running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Sabtu, 04 Maret 2017

"JANJI DAN PENGGENAPAN" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

JANJI DAN PENGGENAPAN

1 Rajaraja 8:24, “Engkau yang tetap berpegang pada janjiMu terhadap hambaMu  Daud, ayahku, dan yang telah menggenapi dengan tanganMu apa yang Kaufirmankan dengan mulutMu, seperti yang terjadi pada hari ini.”

ALLAH membuat janji dengan raja Daud, dan janji itu telah digenapi, baik kepada Daud sendiri, dan kesetiaan yang sama diharapkan Salomo atas dirinya. Itulah kepribadian Allah: selalu setia dengan apa yang dijanjikanNya. Namun tidak demikian denga manusia. Umat Israel sering melalaikan janjinya sehingga mereka hidup dalam kesesatan dan pemberontakan kepada Allah.

Kalau Allah berjanji, maka umat Israel mengenal tradisi ini dinamai "Karat Berit", memotong domba perjanjian. Pada saat itu darah domba dicurahkan ke tanah, sambil mengatakan: Darah ini adalah perjanjian hidup dengan Allah. Kalau kamu setia dengan janji ini, kamu akan hidup, tetapi jikalau kamu mengingkarinya, maka darahmu juga akan dicurahkan seperti darah domba ini. Artinya, resiko janji itu adalah antara HIDUP dan MATI.

Kalau kita perbandingkan dengan tradisi orang Batak, ada kesamaannya, yang memakai ikan sebagai medium perjanjian: “Dengke ni Sabulan tu tabona tu tonggina, manang ise sioloi padan tu sonangna tu gabena, alai manang ise siose padan tu ripurna tu magona". Dibayangan seperti ikan itu hidup dan manis, maka kehidupan bagi orang yang setia akan janji itu, tetapi ikan yang mati dan busuk merupakan gambaran resiko bagi yang mengkhianati janjinya. Ancaman itu agaknya membuat orang Batak lebih mengingat ikatan "parpadanan" dari ikatan darah. Dikatakan “Togu urat ni bulu toguan urat ni padang, togu ni ihot ni uhum tumoguan niihot ni padan.”

Dalam hidup kekristenan kita, kita sudah mengadakan perjanjian dengan Allah, mulai dari janji semasa di kandungan, saat dibaptiskan, mengikuti sidi, menikah, menerima tohonan di gereja maupun di keluarga, pada saat perjamuan kudus, dan janji-janji secara spontan dalam berbagai kejadian. Pertanyaan serius: masihkan kita setia dengan perjanjian kita? Apakah kita menghidupi perjanjian itu sebagaimana Allah setia dan menggenapinya?

Marilah setia, konsisten dan taat atas janji yang kita adakan, sebab Allah sudah memberi keteladanan bagi kita. Janji itulah kekuatan dan kepribadian kita. Dengan menaati janji itu kita akan hidup dan diberkati. Tuhan itu menghidupi kita dengan janjiNya yang agung dan rahmani. Mari melakukannya sebagai kepribadian orang percaya. Amin.