running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Rabu, 24 Mei 2017

"KASIHNYA TETAP HINGGA BERIBU-RIBU KETURUNAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"KASIHNYA TETAP HINGGA BERIBU-RIBU KETURUNAN"

Ulangan 7:9, "Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan".

Janji membutuhkan kepastian! Kepastian itu penting karena sifat manusia yang berubah-ubah. Pasti setiap orang akan hormat melihat kualitas pribadi seseorang yang kommit dan tepat janji. Sebaliknya kita akan ragu kepada seseorang yang sering berjanji namun tak pernah menepatinya. Persoalan kemanusiaan kita sering terjadi di seputar memenuhi janji. Misalnya hubungan kasih, seorang kecewa berat bahkan bisa menjadi bunuh diri karena kekasihnya tidak memenuhi janji. Makanya ungkapan lama sering diingatkan: janji adalah hutang yang harus dibayar. Sebab itu jangan berjanji jika tidak mampu merealisasikannya.

Janji dalam pemahaman Alkitab sangat menarik. Istilah yang dipakai adalah "mengikat perjanjian" atau "memotong perjanjian". Bahasa Ibrani disebut "karat beryth". Dalam mengikat perjanjian atau memotong perjanjian biasanya ada kurban ternak yang dipotong. Jika ada pihak yang membatalkan janji maka darahnya akan menjadi kurban seperti darah kurban yang dipotong. Allah memilih Abraham dan mengadakan perjanjian dengannya memakai istilah "karath beryth". Suatu kepastian bahwa Tuhan akan memenuhi janjiNya kepada Abraham dan pada pihak Abraham akan setia menuruti perintah Allah.

Kepastian janji Allah diulangi oleh Musa kepada umat Allah yang hendak memasuki tanah Kanaan. Janji Allah itu pasti, bukan hanya sekarang tetapi beribu-ribu keturunan. Allah akan setia mengasihi umatNya dan memberkati mereka di Tanah Kanaan hingga beribu-ribu keturunan. Namun sebagaimana syarat janji, kedua pihak harus memelihara janji itu. Jika Allah setia pada janjiNya yang mengasihi dan memberkati umatNya, maka umat Israel harus setia memelihara dan melakukan perintah Allah. Umat yang setia akan menikmati kasih Allah, bukan hanya mereka tapi leturunan mereka. Bukan hanya satu generasi, tetapi beribu-ribu generasi. Itulah keabadian janji Allah.

Peringatan kesetiaan ini penting diingatkan Musa; karena mereka akan memasuki suasana baru di Kanaan. Kanaan tanah yang subur, penuh kemakmuran dan kelimpahan. Namun ada pula tantangan baru yaitu godaan pada ilah orang Kanani yang menyembah dewa-dewi kesuburan. Mereka akan berhadapan dengan masyarakat di sekitar, melihat praktek hidup mereka yang bisa menggoda untuk melupakan Tuhan. Apa yang disampaikan Musa benar, ketika Yosua memimpin mereka memasuki Kanaan; praktek hidup mereka berbeda bahkan sudah hampir meninggalkan Tuhan. Dengan keras Josus berseru: Aku dan seisi rumahku hanya beribadah kepada Allah (Yosua 24:15)

Kita adalah bahagian yang menerima janji Allah. Kasih setiaNya bukan hanya beribu-ribu keturunan saja, namun kekal dan abadi. Kasih setia Allah bukan hanya di dunia ini, tapi kita pewaris janji memasuki kehidupan yang kekal. Jika Allah telah setia pada janjiNya yang memelihara dan memberkati kita, maka kita dituntut untuk setia kepada Tuhan. Dalam keadaan apapun, ketika berkelimpahan berkat jangan lupakan Tuhan. Ada anekdot yang sering terjadi dalam kehidupan orang percaya: ketika menerima berkat kita berseru: "halleluya!" Namun ketika menjalani masalah: "hallelupa!" Atau sebaliknya ketika kita memperoleh berkat memuji diri dan lupa bahwa itu semua adalah karya Tuhan. Baru setelah jatuh ingat Tuhan.
Dalam segala keadaan tetaplah percaya dan setia pada Tuhan.