running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Minggu, 05 November 2017

"TUHAN GEMBALA UMATNYA DAN MENEGAKKAN KEADILAN" Khotbah Minggu XXI Trinitatis Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th
(Mikha 3:5-12)

Dalam Perjanjian Lama ada tiga abdi Allah yang diangkat dan ditetapkan sebagai gembala yang melayani umatNya, yaitu Imam, Raja dan Nabi. Namun ketiga Abdi Allah ini mendapat sorotan keras dari Mikha karena tidak memaknai jabatan sebagai abdi Allah karena telah menjadi abdi uang: 

(1).  Kealpaan abdi Allah.
Nabi Mikha dengan tajam mengkritik kealpaan ketiga abdi Allah (imam, raja dan nabi) sebab tak satupun berjalan sesuai dengan peran dan fungsinya (bahasa Batak "lia", tak satupun). Nabi tidak menyuarakan lagi kehendak Allah, namun bernubuat karena ada keuntungan, ada yang dimakan. Suara kenabiannya adalah karena makanan yang dikunyahnya. Mulut nabi tidak lagi sebagai mulut Allah, tetapi mulut yang memberinya makanan (ay 5). Inilah nabi-nabi istana yang menyuarakan damai, padahal sudah dalam keadaan kritis. Aman dan tidak ada masalah, padahal kebijakan-kebijakan raja sudah sangat jauh menyimpang dan penuh ketidak- adilan. Nabi bernubuat karena bayaran (ay 11)

Raja dan para pemimpin tidak berjalan lagi dalam kebenaran dan hukum. Keputusan pengadilan hanya berdasarkan order dan titipan suap (ay 9). Para pemimpin telah membengkokkan segala yang lurus dan tangan mereka penuh dengan darah. 

Bangsa ini semakin parah, imam yang seharusnya menjadi pendoa, dan imam yang seharusnya menjadi pengajar moral dan panutan di tengah umat telah berubah menjadi mengajar karena upah atau banyaran (ay 11). Imam yang seharusnya berdoa membawa kurban persembahan bagi Allah dan memberikan hak-hak Allah atas setiap kurban yang dipersembahankan telah mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri. Kurban persembahan untuk Tuhan dan perbendaharaan Bait Allah telah dirampas dan dikeruk habis.

(2).  Apakah dampaknya kealpaan pemimpin? Umat Allah tercecer, tersesat dan tercerai berai. Mereka tidak lagi menemukan kebenaran dan sinar terang menunutun kehidupan. Namun mereka tersesat dalam kegelapan. Bagaimana bisa berjalan di tengah malam gelap tanpa penglihatan (ayat 6-7), demikianlah bangsa itu tersesat, sengsara tak bergembala. Jika pemimpin tidak bijak dan tidak ada lagi wahyu maka liarlah bangsa (Amsal 29:18).

Dampak semua itu, Tuhan sendiri akan mendatangkan hukuman. Sion kota Daud dan pusat pemerintahan kebanggaan bangsa Israel akan dibajak seperti ladang. Yerusalem sebagai pusat peribadahan dan kota kudus  akan menjadi timbunan puing. Bait Suci simbol kehadiran Allah akan menjadi bukit berhutan. Inilah keadaan yang akan dialami oleh umat Allah karena ketidak adilan dosa dan pelanggaran mereka. 

(3). Tuhan Gembala umatNya; menegakkan keadilan. 
Dalam kealpaan para nabi masih ada nabi Mikha yang menyuarakan kebenaran dan kehendak Allah. Dia bersuara dengan keras untuk kebenaran dan kehendak Allah. Nabi Mikha berani membongkar segala kebobrokan dan kemerosotan moral para pemimpin dan perilaku umatNya: "Tetapi Aku ini, dengan kekuatan, dengan Roh Tuhan, dengan keadilan dan keperkasaan untuk memberitakan kepada Yakub pelanggara nnya dan kepada Israel akan dosanya" (ayat 8)

Tuhan tidak akan tinggal diam, Dia akan menggembalakan umatNya dan menegakkan keadilan. Memberikan hukuman bagi orang yang membengkokkan hukum dan pelaku penindasan.

Suara Mikha pada Minggu hari ini membuka perenungan kita yang mendalam tentang peran kita sebagai umat pilihan Allah. Jika dunia ini telah gelap mata, ditelan roh kerakusan dan materialisme, yaitu memberi dan menerima SUAP untuk kebenaran semu, maka kita harus bersuara: NO SUAP. Kita harus tetap berdiri kokoh di dalam prinsip demi Tuhan dan demi kebenaran. Bebas dari korupsi dan suap. Amin.