running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Selasa, 11 September 2018

Renungan Harian - “KEBAHAGIAAN YANG SEJATI”


Renungan Harian HKBP SUTOYO

Selasa, 11 September 2018

“KEBAHAGIAAN YANG SEJATI”
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat
(Matius 5 : 11)

Jemaat,  yang diberkati Tuhan. Selamat bertemu kembali dalam pelayanan renungan harian HKBP Sutoyo, hari ini, Selas, 11 September 2018
Hari ini kita mau membahas tentang kebahagiaan. Di dalam bahasa Bibel bahsa Batak  kata berbahagia diterjemahkan dengan “Martua”. Kata “bahagia” dalam Bahasa Yunaninya adalah makarios.Inilah suatu sukacita (Joy) yang tidak terganggu oleh perubahan situasi hidup.Pada pihak lain “happiness”tergantung pada situasi kehidupan. Sukacita yang Tuhan Yesus berikan tidak ada seorangpun yang dapat mengambilnya (Yoh.16:22).
Siapakah orang yang berbahagia menurut ukuran manusia  atau dunia ?
Kebahagiaan biasanya diidentikkan dengan segala sesuatu yang membuat hati kita senang, gembira, dan  bersukacita. Misalnya segala sesuatu yang kita miliki, katakanlah memiliki harta, rumah, mobil, deposito, dll. Namun, berbeda sekali dengan arti dan ukuran kebahagiaan yang Yesus utarakan ini. Yesus mengaitkan kebahagiaan dengan mutu manusianya. Kebahagiaan akan didapatkan dari dari kwalitas manusianya secara  spritualitas seseorang.



Jemaat yang diberkati Tuhan !
Menurut Yesus, kebahagiaan sejati adalah pemberian Allah kepada mereka yang memiliki sikap hidup yang benar, yaitu mereka yang tidak mengikatkan diri pada harta duniawi (ayat 3), karena mereka justru akan memiliki harta surgawi. Orang yang berduka cita oleh sebab di dunia ini tidak memiliki apa-apa justru akan berbahagia oleh penghiburan surgawi (ayat 4). Orang yang lemah lembut, tidak pernah membela hak sendiri, merekalah yang mewarisi bumi (ayat 5). Orang yang lapar dan haus akan kebenaran serta mencari harta surgawi, pasti dipuaskan (ayat 6). Orang yang murah hati, membagi-bagikan bukan mengumpulkan justru akan menikmati kelimpahan (ayat 7). Orang yang suci hatinya, yang menujukan fokus hidupnya pada Allah dan bukan pada dunia adalah orang-orang yang akan melihat dan menikmati Allah (ayat 8). Sedangkan mereka yang membawa damai dan menebarkan kasih Allah, akan disebut anak-anak Allah (ayat 9). Akhirnya, mereka yang menderita oleh karena nama Allah, Allah sendiri yang akan melimpahi sukacita kekal (ayat 10-12).
Inginkah Anda berbahagia? Kebahagiaan diawali dengan pertobatan yang dilanjutkan dengan hidup yang memiliki orientasi untuk menyenangkan hati Allah. Semakin dekat Dia, semakin kita mirip Dia dan sifat-sifat-Nya yakni lemah lembut bukan keras hati, lapar dan haus akan kebenaran bukannya kecemaran, murah hati bukannya kikir atau tamak. Itulah jalan bahagia, jalan penuh tuntutan harga yang harus dibayar namun juga jalan hidup sepenuhnya dalam pembentukan Tuhan. Karena itu mari kita belajar hidup bukan untuk diri sendiri saja melainkan untuk Allah. Amin. (Pdt.B.Napitupulu)

DOA :
“Ya Tuhan Allah, kuatkan dan lidungilah kami ketika kami mendapat fitnahan dan penganiayaan karena kebenaranMu. Amin