running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Selasa, 31 Oktober 2017

"SALING MENERIMA" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

SALING MENERIMA

Roma 15:7, "Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah".

Ada hal menarik dari teori Abraham Maslow bahwa manusia memiliki piramida kebutuhan. Puncak kebutuhan tertinggi adalah aktualisasi dan pengakuan. Apa yang disampaikan ini memang benar adanya dan berguna agar kita memahami setiap orang. Secara positif teori ini mendorong orang berlomba maju, sukses dan memberikan yang terbaik agar ada pengakuan sosial. Namun ada juga fenomena sosial yaitu ada orang yang buat sensasi untuk mencari perhatian dan guna pengakuan publik. Tentu masih banyak lagi usaha manusia dalam sosial masyarakat agar keberadaannya diakui. Tidak jarang orang membuat batasan diri pada orang lain karena dianggap merendahkan status sosialnya. Menolak orang lain demi menjaga image. 

Itulah teori sosial yang melihat fenomena yang terjadi pada perilaku manusia. Tanpa kita sadari hal itu juga terkadang terbawa-bawa dalam persekutuan orang percaya. Sebagaimana masalah yang dibedah oleh Paulus di dalam jemaat Roma. Jemaat ini majemuk; ada yang sudah berpendidikan namun ada yang awam. Ada yang terpandang namun ada masyarakat jelata. Ada orang yang kuat posisinya dan status sosialnya di tengah masyarakat, namun ada juga yang lemah. Sebahagian mereka Yahudi namun banyak juga dari kalangan Yunani atau non Yahudi. Perbedaan masing-masing terbawa-bawa dalam persekutuan: ada pengkotak-kotakan, yang satu merasa hebat dengan sikap superioritasnya, namun yang lain menjadi terpinggir karena minder dan inferiority. Bagi Paulus ini suatu pemandangan yang tidak baik dan tak sedap dipandang. Adanya pengelompokan-pengelompokan atas klas tertentu. Bagi Paulus dalam persekutuan jemaat semua orang harus saling menerima dan mengakui yang satu dengan yang lain.

Sejak awal pembentukan jemaat telah diberikan ruang bagi semua orang untuk saling menerima dan saling mengakui. Dalam persekutuan orang beriman kita adalah satu, yang dipersatukan oleh Kristus. Pengorbanan Kristus menjadi teladan bagi kita. Kristus mengosongkan dirinya dan mengambil rupa seorang hamba untuk memenangkan semua orang. Di dalam persekutuan gereja; orang percaya harus saling menerima, mengakui keberadaan yang satu dengan yang lain tanpa membedakan status sosial: kaya atau miskin, kuat atau lemah, terpandang atau tidak terpandang semuanya saling menerima. Tidak heran kalau pimpinan perusahaan duduk bersama dengan pekerja level terbawah dalam persekutuan. 

Hendaklah kamu saling menerima! Suatu ajakan dan sekaligus nasihat yang hendak mengembalikan jati diri gereja yang sesungguhnya. Siapapun kita, dari latar belakang apapun kehidupan kita mari kita benamkan semua itu di dalam satu ikatan persaudaraan di dalam diri Yesus Kristus. Di dalam persekutuan: sebesar apapun perbedaan kita dengan orang lain, kita semua dipersatukan di dalam kasih Kristus.

Beberapa waktu lalu ada pesan WA yang menarik tentang kisah seorang pendeta baru yang menyamar sebagai pengemis; pakaiannya kumal dan kurang sedaplah menurut kaca mata orang pada umumnya. Mulai dari menyalam dari pintu gerbang hingga duduk dalam ibadah pendeta baru yang menyamar sebagai pengemis merasakan ada penolakan yang diterimanya. Inilah suatu contoh realitas kehidupan kita. Kita sering saling menerima ketika kita mengukurnya sama dengan diri kita. Ketika lain dari yang diharapkan kita menolak dan mengabaikannya

Hidup ini pasti akan lebih indah ketika semua orang mampu menerima yang satu dengan yang lain. Mengapa kita harus saling menerima? Karena kita diciptakan berbeda. Kristus telah menerima kita menjadi anak-anakNya, demikianlah kita saling menerima keberadaan orang lain. Tuhan Yesus memberkati. Amin.