running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Sabtu, 16 Desember 2017

"SIAPA YANG TERBESAR?" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SIAPA YANG TERBESAR?
(Markus 10:42-43)

"Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.  Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu".

Siapa yang terbesar, adalah awal titik rawan bagi kedua belas murid. Jika kita perhatikan bacaan Injil Markus 10 ini, ada reaksi kemarahan dari murid-murid lainnya ketika Yakobus dan Yohanes meminta sesuatu kepada Yesus: yakni, kelak dalam KerajaanNya agar diijinkan mendapat jabatan terbesar: satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiriNya.  Mendengar itu murid-murid lainnya marah dan  menjadi titik rawan di kalangan para murid, seperti disebut di Mrk 10:41, "Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes"

Yesus sangat paham perasaan murid-murid yang lain, karena sipapun orang pasti berlomba menjadi orang terdekat, berlomba menjadi orang nomor satu dan terbaik dan tidak suka menjadi orang pinggiran. Selain menyadari titik rawan ini Yesus juga paham betul letak kesalahan permintaan Yakobus da Yohanes, karena dalam Kerajaan Allah yang diajarkan Yesus bukan sama seperti kerajaan dunia ini, menjadikan panglima terdekat, orang-orang terdekat dan berlomba menjadi nomor satu dengan kuasa dan kekerasan. Tidaklah demikian dengan Kerajaan Allah. Yesus mengajarkan: siapa yang mau terbesar harus bersedia menjadi hamba. Menjadi yang terbesar adalah siapa yang mau melayani. Karena anak manusia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani (Mrk 10:45)

Bersedia menjadi hamba yang melayani orang lain, ini sangat penting. Ibarat seorang hamba terhadap tuannya, maka siapa yang terbesar harus bersedia mengosongkan diri dan mau melayani orang lain. Ini sungguh terbalik dari keinginan setiap orang, menjadi terbesar umumnya bertujuan agar banyak orang yang melayaninya. Namun inilah kelebihan Yesus sang Guru Agung, Ia menawarkan moralitas baru bagi umat manusia. Siapa yang terbesar bukan berlomba menjadi mental tuan yang dilayani atau memiliki kemampuan menundukkan orang lain sebanyak-banyaknya, tetapi berlomba menjadi hamba yang melayani orang lain.

Renungan di pagi hari ini memberikan arah baru tentang karakter pribadi yang luhur bagi kita. Siapa terbesar jadilah pelayan bagi sesama. Pemimpin besar bukanlah ditentukan kemampuannya mencapai puncak kepemimpinan, tetapi sejauh mana jabatan yang diembannya untuk melayani orang lain. Kepemimpinan inilah yang kita kenal dengan kepemimpinan hamba (humble leadership). Pemimpin besar bukan seorang yang memiliki kemampuan untuk memaksa orang lain mencapai tujuan, tetapi kesediaan merendahkan diri menjadi pelayan bagi sesamanya. Marilah memulainya dalam lingkungan kita masing-masing: melayani, melayani lebih sungguh! Amin.