running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Selasa, 21 Maret 2017

"KEBENCIAN: BARABAS LEPAS, YESUS DISESAH!" Renungan Harian Pdt.Lucius T.B.Pasaribu, S.Th

KEBENCIAN: BARABAS LEPAS,
YESUS DISESAH!

Lukas 23:25, "Dan ia melepaskan orang yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka, tetapi Yesus diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya".

Jika kebencian muncul maka pikiran logis pun sirna, bahkan bahayanya jatuh pada membenarkan yang salah dan menyalahkan kebenaran. Itulah yang terjadi dalam detik-detik pengambilan keputusan Pilatus dalam kasus pengadilan penistaan agama yang dituduhkan imam-imam kepada Yesus. Dalam tuduhan itu sesungguhnya tidak ada bukti, dan Pilatus sendiri menyatakan bahwa menurut penyelidikan tidak ada kesalahan Yesus. Namun desakan massa terus bergelora dan bergerumuh semakin keras: "Salibkan Dia! Salibkan  Dia!". Pilatuas makin terpojok oleh massa hingga takut dituduh bukan sahabat kaisar. Maka Pilatus mencoba menawarkan sebagaimana tradisi perayaan Paskah selalu ada 'amnesty' atau 'gratia', pembebasan seorang penjahat. Momen itu dipakai Pilatus untuk membuat pilihan di hadapan massa: mana lebih baik melepaskan Barabas atau Yesus. Massa yang dirasuki kebencian makin menggila, mereka berseru: "Barabas! Barabas!". Seorang penjahat besar yang menakutkan, harus dibenarkan dan dibebaskan karena kebencian kepada Yesus yang penuh dengan kasih. Inilah hilangnya pikiran logis karena kebencian.

Bukankah Yesus bersama-sama dengan mereka? Bukankah di antara mereka sudah menyaksikan dan bahkan merasakan kasihNya yang besar menyembuhkan orang sakit? Mengajar dengan penuh kharisma dan  khotbahNya menggugah hati. Yesus telah bersama-sama dengan orang banyak untuk melayani mereka. Bahkan ketika Yesus mau memasuki gerbang Yerusalem, Dia disambut laksana raja dengan peristiwa Palmarum. Inilah kebencian mengubah segalanya: kasih menjadi kebencian, benar menjadi kesalahan, niat baik dianggap jahat. Kebencian memutarkan logika: lebih baik melepaskan Barabas, penyamun yang ganas, penjahat yang sadis. Sebaliknya Yesus yang baik hati, mengajar dengan lembut dan tanganNya yang penuh kasih harus disesah! Pilatus memutuskan atas desakan dan amarah massa: lepaskan Barabas, dan Yesus pun disesah. Dalam nats ini dikatakan; "....Yesus diserahkan kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya."

Mengapa pikiran logis bisa sedemikian hilang dan lenyap? Kuncinya adalah karena dirasuki oleh kebencian. Kebencian bukan hanya menyakiti orang lain, namun menjerumuskan diri sendiri kepada kesalahan yang tidak termaafkan. Kebencian akan mencari kepuasan, seperti anak panah yang hendak dilepaskan. Sasaran kebencian akan menembus siapa saja jika kebencian sudah tak terbendung. Amarah dan kegeraman serta kalap mata oleh luapan emosi yang tak terkendalikan. Bagai anak panah yang terlepas memakan korban yang tersasar. Jika kebencian tidak bisa dibendung akan melupakan segalanya yang ada: puas melampiaskan emosi kebencian.

Barabas dilepas dan Yesus disesah, suatu peristiwa kebencian yang sangat menggugah hati. Mengingatkan kita selalu agar waspada terhadap kebencian. Bisa saja kita tidak menerima kesalahan, namun jangan sampai kebencian yang tak terkendali. Jika amarahmu ada, berdoalah dan jangan sampai matahari terbenam amarahmu tidak padam sebagaimana pesan firman Tuhan: "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" (Efesus 4:26).