running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Minggu, 09 April 2017

TUHAN MENOLONGKU, Minggu Palmarum

TUHAN MENOLONGKU
Nas Ev: Yesaya 50: 4-9a
Minggu Palmarum, 09-04-2017

Firman ini mengajarkan kita kepada ketaatan Hamba Tuhan yang menderita dalam melaksanakan pengutusan. Beberapa pelajaran berharga dari kotbah ini, antara lain:

01. Lidah seorang murid. Mengapa harus lidah seorang murid, mengapa bukan lidah seorang guru yang cakap mengajar misalnya? Lidah seorang murid adalah kesediaan dan kesungguhan untuk belajar; rajin, kerja keras, disiplin dan memiliki keinginan yang kuat untuk memperoleh berbagai ilmu pengetahuan, pandangan dan falsafah kehidupan sebagai bekal dalam hidup. Dalam hal ini pendidikan untuk memberikan semangat baru dan kelegaan bagi yang letih lesu.

Kebutuhan lidah seorang murid dilengkapi dengan telinga yang tajam untuk mendengar. Seperti Samuel, yang senantiasa tajam mendengar ketika Tuhan memanggilnya. Sekalipun tidur lelap namun telinganya tajam mendengarkan ketika Tuhan bersabda. Dalam tidur yang lelap pun dia berseru: "berbicaralah Tuhan sebab hambaMu telah siap untuk mendengar". Telinga seorang murid tajam untuk mendengarkan Firman Tuhan.

Mendengar bukan saja hanya mendengar ansih seperti mendengar mata pelajaran, namun mendengar dalam arti luas yaitu peka dan peduli terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Mau mendengar adalah kualitas pribadi yang unggul karena bukan hendak didengar, tetapi mendengar dan memahami orang lain. Sadar akan konteks sehingga kita terpanggil untuk melakukan sesuatu menurut kehendak Allah.

02. Rela berkorban. Nubuatan Yesaya ini akan hamba yang menderita persis seperti yang dialami oleh Yesus di jalan sengsara. Memberi punggungNya dipukul, pipiNya untuk ditampar dan tak menghindar dari segala kebencian yang dituduhkan padaNya. Dia rela menjalani semua kesengsaraan ini untuk menyelamatkan dunia dari kebencian, kekejaman, kekerasan dan kematian agar memasuki suatu era baru dalam damai sejahtera dan kehidupan.

Rela berkorban ini mengingatkan kita akan makna kehadiran Yesus di Yerusalem. Dia dielu-elukan oleh orang banyak: meletakkan daun palma di jalan-jalan menyambut mesiasnya dan berseru: Hosanna! Pekik deru yang bergemuruh untuk menyambut Yesus. Namun pujian dan sambutan hormat ini tak lama, segera sesudah itu suasana berubah berseru: "Salibkan Dia, salibkan Dia!". Yesus sudah tahu bahwa waktunya sudah tiba bahwa Anak Manusia menjalani jalan sengsara untuk menyelamatkan manusia. Sebagaimana nubuatan firman ini, Yesus menjalani semua missi menurut kehendak Allah serta taat menjalani: proses hukum yang lalim, vonnis hutang nyawa bagi terdakwa yang tak bersalah karena Pilatus lebih takut kehilangan jabatan, sekalipun dia berkata atas penyelidikan tidak ada kesalahan. Yesus menjalaninya (via dolorosa) yang penuh sengsara hingga Golgata. Pengorbanan diri untuk menebus dosa manusia.

03. Tuhan menolong aku. Dari semua penderitaan dan kesengsaraan yang dijalani, hamba Allah yang menderita tak ada niat untuk memohon grasi atau keringanan hukuman atau usaha lainnya dari penguasa atau dari sekeliling orang-orang yang mengerumuni kesengsaraannya. Namun semuanya dijalaninya dan hanya berpengharapan pada Tuhan. Hanya Tuhanlah yang menolongnya dalam semua derita ini. Tuhan sendiri penolong yang setia dan pertolongannya tepat pada waktunya.

Penguasa dunia ini bisa saja merencanakan apapun dalam kekuasaannya, seperti Pilatus dalam peradilan lalim; melakukan penindasan sehingga orang-orang yang tidak bersalah mengalami kesengsaraan. Namun ay. 9 mengingatkan kita bahwa kekuasaan seperti itu akan memburuk dan cepat berlalu karena ngengat akan memakannya. Maka, jika diperlakukan tidak adil dan seolah sang waktu membiarkan kita menjalani masa-masa sulit, jalanilah dalam pengharapan. Sebab pertolongan Tuhan akan menghantarkan kita kepada kebahagiaan yang abadi. Amin.