TETAPLAH
RENDAH HATI
Amsal 16:18,
"Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului
kejatuhan".
Ayat
renungan mengawali bulan Desember ini mengingatkan kita agar tetap rendah hati.
Jauhkan dua perilaku ini dari hidup kita, yaitu kecongkakan dan tinggi hati.
Kecongkakan mengawali kehancuran dan tinggi hati mendahului kejatuhan. Apa itu
congkak? Sikap sehari-hari akan tampak merasa diri paling hebat dan merendahkan
orang lain, arogan, berpusat perhatian pada diri sendiri. Dirinya lebih
berharga dan apa yang dilakukannya lebih hebat tiada banding. Tingginya
penilaian atas dirinya membuat dirinya merendahkan orang lain. Kecongkakan
selalu beriringan dengan tinggi hati. Sikap demikian biasanya menyisihkan orang
lain, tidak menghargai orang lain dan sulit untuk bekerjasama dan jangan harap
pernah menghormati orang lain dan akhirnya terjerumus oleh sikap dan lakunya
sendiri.
Dalam bahasa
Yunani kecongkakan berasal dari kata "hubris", keinginan hati manusia
yang ingin sama dengan Allah, manusia meninggikan diri sehingga tak perlu
tergantung kepada Allah. Inilah awal kejatuhan manusia dalam dosa. Thomas
Aquinas berkata, bahwa ketinggian hati pertama kali muncul ketika Iblis
berusaha menempatkan tempat duduknya di tempat tertinggi, karena keangkuhannya
menganggap dirinya tidak tergantung kepada Allah (Yes 14:12-14). Iblis yg telah
jatuh (Luk 10:18) menanamkan keinginan untuk menjadi sama seperti Allah ke
dalam diri Adam dan Hawa (Kej 3:5). Akibatnya seluruh tabiat manusia dijangkiti
ketinggian hati karena kejatuhannya (bnd Rm 1:21, 22). Jadi, sesungguhnya
kecongkakan adalah usaha meninggikan diri karena dia telah jatuh teramat dalam.
Lawan kata
dari "hubris" atau kecongkakan / tinggi hari adalah KERENDAHAN HATI,
hal ini dilakukan oleh pribadi Yesus Kristus yang mengosongkan diriNya.
Sekalipun Dia sangat tinggi dan Mahamulia, namun mau merendahkan diri dan
mengambil rupa seorang hamba. Selengkapnya marilah kita baca penjelasan Paulus
di Filipi 2:6-11, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan
telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama
di atas segala nama, supaya dalam nama
Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan
yang ada di bawah bumi, dan segala lidah
mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
"
Jadilah
pribadi yang rendah hati, meneladani Yesus Kristus sang teladan yang rendah
hati dalam hidup hidup ini. Jika ada prestasi atau karya kita haruslah syukuri
karena Tuhan berkenan atas apa yang kita lakukan. Dari semua apa yang kita
capai tetaplah merendah seperti filosopi padi, semakin berisi akan semakin
merunduk. Sebagai pengikut Yesus Kristus, marilah kita senantiasa mengikut
jejakNya yang selalu rendah hati. Jauhkanlah kecongkakan dan tinggi hati ,
tanamkan dan tumbuhkan karakter pribadi yang rendah hati. Amin.