running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Sabtu, 03 Juni 2017

"LIDAH SEORANG MURID" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

LIDAH SEORANG MURID

Yesaya 50:4, "Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid".

Jika kita ditanya apakah ciri seorang murid? Tentu belajar, gali ilmu, displin dan taat pada guru. Semua itu dilakukan untuk menimba ilmu dan ilmu yang didapatkan kelak dapat berguna membangun diri dan berguna bagi orang lain.  Ada konsep yang keliru memahami  pendidikan di Indonesia, pendidikan seolah mendapatkan ijazah dan syarat melamar pekerjaan. Dampaknya orang berlomba-lomba beli sertifikat kesarjanaan hingga doktoral.  Dari falsafah pendidikan tidak ada gunanya lembaran sertifikat, namun manfaat ilmu yang digali untuk membangun diri dan pengabdian kepada masyarakat. Apa artinya deretan gelar di depan dan belakang nama, namun kapasitas tak ada. Syukurlah bagi orang percaya, hal ini diingatkan agar kita mengembangkan diri bagai seorang murid karena kita diberi lidah seorang murid.

Lidah seorang murid, suatu istilah yang dipakai oleh Yesaya dalam misi yang diemban oleh hamba Allah. Menjadi seorang hamba Allah harus menempa diri menjadi seorang murid yang mengasah pendengaran. Murid kebanggaan biasanya akan rajin belajar dan displin. Murid diterjemahkan dari kata "disciple", dari kata inilah turun katan disiplin. Jadi murid harus disiplin. Disiplin untuk belajar, disiplin dalam mengelola waktu dan hal-hal yang membangun diri.

Ada beberapa catatan menarik dari renungan hari ini tentang lidah seorang murid. PERTAMA, missinya belajar adalah untuk melayani dan mengabdi untuk orang lain. Dia mengasah diri agar mampu membawa kesejukan bagi orang yang lelah, memberi semangat baru bagi orang yang letih lesu. Bagaimana itu bisa terjadi? Dengan mempertajam pendengaran. Ibarat teko,  tak mungkin teko yang kosong memberikan kesejukan. Teko itu harus berisi air baru dia dapat mengisi gelas-gelas kosong yang hendak diteguk orang yang haus. Demikian dengan spiritualitas seorang hamba Tuhan, harus mempertajam pendengaran,  pendengaran akan firman Tuhan yang mengisi spiritualitasnya. Selalu mengisi diri dengan firman sehingga sumbernya tak pernah kering untuk menyampaikan siraman rohani yang menyegarkan.

Lidah seorang murid, mengapa tidak lidah seorang guru yang cakap mengajar dan orator ulung yang pandai berkata-kata meyakinkan orang? Pelayanan bukanlah soal kata-kata, atau kemampuan meyakinkan orang lain, namun soal mendengarkan dan mendalami firman dan firman itu bekerja untuk membangun iman. Iman timbul karena pendengaran akan firman Tuhan (Roma 10:17).

Kita adalah murid-murid Tuhan Yesus yang selalu haus akan firmanNya karena firman Tuhan adalah sumber kehidupan. Jadilah murid yang setia mengikuti jejak kaki Yesus, membawa kesejukan bagi yang penat dan semangat baru bagi orang yang letih lesu agar memperoleh pengharapan. Amin.