running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Senin, 09 Oktober 2017

"BETAPA BAHAGIANYA KAMI" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

BETAPA BAHAGIANYA KAMI

Lukas 9:33, "Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: "Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu".

Coba Anda ingat kapan Anda terakhir mengalami suasana hati paling membahagiakan? Jangan katakan saya tak pernah bahagia, hidupku selalu susah dan penuh penderitaan. Sehebat apapun pergumulan yang kita hadapi pasti pernah kita merasakan suasana hati yang bahagia. Hati gembira dan penuh riang bisa saja saat bertemu dengan orang yang Anda cintai, kunjungan ke tempat yang Anda belum pernah kunjungi, suasana bahagia bersama keluarga atau mungkin saat-saat promosi Anda pada pekerjaan Anda. Teks renungan di pagi ini, ingin berbagi bahwa kebahagiaan paling tertinggi adalah ketika melihat kemuliaan Allah dalam hidup ini.

Dari catatan, renungan pagi ini merupakan suasana paling bahagia dari rasul Petrus dan dilaporkan oleh Injil Lukas dan Markus (Mrk 9:5 dan Mat 17:4 ). Setelah Yesus mengajar orang banyak dan menyampaikan khotbah di bukit, Ia mengajak mereka ke bukit untuk berdoa (Luk 9:28). Namun Petrus memiliki pengalaman berharga dalam hidupnya: dia menyaksikan Yesus dimuliakan. Peristiwa ini bukanlah mimpi, namun suatu penglihatan nyata dari Petrus bahwa Yesus tidak seperti biasanya; Dia berubah dan wajahNya berkilau-kilauan dan  tampak bercakap-cakap dengan orang terbesar dalam sejarah perjalanan Israel, yaitu Musa dan Elia.

Siapakah Musa? Pasti semua orang Yahudi tahu, tokoh yang sangat mahsyur. Dialah pemimpin yang membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir, menuntun umat selama di padang gurun, dan paling mendasar dalam hidup Israel yaitu pemberian Hukum Taurat. Sedangkan Elia adalah tokoh terbesar dari nabi-nabi. Dalam pengharapan Mesias sering juga digambarkan bahwa yang datang itu adalah nabi besar seperti Elia.

Apakah kebahagiaan Petrus yang sesungguhnya?  Petrus melihat Yesus dimuliakan dan bercakap-cakap dengan Musa dan Elia. Selain kesejajaran Yesus dengan ketiga tokoh besar dalam sejarah Israel, kebahagiaan Petrus itu juga adalah Petrus mengetahui bahwa di dalam Yesus Kristus segala hukum Taurat dan nubuatan para nabi digenapi. Artinya, kebahagiaan Petrus itu adalah ia melihat sendiri keselamatan itu nyata di dalam diri Yesus Kristus.

Apakah kebahagiaan terbesar dalam hidupmu? Di atas tentu Anda mungkin sudah menjawab. Setelah membaca renungan ini kita mengetahui bahwa puncak kebahagiaan yang paling tinggi dalam hidup orang beriman ialah ketika kita punya keyakinan bahwa kita telah memiliki keselamatan yang pasti di dalam diri Yesus Kristus. Itulah kebahagiaan orang beriman ketika kita mengenal siapa Yesus Kristus di dalam hidup kita.

Benar bahwa kita di dunia ini hidup sementara, yang menjalani suka dan duka, derita dan bahagia. Namun dalam seluruh dinamika itu kita tetap bisa bersukacita karena punya jaminan kebahagiaan. Kebahagiaan kita bukanlah di dunia ini, itulah sebabnya keinginan Petrus mendirikan kemah ditolak oleh Yesus. Kebahagiaan kita yang menetap, kekal dan abadi di sorga telah disediakan Allah bagi kita. Amin.

Lukas 9:33, "Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: "Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu".

Coba Anda ingat kapan Anda terakhir mengalami suasana hati paling membahagiakan? Jangan katakan saya tak pernah bahagia, hidupku selalu susah dan penuh penderitaan. Sehebat apapun pergumulan yang kita hadapi pasti pernah kita merasakan suasana hati yang bahagia. Hati gembira dan penuh riang bisa saja saat bertemu dengan orang yang Anda cintai, kunjungan ke tempat yang Anda belum pernah kunjungi, suasana bahagia bersama keluarga atau mungkin saat-saat promosi Anda pada pekerjaan Anda. Teks renungan di pagi ini, ingin berbagi bahwa kebahagiaan paling tertinggi adalah ketika melihat kemuliaan Allah dalam hidup ini.

Dari catatan, renungan pagi ini merupakan suasana paling bahagia dari rasul Petrus dan dilaporkan oleh Injil Lukas dan Markus (Mrk 9:5 dan Mat 17:4 ). Setelah Yesus mengajar orang banyak dan menyampaikan khotbah di bukit, Ia mengajak mereka ke bukit untuk berdoa (Luk 9:28). Namun Petrus memiliki pengalaman berharga dalam hidupnya: dia menyaksikan Yesus dimuliakan. Peristiwa ini bukanlah mimpi, namun suatu penglihatan nyata dari Petrus bahwa Yesus tidak seperti biasanya; Dia berubah dan wajahNya berkilau-kilauan dan  tampak bercakap-cakap dengan orang terbesar dalam sejarah perjalanan Israel, yaitu Musa dan Elia.

Siapakah Musa? Pasti semua orang Yahudi tahu, tokoh yang sangat mahsyur. Dialah pemimpin yang membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir, menuntun umat selama di padang gurun, dan paling mendasar dalam hidup Israel yaitu pemberian Hukum Taurat. Sedangkan Elia adalah tokoh terbesar dari nabi-nabi. Dalam pengharapan Mesias sering juga digambarkan bahwa yang datang itu adalah nabi besar seperti Elia.

Apakah kebahagiaan Petrus yang sesungguhnya?  Petrus melihat Yesus dimuliakan dan bercakap-cakap dengan Musa dan Elia. Selain kesejajaran Yesus dengan ketiga tokoh besar dalam sejarah Israel, kebahagiaan Petrus itu juga adalah Petrus mengetahui bahwa di dalam Yesus Kristus segala hukum Taurat dan nubuatan para nabi digenapi. Artinya, kebahagiaan Petrus itu adalah ia melihat sendiri keselamatan itu nyata di dalam diri Yesus Kristus.

Apakah kebahagiaan terbesar dalam hidupmu? Di atas tentu Anda mungkin sudah menjawab. Setelah membaca renungan ini kita mengetahui bahwa puncak kebahagiaan yang paling tinggi dalam hidup orang beriman ialah ketika kita punya keyakinan bahwa kita telah memiliki keselamatan yang pasti di dalam diri Yesus Kristus. Itulah kebahagiaan orang beriman ketika kita mengenal siapa Yesus Kristus di dalam hidup kita.


Benar bahwa kita di dunia ini hidup sementara, yang menjalani suka dan duka, derita dan bahagia. Namun dalam seluruh dinamika itu kita tetap bisa bersukacita karena punya jaminan kebahagiaan. Kebahagiaan kita bukanlah di dunia ini, itulah sebabnya keinginan Petrus mendirikan kemah ditolak oleh Yesus. Kebahagiaan kita yang menetap, kekal dan abadi di sorga telah disediakan Allah bagi kita. Amin.