running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Rabu, 26 Juli 2017

"TURUTLAH MENDATANGKAN KERUKUNAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

"TURUTLAH MENDATANGKAN KERUKUNAN"

Roma 15:5-6, "Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus,
sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus".

Kerukunan adalah wujud kemampuan manusia mengelola konflik. Menerima yang lain apa adanya. Manusia yang hidup berbagai perbedaan: suku, ras, agama, paham, kepentingan dan berbagai pemisahan lainnya disatukan oleh satu kata yaitu rukun. Indonesia adalah salah satu masyarakat yang sangat mendambakan hidup rukun, itu sebabnys struktur terbawah dalam masyarakat adalah rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW). Cita-cita ideal ini dirakit dalam satu semboyan: Bhineka Tunggal Ika. Kita berbeda-beda namun kita satu dan hidup rukun dalam satu bangsa yaitu Indonesia.

Kekristenan sangat mendukung hidup rukun, bahkan rukun adalah karya keselamatan yang dilakukan Yesus di dunia ini. Hal itu dilihat dari kata "syalom". Arti kata ini dalam teks Ibrani adalah damai sejahtera, rukun, berarti tiada perang, tiada perseteruan, tiada kekacauan dan semua  masyarakat hidup sejahtera lahir dan bathin. Selain itu Yesus Kristus telah meninggalkan damai sejahtera bagi kita dan telah menetapkan kita menjadi anak-anakNya. Hakekat seorang anak-anak Tuhan menghadirkan damai ( Mat 5:9, "Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka disebut anak-anak Allah").

Renungan di pagi hari ini menjelaskan bahwa menghadirkan hidup rukun tidaklah mudah, namun membutuhkan keseriusan, ketekunan dan kerja keras.  Karena tak semua orang menghendaki damai sejahtera. Manusia umumnya ingin dihormati namun tak menghormati orang lain. Manusia ingin mencapai kepentingannya sekalipun dalam mencapai itu melanggar hak dan kepentingan orang lain. Dengan kata rukun kita membutukan kepekaan terhadap orang lain. Hidup rukun adalah hidup menerima yang satu dengan yang lainnya. Manusia rentan konflik karena egoisme.  Sikap egois yang demikian tentu akan membuat konflik, perselisihan dan perbantahan.  Hal ini penting, ada banyak tantangan, butuh kesabaran dan kelemah-lembutan dan tidak mudah patah arang dalam menghadirkan kerukunan.  Itulah sebabnya Paulus menjelaskan bahwa Yesuslah sumber ketekunan dan penghiburan bagi setiap orang yang menghadirkan damai sejahtera dan hidup rukun. Yesus adalah sumber energi atau sumber kekuatan bagi orang percaya menghadirkan damai sejahtera.

Hidup rukun dalam suatu masyarakat tentu memiliki banyak manfaat, selain rasa aman kita tidak menghabiskan energi untuk membentengi diri dari pikiran negatif. Cobalah kita lihat di sekitar kita, mengapa masyarakat kita harus membuat tembok yang tinggi memagari rumahnya, membuat cctv untuk pengamanan dan membayar security untuk menjamin gangguan keamanan. Itulah mahalnya hidup rasa aman dan tenteram. Paulus dalam renungan di pagi hari ini menekankan, dengan hidup rukun banyak hal positip yang kita lakukan: melakukan missi yang mendatangkan kesejahteraan masyarakat, menolong sesama, mendatangkan suka cita dan bentuk-bentuk pelayanan kemanusiaan yang menghadirkan kemuliaan bagi Allah.

Renungan di pagi ini menyapa dan memanggil kita sebagai anak-anak Allah: turutlah menjadi orang yang mendatangkan damai sejahtera dan kerukunan  di tengah keluarga, ruang lingkup pekerjaan, masyarakat dan bangsa kita. Tuhan Yesus memberkati! Amin.