomi suatu lembaga atau suatu organisasi, jika tidak dipimpin oleh pengurus yang baik akan mengalami kebangkrutan.

Berkaitan dengan mengelola pekerjaan dengan baik sebagai pengurus yang baik, sangat menarik apa yang disebutkan Jansen Sinamo, 8 Etos Kerja Kristiani :
ETOS 1, Kerja Adalah Rahmat: Bekerja Tulus Penuh Rasa Syukur
ETOS 2, Kerja Adalah Amanah: Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab
ETOS 3, Kerja Adalah Panggilan: Bekerja Tuntas Penuh Integritas
ETOS 4, Kerja Adalah Aktualisasi: Bekerja Keras Penuh Semangat
ETOS 5, Kerja Adalah Ibadah: Bekerja Serius Penuh Kecintaan
ETOS 6, Kerja Adalah Seni: Bekerja Cerdas Penuh Kreativitas
ETOS 7, Kerja Adalah Kehormatan: Bekerja Tekun Penuh Keunggulan
ETOS 8, Kerja adalah pelayanan: bekerja paripurna penuh kerendahan hati.


Pemahaman kerja yang harus dikelola sebagai pengurus yang baik akan menghasilkan buah yang optimal dan menjadi kesaksian bagi banyak orang. Jadilah pengurus yang baik! Dari hal kecil hingga hal besar. Yesus berkata : barang siapa setia dalam perkara kecil, Ia setia dalam perkara besar (Lukas 16:10a). Dalam berbagai hal kepemimpinan yang baik ditunjukkan dengan kepengurusan yang baik: bertanggungjawab, melayani dan rendah hati. Amin.

Rabu, 06 Desember 2017

"SANG GEMBALA DAN HAKIM" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SANG GEMBALA DAN HAKIM

Yehezkiel 34:22, "Maka Aku akan menolong domba-domba-Ku, supaya mereka jangan lagi menjadi mangsa dan Aku akan menjadi hakim di antara domba dengan domba".

Satu kritik sosial dari Yehezkiel di tengah-tengah umat Allah adalah kealpaan para gembala, yaitu raja, imam dan nabi. Raja diberi wewenang membawa kesejahteraan dan melindungi umat Allah dari berbagai ancaman musuh. Namun kebalikannya yang terjadi, kebijakan mereka hanya menambah beban umat Allah. Ancaman negara asing sangat mendesak seolah tak ada pemimpin untuk memberikan kepastian perlindungan bagi umat Allah.  Jika kita baca fasal 25 Yehezkiel menyerukan nubuatan terhadap bangsa-bangsa.  Krisis tak dapat diatasi hingga mereka terbuang ke Babel. Yehezkiel sendiri ikut ke pembuangan Babel. Demikian halnya para imam, benar mereka menjalankan tugas imam mendoakan kurban bakaran di bait Allah, namun tak pernah berpikir bagaimana memotivasi dan menginspirasi agar spiritualitas umat bertumbuh. Mereka hanya menanti di bait suci, menunggu kurban persembahan dan membiarkan iman yang kerdil dan gersang. Atas hal itu Yehezkiel bersuara: "Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan" (34:7)

Dalam keadaan demikianlah Yehezkiel hadir menyuarakan bahwa Tuhan sendiri menjadi gembala bagi umatNya. Sebagai gembala Tuhan akan menuntun mereka ke padang rumput yang hijau, ke air yang tenang, memberikan ketenteraman dan kenyamanan. Dipastikan takkan ada serigala yang memangsa kawanan domba. Tepat seperti ungkapan pemazmur, jika Tuhan gembala kita, tak kan kekurangan sesuatu apapun (Mzm 23:1). Sebagai gembala Tuhan akan melindungi dan meolong umatNya dari berbagai pergumulan dan beban hidup mereka.

Selain sebagai gembala, renungan di pagi hari ini meyakinkan bahwa Tuhan itu adalah hakim yang memberikan ganjaran dan hukuman bagi para pelaku yang menindas dan memangsa sesamanya. Sebagai hakim Tuhan itu adil, Dia mengetahui tindak tanduk setiap orang bahkan niat di dalam hati yang tersembunyi sekalipun Dia mengetahuinya. Tuhan akan bangkit, memberikan ganjaran dan hukuman bagi setiap orang menurut perbuatannya. Tak ada yang luput dari penyidikanNya, semuanya akan terbuka di hadapan Allah dan memberikan hukum masing-masing.

Dalam bagian ayat terakhir disebut: 'hakim di antara domba dengan domba'. Di sini tugas sebagai Hakim tentu Tuhan tidak hanya pemberi hukuman, namun berusaha mempertemukan domba dengan domba untuk mendamaikan perselisihan, kesalah-pahaman dan kekeliruan antara yang satu dengan yang lain. Ada orang berkonflik tanpa saling ada yang salah, namun saling berbeda pemahaman dan penafsiran yang keliru karena praduga dan kecurigaan yang menyesatkan. Kekaosan seperti itu bisa saja terjadi dalam persekutuan orang percaya. Tuhan sebagai Hakim dan sekaligus sebagai Mediator untuk mempertemuan dan mendamaikan umatNya.

Renungan pagi ini memberikan jaminan bahwa:
(1). Tuhan itu Gembala kita. Dia akan menolong, melindungi dan membawa kita kepada kebahagiaan dan sejahtera. Karena itu mari dengarkan suara Tuhan sang Gembala yang baik.  (2). Tuhan itu Hakim yg menghukum dan memberi ganjaran kepada setiap menurut perbuatannya. Hukumannya pasti bagi setiap orang. Tak satupun yang luput dari hukumanNya. Maka mari takut melakukan dosa dan pelanggaran.
(3). Tuhan itu adalah Mediator yang baik, yang mempertemukan orang-orang yang berkonflik, selisih paham yang dapat menghantarkan kita kepada perseteruan dan permusuhan. Tuhan sebagai Hakim berkenan mendamaikan kita semua. Karena itu berkenanlah diperdamaikan oleh Tuhan. Amin.


Selasa, 05 Desember 2017

"KESAKSIAN YOHANES PEMBAPTIS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KESAKSIAN YOHANES PEMBAPTIS

Yohanes 1:6, 8, "Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; 
Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu".

Ada ungkapan: orang yang sakit mata akan silau melihat matahari!  Ungkapan ini sangat benar bahwa mata yang sakit sangat silau melihat matahari, jika harus keluar ada baiknya memakai kaca mata hitam agar lensa mata terlindungi dari iritasi. Dalam realitas sosial masyarakat kita ungkapan tadi sangat bermakna. Dalam dunia yang sakit, orang tidak suka terhadap orang yang melakukan perubahan dan pembaharuan karena mereka bagian dari yang harus dikritisi, dibedah dan dipulihkan. Seorang pembaharu harus mempersiapkan energinya menghadapi kenyataan seperti itu, kalau tidak ia akan menjadi korban dari perubahan itu sendiri.

Pengalaman seperti itulah yang terjadi dengan Yohanes Pembaptis. Sejak kelahirannya Yohanes Pembaptis telah ditetapkan oleh Allah sebagai pendahulu Mesias (Baca Lukas 1:5-25). Dalam kegersangan umat Allah, Yohanes Pembaptis tampil menyerukan pertobatan. Persiapkanlah jalan bagi Tuhan. Dia menyuarakan pertobatan di tengah-tengah masyarakat yang kronis. Ibarat alarm yang dipasang mengingatkan ada tanda bahaya, demikianlah Yohanes Pembaptis mengingatkan umat Allah agar mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Tuhan segera datang, kapak telah tersedia hendak menebang pohon yang tak berbuah. Dia menyerukan pertobatan massal, suatu gerakan moral agar orang kembali dari jalannya yang tersesat dan memberikan petunjuk-petunjuk apa yang harus dilakukan oleh setiap orang. Dia menekankan kepedulian terhadap sesama, menentang korupsi dan penindasan serta menegor Herodes pemimpin negeri itu atas perilaku amoralnya. Suara Yohanes Pembaptis menjadi gerakan moral untuk perubahan. Banyak orang yang datang kepada Yohanes Pembaptis untuk dibaptis termasuk Yesus sendiri.

Ketika Yohanes Pembaptis melihat Yesus, dia berseru dan menyaksikan tentang Yesus Kristus seperti disebut di Yoh 1:29, "Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia". Dan alam nats lain, ketika Yohanes Pebaptis mebaptiskan Yesus, kesaksian Yohanes ini sangat penting bahwa dia melihat langit terbuka dan Roh Kudus turun berupa burung merpati dan mendengar suara: Inilah anakKu yang kukasihi kepadaNyalah aku berkenan (Baca Mat 3:15-16)

Kesaksian Yohanes Pembaptis yang menyerukan pertobatan dan memberitahukan tentang rahasia kebenaran agar orang memperoleh keselamatan adalah suatu karya besarnya. Dia tidak takut kehilangan nyawanya sendiri atas seruan pertobatan yang dia sampaikan dan dia tidak takut kehilangan popularitasnya setelah menyaksikan kebenaran tentang siapa Yesus Kristus. Semangat seperti inilah yang seharusnya ada dalam dirisetiap orang percaya. Gelora menjadi saksi kebenaran  untuk perubahan dan pembaharuan masyarakat. Bukankah banyak orang takut kehilangan popularitas ketika kebijakan yang tidak populer harus dilakukannya? Bukankah banyak orang berlindung di dalam rasa aman (confort zone) sekalipun resah atas ketidak-benaran? Renungan di pagi ini memperkenalkan kita kepada contoh kesaksian Yohanes Pembaptis yang sungguh-sungguh telah menjadi penuntun yang baik menghantarkan orang pada tujuan yang sesungguhnya, yaitu agar setiap orang mengenal dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Maka pertanyaan bagi kita dalam renungan pagi ini: kesaksian apa yang telah dan dapat kita lakukan yang berguna bagi orang lain? Amin.


SANG GEMBALA DAN HAKIM

Yehezkiel 34:22, "Maka Aku akan menolong domba-domba-Ku, supaya mereka jangan lagi menjadi mangsa dan Aku akan menjadi hakim di antara domba dengan domba".

Satu kritik sosial dari Yehezkiel di tengah-tengah umat Allah adalah kealpaan para gembala, yaitu raja, imam dan nabi. Raja diberi wewenang membawa kesejahteraan dan melindungi umat Allah dari berbagai ancaman musuh. Namun kebalikannya yang terjadi, kebijakan mereka hanya menambah beban umat Allah. Ancaman negara asing sangat mendesak seolah tak ada pemimpin untuk memberikan kepastian perlindungan bagi umat Allah.  Jika kita baca fasal 25 Yehezkiel menyerukan nubuatan terhadap bangsa-bangsa.  Krisis tak dapat diatasi hingga mereka terbuang ke Babel. Yehezkiel sendiri ikut ke pembuangan Babel. Demikian halnya para imam, benar mereka menjalankan tugas imam mendoakan kurban bakaran di bait Allah, namun tak pernah berpikir bagaimana memotivasi dan menginspirasi agar spiritualitas umat bertumbuh. Mereka hanya menanti di bait suci, menunggu kurban persembahan dan membiarkan iman yang kerdil dan gersang. Atas hal itu Yehezkiel bersuara: "Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan" (34:7)

Dalam keadaan demikianlah Yehezkiel hadir menyuarakan bahwa Tuhan sendiri menjadi gembala bagi umatNya. Sebagai gembala Tuhan akan menuntun mereka ke padang rumput yang hijau, ke air yang tenang, memberikan ketenteraman dan kenyamanan. Dipastikan takkan ada serigala yang memangsa kawanan domba. Tepat seperti ungkapan pemazmur, jika Tuhan gembala kita, tak kan kekurangan sesuatu apapun (Mzm 23:1). Sebagai gembala Tuhan akan melindungi dan meolong umatNya dari berbagai pergumulan dan beban hidup mereka.

Selain sebagai gembala, renungan di pagi hari ini meyakinkan bahwa Tuhan itu adalah hakim yang memberikan ganjaran dan hukuman bagi para pelaku yang menindas dan memangsa sesamanya. Sebagai hakim Tuhan itu adil, Dia mengetahui tindak tanduk setiap orang bahkan niat di dalam hati yang tersembunyi sekalipun Dia mengetahuinya. Tuhan akan bangkit, memberikan ganjaran dan hukuman bagi setiap orang menurut perbuatannya. Tak ada yang luput dari penyidikanNya, semuanya akan terbuka di hadapan Allah dan memberikan hukum masing-masing.

Dalam bagian ayat terakhir disebut: 'hakim di antara domba dengan domba'. Di sini tugas sebagai Hakim tentu Tuhan tidak hanya pemberi hukuman, namun berusaha mempertemukan domba dengan domba untuk mendamaikan perselisihan, kesalah-pahaman dan kekeliruan antara yang satu dengan yang lain. Ada orang berkonflik tanpa saling ada yang salah, namun saling berbeda pemahaman dan penafsiran yang keliru karena praduga dan kecurigaan yang menyesatkan. Kekaosan seperti itu bisa saja terjadi dalam persekutuan orang percaya. Tuhan sebagai Hakim dan sekaligus sebagai Mediator untuk mempertemuan dan mendamaikan umatNya.

Renungan pagi ini memberikan jaminan bahwa:
(1). Tuhan itu Gembala kita. Dia akan menolong, melindungi dan membawa kita kepada kebahagiaan dan sejahtera. Karena itu mari dengarkan suara Tuhan sang Gembala yang baik.  (2). Tuhan itu Hakim yg menghukum dan memberi ganjaran kepada setiap menurut perbuatannya. Hukumannya pasti bagi setiap orang. Tak satupun yang luput dari hukumanNya. Maka mari takut melakukan dosa dan pelanggaran.

(3). Tuhan itu adalah Mediator yang baik, yang mempertemukan orang-orang yang berkonflik, selisih paham yang dapat menghantarkan kita kepada perseteruan dan permusuhan. Tuhan sebagai Hakim berkenan mendamaikan kita semua. Karena itu berkenanlah diperdamaikan oleh Tuhan. Amin.

Senin, 04 Desember 2017

"LANGIT DAN BUMI YANG BARU" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

LANGIT DAN BUMI YANG BARU

 Yesaya 65:17, "Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati".

Advent artinya menantikan atau menyongsong Tuhan. Dalam kelender gerejawi tahunan diawali dengan Advent dan diakhiri dengan minggu peringatan orang meninggal. Apa artinya ini? Kalender tahun gerejawi diawali dengan pengharapan dan penantian dan berakhir pada keabadian. Advent kita rayakan selama empat kali berturut-turut.  Masing-masing Advent memiliki penekanan khusus: Advent I berpusat pada penantian akan langit dan dunia yang baru, Advent II tentang kedatangan Yesus kedua kali dalam kemuliaanNya, Advent  III Persiapan pribadi menyambut Tuhan dengan pertobatan dan Advent IV menyambut Tuhan yang lahir di Betlehem. Keempat ini melengkapi jemaat untuk mempersiapkan diri menyambut Tuhan.

Renungan hari ini merupakan tema sentral dalam Advent I yaitu: Tuhan sendiri akan menjadikan langit dan bumi yang baru. Dalam kitab Wahyu 21:1 ayat ini dikutip untuk menunjukkan bahwa kedatangan Yesus kedua kali berkaitan dengan adanya suasana baru; langit dan bumi tempat kita hidup sekarang ini akan berlalu menuju kebinasaannya dan menuju kepada satu titik akhir. Dalam Markus 13:31 disebutkan langit dan bumi akan berlalu dan 2 Petrus 3:10 "Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap". Benar juga analisa sains bahwa dunia ini makin tua dan menuju kebinasaan. Namun orang percaya tidak akan binasa tapi akan memasuki langit dan bumi yang baru yang diciptakan Allah untuk orang yang percaya, yang setia sampai kedatanganNya.

Dalam konteks Yesaya, langit dan bumi yang baru adalah suasana dan situasi baru yang akan dimasuki oleh umat Allah. Tuhan akan menciptakan suasana baru melalui pembangunan Bait Allah dan tembok Yerusalem. Yerusalem lama yang dibanggakan telah hancur,  kota Sion yang dibangun Daud dan Bait Allah yang dibangun oleh Salomo telah rata dengan tanah karena penaklukan dan penghancuran Nebukadnezar raja Babel itu. Setelah menderita dalam pembuangan selama 70 tahun di Babel, Tuhan mengembalikan umatNya ke kembali ke Yerusalem. 

Tuhan mencipta, menata dan membangunnya kembali menjadi Yerusalem yang baru. Jika kita baca ayat berikutnya bahwa di dalam langit dan bumi yang baru itu tidak ada lagi ratapan, air mata dan kesedihan, tiada penindasan dan peperangan namun penuh dengan damai dan sukacita: domba dan serigala satu kawanan tanpa saling memangsa. Selain itu orang yang memasuki tatanan baru itu akan hidup dengan sejahtera; membuat rumah dan ladang subur bagi mereka.  Sejarah dan pengalaman pahit selama ini sudah berlalu dan akan digantikan suasana baru penuh bahagia.  Sejarah baru akan datang bagi umat yang diperbaharui. Yang lama sudah berlalu dan yang baru sudah datang.

Ada ungkapan orang bijak: dari pada mengutuki masa lalu, lebih baik menyalakan lilin pengharapan. Ini kata-kata motivasi yang sangat berharga. Jangan larut dan bersedih dalam kegagalan dan masa silam yang suram. Mulailah berpengharapan bahwa apapun situasi yang kita hadapi dapat berubah.  Perubahan akan terjadi pada orang beriman, karena kita percaya Allah sendiri yang menciptakan perubahan itu untuk kita. Situasi baru bisa terukir jika ada kemauan. Tuhan berkenan dan mau menyeberangkan kita dari hidup lama kepada suatu hidup yang diperbarui Tuhan. Selamat Advent dan tetaplah berpengharapan! Amin.




Sabtu, 02 Desember 2017

"HASILKANLAH BUAH PERTOBATAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

 HASILKANLAH BUAH PERTOBATAN

Lukas 3:8a, "Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan"

Ada pandangan yang keliru dari suatu aliran kalangan Kristen tertentu bahwa pertobatan itu hanya sekali: yaitu ketika berjumpa dengan Yesus dan mengubah hidupnya. Biasanya melalui suatu kejadian atau yang membuat dia berubah, dan peristiwa itu dicatatkan sebagai hari hidup baru baginya dan sering diberitahukan sebagai kesaksian.

Pertobatan bukanlah perubahan pertama dan sekali untuk selamanya dalam diri seseorang, sama sekali tidak. Pada awalnya mungkin ada sesuatu yang membuat kita berubah, meninggalkan kebiasaan buruk, kesombongan, dan ketidak percayaan kepada suatu keyakinan akan kebenaran di dalam iman. Perubahan seperti itu sebenarnya bukan dari kita, namun inisiatif dari Roh Kudus. Roh Kudus selalu memanggil manusia untuk berubah, namun baru kita respon setelah kita sungguh-sungguh menyadarinya. Jadi pertobatan adalah karya Roh Kudus. Pertobatan itu bukan hanya pengakuan bahwa sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat, tetapi harus diikuti dengan usaha menghasilkan buah-buah pertobatan. Orang yang bertobat atau hidup baru bisa saja jatuh dan jatuh kembali karena tidak kuat memperbaharui diri. Maka pertobatan itu haruslah terus menerus dilakukan atas pertolongan Roh Kudus sebagai mana dikatakan Marthin Luther bahwa pertobatan itu harus terus menerus dilakukkan (semper reformanda).

Ayat renungan pagi ini merupakan seruan Yohanes Pembaptis: dia berseru-seru agar setiap orang mempersiapkan jalan bagi Tuhan dan bukti pertobatan adalah bersedia dibaptis.  Banyak orang datang berduyun-duyun kepada Yohanes Pembaptis; masyarakat umum, pemimpin daerah itu, imam kepala Yahudi, tentara dan khalayak ramai menanyakan kepada Yohanes apa yang hendak dilakukan menyongsong Mesias? Jawabnya adalah hasilkanlah buah-buah perobatan.

Jika kita baca ayat berikutnya, buah pertobatan yang sangat ditekankan oleh Yohanes Pembaptis adalah gerakan moral untuk menjadi manusia yang melakukan kehendak Allah.  Hidup peduli dengan orang lain, jauhkan kemunafikan, ketidak adilan, penindasan dari hidup ini, jangan mencuri, tapi baiklah masing-masing orang menikmati yang menjadi bagiannya. Pertobatan ini sangat mendesak karena bagi Yohanes Pembaptis hari Tuhan telah dekat, ibarat pohon yang hendak ditebang, kapak telah tersedia dan hendak menebas dan menebang batang pohon yang tidak berbuah.

Kita akan memasuki Adven, seruan renungan pagi ini menyuarakan kepada kita: hasilkanlah buah-buah pertobatan. Jika besok Tuhan datang apakah buah pertobatan yang kita bawa kehadapanNya sebagai kurban persembahan kita? Minggu aAdven mengingatkan kita mempersiapkan diri menyongsong Tuhan.  Tuhan pasti akan datang, hidup ini harus berarti. Mari lakukan ajakan renungan pagi ini: pastikan sebelum Tuhan datang hidup ini sudah jadi berkat. Amin.



Jumat, 01 Desember 2017

"TETAPLAH RENDAH HATI" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TETAPLAH RENDAH HATI
Amsal 16:18, "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan".
Ayat renungan mengawali bulan Desember ini mengingatkan kita agar tetap rendah hati. Jauhkan dua perilaku ini dari hidup kita, yaitu kecongkakan dan tinggi hati. Kecongkakan mengawali kehancuran dan tinggi hati mendahului kejatuhan. Apa itu congkak? Sikap sehari-hari akan tampak merasa diri paling hebat dan merendahkan orang lain, arogan, berpusat perhatian pada diri sendiri. Dirinya lebih berharga dan apa yang dilakukannya lebih hebat tiada banding. Tingginya penilaian atas dirinya membuat dirinya merendahkan orang lain. Kecongkakan selalu beriringan dengan tinggi hati. Sikap demikian biasanya menyisihkan orang lain, tidak menghargai orang lain dan sulit untuk bekerjasama dan jangan harap pernah menghormati orang lain dan akhirnya terjerumus oleh sikap dan lakunya sendiri.

Dalam bahasa Yunani kecongkakan berasal dari kata "hubris", keinginan hati manusia yang ingin sama dengan Allah, manusia meninggikan diri sehingga tak perlu tergantung kepada Allah. Inilah awal kejatuhan manusia dalam dosa. Thomas Aquinas berkata, bahwa ketinggian hati pertama kali muncul ketika Iblis berusaha menempatkan tempat duduknya di tempat tertinggi, karena keangkuhannya menganggap dirinya tidak tergantung kepada Allah (Yes 14:12-14). Iblis yg telah jatuh (Luk 10:18) menanamkan keinginan untuk menjadi sama seperti Allah ke dalam diri Adam dan Hawa (Kej 3:5). Akibatnya seluruh tabiat manusia dijangkiti ketinggian hati karena kejatuhannya (bnd Rm 1:21, 22). Jadi, sesungguhnya kecongkakan adalah usaha meninggikan diri karena dia telah jatuh teramat dalam.

Lawan kata dari "hubris" atau kecongkakan / tinggi hari adalah KERENDAHAN HATI, hal ini dilakukan oleh pribadi Yesus Kristus yang mengosongkan diriNya. Sekalipun Dia sangat tinggi dan Mahamulia, namun mau merendahkan diri dan mengambil rupa seorang hamba. Selengkapnya marilah kita baca penjelasan Paulus di Filipi 2:6-11, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,  supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,  dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! "

Jadilah pribadi yang rendah hati, meneladani Yesus Kristus sang teladan yang rendah hati dalam hidup hidup ini. Jika ada prestasi atau karya kita haruslah syukuri karena Tuhan berkenan atas apa yang kita lakukan. Dari semua apa yang kita capai tetaplah merendah seperti filosopi padi, semakin berisi akan semakin merunduk. Sebagai pengikut Yesus Kristus, marilah kita senantiasa mengikut jejakNya yang selalu rendah hati. Jauhkanlah kecongkakan dan tinggi hati , tanamkan dan tumbuhkan karakter pribadi yang rendah hati. Amin.


Kamis, 30 November 2017

"SALAM BAGIMU YANG DIKARUNIA TUHAN...!" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SALAM BAGIMU YANG DIKARUNIA TUHAN...!

Lukas 1:28, "Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."

Minggu ini, kita akan memasuki minggu Adven. Adven artinya menyongsong dan menantikan Tuhan. Dalam tradisi gereja, Adven berturut-turut empat minggu: Adven I tema tentang menantikan Yesus Juruselamat menebus dosa manusia, Adven II tema tentang menantikan langit dan bumi yang baru, Adven III tema persiapan pribadi menyambut Tuhan, persiapkan jalan bagi Tuhan dan Adven IV tema tentang kedatangan Tuhan Yesus melalui kelahiranNya di Betlehem. Dalam keempat minggu Adven ini kita semua diharapkan dapat merampungkan persiapan diri melalui doa, puasa dan ibadah menyongsong Tuhan.

Dalam renungan hari ini, Maria disapa oleh malaikat Gabriel, menyampaikan pesan Tuhan yang cukup menarik untuk kita dalami. Sapaan malaikat itu berupa penguatan dan sekaligus jaminan penyertaanNya menyongsong Tuhan.

(1). Salam, bagimu yang dikaruniai.
Karunia berasal dari kata xaris (kasih karunia). Maria adalah seorang gadis yang memiliki suatu anugerah yang besar, dia mendapat kasih karunia Allah. Dia dipilih dan ditetapkan Tuhan menjadi saluran berkat bagi dunia ini. Dia akan melahirkan bayi Yesus yang dikandung Roh Kudus dan menamaiNya: Yesus Kristus. Lewat peristiwa besar ini Maria dipakai Tuhan  menjadi saluran anugerah bagi umat manusia. 

Jika kita telursuri tidak ada keterangan mengenai Maria dalam catatan Alkitab sebelum disapa malaikat (Band kisah Injil Matius tercatat Yusuflah sebagai orang yang tulus hati, Mat 1:19). Mungkin Maria adalah gadis biasa, namun dekat dengan keluarga Imam Zakaria (Luk 1:39) yang saleh dan tulus sebagaimana anak gadis Yahudi di jamannya. Namun karena kasih karunia Allah dia menjadi perempuan yang luar biasa. Hal yang luar biasa  dari Maria setelah berdialog dengan malaikat perihal pergumulannya: ketaatannya dan kekuatannya untuk mengaminkan kehendak Allah di dalam diriNya, seperti yang dikatakan di Lukas 1:38, "Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."

Pelajaran ini penting bagi kita semua. Jangan menganggap hal luar biasa itu lahir dari manusia luar biasa. Manusia biasa bisa dipakai Allah menghasilkan sesuatu yang luar biasa, asalkan benar-benar bersedia dan mau memelihara serta mengaminkan kasih karunia yang diberikan Tuhan bagi kita masing-masing.

(2). Tuhan menyertai engkau.
Sapaan kedua dari renungan pagi ini adalah penguatan bagi Maria bahwa Tuhan menyertainya. Malaikat mendahului apa yang hendak dipergumulkan Maria. Tentu sebelum menyampaian rencana Allah yang besar atas diri Maria, akan banyak pertanyaan dan kegelisaan yang sulit dia pecahkan, tetapi sapaan ini memberi jaminan, Tuhan menyertainya.

Sapaan ini penting bagi kita semua bahwa Tuhan mendahuli segala rencana perjalanan hidup kita. Apapun keadaan yang akan terjadi di depan kita Tuhan telah mendahului kita dan berjanji untuk menyertai kita sampai akhir jaman (Band Mat 28:20). Dia berjalan di depan menuntun dan menyertai kita, memberi kekuatan dan menopang kita ketika berhadapan dengan berbagai pergumulan.

Salam bagimu yang dikarunia Tuhan, sapaan yang sama bagi kita semua yang mempersiapkan diri memasuki Adven. Kita diingatkan bahwa kita semua adalah orang-orang yang mendapat kasih karunia Tuhan. Apapun pekerjaan kita dan professi yang kita geluti masing-masing,  itu adalah kasih karunia Tuhan bagi kita. Dalam menjalani semua aktifitas dan pekerjaan kita, jangan takut! Tuhan menyertai! Dia berjalan mendahului kita dan dia penopang yang sejati di setiap pergumulan yang kita hadapi.

Dalam kasih karunia dan penyertaan Tuhan, mari kita songsong dan sambut Tuhan. Selamat mempersiapkan diri memasuki Advent! Amin.





Rabu, 29 November 2017

"PERBAIKILAH TINGKAHLAKUMU" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

PERBAIKILAH TINGKAHLAKUMU

Yeremia 7:3, "Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini"

Melalui nas renungan di pagi hari ini, Allah menghendaki ada perubahan dari umatNya Israel. Merasa sudah benar jika datang ke Bait Allah: berdoa, memberikan kurban dan segala kewajiban agama sebagaimana ditetapkan hukum Taurat. Namun perilaku kehidupan sehari-hari mereka melakukan penindasan, mereka merampas hak-hak janda dan yatim serta menumpahkan darah. Di Bait Allah mereka berdoa secara kusuk namun di luar mereka menjadi pelaku-pelaku kekerasan dan penuh penindasan. Apakah ibadah seperti itu berkenan bagi Tuhan? Bagaimana Tuhan mendengar doa mereka dan menerima kurban persembahan mereka? Tuhan tidak menghendaki sikap keagamaan seperti ini.

Selengkapnya marilah kita lihat ayat sebelum renungan di pagi ini, Yeremia 7:4-6, "Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN, melainkan jika kamu sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu, jika kamu sungguh-sungguh melaksanakan keadilan di antara kamu masing-masing, tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain, yang menjadi kemalanganmu sendiri"

Tuhan tidak berkenan dengan sikap keagamaan seperti itu. Yeremia dalam renungan di pagi ini menyerukan: jika Tuhan mau berkenan atas seluruh ibadah kita, perbaikilah tingkahlakumu dan perbuatanmu. Perubahan sikap itu yang perlu dilakukan agar Tuhan berkenan atas doa, persembahan dan pujian yang disampaikan dalam Bait Allah. Jika mereka hendak berjumpa dengan Tuhan dan Tuhan menyertai mereka dalam segala aktifitas kehidupannya, mereka harus memperbaiki diri.  Tuhan tidak berkenan atas sikap keagamaan bermoral ganda. Di Bait Allah mereka soleh, namun di luar mereka pelaku-pelaku ketidakadilan.  Tuhan hanya mau tinggal dengan orang yang memperbaiki diri, mencari wajahNya dengan sungguh dan memelihara kehendakNya di dalam hidupnya.

Tuhan itu baik hati, Dia mengetahui apa yang ada di dalam hati kita yang terdalam. Apapun sikap dan perbuatan kita diketahuiNya dan dengan sabar menunggu kita untuk memperbaiki diri. Tuhan rindu bersama kita.Tinggal beberapa hari lagi kita akan memasuki minggu Advent. Mari songsong Tuhan dengan berbenah dan memperbaiki diri agar Dia berkenan hadir bersama-sama kita. Amin.


Selasa, 28 November 2017

"HAMBA KEBENARAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

HAMBA KEBENARAN

 Roma 6:18, "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran".

Hamba adalah manusia yang terikat pada tuannya atau yang lazim disebut budak. Hamba adalah milik tuannya, dia tidak pernah menjadi manusia merdeka dari dirinya sendiri. Jika dia ditebus oleh tuannya yang lain maka dia bebas dari tuannya yang satu namun tetap menjadi hamba tuan yang menebusnya. Demikianlah status budak di jaman Alkitab, bahkan hingga abad ke 19 sistem perbudakan di dunia masih ada. Syukur kepada Tuhan segala perbudakan, diskriminasi dihapuskan karena membedakan derajat manusia; ada manusia merdeka dan ada budak, padahal kita semua adalah sama di hadapan Tuhan, umat ciptaanNya yang segambar dengan rupaNya. Perjuangan penghapusan perbudakan merupakan perjuangan teologi pembebasan di berbagai negara. Marthin Luther King Jr di Amerika, Desmon Tutu dkk termasuk Nelson Mandela di Afrika. Semua pergerakan pembebasan perbudakan, diskriminasi dan pembedaan warna kulit merupakan produk kajian teologi berdasarkan Alkitab dan didorong oleh rasa kemanusiaan yang tinggi. Manusia sama di hadapan Allah, manusia harus saling menghargai dan menerima yang lain sama dengan diri sendiri.

Renungan di pagi hari ini merupakan penjelasan Paulus akan status orang percaya, yaitu manusia merdeka. Paulus memakai istilah perbudakan agar lebih mudah dipahami oleh jemaat Rom. Ketika manusia jatuh kedalam dosa, kita diperhamba oleh dosa. Kita di bawah kuasa dosa dan budak dosa. Dosa itu masuk melalui pelanggaran satu orang yaitu Adam, sehingga manusia menjadi hamba dosa. Manusia tidak dapat melepaskan diri dari dosa melalui dirinya sendiri. Manusia berdosa akan tetap dalam hidupnya bergelimang dosa. Konsekwensi dosa itu adalah maut.

Allah mengasihi kita, tak membiarkan manusia dikuasai oleh maut. Allah menebus kita dari hamba dosa melalui suatu tindakan penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Sama seperti oleh satu pelanggaran satu orang manusia diperhamba dosa,  maka anugerah itu masuk melalui satu orang yaitu di dalam diri Yesus Kristus. Kita diselamatkan dari kematian melalui penebusan Kristus, sebagaimana disebut dalam Roma 3:24, "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus". Selanjutnya dalam Efesus 1:7, "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya".

Pengorbanan Kristus di kayu salib menebus kita dari hamba dosa menjadi hamba Kristus dan kita yang ditebusNya menjadi milik Kristus.  Dengan demikian sebagai hamba Kristus harus menjadi hamba kebenaran. Kita telah bebas dan merdeka dari hamba dosa, sekarang menjadi hamba Kristus. Maka bagaimana mungkin kita menyerahkan anggota tubuh kita melakukan dosa? Sama sekali tidak! Sebagai hamba Kristus kita harus menyerahkan anggota tubuh kita untuk menghasilkan buah-buah iman yang baik dan  sebagai korban yang harum di hadapan Allah. 
Renungan di pagi ini mengingatkan kita tentang status orang percaya bahwa kita adalah hamba kebenaran, yang harus menghasilkan buah-buah kebenaran di dunia ini. Setiap orang dipanggil untuk menaburkan benih kebenaran, merawatnya dan menghasilkan buah yang lebat yang berguna pada kebaikan sesama. Sebagai hamba kebenaran jadilah manusia produktif untuk buah-buah kebenaran. Amin.



Senin, 27 November 2017

"TIADA SEPERTI ALLAH KITA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

TIADA SEPERTI ALLAH KITA

1 Samuel 2:2, "Tidak ada yang kudus seperti TUHAN, sebab tidak ada yang lain kecuali Engkau dan tidak ada gunung batu seperti Allah kita"

Nats renungan di pagi ini merupakan salah satu doa syukur Hana atas berkat Tuhan padanya. Tuhan menganugerahkan anak padanya bernama Samuel setelah lama bergumul tak punya anak. Samuel lahir berkat permohonannya yang tiada henti kepada Tuhan. Sampai imam Eli mengusirnya dari rumah Tuhan di Silo, karena dia terus berdoa komat kamit seperti orang yang tidak sadarkan diri. Doa Hanna ini adalah permohonannya untuk mengakhiri seluruh pergumulan dalam keluarganya. Suaminya Elkana telah memperoleh anak dari istri kedua yaitu Penina, dan Penina nampaknya menyombongkan diri karena bisa memberikan kebahagiaan bagi Elkana. Sementara Hana tidak dapat memberi kebahagiaan karena tidak dianugerahi anak. Malah mendapatkan tekanan dan beban psikologis yang mendalam setiap hari. Atas kesesakan yang dialaminya Hana memohon di hadapan Tuhan agar berkenan memberkati rahimnya dan jika Tuhan memberikan anak baginya akan dipersembahkan menjadi hambaNya. Doa Hanna dikabulkan, Tuhan membuka rahimnya dan melahirkan Samuel.  Hal inilah yang membuat Hana bersyukur kepada Tuhan dan menyerahkan Samuel  menjadi hamba Tuhan agar dibimbimbing imam Eli menjadi  imam.

Apa yang disampaikan oleh Hana adalah kesaksian bahwa Tuhan memberikan kekuatan bagi yang dilecehkan. Tuhan itu ada, penolong bagi orang yang tersesak, pemberi apa yang kita minta dan jauh dari apa yang kita pikirkan diberikan Tuhan bagi kita. Sekalipun Hana diperlakukan tidak adil, dilecehkan oleh Penina dan dianggap tidak berharga, namun Tuhan Mahabaik, Tuhan tak membiarkan Hana tetap tertekan. Jika kita baca keseluruhan doa dari Hana pada pasal 2 ini intinya adalah tiada Tuhan seperti Allah kita, Tuhan itu Mahabaik dan penolong bagi orang yang tersesak. Tidak ada gunanya menyombongkan diri karena perempuan yang mandul bisa dijadikan beranak cucu yang banyak, sementara yang beranak banyak bisa menjadi layu.

Dari ayat renungan ini ada dua kesaksian Hana yang perlu kita dalami:

(1). Tiada yang kudus seperti Tuhan kita. Mengingatkan kita akan kemahakudusan Tuhan. Tidak ada yang sanggup berjumpa muka dengan muka, karena Tuhan itu Maha kudus. Penggalan doa ini mengingatkan kita agar tetap rendah hati, kita adalah manusia berdosa dan hina di hadapan Tuhan. Hanya karena kasihNya kita memperoleh anugerah.

(2). Tiada gunung batu seperti Allah kita. Gunung batu adalah kubu pertahanan dan tempat perlindungan dalam suatu kota. Semakin kuat benteng pertahanan suatu kota, semakin megah dan amanlah kota itu. Gunung batu adalah kiasan bahwa Allah adalah tempat perlindungan yang paling aman. Tidak ada yang bisa merebut kenyamanan kita jika berlindung pada Allah. Selemah dan sekecil apapun  kita dan sehebat apapun musuh yang hendak mengancam dan melenyapkan kita, jika Allah gunung batu kita, kita aman dalam perlindunganNya.
Kesaksian Hana menjadi pelajaran berharga bagi kita. Mari jadikan Allah gunung batu dalam hidup ini.  Biarkan Allah memelihara, melindungi dan menolong kita. Jangan sombong, tetaplah rendah hati. Kita diberi anugerah bukan karena kekudusan kita, kita adalah manusia berdosa dan bernoda dihadapanNya. Kita hidup karena kasihNya. Amin.





Kamis, 23 November 2017

"HUKUM TUHAN PENGHIBUR ORANG BERIMAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"HUKUM TUHAN PENGHIBUR ORANG BERIMAN"

Mazmur 119:52, "Aku ingat kepada hukum-hukum-Mu yang dari dahulu kala, ya TUHAN, maka terhiburlah aku".

Setiap orang pasti memiliki perbedaan dalam mencari hiburan. Ada orang yang pergi traveling, ada yang memilih bersama keluarga (quality time), nonton ke bioskop, ada juga berbakti melalui aktifitas pekerja sosial dll. Hal yang pasti semua orang dalam hidupnya ingin terhibur. Karya-karya seni produk masyarakat dapat juga kita pandang sebagai hiburan bagi masyarakat: seperti lomba dan pertandingan tradisional. Namun kebutuhan manusia akan hiburan merupakan salah satu produk dari modernisasi. Hiburan menjadi produk kapital yang melihat kebutuhan manusia. Sejak munculnya modernisasi terciptalah suatu masyarakat industri, manusia bekerja meninggalkan kerja manual memasuki suatu era baru menuruti pola mesin dengan teratur. Coba Anda bayangkan seorang pekerja industri bekerja selama 8 jam, lebih satu hari hanya melaksanakan satu aktifitas saja yakni memasukkan mur atau baut. Ini model yang sangat membosankan, monoton dan  melelahkan setiap hari. Manusia melayani mesin-mesin. Maka muncullah kebutuhan baru yaitu hiburan. Weekend menjadi benar-benar kebutuhan untuk mencari hiburan. Di negara-negara industri tempat hiburan dikemas sedemikian rupa dan menjadi gaya hidup masyarakat. Weekend menjadi moment penting mengisi hidupnya dengan mencari hiburan. Ledakan masyarakat modern ini menjadi salah satu faktor utama orang meninggalkan gereja. Weekend bukan lagi pergi beribadah tetapi mencari hiburan. Liburan identik dengan hiburan untuk mencari kesenangan dan energi baru dalam melakukan aktifitas.

Apakah penghibur bagi orang beriman? Renungan di pagi ini menjawab bahwa hukum Tuhan adalah penghibur bagi orang percaya.  Alkitab mengajarkan, sejak penciptaan, Tuhan telah mempersiapkan kebutuhan manusia, yaitu hari perhentian. Pada hari perhentian orang beristirahat dari segala pekerjaannya untuk beribadah.  Ibadah  menjadi sumber energi untuk melaksanakan pekerjaan.

Pengalaman dan kesaksian pemazmur bahwa hukum Tuhan adalah penghiburan baginya.  Di dalam hukum Tuhan ada jaminan keadilan dan kepastian. Berkat bagi orang yang melakukannya dan hukuman bagi yang mengabaikan perintahNya.  Hukum Tuhan adalah segala perintah dan larangan yang disampaikan oleh Allah kepada umatNya untuk dituruti dan di pelihara. Melalui hukum Tuhan manusia dipagari dengan rasa aman, jaminan perlindungan dan kepastian hidup. Sebagaimana Musa mengajak seluruh umat Allah untuk mengaminkan perintah Allah. Perintah Allah adalah mengatur hubungan manusia dengan Allah dan mengatur hubungan manusia dengan sesamanya.

Marilah seperti pemazmur terhibur dengan mengingat Hukum Tuhan. Alangkah indahnya hidup manusia  jika semua melakukan sepuluh perintah Tuhan: tiada berhala yang mengajarkan kecurigaan dan kebencian. Lihatlah betapa berharganya semua orang karena menghormati orangtua, tiada pembunuhan dan kekerasan, tiada kebohongan, tiada perzinahan, semua keluarga merasakan kesetiaan dalam rumah tangga. Tidak ada lagi rasa takut meninggalkan rumah karena pencuri, semuanya dijamin dan dipelihara oleh perintah Tuhan.  Inilah yang menghibur pemazmur, sungguh indah perintah Tuhan bagi manusia. 

Mari cintai perintah dan hukum Tuhan karena perintahNya adalah jaminan pemeliharaanNya dalam hidup ini. Marilah kita pikirkan ulang, bagaimana kita mencari huburan? Berlibur dan berwisata sangat baik, mengisi hidup ini agar memiliki energi. Namun energi yang paling kuat dan hiburan yang paling menggembirakan adalah mengingat dan melakukan hukum Tuhan dalam hidup ini. Amin.

Rabu, 22 November 2017

"SATU KAWANAN DENGAN SATU GEMBALA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"SATU KAWANAN DENGAN SATU GEMBALA"

Yohanes 10:16, "Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala".

Pengajaran Yesus tentang gembala yang baik memiliki arti yang sangat luas. Selain jaminan pemeliharaan dan perlindungan, juga tentang kesatuan jemaat,  kita semuanya adalah satu di dalam gembalaan Yesus Kristus. Yesus Kristus telah menyerahkan nyawaNya hingga mati di kayu salib untuk menebus kita dari dosa dan menjadikan kita satu kawanan domba Sang Gembala yang baik. Semuanya dikasihiNya, tidak ada yang dinomorduakan dan tidak ada yang diutamakan. Semuanya hidup dalam rangkulanNya yang penuh kasih.

Sebagai gembala yang baik, Yesus memperhatikan semua kebutuhan dan kesejahteraan gembalaanNya. Dia tidak membiarkan ada yang tersesat. Yesus akan segera mencari dan menggendongnya kembali bersama kawanan. Yesus sendiri yang menuntun, memelihara dan memberikan apa yang dibutuhkannya. Yesus menuntun kita ke air yang tenang, ke rumput yang hijau dan menjaga kita dari sergapan serigala dan pencuri.

Pelayanan Sang Gembala yang baik, membuat kawanan domba menaati apa yang diperintahkan Sang Gembala. Gembala berjalan di depan dan kawanan domba mengikutinya. Ketika sang gembala bersuara mengarahkan semua kawanan domba, suara gembala dikenal domba dan mengikutinya. Gembala yang baik akan didengarkan dan ditaati kawanan domba.

Hubungan gembala dan domba ini adalah analogi hubungan Yesus dengan orang percaya. Kita semua umat tebusanNya, kita semua wajib mendengar suara Yesus dan menurutiNya dengan taat. SeruanNya dan arahanNya adalah untuk kesejahteraan kita semua. Yesus mengasihi kita semua, kita semua dirawatnya dan tak ada satu pun yang diabaikan. Dia membalut luka dan menyembuhkannya serta mencari yang tersesat.

Dalam renungan di pagi ini ada pernyataan Yesus tentang siapa umat gembalaanNya. Yahudi umumnya memahami bahwa hanya merekalah yang tergolong umat gembalaan Tuhan. Namun Yesus menyebutkan bahwa Dia adalah gembala atas semuanya. Yesus tidak membatasi diri suku bangsa tertentu, tetapi Dia gembala untuk semua, bahkan termasuk kawanan domba lain yang belum masuk dalam penggembalaan Sang Gembala yang baik. "Kawanan domba-domba lain" adalah sebutan bagi non Yahudi dan segala suku bangsa yang mau menerima Yesus Kristus dalam hidupnya. Dengan renungan ini kita semua adalah bahagian yang digembalakan Yesus Kristus. Sehingga tidak ada pembatasan baik Yahudi maupun non Yahudi, kita semua kawanan dombaNya yang dipersatukan di dalam Yesus Kristus. 

Yesus juga berdoa agar kawanan domba yang percaya kepada Yesus Kristus atas pemberitaan orang percaya masuk dalam satu kawanan Sang Gembala yang baik, sebagaimana disebut dalam Yoh 17:20-21, "Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku".

Inilah yang harus kita syukuri, bahwa kita semua di bawah pemeliharaan dan penggembalaan Yesus sang Gembala yang baik.  Sebagaimana ungkapan pemazmur 23:1 Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Mari ikut ajakan suara sang Gembala yang baik. Amin.