running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Rabu, 01 November 2017

"MENJALANI PENDERITAAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

MENJALANI PENDERITAAN

Ayub 13:9, "Apakah baik, kalau Ia memeriksa kamu? Dapatkah kamu menipu Dia seperti menipu manusia?"

Kitab Ayub memiliki kekayaan yang luar biasa menginspirasi dan memotivasi orang percaya dalam memahami kehidupan ini. Sebutlah contoh Harold Kusner seorang rabbi Yahudi, dia harus kehilangan anaknya Aaron yang meninggal pada usia 14 tahun karena penyakit genetik yang langka di dunia. Kusner tak habis pikir mengapa anaknya Aaron harus mengalami kejadian semacam ini? Apakah dosanya? Pikiran semacam itu sering muncul dalam benak orang, jika orang ditimpa kemalangan  atau hal buruk; sering muncul di benak orang bahwa itu adalah hukuman Allah atas dosanya. Allah tidak mungkin keliru dalam membuat keputusanNya terhadap apa yang menimpa kehidupan seseorang. Harold Kusner menjawab, Aron anaknya meninggal bukan karena dosanya, dia adalah orang baik. Dalam banyak hal ada hal buruk yang menimpa orang baik. Dalam keadaan seperti itu kita tidak dapat menyalahkan Tuhan, atau membela Tuhan dengan menyalahkan manusia. Ada hal buruk terjadi pada orang baik dan itu adalah sepengetahuan Allah. Tugas manusia adalah menjalani kehidupan sesuai dengan apa yang ditentukan Allah. Pergulatan Harold Kusner ini dapat kita baca pada bukunya yang sangat terkenal: WHEN BAD THINGS HAPPEN TO GOOD PEOPLE, sebagai refleksinya terhadap kisah Ayub dan kisah yang menimpa dirinya yang kehilangan Aaron yang belia. 

Hal ini pula yang menjadi pokok renungan kita di pagi hari ini: jawaban dan pembelaan Ayub terhadap sahabatnya Zofar. Sahabatnya nampaknya menekan Ayub, tak mungkin Tuhan keliru, penderitaan Ayub pasti adalah karena dosanya sendiri (lihat: Ayub 11:13-14). Namun Ayub berbicara membela diri bahwa sekalipun diperiksa hidupnya tidak berdosa dihadapan Tuhan, seperti disebut dalam Ayub 13:6, "Dengarkanlah pembelaanku, dan perhatikanlah bantahan bibirku."

Tak mungkin Tuhan dipanggil menjadi saksi atau dijadikan memeriksa kehidupan Ayub. Allah itu Mahakuasa, tak mungkin ada berbantah denganNya apalagi menipuNya? Bagaimana mungkin manusia menipu Allah, itu merupakan sesuatu yang mustahil karena bagi Tuhan ada kebenaran. Ayub hanya meminta berhentilah menyalahkannya dalam semua beban penderitaan yang amat sangat. Apa yang diminta Ayub atas Zofar adalah berhentilah menyalahkan dirinya. Bahkan lebih keras Ayub berkata: "Dalil-dalilmu adalah amsal debu, dan perisaimu perisai tanah liat (13:12).

Penderitaan Ayub bukanlah hukuman atau balasan atas perbuatannya dari Tuhan. Tidak setiap hal buruk merupakan hukuman; ada hal buruk menimpa orang baik hati. Namun bukan pula menyalahkan Tuhan, mengganggapnya merupakan suatu kekeliruan. Tuhan mengetahui apa yang terjadi dalam kehidupan setiap orang. Tuhan tidak perlu dipersalahkan karena dianggap keliru membiarkan orang saleh mengalami hal buruk. Di dalam keadaan buruk Allah juga dapat  berkarya mendatangkan kebaikan bagi setiap orang. 

Karena itu, apapun yang terjadi dalam hidup ini semuanya terbuka di hadapan Allah. Kalau manusia dapat menipu sesamanya namun tak dapat berdalih di hadapan Tuhan. Ketika hal buruk atau hal baik menimpa hidup kita, jalanilah kehendak Tuhan karena di balik semua perjalanan hidup kita selalu ada rencanaNya. Tidak perlu menanyakan ini dan itu sehingga kita jatuh pada membenarkan Tuhan dan menyalahkan manusia atau sebaliknya menyalahkan Tuhan dan membenarkan manusia. Dalam banyak hal ada saja misteri yang sulit kita ungkapkan, namun kita percaya Tuhan mengetahui segala sesuatu yang terjadi dan Dia sendiri akan memberikan jawabannya. Tugas kita adalah menjalani kehidupan ini menurut ketentuan Tuhan. Amin.