running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Selasa, 20 Juni 2017

"MENGAPA TERTEKAN HAI JIWAKU?" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MENGAPA TERTEKAN HAI JIWAKU?

Mazmur 42:5, "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!"

Mazmur 42 adalah salah satu mazmur yang paling indah dari 150 pasal kitab Mazmur. Syairnya sangat indah menggambarkan kerinduan kepada Tuhan seperti rusa rindukan sungai yang berair demikian kerinduan pemazmur kepada Tuhan.  Dalam pergumulannya pernah mengalami duka yang menyedihkan, hingga hari-hari yang dilalui penuh dengan air mata. Hanya satu yang membuat pemazmur lega dan bisa bersukacita yaitu: datang ke rumah Tuhan.

Jika di rumah Tuhan kita bisa tenang, riang dan bersuka cita, mengapa tidak datang ke rumah Tuhan? Jangan bawa kesedihan, kekhawatiran dan kegalauan ke tempat lain dengan mencari hiburan sesaat. Itu bisa menambah persoalan. Renungan di pagi ini menjawab segala kegalauan dan kekhawatiran pemazmur dengan berharap kepada Tuhan. Tuhan adalah penolong, Dia mengetahui pergumulan terdalam di hati kita. Sehebat apapun seseorang menyembunyikan kesedihan di hatinya, namun di mata Tuhan semua terbuka dan Tuhan tahu apa yang hendak dilakukanNya untuk menolong dan membantu kita. Jika demikian mengapa harus galau? Datanglah dan mendekatlah kepadaNya, kegalauanmu akan diangkatNya. Jiwa yang tertekan atas tekanan-tekanan psikis, beban kerja dan beban apapun yang menimpa hidup kita. Tuhan mau dan bersedia menolong kita.

Berharap akan Tuhan juga suatu pengakuan atas keterbatasan diri kita. Kita terbatas mengantisipasi akan apa yang akan terjadi di depan kita, namun kita bisa melangkah dengan pasti karena berpengharapan kepada Tuhan. Tuhan menyertai, menuntun dan menolong kita.

Mungkin Anda pernah baca kisah jejak kaki; seorang berjalan di pantai bersama Tuhan. Dia dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan menyertainya, hal itu terbukti dengan adanya empat jejak kaki: dua jejak kakinya dan dua jejak kaki Tuhan. Namun di jalan yang sulit dan berduri dia hanya melihat dua jejak kaki. Maka dia pun menanyakan Tuhan:  Tuhan, bukankah Engkau telah berjanji menyertai aku dalam perjalanan ini, mengapa di jalan sulit dan berduri hanya ada dua jejak kaki? Mengapa Tuhan tidak menyertai aku? Maka Tuhan pun menjawab dengan lembut: anakku, memang benar ketika di jalan yang sulit dan berduri hanya ada dua jejak kaki. Namun perhatikanlah,  jejak kaki itu adalah jejak kaki-Ku, karena ketika di jalan yang sulit dan berduri, saat itu Aku menggendong engkau.

Renungan pagi ini, menyakinkan kita akan pertolongan Tuhan. Mengapa engkau tertekan hai jiwaku? Dalam semua kegelisahan, kegalauan dan berbagai hal yang membuat hidup kita terbeban, berharaplah akan Tuhan, Dia akan menggendong, menolong dan memberi kelegaan bagi kita. Amin.