KESAKSIAN
YOHANES PEMBAPTIS
Yohanes 1:6,
8, "Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes;
Ia bukan
terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu".
Ada
ungkapan: orang yang sakit mata akan silau melihat matahari! Ungkapan ini sangat benar bahwa mata yang
sakit sangat silau melihat matahari, jika harus keluar ada baiknya memakai kaca
mata hitam agar lensa mata terlindungi dari iritasi. Dalam realitas sosial
masyarakat kita ungkapan tadi sangat bermakna. Dalam dunia yang sakit, orang
tidak suka terhadap orang yang melakukan perubahan dan pembaharuan karena
mereka bagian dari yang harus dikritisi, dibedah dan dipulihkan. Seorang
pembaharu harus mempersiapkan energinya menghadapi kenyataan seperti itu, kalau
tidak ia akan menjadi korban dari perubahan itu sendiri.
Pengalaman
seperti itulah yang terjadi dengan Yohanes Pembaptis. Sejak kelahirannya
Yohanes Pembaptis telah ditetapkan oleh Allah sebagai pendahulu Mesias (Baca
Lukas 1:5-25). Dalam kegersangan umat Allah, Yohanes Pembaptis tampil
menyerukan pertobatan. Persiapkanlah jalan bagi Tuhan. Dia menyuarakan
pertobatan di tengah-tengah masyarakat yang kronis. Ibarat alarm yang dipasang
mengingatkan ada tanda bahaya, demikianlah Yohanes Pembaptis mengingatkan umat
Allah agar mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Tuhan segera datang, kapak telah
tersedia hendak menebang pohon yang tak berbuah. Dia menyerukan pertobatan
massal, suatu gerakan moral agar orang kembali dari jalannya yang tersesat dan
memberikan petunjuk-petunjuk apa yang harus dilakukan oleh setiap orang. Dia
menekankan kepedulian terhadap sesama, menentang korupsi dan penindasan serta
menegor Herodes pemimpin negeri itu atas perilaku amoralnya. Suara Yohanes
Pembaptis menjadi gerakan moral untuk perubahan. Banyak orang yang datang
kepada Yohanes Pembaptis untuk dibaptis termasuk Yesus sendiri.
Ketika
Yohanes Pembaptis melihat Yesus, dia berseru dan menyaksikan tentang Yesus
Kristus seperti disebut di Yoh 1:29, "Pada keesokan harinya Yohanes
melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah,
yang menghapus dosa dunia". Dan alam nats lain, ketika Yohanes Pebaptis
mebaptiskan Yesus, kesaksian Yohanes ini sangat penting bahwa dia melihat
langit terbuka dan Roh Kudus turun berupa burung merpati dan mendengar suara:
Inilah anakKu yang kukasihi kepadaNyalah aku berkenan (Baca Mat 3:15-16)
Kesaksian
Yohanes Pembaptis yang menyerukan pertobatan dan memberitahukan tentang rahasia
kebenaran agar orang memperoleh keselamatan adalah suatu karya besarnya. Dia
tidak takut kehilangan nyawanya sendiri atas seruan pertobatan yang dia
sampaikan dan dia tidak takut kehilangan popularitasnya setelah menyaksikan
kebenaran tentang siapa Yesus Kristus. Semangat seperti inilah yang seharusnya
ada dalam dirisetiap orang percaya. Gelora menjadi saksi kebenaran untuk perubahan dan pembaharuan masyarakat.
Bukankah banyak orang takut kehilangan popularitas ketika kebijakan yang tidak
populer harus dilakukannya? Bukankah banyak orang berlindung di dalam rasa aman
(confort zone) sekalipun resah atas ketidak-benaran? Renungan di pagi ini
memperkenalkan kita kepada contoh kesaksian Yohanes Pembaptis yang
sungguh-sungguh telah menjadi penuntun yang baik menghantarkan orang pada
tujuan yang sesungguhnya, yaitu agar setiap orang mengenal dan menerima Yesus
Kristus sebagai Juruselamat. Maka pertanyaan bagi kita dalam renungan pagi ini:
kesaksian apa yang telah dan dapat kita lakukan yang berguna bagi orang lain?
Amin.
SANG GEMBALA
DAN HAKIM
Yehezkiel
34:22, "Maka Aku akan menolong domba-domba-Ku, supaya mereka jangan lagi
menjadi mangsa dan Aku akan menjadi hakim di antara domba dengan domba".
Satu kritik
sosial dari Yehezkiel di tengah-tengah umat Allah adalah kealpaan para gembala,
yaitu raja, imam dan nabi. Raja diberi wewenang membawa kesejahteraan dan
melindungi umat Allah dari berbagai ancaman musuh. Namun kebalikannya yang
terjadi, kebijakan mereka hanya menambah beban umat Allah. Ancaman negara asing
sangat mendesak seolah tak ada pemimpin untuk memberikan kepastian perlindungan
bagi umat Allah. Jika kita baca fasal 25
Yehezkiel menyerukan nubuatan terhadap bangsa-bangsa. Krisis tak dapat diatasi hingga mereka
terbuang ke Babel. Yehezkiel sendiri ikut ke pembuangan Babel. Demikian halnya
para imam, benar mereka menjalankan tugas imam mendoakan kurban bakaran di bait
Allah, namun tak pernah berpikir bagaimana memotivasi dan menginspirasi agar
spiritualitas umat bertumbuh. Mereka hanya menanti di bait suci, menunggu
kurban persembahan dan membiarkan iman yang kerdil dan gersang. Atas hal itu
Yehezkiel bersuara: "Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat
pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu
gembalakan" (34:7)
Dalam
keadaan demikianlah Yehezkiel hadir menyuarakan bahwa Tuhan sendiri menjadi
gembala bagi umatNya. Sebagai gembala Tuhan akan menuntun mereka ke padang
rumput yang hijau, ke air yang tenang, memberikan ketenteraman dan kenyamanan.
Dipastikan takkan ada serigala yang memangsa kawanan domba. Tepat seperti
ungkapan pemazmur, jika Tuhan gembala kita, tak kan kekurangan sesuatu apapun
(Mzm 23:1). Sebagai gembala Tuhan akan melindungi dan meolong umatNya dari
berbagai pergumulan dan beban hidup mereka.
Selain
sebagai gembala, renungan di pagi hari ini meyakinkan bahwa Tuhan itu adalah
hakim yang memberikan ganjaran dan hukuman bagi para pelaku yang menindas dan
memangsa sesamanya. Sebagai hakim Tuhan itu adil, Dia mengetahui tindak tanduk
setiap orang bahkan niat di dalam hati yang tersembunyi sekalipun Dia
mengetahuinya. Tuhan akan bangkit, memberikan ganjaran dan hukuman bagi setiap
orang menurut perbuatannya. Tak ada yang luput dari penyidikanNya, semuanya
akan terbuka di hadapan Allah dan memberikan hukum masing-masing.
Dalam bagian
ayat terakhir disebut: 'hakim di antara domba dengan domba'. Di sini tugas
sebagai Hakim tentu Tuhan tidak hanya pemberi hukuman, namun berusaha
mempertemukan domba dengan domba untuk mendamaikan perselisihan, kesalah-pahaman
dan kekeliruan antara yang satu dengan yang lain. Ada orang berkonflik tanpa
saling ada yang salah, namun saling berbeda pemahaman dan penafsiran yang
keliru karena praduga dan kecurigaan yang menyesatkan. Kekaosan seperti itu
bisa saja terjadi dalam persekutuan orang percaya. Tuhan sebagai Hakim dan
sekaligus sebagai Mediator untuk mempertemuan dan mendamaikan umatNya.
Renungan
pagi ini memberikan jaminan bahwa:
(1). Tuhan
itu Gembala kita. Dia akan menolong, melindungi dan membawa kita kepada
kebahagiaan dan sejahtera. Karena itu mari dengarkan suara Tuhan sang Gembala
yang baik. (2). Tuhan itu Hakim yg
menghukum dan memberi ganjaran kepada setiap menurut perbuatannya. Hukumannya pasti
bagi setiap orang. Tak satupun yang luput dari hukumanNya. Maka mari takut
melakukan dosa dan pelanggaran.
(3). Tuhan
itu adalah Mediator yang baik, yang mempertemukan orang-orang yang berkonflik,
selisih paham yang dapat menghantarkan kita kepada perseteruan dan permusuhan.
Tuhan sebagai Hakim berkenan mendamaikan kita semua. Karena itu berkenanlah
diperdamaikan oleh Tuhan. Amin.