running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Rabu, 04 Oktober 2017

"MEWARISKAN PENGALAMAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MEWARISKAN PENGALAMAN

Mazmur 44:2, "Ya Allah, dengan telinga kami sendiri telah kami dengar, nenek moyang kami telah menceritakan kepada kami perbuatan yang telah Kaulakukan pada zaman mereka, pada zaman purbakala".

Setiap bangsa dan suku bangsa di dunia akan memiliki keunikan dan khas yang tidak dapat dibandingkan dengan yang lain. Dari sekian banyak kekayaan bangsa Israel sebagaimana kita temukan dalam Alkitab, yang disinggung dalam renungan di pagi ini adalah: mewariskan sejarah yang sangat berharga yang mengingatkan  mereka secara terus menerus akan karya Allah dalam perjalanan sejarah bangsa Israel. Sekalipun mereka telah hidup di diaspora (perantauan) beberapa generasi, namun mereka selalu mengingatkan sejarah perjalanan dari Mesir-padang gurun hingga tiba di Kanaan kepada anak cucu mereka. Mereka tetap menggunakan bahasa Ibrani dan  memelihara Taurat

Setiap orang tua Yahudi wajib hukumnya untuk mengajarkan peristiwa sejarah pembebasan dari Mesir, bahasa dan Taurat  kepada anak cucu. Kewajiban ini disebut sebagai Credo: pengakuan yang berulang-ulang diucapkan dan diajarkan kepada setiap orang. Inilah kewajiban orangtua Yahudi bagi anak-anaknya, seperti disebut dalam
Ulangan 6:6-9+12, "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,
haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,
dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. ...
maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan".

Kewajiban untuk mengajarkan tentang kasih terhadap Allah, memberitahukan perbuatanNya yang besar dalam perjalanan sejarah bangsa Israel tidak boleh dilupakan, bahkan harus diajarkan berulang-ulang. Ketika duduk-duduk, ketika berjalan-jalan, ketika makan dan ketika hendak tidur setiap orang tua mengajarkannya kepada anak-anaknya.

Bukankah sudah begitu jauh peristiwa keluarnya umat Israel dari Mesir? Namun setiap orang Yahudi akan paham dan tahu betul cerita bagaimana Allah membebaskan mereka dari Mesir hingga mewarisi tanah Kanaan. Lihatlah, pemazmur sendiri adalah generasi yang sangat jauh dari peristiwa Musa, namun pemazmur mengaku: kami telah mendengarkan, karena nenek moyangnya menceritakan karya perbuatan Allah dalam perjalanan sejarah bangsa Israel. Bahkan dalam Mazmur-mazmur peristiwa itu banyak dikutip sebagai alasan memuji Tuhan (Band Mzm 136)

Melawan lupa! Itulah yang ditekankan renungan kita saat ini dalam bentuk doa mensyukuri perbuatan Allah dalam sejarah bangsa Israel. Perbuatan Allah di masa lalu sebagai suatu kesaksian yang nyata dan berdampak pada generasi berikutnya:  Ya Allah, dengan telinga kami sendiri telah kami dengar, nenek moyang kami telah menceritakan kepada kami perbuatan yang telah Kaulakukan pada zaman mereka, pada zaman purbakala.

Dalam berbagai percakapan dengan orang tua jaman kini, jika seorang menceritakan kepahitan hidup masa lalu, sangat sulit diterima anak-anak sekarang ini, anak-anak milenia generasi Z: makanan yang terbatas, tiada sepatu ketika sekolah, berjalan berkilometer agar bisa sekolah, bahkan harus menangis memohon kepada orang tua agar bisa sekolah. Itu suatu peristiwa yang sungguh tak masuk akal bagi generasi milenia, namun itu juga harus diajarkan bahwa dunia kini adalah produk sejarah. Kemajuan sekarang bukanlah datang begitu saja, namun proses perjalanan hidup ini perlu diketahui agar rasa syukur selalu ada. Amin.