“SEMBAHLAH
DIA, SATU-SATUNYA ALLAH YANG MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI”
Wahyu
14:7, "Dan ia berseru dengan suara nyaring: Takutlah akan Allah dan
muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang
telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air."
Salah
satu tujuan penulisan kitab Wahyu adalah meneguhkan jemaat mula-mula menghadapi
penderitaan dan penganiayaan terhadap kekristenan. Kaisar Romawi semakin
menunjukkan permusuhan besar terhadap kekristenan dan juga termasuk ekstrimis
Yahudi seperti gerakan-gerakan Zelotis. Puncak kemarahan Kaisar Romawi adalah
ketika Kaisar Nero yang memerintahkan pengepungan dan penghancuran Bait Suci
Yerusalem tahun 70. Hal itu dilakukan untuk menghentikan perlawanan dari
kelompok-kelompok yang dicurigai kepada pihak kelaisaran. Bait Suci akhirnya
hancur dan semua orang Yahudi dan umat Kristen menjadi sasaran kebencian
Kaisar. Bukan hanya itu tahun 80-90 muncul Kaisar Domitianus yang mengeluarkan
perintah agar seluruh penduduk Romawi menyembah dia sebagai dewa orang Romawi.
Perintah ini membuat penderitaan semakin lengkap karena Yahudi dan kekristenan
tidak menyembah dewa. Konsekwensi penolakan penyembahan kaisar akan berat yaitu
hukuman mati bahkan ada yang dimasukkan ke gua singa sebegai tontonan dan
sebahagian dibakar hidup-hidup sebagai obor di jalan. Cara itu dilakukan
sebagai peringatan bagi setiap usaha melawan perintah kaisar.
Pergumulan
itulah yang dialami jemaat mula-mula dalam konteks renungan ini. Kitab Wahyu
mengingatkan agar tidak mau tunduk pada kaisar dan menyembahnya. Orang percaya
harus lebih takut kepada kepada Tuhan dari pada manusia. Hanya Tuhan
satu-satunya yang harus disembah dan dipuja, yaitu Tuhan Allah yang menciptakan
langit dan bumi, yang kita kenal di dalam nama Yesus Kristus. Dialah Tuhan dan
Raja yang memberikan kehidupan. Dialah air hidup yang memberikan kehidupan yang
kekal bagi setiap orang yang percaya kepadaNya.
Jangan
takut, bertahanlah dan tetaplah setia dalam prinsip iman yang kuat itu karena
malaikat memberitahukan bahwa tidak lama lagi penghakiman itu akan datang. Setiap
orang akan dilucuti dan memberikan pertanggungjawaban hidupnya di hadapan
Allah. Lebih baik setia dan menahan
dalam penderitaan karena upah orang setia akan memperoleh kehidupan kekal, dari
pada menyangkal iman kehilangan pengharapan dan mendapat penghukuman kekal.
Dalam ayat berikutnya malaikat memberitahukan bahwa tinggal sesaat lagi
Babilonia itu akan runtuh. Istilah Babilonia itu ditujukan kepada Kaisar yang
menganiaya kekristenan.
Ujian
terhadap iman dan setia kepada Allah menjadi kunci pokok dalam renungan ini.
Memang konsekwensinya sangat berat apalagi diperhadapkan dengan hukuman yang
berat. Beriman, konsekwensinya taruhan nyawa, sama seperti pengalaman Daniel
dkk di Babilonia yang dipaksa menyembah Nebukadnezar. Namun Tuhan melindungi
dan menjaga Daniel dkk.
Kesetiaan
kepada Allah Pencipta dan kepada Yesus
Kristus merupakan harga mati. Apalah artinya segala sesuatu dapat dimiliki di
dunia ini namun kehilangan nyawanya? Firman ini menguatkan jemaat mula-mula
agar tetap setia di dalam iman dan menyembah Allah saja, satu-satunya Allah
yang harus dipuji dan disembah.
Tantangan
iman kita tentu sangat berbeda dengan jaman kitab ini. Kita saat ini diuji
bukan karena tekanan, namun lebih banyak karena godaan dan cobaan. Dalam setiap
cobaan dan pergumulan yang kita hadapi setialah di dalam iman. Hanya Tuhan
Pencipta langit dan bumi satu-satunya Allah yang kita sembah yang memberikan
kehidupan bagi kita. Jangan sampai kehilangan pengharapan dan upah yang sudah
dipersiapkan bagi orang yang percaya. Yaitu kehidupan yang kekal. Amin.