running text

HORAS!!! SELAMAT DATANG DI BLOG HKBP SUTOYO; Jln. Letjend Sutoyo, Jakarta Timur - Indonesia

Minggu, 11 November 2018

Renungan Harian - "Hiduplah dalam keadilan dan kesetiaan"


Renungan Harian HKBP SUTOYO

Minggu, 11 Nopember 2018

"Hiduplah dalam keadilan dan kesetiaan  "
(Mikha 6 : 6 – 8 )

"Dengan apakah aku akan pergi menghadap  TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun? Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak?  Akan kupersembahkankah anak sulungku  karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri?" "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu  selain berlaku adil,  mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati   di hadapan Allahmu? "

Syalom. Selamat pagi dan selamat hari Minggu.
Firman Tuhan pada Minggu ini Mikha 6 : 6 – 8 dengan tema “Hidup dalam keadilan dan kesetiaan” (Ulahon ma uhum dohot holong ni roha di habasaon).




Bapak/ibu/sdr-I yang diberkati Tuhan.
Mikha adalah  salah satu  nabi yang vokal dan kritis terhadap perilaku   bangsa Yehuda yang mempraktekan prilaku  ketidak adilan, ketidaksetiaan, keangkuhan dan penyelewengan, suap (korupsi) kepura-puraan yang mereka lakukan. Melihat kesalahan-kesalahan sosial yang terjadi Nabi Mika merasa terpanggil oleh rasa belas kasih terhadap penderitaan orang-orang miskin yang tertindas. Mikha mengutuk praktik-praktik keagamaan yang tercerai dari perilaku sebenarnya (3:9-10).
Ayat 6-8 Menjelaskan tentang kritik Mikha terhadap kehidupan keagamaan yang dilakukan dengan rutinitas dan kepura-puraan yaitu ibadah yang diselewengkan (1:7; 3:5–7) dan ketidakdilan (2:1–2). Kebrobokan dari sisi keagamaan mencakup penyembahan kepada dewa-dewa kafir (2Raj 16:4). Ibadah di Bait Allah pun sempat dihentikan (2Taw 28:24). Kesenjangan sosial terjadi di mana-mana. Orang-orang kaya menggunakan cara-cara yang tidak jujur dalam mengejar kekayaan (6:10-11). Semangat materialisme ini bahkan meracuni para pemimpin agama, sehingga mereka rela menjual kebenaran demi uang (3:5, 7, 11). Pendeknya, semua lapisan masyarakat sudah sedemikian berdosa dan tidak ada yang bisa dipercayai (7:2-6). Bangsa Yehuda berpikir bahwa cara untuk meredakan kemarahan TUHAN adalah dengan memberikan persembahan yang banyak kepada-Nya. Konsep berpikir seperti ini menyiratkan bahwa mereka sudah terpengaruh oleh ibadah kafir. Oleh karena itu percuma saja memberikan korban bakaran, dengan anak lembu berumur satu tahun, ribuan domba jantan, puluhan ribu minyak curahan dan bahkan anak sulung buah kandung sendiripun tidak berguna kalau tidak berlaku adil, mencintai kesetiaan, hidup dengan rendah hati di hadapan Allah. Jadi, pesan yang ingin disampaikan melalui teks ini adalah “rendah hati, ketaatan lebih penting daripada persembahan”

Jemaat yang diberkati Tuhan !
Dalam kehidupan orang Kristen, ada orang-orang yang menekankan pentingnya ibadah ritual dan liturgis Kristen yang baik, benar dan indah. Secara ekstrim mereka hanya memikirkan bagaimana ibadah berjalan baik, kidung dinyanyikan dengan benar, ibadah berjalan dengan minim kesalahan, meningkatkan jumlah anggota dan jumlah persembahan, proyek pembangunan fisik gereja, program-progam kerja yang spektakuler. Sehingga mereka menjadi terbiasa dengan pola pikir ‘tembok gereja’, yang tidak mampu lagi melihat ke luar; bagaimana dengan kehidupan anggota jemaatnya, apakah mereka sedang membutuhkan pertolongan,  pendampingan, penghiburan, penguatan, kunjungan?

Jemaat yang terkasih.
Ada juga kelompok atau pribadi  yang menekankan pentingnya kehidupan praktis dari iman Kristen. Secara ekstrim mereka mengganggap bahwa yang lebih penting bukan persekutuan di gereja melainkan praktik yang nyata. Alasan mereka biasanya; di gereja mereka tidak memperoleh ‘berkat’ dari Allah, malahan justru dosa yang diperoleh karena sejak dimulai sampai berakhinya suatu ibadah terdapat banyak ketidakberesan, kepura-puraan dan kemunafikan. Lalu kelompok ini berpikir ibadah hanya kemunafikan.
Melalui nas ini, kita diingatkan untuk tidak bersembunyi di balik pengertian ibadah yang sempit, penuh kepura-puraan dan kemunafikan, melainkan melakukan ibadah dan persekutuan yang juga berbuah dalam kehidupan nyata; penuh keadilan, kesetiaan dan kerendahan hati. Itulah persembahan hidup yang harum, yang berkenan bagi Allah. Hidupmu  adalah ibadahmu, ngolumi do na gabe jamita,  Amin. Tuhan Yesus memberkati.  Syalom selamat beribadah, semoga ibadahmu diberkati Tuhan, Pdt.B.Na70

DOA :
“Ya Tuhan Allah, terimalah ibadah kami ini, berikanlah kami keberanian untuk menyuarakan dan hidup dalam keadilan dan selalu setia pada Tuhan. Amin.