running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Selasa, 05 Desember 2017

"KESAKSIAN YOHANES PEMBAPTIS" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KESAKSIAN YOHANES PEMBAPTIS

Yohanes 1:6, 8, "Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; 
Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu".

Ada ungkapan: orang yang sakit mata akan silau melihat matahari!  Ungkapan ini sangat benar bahwa mata yang sakit sangat silau melihat matahari, jika harus keluar ada baiknya memakai kaca mata hitam agar lensa mata terlindungi dari iritasi. Dalam realitas sosial masyarakat kita ungkapan tadi sangat bermakna. Dalam dunia yang sakit, orang tidak suka terhadap orang yang melakukan perubahan dan pembaharuan karena mereka bagian dari yang harus dikritisi, dibedah dan dipulihkan. Seorang pembaharu harus mempersiapkan energinya menghadapi kenyataan seperti itu, kalau tidak ia akan menjadi korban dari perubahan itu sendiri.

Pengalaman seperti itulah yang terjadi dengan Yohanes Pembaptis. Sejak kelahirannya Yohanes Pembaptis telah ditetapkan oleh Allah sebagai pendahulu Mesias (Baca Lukas 1:5-25). Dalam kegersangan umat Allah, Yohanes Pembaptis tampil menyerukan pertobatan. Persiapkanlah jalan bagi Tuhan. Dia menyuarakan pertobatan di tengah-tengah masyarakat yang kronis. Ibarat alarm yang dipasang mengingatkan ada tanda bahaya, demikianlah Yohanes Pembaptis mengingatkan umat Allah agar mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Tuhan segera datang, kapak telah tersedia hendak menebang pohon yang tak berbuah. Dia menyerukan pertobatan massal, suatu gerakan moral agar orang kembali dari jalannya yang tersesat dan memberikan petunjuk-petunjuk apa yang harus dilakukan oleh setiap orang. Dia menekankan kepedulian terhadap sesama, menentang korupsi dan penindasan serta menegor Herodes pemimpin negeri itu atas perilaku amoralnya. Suara Yohanes Pembaptis menjadi gerakan moral untuk perubahan. Banyak orang yang datang kepada Yohanes Pembaptis untuk dibaptis termasuk Yesus sendiri.

Ketika Yohanes Pembaptis melihat Yesus, dia berseru dan menyaksikan tentang Yesus Kristus seperti disebut di Yoh 1:29, "Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia". Dan alam nats lain, ketika Yohanes Pebaptis mebaptiskan Yesus, kesaksian Yohanes ini sangat penting bahwa dia melihat langit terbuka dan Roh Kudus turun berupa burung merpati dan mendengar suara: Inilah anakKu yang kukasihi kepadaNyalah aku berkenan (Baca Mat 3:15-16)

Kesaksian Yohanes Pembaptis yang menyerukan pertobatan dan memberitahukan tentang rahasia kebenaran agar orang memperoleh keselamatan adalah suatu karya besarnya. Dia tidak takut kehilangan nyawanya sendiri atas seruan pertobatan yang dia sampaikan dan dia tidak takut kehilangan popularitasnya setelah menyaksikan kebenaran tentang siapa Yesus Kristus. Semangat seperti inilah yang seharusnya ada dalam dirisetiap orang percaya. Gelora menjadi saksi kebenaran  untuk perubahan dan pembaharuan masyarakat. Bukankah banyak orang takut kehilangan popularitas ketika kebijakan yang tidak populer harus dilakukannya? Bukankah banyak orang berlindung di dalam rasa aman (confort zone) sekalipun resah atas ketidak-benaran? Renungan di pagi ini memperkenalkan kita kepada contoh kesaksian Yohanes Pembaptis yang sungguh-sungguh telah menjadi penuntun yang baik menghantarkan orang pada tujuan yang sesungguhnya, yaitu agar setiap orang mengenal dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Maka pertanyaan bagi kita dalam renungan pagi ini: kesaksian apa yang telah dan dapat kita lakukan yang berguna bagi orang lain? Amin.


SANG GEMBALA DAN HAKIM

Yehezkiel 34:22, "Maka Aku akan menolong domba-domba-Ku, supaya mereka jangan lagi menjadi mangsa dan Aku akan menjadi hakim di antara domba dengan domba".

Satu kritik sosial dari Yehezkiel di tengah-tengah umat Allah adalah kealpaan para gembala, yaitu raja, imam dan nabi. Raja diberi wewenang membawa kesejahteraan dan melindungi umat Allah dari berbagai ancaman musuh. Namun kebalikannya yang terjadi, kebijakan mereka hanya menambah beban umat Allah. Ancaman negara asing sangat mendesak seolah tak ada pemimpin untuk memberikan kepastian perlindungan bagi umat Allah.  Jika kita baca fasal 25 Yehezkiel menyerukan nubuatan terhadap bangsa-bangsa.  Krisis tak dapat diatasi hingga mereka terbuang ke Babel. Yehezkiel sendiri ikut ke pembuangan Babel. Demikian halnya para imam, benar mereka menjalankan tugas imam mendoakan kurban bakaran di bait Allah, namun tak pernah berpikir bagaimana memotivasi dan menginspirasi agar spiritualitas umat bertumbuh. Mereka hanya menanti di bait suci, menunggu kurban persembahan dan membiarkan iman yang kerdil dan gersang. Atas hal itu Yehezkiel bersuara: "Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan" (34:7)

Dalam keadaan demikianlah Yehezkiel hadir menyuarakan bahwa Tuhan sendiri menjadi gembala bagi umatNya. Sebagai gembala Tuhan akan menuntun mereka ke padang rumput yang hijau, ke air yang tenang, memberikan ketenteraman dan kenyamanan. Dipastikan takkan ada serigala yang memangsa kawanan domba. Tepat seperti ungkapan pemazmur, jika Tuhan gembala kita, tak kan kekurangan sesuatu apapun (Mzm 23:1). Sebagai gembala Tuhan akan melindungi dan meolong umatNya dari berbagai pergumulan dan beban hidup mereka.

Selain sebagai gembala, renungan di pagi hari ini meyakinkan bahwa Tuhan itu adalah hakim yang memberikan ganjaran dan hukuman bagi para pelaku yang menindas dan memangsa sesamanya. Sebagai hakim Tuhan itu adil, Dia mengetahui tindak tanduk setiap orang bahkan niat di dalam hati yang tersembunyi sekalipun Dia mengetahuinya. Tuhan akan bangkit, memberikan ganjaran dan hukuman bagi setiap orang menurut perbuatannya. Tak ada yang luput dari penyidikanNya, semuanya akan terbuka di hadapan Allah dan memberikan hukum masing-masing.

Dalam bagian ayat terakhir disebut: 'hakim di antara domba dengan domba'. Di sini tugas sebagai Hakim tentu Tuhan tidak hanya pemberi hukuman, namun berusaha mempertemukan domba dengan domba untuk mendamaikan perselisihan, kesalah-pahaman dan kekeliruan antara yang satu dengan yang lain. Ada orang berkonflik tanpa saling ada yang salah, namun saling berbeda pemahaman dan penafsiran yang keliru karena praduga dan kecurigaan yang menyesatkan. Kekaosan seperti itu bisa saja terjadi dalam persekutuan orang percaya. Tuhan sebagai Hakim dan sekaligus sebagai Mediator untuk mempertemuan dan mendamaikan umatNya.

Renungan pagi ini memberikan jaminan bahwa:
(1). Tuhan itu Gembala kita. Dia akan menolong, melindungi dan membawa kita kepada kebahagiaan dan sejahtera. Karena itu mari dengarkan suara Tuhan sang Gembala yang baik.  (2). Tuhan itu Hakim yg menghukum dan memberi ganjaran kepada setiap menurut perbuatannya. Hukumannya pasti bagi setiap orang. Tak satupun yang luput dari hukumanNya. Maka mari takut melakukan dosa dan pelanggaran.

(3). Tuhan itu adalah Mediator yang baik, yang mempertemukan orang-orang yang berkonflik, selisih paham yang dapat menghantarkan kita kepada perseteruan dan permusuhan. Tuhan sebagai Hakim berkenan mendamaikan kita semua. Karena itu berkenanlah diperdamaikan oleh Tuhan. Amin.