running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Senin, 22 Mei 2017

"JANGAN MENABUR BENIH DI LAHAN BERDURI" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"JANGAN MENABUR BENIH DI LAHAN BERDURI"

Yeremia 4:3, "Sebab beginilah firman TUHAN kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: "Bukalah bagimu tanah baru, dan janganlah menabur di tempat duri tumbuh".

Bagi seorang petani tentu nas ini sungguh menarik karena pengalamannya berkenaan langsung dengan apa yang diperintahkan Tuhan kepada umatNya Yehuda. Seorang petani tentu akan sia-sia menaburkan benih di ladang yang penuh duri dan lalang. Benih itu tak akan tumbuh, kalau pun tumbuh akarnya akan terjepit dan terhimpit, kurus dan akhirnya akan mati. Lebih baik baginya membuka lahan baru yang hendak diolah sehingga akan ada harapan bahwa benih dapat bertumbuh dengan baik dan kelak bisa panen. Hal ini dapat kita bandingkan perumpamaan Tuhan Yesus hal penabur. Benih yang tumbuh di jalan diinjak dan mati; benih yang tumbuh ditempat berbatu, tumbuh sesaat namun segera mati; benih yg jatuh di semak, akan tumbuh namun terhimpit dan mati. Harus di ladang subur maka benih akan tumbuh dengan baik.

Apa hubungannya membuka ladang baru dan menanam benih dengan umat Allah? Umat Allah Yehuda sudah meninggalkan Tuhan. Mereka mencari ilah yang mereka anggap dapat menyelamatkan mereka dan yang dapat memberikan kesejahteraan bagi mereka. Apa hasilnya sungguh keadaan mereka semakin terpuruk. Hidup mereka bukan lebih baik, namun semakin terpuruk dan semakin buruk. Nasib mereka akan sama seperti Israel Utara yang telah jatuh ke tangan orang asing dan terbuang ke Assyur.

Bagi nabi Yeremia satu-satunya jalan harus melepaskan diri dari hukuman Tuhan yang akan segera datang. Seperti singa yang telah keluar dari semak hendak menerkam dan memangsa, demikian hukum Tuhan segera tiba dan mereka akan naas. Adakah keselamatan?

Yeremia menyerukan: bukalah ladang baru dan jangan menabur benih di lahan berduri.  Perubahan sikap dan pembaharuan budi, bertobat dari perilaku yang lama menjadi sikap baru. Tidak mungkin firman akan bertumbuh dengan baik di hati yang penuh duri dan semak. Benih itu akan sia-sia karena duri dan semak, hal itu akan menghimpit benih yang ditabur.

Ungkapan ini disampakan agar Yehuda benar-benar bertobat dan berubah sikap. Meninggalkan hidup lama mereka, mereka harus meninggalkan ilah mereka dan berbalik kepada Allah dengan hati yang baru. Hanya jalan demikian Yehuda memperoleh harapan. Hati yang baru yang siap menerima firman dan firman akan bertumbuh dengan baik.

Renungan pagi ini menyapa kita: Apa gunanya melanjutkan kebiasaan buruk?  Misalnya seorang ayah memiliki kebiasaan buruk: miras, marah-marah pada anak dan isterinya, kebahagiaan hilang dari rumah. Setiap sang ayah pulang ke rumah anak-anak takut dan suasana rumah mencekam dan tak bahagia. Apa hasilnya situasi seperti ini dilanjutkan? Kebahagiaan akan tiba jika ada perubahan sikap ayah, bertobat dari kebiasaan buruk dan sikap baru. Meninggalkan kebiasaan buruk, merangkul anak-anak dan bahagia bermain dengan mereka. Contoh lain misalnya, jika Anda mengalami usaha yang terus memburuk, cash flow menunjukkan angka defisit terus menerus setiap bulannya apa gunanya melanjutkannya. Tentu Anda akan mengambil langkah-langkah baru, mengelola pengeluaran untuk mengatasinya bahkan harus memulai usaha baru yang menjanjikan.

Demikian juga dengan mengelola hidup jika hidup yang kita jalani tak bahagia, gersang dan kering. Hidup Anda gersang, jauh dari kebahagiaan dan hampa rasanya melewati hari-hari yang kita lalui? Periksalah kebiasan buruk Anda, periksa kebiasaan Anda terhadap sesama dan periksa hubungan personal Anda dengan Tuhan. Siapa tahu hati kita penuh dengan kebencian, iri dan dengki dan berbagai "semak dan duri" berumbuh disana. Bukalah hati yang baru, buat sikap baru agar benih yang baru yaitu firman Tuhan dapat bertumbuh dan berbuah kebaikan.